Anda di halaman 1dari 41

OLEH :

SUSANTI

DOKTER PEMBIMBING:
DR. BARMADI SATRIO, SP.BA

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2014




ATRESIA ANI
LAPORAN KASUS STASE
BEDAH
PENDAHULUAN
Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang
baru lahir. Frekuensi seluruh kelainan
kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap
5000-10000 kelahiran, sedangkan atresia ani
didapatkan 1 % dari seluruh kelainan
kongenital pada neonatus.
Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari
1500-5000 kelahiran hidup dengan sedikit
lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20%-75%
Angka kejadian kasus di Indonesia sekitar 90
%. Berdasarkan dari data yang didapatkan,
kasus atresia ani yang terjadi di Jawa Tengah
khususnya Semarang yaitu sekitar 50 % dari
tahun 2007-2009
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. R
Umur : 0 tahun 0 bulan 1 hari
Alamat : Plumpang, Tuban
Pekerjaan : -
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Tanggal MRS : 14 April 2014
No. RM : 28.16.71
Anamnesis (aloanamnesis)
Keluhan utama:
tidak terbentuknya anus
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang rujukan dari klinik permata
bunda, perujuk mengatakan tidak
terbentuknya anus sejak dilahirkan 1 hari yang
lalu. perut bayi semakin membesar, perut
kembung, dan ditemukan kotoran warna
hitam yang keluar di popok.

Riwayat Penyakit Dahulu
Rujukan dari klinik permata bunda dengan
diagnosis atresia ani.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti
ini.
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pekerjaan dari orangtua bayi nelayan
Riwayat ANC
Ibu pasien rutin melakukan ANC setiap bulan di
bidan.


Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan pada tanggal 13 April 2014
secara SC dengan indikasi plasenta previa, usia
kehamilan 34 minggu BBLR 2080gr
Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi BCG dan
hepatitis B 1x

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : -/- mmHg
Nadi : 125x/ menit
Suhu : 36,8
o
C
RR : 30x/menit
BB : 2080 gram
PB : 47 cm
Ling. Kep : 31 cm
LLA : 10 cm
LD : 30 cm


Status Generalis

Kepala-leher
Kepala : normochepali, tanda radang pada kulit
kepala (-)
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera
ikterus (-/-), pupil isokor 3mm, refleks pupil (+)
Mulut : bibir sianosis +
Leher : massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB

Thorak
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan,
krepitasi -
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : ves/ves, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat,
thrill
Perkusi : normal
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, bunyi tambahan (-)

Abdomen:
Inspeksi : distended, penonjolan abnormal -
Auskultasi : BU + meningkat
Palpasi : distanded, meteorismus -, hepar lien tidak teraba.
Perkusi : timpani

Extremitas
Akral : hangat, kering, merah,
Edema : -/-
CRT < 2 detik



Status Lokalis
Regio glutea
fistel perianal +
Anal dimple +
ada mekonium sedikit disekitar fistel
Assessement
Atresia ani letak rendah
Planning Diagnosis
Darah lengkap, urin lengkap, USG Abdomen,
foto baby gram

Planning Terapi
Infus D10 0,18NS 200cc / 24jam
Sultamicillin 2 x 100 mg IV
Pasang NGT
Konsultasi ke dokter spesialis bedah (pro operasi
kolostomi)
Konsultasi ke dokter spesialis anak
Planning Monitoring
- Vital sign
- Produksi mekonium
Planning Edukasi
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai
penyakit yang diderita, penatalaksanaan, dan
komplikasi yang mungkin terjadi.

Foto klinis
Foto baby gram
Rontgen baby gram:
-thorax: cor dalam batas
normal, kedua paru
mengembang baik

