Oleh : Sylvester Auryn 1002005122 Dewi Purwita Agustini 1002005164 Yuhanantini Gopal Kishnam 1002005190
PENDAHULUAN Infeksi saluran napas bawah akut masih menjadi masalah kesehatan yang utama terutama di negara-negara berkembang dan menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Pneumonia merupakan salah satu Infeksi saluran napas bawah yang ditandai dengan suat keradangan pada parenkim paru.
PNEUMONIA Tahun 2008, secara global prevalensi hipertensi pada orang dewasa ( > 25 tahun) adalah sekitar 40% Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial yang dapat terjadi pada segala usia dan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun. Dilaporkan pula bahwa tiga per empat kasus pneumonia pada balita di seluruh dunia berada di 15 negara dan Indonesia merupakan salah satu diantara ke 15 negara tersebut
Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007. Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita Sp.A(K), M.Sc. Pneumonia Pembunuh Balita. Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 3; September 2010.
Indonesia menduduki urutan keenam dengan insidensi per tahunnya sekitar 6 juta. Setiap tahun, lebih dari 2 juta anak meninggal karena pneumonia, berarti 1 dari 5 orang balita meninggal di dunia. Pneumonia merupakan penyebab kematian yang paling sering, terutama di negara berkembang dengan angka kematian tinggi. ETIOLOGI Usia pasien merupakan factor yang memegang peran penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan Umur Bakteri Virus Lahir - 20 hari Escherichia coli Streptococcus grup B Listeria monocytogenes 3 minggu 3 bulan Chlamydia trachomatis S. Pneumoniae Respiratory Syncytial Virus Influenza virus Para influenza virus 1,2, dan 3 Adenovirus Umur Bakteri Virus 4 bulan 5 tahun S. Pneumoniae Chlamydia pneumoniae Mycoplasma pneumonia Respiratory Syncytial Virus Influenza virus Para influenza virus 1,2, dan 3 Adenovirus Rhinovirus Measles Virus 5 tahun - remaja Chlamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae S. Pneumoniae Ostapchuk M, Robert DM, Haddy R. Community Acquired Pneumonia in Infants and Children. Am. Fam. Physcian 2004;70:899- 908. FAKTOR RESIKO .
Status gizi kurang Anak yang tidak mendapat ASI Kurangnya suplementasi vitamin A & zinc Bayi lahir berat rendah Polusi udara Pendidikan ibu Status socio ekonomi keluarga Gangguan fungsi imun Malnutrisi
Aspirasi kuman/penyebaran langsung kuman dari saluran respiratorik atas. Normal respiratorik bawah sublaring-alveolisteril Paru terlindung dr infeksi krnmekanisme : filtrasi partikel di hidung pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis ekspulsi benda asing melalui refleks batuk pembersihan ke arah kranial oleh selimut mukosilier fagositosis kuman oleh makrofag alveolar netralisasi kuman oleh substansi imun lokal drainase melalui sistem limfatik
Invasi Mikroorganisme Inflamasi Alveoli dan ruang udara terminal Kerusakan bagian dan fungsi paru Proses radang dapat dibagi atas 4 stadium Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti) Disebut hiperemia
Stadium II (48 jam berikutnya) Disebut hepatisasi merah
Stadium III (3 8 hari) Disebut hepatisasi kelabu
Stadium IV (7 11 hari) Disebut juga stadium resolusi
Metinko AP. Neonatal Pulmonary Host Defense Mechanisms. In: Polin RA, Fox WW, eds. Fetal and Neonatal Physiology. 3 rd ed. Philadelphia, Pa: WB Saunders Co; 2004:162073. Manifestasi Klinis Pneumonia Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare Gejala ggn respiratori: batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis. Tanda pneumonia : retraksi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki basah halus Rasad, Sjariar. 2008. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007. DIAGNOSIS
Bila ada tanda bahaya umum <2 bln napas cepat (>60 x/menit) atau sesak napas >50 x/menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun >40 x/menit untuk anak usia >1 5 tahun auskultasi akan didapatkan suara ronki, Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia Tidak ada napas cepat atau sesak napas Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis Bukan pneumonia Rasad, Sjariar. 2008. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007. 2 bulan 5 tahun ; Tanda Bahaya Umum tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk
Ditandai dengan batuk atau sesak napas Disertai salah satu gejala dari retraksi dinding dada, napas cuping hidung, grunting atau merintih. auskultasi akan didapatkan suara ronki, suara napas menurun, dan suara napas bronkial Harus dirawat dan diberikan antibiotik Pneumonia berat
Ditandai dengan batuk atau sesak napas Disertai salah satu gejala dari sianosis sentral, tidak bisa minum, muntah, kejang disertai letargi dan kesadaran menurun,dan anggukan kepala. Pada auskultasi akan didapatkan suara ronki, suara napas menurun, dan suara napas bronchial. Pneumonia Sangat berat Pemeriksaan Penunjang Radiologi Gambaran radiologis yang klasik pada pasien dengan pneumoni dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram. Pneumonia interstisial, biasanya karena virus atau mycoplasma dengan gambaran berupa corakan bronkovaskular bertambah, peribronchial cuffing, dan overaeration, dan bila berat dapat terlihat patchy consolidation karena atelektasis. Gambaran pneumonia karena S.aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkan gambaran bilateral yang difus, corakan peribronkial yang bertambah, dan tampak infiltrat halus sampai ke perifer.
Hasil pemeriksaan leukosit meningkat (15.000- 40.000/mm 3 ), dengan predominan neutrofil Rapid test digunakan untuk deteksi antigen bakteri mempunyai spesifitas dan sensitivitas rendah. Pemeriksaan serologi juga kurang manfaat. Diagnosis definitif pneumonia bakterial adalah dengan isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura, atau darah. Namun pengambilan spesimen dari paru sangat invasif dan tidak rutin diindikasikan. Daud D., Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. In Standar pelayanan Medik Respirologi; Pneumonia. Department Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unhas/ SMF anak RS DR.Wahidin Sudirrohusodo. Makassar, Januari 2013. p.33-36 Garna H., dan Nataprawira H.M.D.,Pedoman Diagnosis Dan Terapi; Ilmu Kesehatan Anak..In Pulmologi; Pneumonia. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, RS Dr Hassan Bandung, Jl. Pasteur No. 38 Bandung. Edisi ke-3 PENATALAKSANAAN Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur.
Golongan penisilin +aminoglikosida. Bayi <3 bulan Ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama Bayi >3 bulan Bila pada anak ditemukan demam lebih dari atau sama dengan 39 o C yang tampaknya menyebabkan distres diberikan paracetamol. Bila ditemukan adanya mengi, diberikan bronkodilator kerja cepat dengan salah satu cara dari salbutamol nebulisasi atau salbutamol dengan metered dose inhaler (MDI) dengan spacer Daud D., Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. In Standar pelayanan Medik Respirologi; Pneumonia. Department Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unhas/ SMF anak RS DR.Wahidin Sudirrohusodo. Makassar, Januari 2013. p.33-36 Suportif 1. Pemberian oksigen 2. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. 3.Kebutuhan cairan rumatan diberikan sesuai umur anak, tetapi harus diperhatikan terjadinya kelebihan cairan atau overhidrasi. PROGNOSIS Secara keseluruhan, prognosis pasien dengan pneumonia adalah baik. Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sebesar 13-55%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan terlambat dideteksi menunjukkan angka mortalitas yang lebih tinggi. Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita Sp.A(K), M.Sc. Pneumonia Pembunuh Balita. Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 3; September 2010. KOMPLIKASI Empyema thoraks Miokarditis Perikarditis purulenta Pneumothoraks Pneumomediastinum Infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. John N. Pediatric Pneumonia. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article /967822overview. LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : KMDB Tanggal lahir : 13 Oktober 2013 Umur : 10 bulan 15 hari Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. P. Saelus Gg. VB No. 2 Denpasar Agama : Hindu Pendidikan : Belum sekolah No. RM : 14.05.02.24 Tanggal MRS : 26 Agustus 2014 Tanggal pemeriksaan : 28 Agustus 2014
Heteroanamnesis Anamnesis dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2014 pukul 17.00 WITAdi Ruang Jempiring RSUP Sanglah terhadap ibu pasien.
