Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain
oleh
Hana Maulinawati 16113098
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2013
I. Latar Balakang Seiring dengan perkembangan zaman, perkekonomian penduduk pun semakin meningkat. Sekarang dapat kita lihat rata-rata dalam setiap rumah terdapat minimal 1 buah motor. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan bahan bakar semakin meningkat. Padahal sebagaimana yang kita tahu bahwa bahan bakar fosil merupakan salah bahan yang tidak dapat diperbarui. Oleh sebab itu diperlukan suatu alternatif yang dapat mengatasi masalah tersebut dan pembuatan energi terbarukan dirasa dapat menjadi solusinya. Indonesia merupakan negara agraris sehingga dapat memanfaat sektor pertanian untuk membuat energi terbarukan. Selain itu, juga karena hampir seluruh komoditas budidaya di sektor pertanian dapat menghasilkan biomassa yang merupakan sumber bahan yang dapat diubah menjadi energi terbarukan seperti bioetanol. Bioetanol adalah bahan kimia yang diproduksi dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat seperti singkong, ubi dan jagung. Jambu mete mengandung karbohidrat sebanyak 15,9 gram per 100 gram buah sehingga dapat dijadikan sumber pembuatan bioetanol. Selain itu jambu mete juga dipilih karena dapat hidup hampir diseluruh wilayah Indonesia sehingga pembuatan bioetanol dapat dilakukan merata di seluruh negeri. II. Tujuan a. Membuat bioetanol dari buah jambu mete serta. b. Menentukan perbandingan massa jambu mete dengan bioetanol yang dihasilkan. c. Menentukan nilai kalor bioetanol jika dibandingkan dengan kerosin III. Cara Pembuatan a. Persiapan bahan baku Sebanyak 50 g buah jambu mete segar diblender, saring utk memperoleh bubur jambu mete, lalu tambahkan air 40-50 lt aduk sambil dipanasi. Proses ini merupakan proses pemecahan tepung menjadi gula kompleks ( liquefaction ). Selesainya proses ini ditandai dengan bubur jambu mete yang telah menjadi lebih cair seperti sup. Tambahkan 1.5 ml enzym alfa-amilase, panaskan selama 30-60 menit pada suhu 90 0 C. Dinginkan hingga suhu mencapai 55-60 0 C selama 3 jam, lalu dinginkan hingga suhu dibawah 35 0 C. b. Fermentasi Pada tahap ini, tepung telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa & sebagian fruktosa) difermentasi menggunakan ragi dalam tangki fermentasi pada suhu 27-32 0 C selama 3 hari utk menghasilkan larutan beer yang mengandung etanol. Fermentasi yang berhasil ditandai dari aroma berupa tape, suara gelembung gas yang naik keatas, dan keasaman (PH) diatas 4. c. Distilasi/Penyulingan Distilasi adalah cara pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih. Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer air. Titik didih etanol murni adalah 78 0 C sedangkan air adalah 100 0 C. Dengan memanaskan larutan pada suhu 78 0 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan mengembun menghasilkan etanol cair dengan kadar 90% volume. d. Pemurnian Bioetanol dengan batu Gamping Pemurnian bertujuan untuk meningkatkan kadar bioetanol dari 90% menjadi 99%. Dalam percobaan ini digunakan batu gamping yang bersifat higroskopis untuk menyerap molekul air yang terlarut dalam bioetanol. e. Pengujian pembakaran minyak tanah dan bioetanol Bioetanol yang diperoleh kandungan nilai kalornya dibandingkan dengan kerosin dan campuran kerosin bioetanol, dengan cara menghitung waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air. IV. Pembahasan a. Reaksi pada proses fermentasi Reaksi 1 C 6 H 12 O 6 2C 5 H 2 OH + 2CO 2
Reaksi 2 2C 6 H 12 O 6 +H 2 O C 2 H50H +CH 3 COOH +2CO 2 +2C 3 H 8 O 3 b. DIStilasi No. Massa Jambu Mete (Kg) Volume Etanol (liter) 1 10 0,92 2 10 0,98 3 10 0,90 Rata-rata 0.90 S.cereviceae S.cereviceae Berdasarkan data tersebut dapat diketuhi bahwa dari 10 kg jambu mete dapat dihasilkan bioetanol 90% sebanyak 0,9 atau 9liter/100kg. c. Hasil Pengujian Pembakaran kerosin dengan Bioetanol Waktu (Menit) Kerosin (kontrol) Bioetanol 90% Kerosin-Bioetanol 1 5 49 44 42 2 10 64 55 53 3 15 74 64 62 4 20 85 72 70 5 25 90 79 76 6 30 94 85 83 7 35 96 90 88 8 40 97 94 92 9 45 98 98 96 10 50 100 100 96 11 55 100 No Suhu Air (C)
Dari data pengujian diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air menggunakan bioetanol dan kerosin adalah sama. Artinya nilai kalor dalam bioetanol 90% setara dengan nilai kalor dalam kerosin V. Kesimpulan a. Bioetanol dapat menjadi solusi terbatasnya bahan bakar fosil yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai bahan bakar kendaraan b. Jambu mete dapat digunakan untuk membuat bioetanol 90% atau dengan kata lain dengan 100 Kg jambu mete dapat menghasilkan 9 liter bioetanol. VI. Daftar Pustaka Tarno, S.pd. Pemanfaatan Jambu Mete sebagai Bioetanol. 27 Oktober 2013. http://aksiguru.org/2011/06/20/1159/. Rafikasari, Triyas., Pradeckta, Liggar Septy. Pabrik Bioetano Dari Jambu Mete (Annacardium Ocidentale) Dengan Proses Fermentasi 27 oktober 2013. http://digilib.its.ac.id/ITS-NonDegree-3100010040453/13074