Anda di halaman 1dari 6

Bismillahirrahmanirrahim

Sebuah Renungan dari Seorang yang Bodoh akan demokrasi :


Kalau Kita Menghujat, Menghina dan Melecehkan Orang (Sesama Muslim) yang Kita Tidak tahu
Kebenarannya atas nama demokrasi kebebasan berpendapat dan berekspresi berarti kita
mempunyai sifat yang sama dengan Orang-Orang yang telah Menghina, Menghujat dan
Melecehkan kitab suci Al-Quran serta Nabi Muhammad SAW dengan mengatas namakan
Demokrasi.
Abi Hurairahra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Jauhilah olehmu
berprasangka. Sebab berprasangka adalah sejelek-jelek pembicaraan. Janganlah kamu saling
mencari kejelekan orang lain, janganlah saling bermegah-megahan, dan janganlah saling
dengki mendengki. Janganlah saling mengumbar emosi, dan janganlah saling menjauhi.
Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersatu dan bersaudara sebagaimana yang telah
diperintahkan Allah kepadamu. Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara,
yang di antara mereka dilarang saling menganiaya, saling menghina, dan saling
naeremehkan. Taqwa adalah di sini (sambil Rasulullah memberi isyarah ke arah dada).
Cukuplah seorang muslim dikatakan melakukan kejelekan apabila dia menghina sesama
muslim. Seorang muslim dengan muslim lainnya harus saling menjaga darah, kehormatan,
dan harta kekayaannya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Sesungguhnya Demokrasi yang sesungguhnya di Indonesia bagi Ummat Muslim telah di hapus
dengan berubahnya sila Pertama dari Pancasila yaitu : KETUHANAN YANG MAHA ESA
DENGAN MENJALANKAN SYARIAT BAGI PENGANUTNYA menjadi hanya
KETUHANAN YANG MAHA ESA.

Demokrasi tanpa dasar Hukum yang kuat dari yang Maha Pencipta akan menghasilkan
Demokrasi yang kebablasan tanpa ada dasar hokum agama yang mengatur. Sesungguhnya
Demokrasi tidak menghendaki adanya Perbedaan sebagai contoh : Negara Super Power Pencetus
Demokrasi (Amerika) telah menghancurkan Negara-negara Muslim yang tidak
sepandangan/sepaham dengan Demokrasi, Kalau memang Demokrasi itu mengakui perbedaan
Kenapa Negeri Palestina tidak diberikan Kemerdekaannya. Mereka sibuk seakan-akan
mengusahakan perdamaian tapi dibelakang Merekan Pemasok Senjata bagi bangsa Israel.

Di Indonesia sendiri atas nama Demokrasi telah mengekang sebagian Warga Indonesia yang
tidak sepaham dengan penguasa. Jadi Perbedaan hanya di akui dalam Perbedaan Fisiknya saja.
Sebagaimana di sebutkan dalam Al-Quran :


Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Al Hujuraat : ayat 13
Dari arti Ayat tersebut diatas bahwa Allah telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kita saling mengenal tapi manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah
Manusia yang paling taqwa diantara kamu.
Taqwa adalah pemahaman dan ke yakinan yang datangnya dari Allah. Jadi Islam tidak
menghendaki adanya perbedaan dalam hal pemahaman dan Keyakinan dalam hal beragama dan
bernegara karena Islam tidak membedakan/memisahkan Agama dan Negara.

"Biarkanlah keragaman pendapat yang ada di tubuh kaum Muslimin tentang
agama mereka tumbuh subur dan berkembang, asalkan setiap perselisihan
dibawa ketempat yang sejuk."

Alasan mereka didasarkan pada sebuah hadits yang selalu mereka ulang-ulang
dalam setiap kesempatan, yaitu hadits:

"Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat"

Benarkah ungkapan ini? benarkah Rasulullah mengucapkan hadits tersebut?
Apa kata Muhadditsin (Ahli Hadits) tentang hadits tersebut??

