Anda di halaman 1dari 40

Browse > Home > Islam , Kewarganegaraan > HAM.

Hukum Islam, dan Demokrasi dalam Islam


HAM. Hukum Islam, dan Demokrasi dalam Islam
1. Jelaskan konsep HAM menurut persepsi islam dan Barat.

Konsep HAM menurut persepsi islam dan Barat adalah suatu pandangan islam, yang menganggap
manusia sebagai mahkluk Allah secara kodrati di anugerahi hak dasar yang disebut dengan hak asasi.
Dan hak asasi ini kemudian di kenal sebagai HAM yang merupakan suatu hak dasr yang melekat pada
diri manusia untuk dapat mengembangkan diri pribadi serta peranan dan sumbangannya bagi
kesejahteraan hidup manusia.

Adapun perbedaan prinsip antara pandangan Barat dengan islam tentang HAM adalah semata-mata
hanya bersifat antroposentris (segala sesuatu berpusat pada manusia).

Dikarenakan manusia yang menjadi pusat segala sesuatu, dan bangsa Barat beranggapan bahwa
kebebasan manusia itu merupakan suatu hak asasi. Sedangkan bagi pandanagan islam sendiri bahwa
HAM itu bersifat teosentris yaitu segala sesuatu berpusat kepada Allah SWT.

2. Sebutkan macam-macam HAK dalam islam.

Macam-macam HAK dalam islam adalah :

* Hak-hak allah
* Hak-hak diri sendiri
* Hak-hak orang lain
* Dan hak-hak semua mahluk



3. Jelaskan pengertian hukum islam.

Hukum islam adalah suatu hukum yang di dalamnya menunjukkan dua bangian penting dan aturan-
aturan perundang-undangan dalam islam yakni syariah dan fiqih. Adapun yang di maksud dari kedua
kata tersebut yaitu :

* Syariah adalah suatu makna kata yang disebut dengan jalan menuju air yang secara sederhana
bahwa setiap orang harus menempuh jalan itu untuk dapat hidup, sebab air merupkan unsur yang
sangat penting di dalam menompang kehidupan.jadi secara analog dapat di simpulkan bahwa
kehidupan ini sangat membutuhkan syariah sebagai unsur yang sangat vital untuk dapat berjalan
dengan baik. Dan secara terminologi, bahwa istila syariah islam memiliki makna yaitu aturan undang-
undang yang di turunkan allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya yaitu manusia
dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam.

Sebagai mana di firman kan Allah dalam (QS. Al-Maidah: 48)
Artinya :

Dan kami telah menurunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelum-Nya, yaitu kitab-kitab (yang di turunkan sebelum-Nya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab
yang lain, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan jangalah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka denga meninggalkan kebenaran yang telah dating kepadamu. Untuk tiap-
tiap umat di antara kamu kami jadikan aturan dan jalan terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya
kamu di jadikanya satu umat (saja), tetapi allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, berlombah-lombahlah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kembali kamu semua, lalu
diberikan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihakan itu

* Sedangkan fiqih adalah suatu makna kata yang asal katanya paham atau pengertian yaitu
merupakan yang mendalami pemahaman atau uraian terhadap syariah dan disebut ilmu fiqih,
sedangkan orang yang mempelajarinya dan mendalaminya di kenal dengan sebutan fiqih (bentuk
tunggal), atau fuqaha (bentuk jamak), istilah yang kemudian diadaptasikan ke Bahasa Indonesia sebagai
ahli hukum islam. Denga demikian fiqih merupakan pemahaman para ulama terhadap rumusan teknis
dan pelaksanaan syariah yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah dan dikondifikasi agar mudah di
pahami.


4. Cirri-ciri hukum islam adalah sbb :

1. Merupakan bagian dan bersumber dan Agama islam
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat di pisahkan dan aqidah dan akhlak.
3. Mempunyai dua istila kunci.
4. Tediri atas dua bidang utama.
5. Strukturnya berlapis.


5. Jelaskan fungsi dan tujuan hokum islam dalam masyarakat.

Fungsi dan tujuan hukum islam dalam masyarakat adalah untuk mengatur hubungan manusia dengan
penciptanya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan ciptaan lainnya. Sedangkan tujuannya
adalah untuk menciptakan hubungan yang harmonis (seimbang) antara manusia dengan Penciptanya,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan ciptaan lainnya.