Keluhan Utama Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dikeluhkan sesak pagi hari pada tanggal 26 Agustus 2014. Sesak semakin memberat pada sore hari, napas dikatakan lebih cepat dari biasanya. Muncul cekungan pada dada setiap bernapas disertai suara napas grok-grok. Demam dikeluhkan sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Demam tinggi tetapi suhu tubuh tidak diukur. Demam turun sebentar dengan obat penurun panas kemudian kembali demam. Selain sesak dan demam, pasien juga dikeluhkan batuk berdahak, dengan dahak yang sulit dikeluarkan sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah, pasien sempat dibawa ke dokter spesialis anak, dan demam sempat diukur pada saat itu, mencapai 39,8 o C. Nafsu makan dan minum pasien dikatakan menurun sejak sakit. BAB dan BAK pasien normal.
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah mengalami keluhan sesak 1 bulan sebelumnya dan membaik seetelah dinebulisasi 1 kali di RSUP Sanglah. Riwayat penyakit lainnya disangkal oleh ibu pasien.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa. Namun ibu pasien menderita Diabetes Melitus.
Riwayat Sosial Ekonomi Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Keadaan ekonomi keluarga pasien berkecukupan.
Riwayat Pengobatan Pasien sempat diberi parasetamol untuk menurunkan demam oleh ibu pasien. Pasien juga sempat dibawa ke dokter spesialis anak dan langsung dirujuk.
Riwayat Alergi Dikatakan pasien tidak ada alergi obat-obatan ataupun makanan.
Riwayat Persalinan Pasien lahir spontan di bidan, dengan berat badan lahir 2900 gram, panjang badan lahir dan lingkar kepala lupa, langsung menangis, anus (+), kelainan (-).
Riwayat Imunisasi Riwayat imunisasi dikatakan lengkap sesuai umurnya, BCG 1 kali, polio 4 kali, hepatitis B 4 kali, DPT 3 kali, dan campak 1 kali.
Riwayat Nutrisi
ASI : sejak usia - , frekuensi - Susu formula : sejak usia 0 bulan, frekuensi on demand Bubursusu : sejak usia 6 bulan, frekuensi 3x/hari Nasi tim : sejak usia 7 bulan, frekuensi 3x/hari Nasi : sejak usia - , frekuensi
Riwayat Tumbuh Kembang
Menegakkan kepala : 3 bulan Membalik badan : 4 bulan Duduk : 7 bulan Merangkak : 8 bulan Berdiri : - bulan Berjalan : - bulan Bicara : - bulan
Pemeriksaan Fisik Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis E3V4M4 Nadi : 124 kali/ menit, reguler, isi cukup Laju Napas : 36 kali/ menit, reguler Suhu Aksila : 36,6 C Skala Nyeri : 0 Berat Badan : 9,3 kg Berat Badan Ideal : 8 kg Panjang badan : 68 cm Lingkar Kepala : 45,5 cm Lingkar Lengan Atas : 16,3 cm
Abdomen Inspeksi : distensi (-), nyeri tekan (-) Auskultasi : bising usus (+) normal Palpasi : hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-), massa (-) Perkusi : timpani
Kulit : turgor kembali cepat, sianosis (-) Genitalia : tidak ada kelainan Inguinal : pembesaran kelenjar (-) Ekstremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), udem (-), CRT < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang Kimia Klinik CRP (Kuantitatif) 3,7 mg/ L
Darah Lengkap Hasil Nilai Rujukan Remark WBC 9,12 x 10 3 /L 4,10-11,0 NEU 5,82 (63,9%) 2,50-7,50 (47-80 %) LYM 1,99 (21,8%) 1,00-4,00 (13,0-40,0 %) MONO 1,10 (12,0%) 1,00-1,20 (2,00-11,00 %) (H) EOS 0,007 (0,074%) 0,00-,500 (0,00-5,00 %) BASO 0,204 (2,23%) 0,00-,100 (0,00-2,00 %) H (H) RBC 4,71 x 10 6 /L 4,50-5,90 HGB 11,6 g/Dl 13,5-17,5 L HCT 36,9 % 41,0-53,0 L MCV 78,2 Fl 80,0-100 L MCH 24,7 pg 26,0-34,0 L MCHC 31,6 g/Dl 31,0-36,0 RDW 14,3 % 11,6-14,8 PLT 313 x 10 3 /L 150,-440, MPV 6,01 Fl 6,80-10,0 L Darah Lengkap 26 Agustus 2014
