Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Usia : 7 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Cipulir
No. RM : 1614516
Agama : Islam
Usia ibu : 28 tahun
Pendidikan ibu : SMP

ANAMNESIS
Anamnesis secara alloanamnesis pada ibu pasien pada tangal 18 Agustus
2014.

Keluhan Utama
Mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Mencret dengan frekuensi 8-10 kali/hari. Mencret berwarna kuning, masih
terdapat ampas, air lebih banyak dibandingkan ampas, tidak terdapat lendir dan
darah. Jumlah sekali diare tidak diketahui namun ibu pasien mengaku setiap diare
popok terisi setengah penuh, tidak berbau asam ataupun busuk.
Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah sejak awal diare. Pasien
muntah kurang lebih 2 kali sehari, muntah berisi makanan atau ASI, tidak ada
muntah hijau, ibu pasien juga tidak merasa perut kembung atau tegang, tidak
sering buang angin.
Sejak 2 hari SMRS pasien demam, demam mendadak tinggi, suhu tidak di
ukur, pasien juga terlihat lebih rewel, bila menangis air mata hanya sedikit, pasien
2

masih merasakan haus, masih mau meminum ASI, pasien terlihat lebih lemas dari
biasanya, buang air kecil 4-6 kali dalam sehari, terakhir 6 jam yang lalu, tidak
rewel setiap buang air kecil. Keluhan lain seperti penurunan kesadaran, kejang,
sesak napas, batuk pilek disangkal ibu pasien. Tidak dicurigai adanya nyeri hebat
pada perut, karena pasien cenderung tenang.
Selama mencret ibu pasien hanya memberikan ASI dan air putih, pasien
sempat dibawa ke bidan dan diberikan obat (ibu lupa nama obat yang diberikan),
namun karena keluhan tidak membaik, ibu pasien membawa ke IGD RSUP
Fatmawati.

Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien
tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat. Riwayat alergi seperti sering
merah dan gatal-gatal, bersin-bersin di pagi hari disangkal. Tidak ada riwayat
berat badan rendah atau sulit naik ataupun sulit menerima asupan.

Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga tidak ada keluhan serupa. Riwayat kejang demam di
keluarga tidak ada, dan riwayat epilepsi tidak ada.Riwayat alergi makanan
maupun obat tidak ada.

Riwayat Sosial dan Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk, sumber air pasien dari
PDAM. Di sekitar rumah tidak ada yang mengalami gejala serupa.Pasien sering
menghisap-hisap jari tangannya. Ibu pasien mengganti popok tiga kali dalam satu
hari. Saat ganti popok pasien hanya dilap dengan kain basah atau tidak dibasuh.





Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
3

Pada saat hamil ibu pasien tidak mengalami sakit dan demam.Riwayat
minum obat-obatan pada saat hamil disangkal.Ibu pasien rutin periksa kehamilan
tiap bulan.
Pasien merupakan anak pertama, lahir spontan, ditolong bidan, cukup
bulan, berat lahir 3000 gram, panjang lahir 47 cm, langsung menangis, biru tidak
ada, pucat tidak ada.

Riwayat Imunisasi
Imunisasi rutin menurut ibu pasien, mengikuti sesuai dengan jadwalnya.
namun ibu pasien tidak dapat menjelaskan imunisasi apa saja yang telah
dieberikan.

Riwayat Perkembangan
Pasien berkembang sesui dengan usia, duduk pada saat usia 6 bulan, dan
sekarang sudah mencoba merangkak. Pasien sudah dapat menyebutkan satu patah
kata mam.

Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI eksklusif pada saat lahir hingga sekarang. Ibu
pasien mulai memberikan makan bubur bayi pada saat usia 5 bulan.

PEMERIKSAAN FISIK
Kesan sakit : Sakit sedang
Mobilitas : Aktif, tampak rewel dan gelisah
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 8 kg
Panjang badan : 71 cm
Frekuensi nadi : 124 kali/menit, regular, kuat, isi cukup.
Frekuensi Napas : 30kali/menit, regular, kedalaman cukup
Suhu : 37,8
o
C (aksila)