6. Jelaskan pengertian demokrasi dalam piagam madinah.

Demokrasi dalam piagam madinah adalah hubungan agama dan Negara yang telah mewariskan
prinsip-prinsip yang tahan banting dalam menegahkkan masyarakat pluralistik yang harmonis. Dan
piagam madinah merupakan karya besar (magnum opus) seorang Muhammad SAW. Dan Rasulullah
SAW. adalah perpaduan sosok sakralitas wahyu dan profanitas dunia nyata.: sebagai nabi, negarawan,
legislator, penyeru moral, pembaharu, ahli politik dan ekonomi. Dan Beliaupun berhasil menetapkan
norma-norma hukum yang lebih kosmopolit dan manusiawi daripada hukum yang telah ada pada saat
itu.


7. Bagaimana cara pengambilan keputusan dalam demokrasi islam.

Cara pengambilan keputusan dalam demokrasi Islam yaitu dengan melalui suatu musyawarah untuk
menyelesaikan berbagai masalah. Dan jika masalah tidak dapat di selesaikan dengan musyawarah
ataupun ijtihad, maka keputusan ada di tangan khalifa.

Sebagaimana di cantum dalam QS. An-Nisaa : 59, di katakana bahwa khalifah dalam hal ini
berkedudukan sebagai ulul amri yang wajib di taati setelah Allah dan rasul-Nya. Jadi, apabila pada jalan
buntu mencapai keputusan, maka penyelesaian bukan melalui pemungutan suara, melainkan khalifah
untuk memutuskan pendapat mana yang akan di pakai dan di tetapkan yang nantinya akan di terapkan
di khalifahan Islam untuk di taati oleh seluruh rakyat termasuk khalifah dan seluruh penguasa di
khalifahan Islam.
Sebagaimana yang tercantum dalam (QS. An-Nisaa : 59).
Artinya:

Hai orang-orang yang beriman ! taatilah Allah dan taatilah rasul (Muhammad), dan Ulil amri
(pemegang kekuasaan), di antara kamu. Kemudian, jiak kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
kembalikanlah kepada allah (al-quran) dan rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih akibatnya.

8. Sebutkan perbedaan demokrasi moderen dan demokrasi Islam.

Perbedaan demokrasi modern dengan demokrasi islam adalah sbb :

Demokrasi modern yaitu meliputi :

* Kedaulatan yang berada di tangan rakyat.
* Pembuatan peraturan adalah badan legislatif.
* Keputusan ditentukan melalui musyawarah, suarah terbanyak.
* Terdapat badan legislatif sebagai penampung aspirasi rakyat.
* Masih terdapat revilige (hak khusus).


Sedangakan demokrasi islam terdiri atas :

* Kedaulatan tertinggi di tangan allah SWT.
* Pembuat peraturan hanya allah SWT.
* Keputusan di ambil dari ijtihad, dan pada akhirnya keputusan khalifah sbg ulul amri.
* Terdapat majelis syura sebagai badan musyawarah dalam memecahkan persoalan.
* Tidak mengakui ada pandangan hak istimewa bagi golongan tertentu.


9. Bagaimanakah konsep demokrasi dalam piagam madinah.

Konsep demokrasi dalam piagam madinah adalah suatu konsep yang di kembangkan untuk
mengabungkan berbagai golongan, baik ras, suku, maupun agama yang tujuannya agar bisa mewariskan
prinsip-prinsip dalam menegakkan masyrakat yang harmonis, agar bisa hidup dengan kongkrit tentang
kerukunan dalam hidup bernegara maupun beragama.

Hai Sahabat, Gabung Yuk di Facebook aadesanjaya.blogspot.com Bersama Ribuan Sahabat Lainnya
Artikel Terkait :
Islam

* Tafsir Isyari > Pengertian Fungsi
* Pengertian Al-Quran
* Pendidikan Agama Islam > Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup
* Pengertian Pengawasan dan Peranan
* Pengertian Perjanjian, Hukum Syarat, Rukun
* Jual Beli Dalam Islam | Pengertian, Hukum, Syarat, Riba
* Pengertian Hukum Islam (Syari'at Islam)
* Pengertian Shalat
* Pengertian Dakwah Islami
* Jual Beli Ilegal Dalam Islam
* Download Ceramah
* Jual Beli Yang Legal Dalam Hukum Islam
* Problematika Masyarakat Modern
* Tasawuf Sebagai Terapi Membangun Akhlak Mulia
* Tasawuf Masyarakat modern
* Maqamat dan Hall
* Problematika Masyarakat modern dan Perlunya Akhlak Tasawuf
* Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Akhlak
* Tarikat
* Wahdat Al-Wujud dan Insan Kamil
* Ittihad dan Hulul
* Fana dan Baqa
* Ma'rifat
* Mahabbah
* Pengertian Tawil

