AIDS TB merupakan infeksi oportunistik penyebab kematian tertinggi WHO didunia jumlah TB-HIV 14 juta , 3 juta di Asia Tenggara WHO di Asia Tenggara Indonesia termasuk angka TB-HIV sedang sampai tinggi TB merupakan komplikasi serius pada 50- 70% kasus AIDS di Asia
TB dan AIDS 10% 60% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% PPD+/HIV-negative PPD+/HIV+ Lifetime risk terkena TB Prinsip Dasar Kolaborasi TB/HIV Mengurangi beban TB pada HIV(+) - Semua HIV(+) periksa suspek TB TB(+) rujuk ke poli TB selanjutnya sesuai protap TB - INH profilaksis tidak dilaksanakan pada uji coba ini, sambil menunggu kebijakan Nasional.
Mengurangi beban HIV pada pasien TB - Semua pasien TB yg berisiko anjurkan VCT Selanjutnya sesuai dg. Protap HIV - Kotrimoksazol preventif untuk yang memenuhi kriteria sudah menjadi program nasional Kolaborasi TB/HIV Bukan program baru, tetapi merupakan suatu kolaborasi antara kegiatan TB dan HIV.
Mekanisme Kolaborasi: 1. Sosialisasi Kolaborasi TB/HIV kepada pihak2 terkait (stakeholder) 2. Membentuk Komite TB/HIV Tkt. Kotamadya 3. Koordinasi Tkt. Pusat, Prop. Kodya dan Pusk. 4. Pelatihan untuk petugas Puskesmas tentang Program kolaborasi TB/HIV : Dokter, Petugas TB, Petugas HIV, Laboratorium & LSM. 5. Implementasi program kolaborasi TB/HIV. 6. Monitoring dan Evaluasi. Kolaborasi TB/HIV (2) HUBUNGAN TB DENGAN HIV Negara prevalensi TB tinggi infeksi oportunitistik TB >> WHO th 1990 : 4% TB baru+HIV/AIDS, th 2000; 14 % Indonesia : 30-50% AIDS ternyata menderita TB Risiko org terinfeksi HIV menderita TB; 5-10% Infeksi HIV memudahkan terjadinya TB pada org yg terinfeksi TB, TB laten TB aktif, kekambuhan, diagnosis jadi sulit TB penyebab mortalitas & morbiditas utama pada ODHA Double trouble dan Triple trouble
KELAINAN PARU PADA PENDERITA HIV/AIDS Komplikasi paru penyebab morbiditas & mortalitas 80% infeksi HIV akan terdapat kelainan paru Kelainan paru : TB, PCP, Pneumonia, jamur PASIEN TB DIDUGA MENDERITA HIV/AIDS ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV/AIDS Penderita TB yg cepat memburuk KU nya Hasil pengobatan OAT tak memuaskan MDR - TB TB Kronis GEJALA KLINIS
TB umumnya terjadi pada penderita HIV sebelum manifestasi AIDS Gejala umum : demam, lesu, BB , KU cepat memburuk cepat jadi milier batuk-batuk, batuk darah, nyeri dada atau sesak napas TB pada infeksi yg sudah lanjut menjadi sulit didiagnosis gambaran klinis tidak spesifik proporsi TB ekstra pulmonal menjadi lebih besar
TB EKSTRA PULMONAL
Sering dijumpai dgn CD4 < 200 sel/mm 3 Gejal klinis tergantung organ yg terkena TB ekstra pulmonal + 70% pada pra AIDS/AIDS tetapi 25-45% pd HIV belum lanjut Pada HIV terinfeksi TB akibat bakterimia akan meningkatkan TB ekstra pulmonal Paling sering efusi pleura, limfadenitis, perikarditis,milier,menigitis Tabel 1. Gambaran infeksi HIV dini dan lanjut Infeksi dini Infeksi lanjut (CD4>200/mm 3 ) (CD4 < 200/ mm 3 )
- Gambaran klinis Post primer Primer TB - Sputum mikroskopik sering positif Sering negatif - TB ekstra pulmonal jarang umum/banyak - Mikobakterimia tidak ada ada - Tuberkulin positif negatif - Foto toraks reaktifasi TB, tipikal primer TB kaviti di puncak milier/interstisial - Adenopati hilus/ tidak ada ada mediastinum - Efusi pleura tidak ada ada
Pemeriksaan BTA mikroskopis dan kultur Bila penekanan imuniti yang berat maka sensitiviti hapusan dahak menjadi rendah M.TB lebih banyak ditemukan pada BAL dari pada TBLB TBLB dapat menemukan adanya granuloma Jika perlu biopsi paru terbuka TB ekstra pulmonal : feses, urine, darah, sumsum tulang dll BTA feses dapat (+) mencapai 40% PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM
Pada awal : lokasi dipuncak lobus atas / bawah, kaviti Gambaran atipik (lanjut) Infiltrat di lobus bawah Bentuk milier/infiltrat difus Adenopati hilus atau paratrakeal Kaviti jarang Kadang foto toraks normal tetapi ada TB ekstra pulmonal Jarang terdapat kaviti/jaringan parut disebabkan T cell Sering terdapat infiltrat milier dan limfadenopati GAMBARAN RADIOLOGIS
Terdapat granuloma, perkejuan diagnosis pasti Cara : TBLB, TTB, biopsi pleura, biopsi kelenjar dan biopsi paru terbuka PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI JARINGAN Pada dasarnya pengobatannya sama dengan TB tanpa HIV/AIDS WHO : paduan obat dan lama pengobatan sama yaitu sesuai kategori ATS : fase lanjutan diperpanjang 6-9 bulan setelah konversi Thiocetazon ( tak ada di Indonesia ) jangan diberikan karena sangat toksik Streptomisin harus dijamin sterilisasinya Tabel 2. Paduan OAT yang dianjurkan pada pengobatan TB paru Kategori Kasus Paduan OAT Paduan alternatif (Program) Program Nasional
I - TB paru BTA +, 2 RHZE/4 R3H3 2 RHZE/4 RH kasus baru 2 RHZE/6 HE - BTA -, lesi luas/ kasus berat - TB ekstrapulmonal berat - TB kasus berat HIV +
III - TB paru BTA (-), 2 RHZ/4 R3H3 2 RHZ/4 RH lesi minimal,HIV (-) 2 RHZ/6 HE - Ekstrapulmonal ringan HIV (-)
IV - TB Kronik Rujuk ke spesialis Untuk mendapat - MDR TB OAT lini 2 Pengobatan TB pada ibu hamil Pedoman pengobatan TB pada ibu hamil sama dgn TB pada umumunya Pemberian OAT sedini mungkin sejak ditegakkan diagnosis OAT yang tidak boleh diberikan golongan aminoglikosida ARV ; EVP teratogenik RESISTENSI M. TB TERHADAP OAT
Pengobatan tidak adekuat Memiliki resistensi awal terhadap OAT Kurangnya kepatuhan penderita Meningkatnya penderrita HIV Adanya malabsorpsi OAT TB masih merupakan masalah OAT sama dgn TB tanpa HIV/AIDS Pada pengobatan perhatikan ES, interaksi, MDR, malabsorpsi Pemantauan setelah selesai pengobatan Propilaksis masih kontroversial Program penaggulangan TB dan HIV/AIDS