-BOF:bayangan gas
dalam usus meningkat
bercampur fecal matrial

Post op
Embriologi
Mgg ke-4 kloaka dan
membran kloaka
Bag anterior duktus
allantois dan wolfian
Bag posterior rektum
Mgg ke-4&6 septum
urorektal
Mgg ke-6&10 migrasi
lipatan genital membentuk
perineum
Embriologi
Perkembangan abnormal pada fase yang
berbeda.
Kegagalan perkembangan membran kloaka ke
posterior pembukaan hindgut ke anterior
fistel urethra
Tergantung pada derajat kegagalan
perkembangan membran kloaka atau
rekanalisasi dari oklusi sekunder pada anal
kanal
Anatomi
Rektum otot levator ani
sphincter eksterna
Kolorektum tersusun atas
sel-sel epitel kolumner
Anal kanal sphincter
interna & eksterna
Sphincter interna otot
sirkuler rektum, 2,5-4cm x
0,5cm serat otot levator
ani otot longitudinal
sphincter eksterna
Anatomi
Fungsi sphinter eksterna : mempertahankan
kontinensia dan meningkatkan tonus sbg respon dari
distensi rektum dan relaksasi sphincter interna.
Vaskularisasi rektum dan anal kanal a.hemorroidal
superior&inferior
Inervasi ekstrinsik rektum&anal kanal saraf
simpatis&parasimpatis,
Inervasi simpatis saraf lumbal (L2,L3)
Inervasi parasimpatis saraf sakral (S3,S4)
Insiden
1 tiap 5000 kelahiran hidup
Bayi lebih sering dari bayi (58%: 42%)
Bayi 42% letak rendah, 8% intermediate dan
50% letak tinggi
Bayi 55% letak rendah, 20% intermediate,
19% letak tinggi
Defek paling sering pada fistula
rektourethra, pada fistula
rektovestibuler.
klasifikasi
Berdasarkan Letak
Anomali rendah
Anomali intermediet
Anomali tinggi
Tipe-Tipe Patologi
Fistula bawaan pada laki-laki
Perineal fistula
Rektourethra fistula
Rektovesika fistula
Tanpafistula
Atresia rektum
Pada perempuan
Perineal fistula
Vestibular fistula
Tanpa fistula
Kloaka
Perineal fistula
Defek paling simple
Pada laki-laki maupun perempuan
Frekuensi < 10%
Perineal Fistula
Gambaran bucket handle
Diagnosis inspeksi
Tanpa kolostomi
Rektovesika fistula
Rektum berhubungan dengan trktus urinarius
10% dari semua pasien laki-laki
Prognosis buruk
Kolostomi pembedaahn definitif
Rektourethra fistula
Paling sering pada laki-laki
Terletak di bagian bawah atau atas urethra
Kolostomi proteksi pembedahan definitif
Tanpa fistula
Karakteristik sama pada laki-laki dan perempuan
50% dengan down sindrome
Prognosis fungsional baik
Kolostomi indikasi
Kloaka
Malformasi kompleks pada
perempuan
Rektum, vagina dan traktus
urinarius bersatu
Diagnosis pemeriksaan
klinis
90% disertai defek urologi
Kolostomi indikasi


Diagnosis
Gejala Klinis
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan fisik 80-90% diagnosis
Diagnosis menentukan level dan
identifikasi fistula
Gejala Klinis
Berdasarkan pemeriksaan klinis saat lahir
Tidak ada pembukaan anus
Anus tidak pada tempatnya
Tidak ada mekonium
Abnormal discharge dari mekonium dari lubang
fistula
Distensi abdomen progresif
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan urine lengkap
USG evaluasi integritas anatomi traktus
urinarius
Ro thorax dengan NGT
Foto polos abdomen dan pelvis
Foto invertografi (Wangensten Rice), Cross
table lateral
Identifikasi tipe
Anus imperforata
Bayi perempuan
Fistel (+)
Bayi laki laki
Fistel (-)
Fistel (+)
A. Fistel rendah
1 Fistel perianal
2 Anus anterior
3 Bucket hundle
4 Fistel vestibuler
BB. Fistel tinggi
1. Fistel dengan
vagina
2. Kloaka


1. Anus membran
2. Rendah (<1 cm)
3. Tinggi (>1cm)
4. Atresia rektum

A Fistel Rendah
1 Fistel perineal
2 Anus anterior
3 Bucket hundle
*B. Fistel tinggi
1. Fistel dengan urethra
2. Fistel dengan buli
*Urine : meko (+)
Prognosis
Fistula perineal, atresia rektum dan tanpa
fistula hasil memuaskan post operatif
Fistula rektovesika prognosis fungsional
jelek (20% fungsi BAB terkontrol)
Fistula rektovestibuler 90% fungsi BAB
terkontrol
Revisi dan kolostomi inadekuat derajat
konstipasi bervariasi

Skema Penanganan bayi lahir

Skema Penanganan bayi lahir

PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini , atresia ani didapatkan
pada bayi laki-laki berusia 0 tahun 1 hari. Hal
ini sesuai dengan tinjauan pustaka, dimana
berdasarkan data epidemiologi ,atresia ani
terjadi lebih banyak pada laki- laki dari pada
wanita.


Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa Riwayat
penyakit sekarang pasien datang dengan keluhan
tidak terbentuknya anus sejak lahir atau 1 hari
yang lalu. perut bayi semakin membesar, perut
kembung, dan ditemukan kotoran warna hitam
namun yang keluar di popok.
Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa
pada atresia ani adalah suatu kelainan kongenital
tanpa anus atau anus tidak sempurna. Selain itu
adanya keluhan perut yang kembung dan
semakin membesar karena mekonium yang
menumpuk. Dan didapatkan mekonium keluar
dari lubang kecil yang terdapat di sekitar tempat
anus bayi.

Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan
perut cembung, distended, hipertimpani,
auskultasi BU+ meningkat, hal ini
menunjukkan adanya obstruksi. Dan pada
pemeriksaan regio glutea, didapatkan, anus
tidak terbentuk, anal dimple, fistula atau
kotoran mekonium. Hal ini menegaskan
bahwa bayi tersebut mengalami atresia ani
letak rendah , dimana ujung rektum berakhir
dibawah muskulus levator ani.


Untuk penatalaksanaan awal pada pasien ini,
diberikan Infus D10 0,18NS 400cc / 24jam,
dan antibiotik Sultamicillin 2 x 100 mg IV.
Serta memasang NGT untuk mengeluarkan
sisa-sisa mekonium yang ada di lambung.
Sedangkan untuk terapi definitif maka
dilakukan PSARP oleh spesialis bedah.

Anda mungkin juga menyukai