Status Generalis
4

Kepala : normocephali, LK: 43 cm, Ubun-ubun belum menutup
Mata : cekung +/+, konjungtiva pucat -/-,sklera ikterik -/-
Hidung : sekret (-) pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : normotia, sekret (-)
Mulut : mukosa lidah basah, faring tidak hiperemis, T1/T1
Leher : trakea ditengah, KGB tidak teraba
Jantung
I : IC tidak terlihat
P : IC teraba pada ICS 4 MCL Sinistra
P : batas jantung paru normal
A : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
I : retraksi dinding dada (-)
P : pergerakan paru Simetris
P : sonor pada kedua lapan paru
A : suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
I : darar, benjolan (-).
P : supel, hepar tidak teraba,lien tidak teraba, nyeri tekan (-), turgor
<3 detik
P : asites (-)
A : bising usus(+) normal
Ekstremitas : akral hangat +, CRT <3, edema ()
Anus : eritemanatum (-)

Status Hidrasi
Keadaan umum : rewel/compos mentis
Kepala : UUB cekung
Mata : cekung (+), air mata (-)
Mulut : mukosa lembab, tampak kehausan (+)
Turgor : cukup
Buang air kecil : baik
5

Kesan: dehidrasi ringan-sedang

Status Gizi
BB : 8 kg
PB : 71 cm
Lingkar lengan atas : 15 cm
Lingkar kepala : 43 cm
BB/U = 0 < z score <2
TB/U = 0 < z score < 2
BB/TB=z score tepat pada 0 : Gizi Baik
LLA/U= 0 < z score < 1
HA = 8,5 bulan
Kebutuhan kalori: 8 x 98 kkal = 784 kkal/hari ~ 800 kkal/hari

PEMERIKSAAN PENUNJANG
18/08/2014 Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,5 gr/dL 9,6 - 12,8
Hematokrit 37 % 32 44
Leukosit 10.800/uL 5.500 18.000
Trombosit 498.000/uL 229.000 553.000
Eritrosit 4,84 juta/uL 3,60 - 5,20
VER/HER/KHER/RDW
VER 76,4 fl 73 109
HER 25,9 pg 21 33
KHER 33,9 g/dl 26 34
RDW 14,3 % 11,5 - 14,5
ELEKTROLIT
Natrium darah 138 mmol/L 135 147
Kalium darah 3,22 mmol/L 3,1 - 5,1
Klorida darah 105 mmol/L 95 108
Analisis Fases (20/08/14)
6

Makroskopik
Konsistensi : cair
Warna : kuning
Bau : normal
pH : 5.0
Cacing : negatif
Nanah : negatif
Lendir : negatif
Darah : negatif
Mikroskopik
Leukosit : 0-1 (< 10/LPB)
Eritrosit : 0-1 (< 3/LPB)
Lemak : negative
E. coli : negative
E. hystolitica : negative
Amulum : negative
Jamur : negative
Serat otot ; negative
Serat tumbuhan : positive
Telur cacing : negative
Kimia
Gula : negative
Darah samar : negative
Bakteri : batang gram negative (+).

RESUME
Anak laki-laki usia 7 bulan, mengalami diare sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. BAB cair, berwarna kuning, terdapat ampas, tidak terdapat lendir dan
darah. keluhan juga disertai muntah serta demam yang terjadi bersamaan dengan
diare. Pasien terlihat rewel, air mata berkurang dan tampak kehausan. Buang air
kecil 4-6 kali per hari.
7

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, composmentis.
Frekuensi nadi : 124x/menit, isi cukup, regular. Frekuensi pernapasan : 30x/menit.
Suhu aksila : 37,8 C. Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal.
Status hidrasi pada pasien adalah pasien tampak rewel. Mata : cekung(+),
air mata (-), mulut : mukosa lembab, tampak kehausan (+), turgor baik,buang air
kecil terakhir 6 jam yang lalu. Kesan : dehidrasi ringan-sedang. Status gizi baik,
Kebutuhan kalori 800 kkal/hari.
Pada pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. pH feses adalah 5.0
(asam).

DIAGNOSIS
Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ec.Infeksi Virus DD/
- Infeksi bakteri
- Malabsorbsi

TATA LAKSANA
CRO 75 ml/kgBB dalam 3 jam 600 mL dalam 3 jam
5-10 ml/kgBB tiap diare cair 40 80 mL tiap kali diare
Bila muntah: IVFD KaEN 3B 100 mL/kgBB/hari 800 cc/hari
Zink 20 mg/hari selama 10 hari
Probiotik 2x1 sachet
Nutrisi : berdasarkan RDA: 800 kkal/hari bubur susu dan SF
Edukasi:
Jaga kebersihan alat makan dan minum.
Cara pemberian cairan bila pasien diare dirumah.
Ganti popok setiap habis BAB dan BAK.
Jaga kebersiahan badan.
Pemberian susu sesuai takaran.
Menjaga kebersihan jamban.
Cuci tangan setelah BAB dan sebelum makan.