Syaikh Al-Albani rahimahulah berkata: "Hadits tersebut tidak ada asalnya".
[Adh-Dhaifah :II / 76-85]

Imam As-Subki berkata: "Hadits ini tidak dikenal oleh ahli hadits dan
saya belum mendapatkannya baik dengan sanad shahih, dhaif
(lemah), maupun maudhu (palsu)."

Syaikh Ali-hasan Al-Halaby Al-Atsari berkata: "ini adalah hadits bathil dan
kebohongan." [Ushul Al-Bida]
Dan dari sisi makna hadits ini disalahkan oleh para ulama.

Al-Alamah Ibnu Hazm berkata dalam Al-Ahkam Fii Ushuli Ahkam (5/64)
setelah menjelaskan bahwa ini bukan hadits: "Dan ini adalah perkataan
yang paling rusak, sebab jika perselisihan itu adalah rahmat, maka
berarti persatuan adalah adzhab. Ini tidak mungkin dikatakan oleh
seorang muslim, karena tidak akan berkumpul antara persatuan dan
perselisihan, rahmat dan adzhab."

Bagaimanakah Daya Rusak Hadits Palsu Tersebut Terhadap Islam ?


1. Mengekalkan perpecahan dalam Islam

Tidak ragu lagi bahwa hadits tersebut adalah tikaman para pembawanya bagi
persatuan Islam yang haqiqi. Ketika para pembawa panji-panji sunnah menyeru
umat kepada persatuan Aqidah dan Manhaj (jalan/metode) yang shahih. Tiba-
tiba muncul orang-orang yang mengaku mengajak kepada persatuan Islam
dengan berkata: "Biarkanlah kaum muslimin dengan keyakinannya masing-
masing, biarkanlah kaum muslimin dengan metodenya masing-masing dalam
berjalan menuju Allah , janganlah memaksakan perselisihan yang ada harus
seragam dengan keyakinan dan pola pikir orang-orang arab padang pasir 15 abad
yang lalu. Karena Rasulullah bersabda: "perselisihan pendapat pada umatku
adalah rahmat."

Allahu Akbar!! Alangkah kejinya ungkapan tersebut dan banyak lagi perkataan
yang semisalnya yang mengakibatkan kaum muslimin abadi di dalam aqidah dan
manhaj yang berbeda. Padahal ayat-ayat dalam Al-Quran melarang berselisih
pendapat dalam urusan agama dan menyuruh bersatu. Seperti Firman Allah
dalam surat Al-Anfal ayat 46 yang artinya;

"Jangan kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang
kewibawaan kamu."



Surat Ar-Rum ayat 31-32:

"Jangan kamu seperti orang-orang yang musyrik, yaitu mereka mencerai-
beraikan agamanya dan bergolong-golongan. Dan setiap golongan berbangga
dengan apa yang ada pada golongan mereka."

Surat Hud ayat: 118-119:

"Mereka terus-menerus berselisih kecuali orang yang mendapatkan rahmat
dari Tuhanmu."

Dan kita diperintah Allah untuk bersatu dalam Aqidah dan manhaj diatas Aqidah
dan Manhajnya Rasulullah dan para sahabatnya. Sebagaimana Firman Allah
dalam surat Al-Anam ayat: 153 yang artinya:

"Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa."

Dan kita diperintahkan Allah untuk merujuk bersama kepada Al-Quran dan As-
Sunnah ketika terjadi perselisihan, bukannya membiarkan perselisihan aqidah
dan hal-hal yang pokok dalam agama meradang di tengah ummat dengan dalih
sepotong hadist palsu. Firman-Nya dalan surat An-Nisa ayat 59 yang artinya:

"Jika kamu berselisih pendapat maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran)
dan Rasul-Nya (Sunnah-nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya."

2. Kaum muslimin tidak lagi menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah
sebagi sandaran kebenaran dan hakim.