Foto Thoraks AP 26 Agustus 2014
Cor : Bentuk dan kesan normal Pulmo : Tampak infiltrat di suprahiler kanan, kiri, dan parakardial kanan Kesan : Pneumonia Diagnosis Kerja Pneumonia berat + Gizi Lebih
Penatalaksanaan Terapi
O 2 2 liter per menit bila perlu Kebutuhan Kalori 880 kkal/ hari, kebutuhan protein 16 gram/ hari Kebutuhan cairan 930 ml/ hari Diet nasi tim 3 kali sehari IVFD D5 NS 330 ml/ hari 14 tetes mikro per menit Ampisilin 200 mg/ kg/ hari ~ 500 mg @ 6 jam intra vena Kloramfenikol 100 mg/ kg/ hari ~ 200 mg @ 6 jam intra vena Ambroxol 0,5 mg/ kg/ kali cth 1/3 @ 8 jam oral Paracetamol 93 mg ~ cth dapat diulang @ 4 jam oral + kompres hangat
Rencana Perawatan Tunggu hasil kultur darah 2 sisi
Tanggal Subyektif, Obyektif, Assesment Terapi dan Planning Diagnosis 27/8/2014 S: Menerima pasien dari triage anak dengan kondisi pasien saat ini tidak demam, batuk pilek berkurang, suara napas grok-grok masih tapi sudah berkurang, sesak berkurang, makan dan minum (+), BAB dan BAK (+) O : Status Present: Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 112 x/ menit reguler isi cukup Laju Napas : 32 x/menit Suhu aksila : 36,4C Status General: Kepala : Normocephali Mata : ikterus -/- , anemis -/- isokor THT : Hidung : napas cuping hidung (-), sekret (-) Thoraks : simetris (+), retraksi (-) Cor : S 1 S 2 Tunggal Reguler, murmur (-) Po : bronkovesikuler +/+ Ronki -/-, wheezing -/- Abdomen: Distensi (-), Bising Usus(+) N Hepar/ Limpa: Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat (+)
A : Pneumonia berat + Gizi Lebih
Tx : - O 2 2 lpm bila perlu - Kebutuhan kalori 880 kkal/ hari, kebutuhan protein 16 gram / hari - Kebutuhan cairan 930 ml/ hari - Diet nasi tim 3 kali sehari - IVFD D5 NS 330 ml/hari ~ 14 tetes mikro per menit - Ampisilin 200 mg/kg/hari ~ 500 mg @ 6 jam intra vena - Kloramfenikol 100mg/kg/hari ~ 200 mg @ 6 jam intra vena - Ambroxol 0,5 mg/kg/kali cth 1/3 @ 8 jam - Paracetamol 93 mg ~ cth dapat diulang @ 4 jam + kompres hangat Monitoring : - Vital Sign - Imbang Cairan 28/8/2014 S: tidak demam, batuk pilek berkurang, suara napas grok-grok masih tapi sudah berkurang, sesak berkurang, makan dan minum (+), BAB dan BAK (+) O : Status Present Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 118 x/ menit reguler isi cukup Laju Napas : 30 x/menit Suhu aksila : 36,9C Status General: Kepala : Normocephali Mata : ikterus -/- , anemis -/- isokor THT : Hidung : napas cuping hidung (-), sekret (-) Thoraks : simetris (+), retraksi (-) Cor : S 1 S 2 Tunggal Reguler, murmur (-) Po : bronkovesikuler +/+ Ronki -/-, wheezing -/- Abdomen: Distensi (-), Bising Usus(+) N Hepar/ Limpa: Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat (+)
A : Pneumonia berat + Gizi Lebih Tx : - O 2 2 lpm bila perlu - Kebutuhan kalori 880 kkal/ hari, kebutuhan protein 16 gram / hari - Kebutuhan cairan 930 ml/ hari - Diet nasi tim 3 kali sehari - IVFD D5 NS 330 ml/hari ~ 14 tetes mikro per menit - Ampisilin 200 mg/kg/hari ~ 500 mg @ 6 jam intra vena - Kloramfenikol 100mg/kg/hari ~ 200 mg @ 6 jam intra vena - Ambroxol 0,5 mg/kg/kali cth 1/3 @ 8 jam - Paracetamol 93 mg ~ cth dapat diulang @ 4 jam + kompres hangat Monitoring : - Vital Sign - Imbang Cairan PEMBAHASAN Pasien merupakan balita penduduk Indonesia dengan jumlah kasus pneumonia terbanyak ke-6 dari 15 negara di dunia.