8

PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
Ad Sanasionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
19/08/14
S : BAB cair 4 x sehari, warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-),
muntah (-), demam (-), minum (+), BAK (+)
O : TSS / CM
Nadi : 124 x/menit
Nafas : 26 x/menit
Suhu : 37,4
o
C
St.gen : dalam batas normal
Status hidrasi:
UUB : datar
Mata : cekung (-), air mata (+)
Mukosa : lembab
Turgor : baik
BAK : baik
Kesan : tanpa dehidrasi
A : Diare akut (H-5) tanpa dehidrasi
P : Probiotik 2 x 1 sachet
Zink 1 x 20 mg
CRO 80 mL/diare
Diet lanjutkan, ASI ad lib

20/08/14
S : BAB cair 3 x sehari, warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-),
muntah (-), demam (-), minum (+), BAK (+)
O : TSS / CM
Nadi : 110 x/menit
9

Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,8
o
C
St.gen : dalam batas normal
Status hidrasi:
UUB : datar
Mata : cekung (-), air mata (+)
Mukosa : lembab
Turgor : baik
BAK : baik
A : Diare akut (H-6) tanpa dehidrasi
P : Probiotik 2 x 1 sachet
Zink 1 x 20 mg
CRO 80 mL/diare
Diet lanjutkan, ASI ad lib

21/08/14
S : BAB mulai padat, ampas lebih banyak 2x sehari, warna kuning, lendir (-)
, darah (-), BAB bau asam, muntah (-), demam (-), minum (+), BAK (+)
O : TSS / CM
Nadi : 100 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5
o
C
St.gen : dalam batas normal
Status hidrasi:
UUB : datar
Mata : cekung (-), air mata (+)
Mukosa : lembab
Turgor : baik
BAK : baik
A : Diare akut (H-7) tanpa dehidrasi
P : Probiotik 2 x 1 sachet
Zink 1 x 20 mg
10

CRO 80 mL/diare
Diet lanjutkan, ASI ad lib

22/08/14
S : BAB lebih padat, ampas lebih banyak 2x sehari, warna kuning, lendir (-),
darah (-), BAB bau asam (-), muntah (-), demam (-), minum (+), BAK (+)
O : TSS / CM
Nadi : 110 x/menit
Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,5
o
C
St.gen : dalam batas normal
Status hidrasi:
UUB : datar
Mata : cekung (-), air mata (+)
Mukosa : lembab
Turgor : baik
BAK : baik
A : Diare akut (H-8) tanpa dehidrasi
P : Probiotik 2 x 1 sachet
Zink 1 x 20 mg
CRO 80 mL/diare
Diet lanjutkan, ASI ad lib


11

BAB II
ANALISIS KASUS

DIAGNOSIS PADA PASIEN
Diagnosis pada pasien adalah diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
et causa virus. Diagnosis ini memenuhi syarat diagnosis diare yang meliputi tiga
hal yaitu, presistensi, status dehidrasi dan etiologi penyebab diare.
1
Batasan diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi lebih lembek atau encer dari biasanya. Pada pasien ini, dalam
anamnesis didapatkan data pasien BAB cair dengan frekuensi 8-10x sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Dengan data ini diagnosis diare sudah dapat
ditegakkan.
2
Untuk Presistensi diare pada pasien ini masuk dalam kategori diare akut.
diare akut adalah diare yang terjadi dalam waktu kurang dari 7 hari. Pada pasien
ini diare terjadi 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan pada hari ke tujuh diare,
ketika pasien sudah dirawat BAB sudah mulai padat, berampas dengan frekuensi
2 kali sehari, sehingga diare sudah berhenti kurang dari 7 hari. Pada kasus ini
diare akut dapat ditegakan.
2
Untuk status dehidrasi pada pasien ini masuk dalam status dehidrasi ringan
sedang. Dimana penilaian derajat dehidrasi dapat dilakukan dengan tabel berikut
3
:
Derajat
dehidrasi
Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan
sedang
(5-10% BB)
Dehidrasi berat
(>10% BB)
Keadaan umum Baik, kompos
mentis
Rewel gelisah Letargi, lemah,
kesadaran
menurun,nadi
dan napas cepat