Syaikh Al-Albani berkata: "Diantara dampak buruk hadits ini adalah banyak
kaum muslimin yang mengakui terjadinya perselisihan sengit yang terjadi
diantara 4 madzab dan tidak pernah sama sekali berupaya untuk
mengembalikannya kepada Al-Quan dan Al-Hadits." [Adh-Dhaifah: I/76]


Allah berfirman menceritakan Nabi-Nya Muhammad ketika mengadu
kepadaNya:
"Berkatalah rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini
suatu yang tidak diacuhkan." [QS. Al-Furqan:30].

Sungguh hal itu terulang kembali di zaman ini dikarenakan hadist palsu yang
menggerogoti ummat.

3. Umat islam tidak lagi menjadi umat terbaik yang jaya di atas umat
yang lainnya.

Ini dikarenakan hadits palsu tersebut menjadi dinding bagi seorang muslim
untuk beramar maruf nahi mungkar, seorang muslim tidak lagi menegur
saudaranya yang berbuat salah dalam syirik, kekufuran, dan bidah serta maksiat
disebabkan meyakini hadits palsu tersebut. Karena mereka menganggap semua
itu sebagai suatu perbedaan yang hakikatnya adalah rahmat, sehingga tidak perlu
untuk ber-nahi mungkar. Akibatnya, predikat ummat terbaik tidak lagi
disandang oleh umat islam, karena telah meninggalkan syaratnya yakni Amar
Maruf dan Nahi Mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-Imran
ayat: 110 yang artinya:
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah ."

4. Ancaman dan kecaman yang keras dari Nabi, karena berkata
dengan mengatasnamakan Rasulullah secara dusta.

Rasulullah bersabda :

"Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia
siapkan tempat duduknya dari api neraka" [Riwayat Bukhari-Muslim].

Hendaklah takut orang-orang yang mengada-adakan perkataan dusta atas nama
Rasulullah , demikian pula orang-orang yang menyebarkan dan mendongengkan
kisah-kisah palsu dan lemah yang hanya muncul dari prasangka belaka yang
padahal prasangka itu adalah seburuk-buruk perkataan.


5. Meninggalkan perintah Allah

Ini adalah efek lanjutan dari hadist palsu tesebut, karena ketika seseorang
mentolelir perselisihan aqidah, halal dan haram, serta segala sesuatu yang telah
tegas digariskan oleh dua wahyu, maka di saat yang sama ia telah meninggalkan
perintah Allah untuk menuntaskan setiap perselisihan kepada Al-Quran, dan As-
Sunnah. Sebagaimana Allah berfiman :
"Jika kamu berselisih pendapat maka kembali-kanlah kepada Allah (Al-Quran)
dan Rasul-Nya (As-Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari akhir, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya" [An-Nisa:59]

6. Melemahkan kekuatan kaum Muslimin serta membuka jalan bagi
orang-orang kafir untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Syaikh Ali Hasan dalam kitabnya "ushul bida" mengisyaratkan dampak buruk
hadist tersebut yang dapat melemahkan kaum muslimin dan menjatuhkan
kewibawaannya, karena jelas-jelas hadist palsu tersebut menebarkan benih-
benih perpecahan di tubuh kaum Muslimin, sedangkan Allah berfirman :
"Jangan kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang
kewibawaan kamu." [Al-Anfal: 46]

Ibnu masud meriwayatkan :
Rasulullah membuat satu garis dengan tangannya lalu bersabda ini jalan Allah
yang lurus, lalu beliau membuat garis-garis dikanan kirinya, kemudian
bersabda, ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satupun dari jalan-jalan ini
kecuali didalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya. Selanjutnya beliau
membaca firman Allah , dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-
Ku yang lurus maka ikutilah dia janganah mengikuti jalan-jalan (yang lain)
karena jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya yang demikian itu
diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa (Qs. Al-anam153).
(Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasai).

Demikian renungan ini Jika Demokrasi tidak di dasarkan pada hukum Allah
maka Domokrasi akan mencari sumber pada thogut-thogut dunia seperti harta,
tahta dan wanita.
Semoga Bermanfaat untuk Kita Semua. Amin

Anda mungkin juga menyukai