Pada pasien ini ditemukan gejala klinis pneumonia seperti sesak napas yang semakin memberat, napas yang cepat dikatakan lebih cepat dari biasanya, cekungan pada dada yang terlihat setiap kali pasien bernapas, demam sejak dua hari sebelum masuk Rumah Sakit dan peningkatan suhu tubuh mendadak hingga 39,8 o C, serta batuk berdahak pada perjalanan penyakit sejak 3 hari sebelum pasien masuk Rumah Sakit.
Pada pasien didapatkan gejala berupa batuk sejak 3 hari sebelum masauk Rumah Sakit, dan sesak napas yang semakin parah.
Napas cepat 64 kali per menit memenuhi kriteria WHO untuk anak usia 2-12 bulan yaitu lebih dari atau sama dengan 50 kali per menit. Pada pasien juga didapatkan retraksi subkosta saat bernapas.
Gejala yang dialami pasien sesuai dengan kriteria diagnosis pneumonia derajat berat menurut WHO.
Pada rontgen thoraks pasien didapatkan gambaran di suprahiler kanan, kiri, dan parakardial kanan, serta dibacakan dengan kesimpulan kesan pneumoni.
Pada pasien ini diberikan: 1. Ampisilin 200 mg/kg/hari ~ 500 mg @ 6 jam intra vena sebagai antibiotika yang sesuai dengan kriteria umur pasien 2. Kloramfenikol 100mg/kg/hari ~ 200 mg @ 6 jam intra vena dipadu dengan ampisilin sesuai dengan pengobatan menurut kriteria umur pasien 3. Ambroxol 0,5 mg/kg/kali cth 1/3 @ 8 jam sebagai mukolitik yang diindikasikan untuk mengencerkan dahak pasien yang dikatakan susah dikeluarkan 4. Paracetamol 93 mg ~ cth dapat diulang @ 4 jam + kompres hangat sebagai tatalaksana apabila pasien mengalami demam kembali Pada pasien diberikan terapi suportif:
a. O 2 2 lpm bila perlu, diberikan untuk mengatasi sesak napas pada pasien
b. Diet nasi tim 3 kali sehari untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang sudah disesuaikan dengan kondisi pasien
c. IVFD D5 NS 330 ml/hari ~ 14 tetes mikro per menit diberikan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan cairan yang sudah disesuaikan dengan kondisi pasien
SIMPULAN Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi oleh cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium. Pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak dengan angka kejadian tinggi terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Pada laporan kasus, pasien didiagnosis peumonia berat karena pasien mengalami sesak napas yang disertai retraksi dinding dada, dengan ronki yang positif. Pemeriksaan penunjang radiologi mendukung gambaran pneumonia yaitu terdapat gambaran infiltrat pada paru. Pasien telah mendapat terapi yang sesuai dengan teori. Pasien dirawat inap dengan mendapatkan terapi utama berupa kombinasi Ampisilin dan Kloramfenikol, terapi simtomatis berupa Ambroxol dan Paracetamol, serta terapi suportif berupa terapi oksigen, terapi cairan, dan diet terukur sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.