Rasa haus Minum normal Minum dengan
lahap
Tidak mau
minum, malas
minum
Kelopak mata Normal Mata cekung Mata cekung
12

Mulut Basah Kering Sangat kering
Kulit Normal Turgor kembali
mabat
Turgor kembali
sangat lambat (>
2 detik)
Urin Normal Berkurang Tidak ada

Pada anamnesis didapatkan data bahwa sejak 2 hari yang lalu, pasien
terlihat rewel. Jika pasien menangis air mata berkurang dan pasien tampak
kehausan. Buang air kecil 4-6 kali per hari. Data anamnesis ini diperkuat dengan
data pemeriksaan fisik yang mendapatkan bahwa keadaan umum pasien rewel.
Kepala: UUB sudah cekung. Mata cekung, produksi air mata tidak ada. Mukosa
mulut lembab, tampak kehausan dan turgor kembali cepat.
Etiologi diare pada pasien adalah karena virus. Diagnosis virus ditegakkan
berdasarkan data anamnesis BAB cair, berwarna kuning, tidak berbau asam,
terdapat ampas, tidak terdapat lendir dan darah. Keluhan tambahan berupa muntah
dan terdapat demam yang mendadak tinggi. Pada diare yang disebabkan virus,
disertai dengan demam yang mendadak tinggi yang khas pada virus. Pada infeksi
virus juga dapat disertai dengan intoleransi terhadap laktosa, sehingga BAB
berbau asam dapat ditemukan serta terdapat kemerahan pada perianal. Pada diare
karena virus sering terjadi mual dan muntah.
Pada pemeriksaan fisik belum didapatkan eritematum pada perianal yang
merupakan tanda khas pada infeksi virus. Mungkin karena perjalanan penyakit
masih baru sehingga tidak ditemukan eritematum. Pada pemeriksaan penunjang
darah tidak ditemukan kelainan yang bermakna. Pada pemeriksaan analisis feses
ditemukan pH feses 5.0 yang menunjukkan bahwa feses menjadi lebih asam.
Keadaan asam pada feses disebabkan oleh hilangnya enzim disakarida
yang hilang karena manivestasi virus. sehingga laktosa tidak dapat dipecah,
sehingga terjadi intoleransi laktosa. Laktosa yang ada di usus besar difermentasi
oleh flora usus yang menghasilkan asam dan gas. Asam menimbulkan feses
berbau asam dan menyebabkan iritasi pada perianal yang menyababkan
eritemanatum.
4


13

Sehingga dengan dasar diatas dapat ditegakakan diagnosis kerja Diare
Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang ec virus. Virus yang paling sering
menyebabkan diare adalah Rotavirus.
5

TATALAKSANA
Tatalaksana pada pasien ini harus disesuikan dengan 5 pilar tatalaksana
pada pasien diare akut.
1
1. Rehidrasi
Pedoman tatalaksan rehidrasi pada diare dapat dilihat pada tabel berikut:
Derajat Dehidrasi, %
defisit
Rehidrasi Penggantian cairan
Tanpa dehidrasi
(<5% BB)
Tidak perlu 10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Ringan sedang
(5-10% BB)
CRO 75 ml/kg/3 jam 10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Berat
(> 10% BB)
Cairan intravena:
<12 bulan: 30ml/kg/1
jam kemudian
70ml/kg/5 jam
>12 bulan : 30ml/kg/30
menit kemudia 70
ml/kg/2 jam.
10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah

Cara memberikan cairan rehidrasi oral adalah berikan minum
sedikit demi sedikit. Berikan oralit formulasi baru (osmolalitas rendah)
satu sendok teh pada bayi di bawah dua tahun setiap 1-2 menit. Untuk
anak yang lebih besar berikan beberapa teguk dari gelas. Bila anak
muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih lama (misalnya
2-3 menit).
1
Pada pasien ini Rehidrasi dilakukan dengan IVFD Kaen 3B 100
cc/kgBB/24 jam serta asupan oral yang tetap berlanjut. Untuk dehidrasi
ringan sedang rehidrasi oral adalah pilihan utama. Pada rehidrasi ringan
14

sedang dilakukan rehidrasi intravena bila asupan oral tidak adekuat karena
anak tidak mau minum atau anak muntah. pada pasien ini terdapat mual
dan muntah sehingga pada pasien ini indikasi untuk rehidrasi melalui
intravena dapat diberikan. Pada pasien ini berat badan pasien 8 kg,
sehingga kebutuhan cairan pengganti pasien adalah 800 cc/24 jam sambil
dilanjutkan asupan oral berupa ASI dan RSO 5 10 cc/kg BB tiap kali
diare yaitu sebanyak 40 80 cc tiap kali diare.

