Anda di halaman 1dari 2

LO 6.

Memahami dan menjelaskan hukum vaksinasi menggunakan bahan haram dari


tinjauan hukum Islam
Sarat Ash- shura (78-830
78. yang menciptakan aku, dan Dia-lah yang menunjuki aku.
79. Dan yang memberi makan dan minumanku.
80. "Jika aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku.
81. "Dia yang mematikanku, kemudian Dia pula yang menghidupkanku kembali
di akhirat.
82. Dia-lah yang kuharapkan sudi mengampuni kesalahanku pada Hari
Pembalasan".
83. Ibrahim mendoa: "Ya, Tuhanku! Berilah aku ilmu pengetahuan dan
golongkanlah aku kepada orang-orang yang baik.

Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan
diri dari penyakit sebelum terjadi.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang memakan
tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan
sihir(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya mengambil
sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga
kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh
sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.

Masalah ini diperselisihkan ulama menjadi dua pendapat :
Pertama : Boleh dalam kondisi darurat. Ini pendapat Hanafiyyah, Syafiiyyah,
dan Ibnu Hazm.
Di antara dalil mereka adalah keumuman firman Allah :...
Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.... (QS. Al- Anam [6]:119)
Demikian juga Nabi membolehkan sutera bagi orang yang terkena penyakit kulit,
Nabi
membolehkan emas bagi sahabat arfajah untuk menutupi aibnya, dan bolehnya orang
yang
sedang ihrom untuk mencukur rambutnya apabila ada penyakit di rambutnya.

Kedua : Tidak boleh secara mutlak. Ini adalah madzab Malikiyyah dan
Hanabillah.
Di antara dalil mereka adalah sabda Nabi :
Sesungguhnya allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan
jangan berobat dengan benda haram (ash-Shohihah:4/174)
Alasan lainnya karena berobat hukumnya tidak wajib menurut jumhur ulama, dan
karena sembuh dengan berobat bukanlah perkara yang yakin.





Penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV)
Setelah sekelumit informasi tantang imunisasi di atas, sekarang kita masuk kepada
permasalahan inti yang menjadi polemik hangat akhir-akhir ini, yaitu imunisasi
dengan menggunakan vaksin polio khusus (IPV) yang dalam proses
pembuatannya menggunakan enzim yang berasal dari babi. Bagaimanakah gambaran
permasalahan yang sebenarnya ? Dan bagaimanakah status hukumnya?
1. Dhorurat dalam Obat
Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang
keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila
dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau
mendapatkan bahaya besar pada badannya, hartanya atau
kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:

Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang

Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti
lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk
kebutuhan saja.

Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : Seandainya
seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus
memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar
daripada kerusakan makan barang najis.20

2. Kemudahan Saat Kesempitan

Sesungguhnya syariat islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak
sekali dalil-dalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi
mengatakan: Dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat ini telah
mencapai derajat yang pasti.20

Semua syariat itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan
ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-
Syafii tatkala berkata :
Kaidah syariat itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu
apabila sempit maka menjadi luas.21

Anda mungkin juga menyukai