2. Jaga Asupan
Asupan makanan perlu dipertahankan seperti pada saat anak sehat.
Hal ini dimaksudkan untuk mengganti nutrisi yang hilang serta untuk
menghindari terjadinya gizi buruk. Adanya peningkatan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan. ASI diberikan lebih sering pada semua
jenis diare. Anak usia 6 bulan ke atas diberi makanan tambahan selain ASI
seperti sebelum sakit.
1
Pada pasien ini kebutuhan energi adalah 800 kkal. dapat diberikan
berupa bubur susu dan ASI ad lib.

3. Zinc
Pemberian zinc dilakukan selama 10 samapi 14 hari berturut-turut.
pemberian seperti ini, telah terbukti mencegah berulangnya diare 2-3
bulan. Nafsu makan pada anak juga dapat kembali dengan pemberian
zinc.
1
Dosis pemberian zinc pada yang dianjurkan oleh WHO dan
UNICEF pada tahun 2004 adalah pada bayi kurang dari 6 bulan dengan
dosis 10 mg. Dan pada anak pada usia di atas 6 bulan sebanyak 20 mg per
hari.
5
Pemberian zinc karena umur pasien adalah 7 bulan maka dosis
pemberian zinc pada pasien ini adalah 20 mg per hari selama minimal 10
hari.


15

4. Antibiotik
Terapi antibiotik pada pasien ini tidak diperlukan karena diare pada
pasien ini disebabkan oleh virus yang bersifat selflimited.
5

5. Edukasi
Edukasi orang tua atau pengasuh cara pemberian rehidrasi di
rumah. Selain itu faktor prilaku yang dapat memicu diare perlu juga untuk
diketahui oleh orang tua. Ibu Pasien perlu memperhatikan kebersiah
peralatan minum pada anak. dan menjaga kebersihan termasuk mengganti
popok ketika sudah basah ataupun terkena feses.
Nasihati ibu untuk kembali segera ke rumah sakit bila ada demam,
tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum yang sedikit,sangat
haus, diare makain sering atau belum membaik dalam waktu 3 hari.
1

Pada pasien selain mendapat kan terapi lima pilar tatalaksana pada diare.
juga mendapatkan terapi L-bio yang merupakan probiotik. Probiotik adalah
mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang
kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik.
Disimpulkan pemberian probiotik potensial memberi efek protektif terhadap
diare, tetapi masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk efektivitas dan
keamanannya. Saat ini penggunaan probiotik pada percobaan klinis dikatakan
aman.
5

PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini secara umum adalah baik. Dengan tatalaksana
yang baik prognosis pada pasien ini baik, tidak mengancam kematian (ad vitam),
terjadinya penurunan fungsi organ atau sistem (ad fungsionam) terutama sistem
pencernaan dapat ditanggulangi dengan baik. Pada tingkat kekambuhan (ad
sanationam), prognosis pada pasien ini masih meragukan. Pada Pasien diare akut
yang ditatalaksana dengan zinc dapat mencegah kekambuhan sampai 3 bulan.
Namun pasien tinggal di daerah padat penduduk dan memiliki tingkat higient
16

yang buruk, yang dapat memicu kekambuhan. Tingakat sosial ekonomi keluarga
juga turut berperan dalam menentukan tingkat kekambuhan pada pasien.






























17

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie. dan Nenny Sri Mulyani. Modul Pelatihan Diare edisi pertama.
Jakarta : UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2006. hal 8-20
2. Subiyanto, dan Reza Gunadi Ranuh. Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana Gastroenterologi. Surabaya : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNAIR/ RSU Dr. Sutomo. 2006. hal. 53-62
3. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Pertama
Kabupaten/Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2008. hal 132-142.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Kesehatan Anak Edisi
I . Jakarta : IDAI;2004. 49 -53.
5. Juffrie. Sri Supar Yati, Hanifa Oswari, Sjamsul Arief, Ina Rosalina,
Nenny Sri Mulyani. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI. 2010. hal 96-118

Anda mungkin juga menyukai