Kewarganegaraan

* Pengertian Hukum Negara
* Baik dan Buruk
* Kebebasan, Tanggung jawab dan Hati Nurani
* Etika, Moral dan Susila
* Warga Negara Indonesia
* Dasar Filosofi Wawasan Nusantara
* Wawasan Nusantara
* Islam dan Demokrasi
* Perkembangan Demokrasi
* Pengertian Hukum Dasar Negara Indonesia
* Kedudukan Undang-Undang Dasar 1945
* Pokok - Pokok Pikiran Dalam Pembukaan UUD 1945
* Sistem Pemerintahan Menurut UUD 1945
* Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Implikasi
* Makna Setiap Alinea Dalam Pembukaan UUD 1945
* Etika, Moral dan Akhlak



Hukum, HAM & Demokrasi By Asih, Putri & Tjatur

30 Okt 2007 35 Komentar

by tafany in PAI I

Hukum, HAM, dan Demokrasi Dalam islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep hukum islam, HAM
menurut islam dan demokrasi dalam Islam meliputi prinsip bermusyawarah dan prinsip dalam ijma.

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya, dalam Al-Quran dijelaskan nabi
Muhammad saw sebagai rasulnya melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-
kitab hadist.

HAM terbagi menjadi 2 HAM Menurut barat dan menurut islam.HAM barat bersifat anthroposentris:
segala sesuatu berpusat pada manusia sehingga menempatkan manusia sebagai tolak ukur segala
sesuatu. HAM islam bersifat theosentris: segala sesuatu berpusat pada Allah.

Demokrasi dalam Islam

Dalam konsep demokrasi modern, kedaulatan rakyat merupakan inti dari demokrasi sedang demokrasi
islam meyakini bahwa kedaulatan Allah lah yang menjadi inti dari demokrasi.

Daftar Pertanyaan

1. Pengertian dalam ulul azmi?(sri)

2. Penjelasan ijma tentang kebulatan dapat terwujud apabila pendapat seseorang sama dengan
pendapat orang lain?(cinta)

3. Pendapat hukum di indonesia, salah satunya pancasila?(wulan)

4. Jelaskan pendapat definisi ijma kebulatan pendapat dari segolongan umatsaja tidak bisa disebut
ijma?(reza)

5. Apa arti al-masalih al-mursalah atau pelaksanaannya?(dilah)




15

Sep
MAKALAH HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
Posted by yordanis10@mhs.is.its.ac.id Published in goresan Tangan

HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

KELOMPOK VII

1. PendahuluanHukum, HAM, dan Demokrasi Dalam islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep
hukum islam, HAM menurut islam dan demokrasi dalam Islam meliputi prinsip bermusyawarah dan
prinsip dalam ijma. HAM dan Demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang
dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. HAM dan demokrasi juga dapat
dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan dan mencapai harkat
kemanusiaannya, sebab hingga saat ini hanya konsepsi HAM dan demokrasilah yang terbukti paling
mengakui dan menjamin harkat kemanusiaan.Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai manusia. Hak-hak inilah yang kemudian disebut
dengan hak asasi manusia, yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya sebagai manusia yang
merupakan karunia Sang Pencipta. Karena setiap manusia diciptakan kedudukannya sederajat dengan
hak-hak yang sama, maka prinsip persamaan dan kesederajatan merupakan hal utama dalam interaksi
sosial. Namun kenyataan menunjukan bahwa manusia selalu hidup dalam komunitas sosial untuk dapat
menjaga derajat kemanusiaan dan mencapai tujuannya. Hal ini tidak mungkin dapat dilakukan secara
individual. Akibatnya, muncul struktur sosial. Dibutuhkan kekuasaan untuk menjalankan organisasi sosial
tersebut.

2. Permasalahan

1. Apa pengertian Hukum dalam islam ?

2. Berapakah sumber hukum islam?

3. Apakah tujuan hukum islam?

4. Apa pengertian Hak Asazi Manusia ?

5. Apa perbedaan HAM dalam pandangan Islam dan Barat?

3. Pembahasan
3.1 Pengertiam Hukum Dalam Islam

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al
Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini
terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Terdapat perbedaan pendapat antara ulama ushul fiqh
dan ulama fiqh dalam memberikan pengertian hukum syari karena berbedanya sisi pandang mereka.
Ulama fiqh berpendapat bahwa hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh tuntutan yaitu wajib,
sunnah, haram, makruh dan mubah. Sedangkan ulama ushul fiqh mengatakan bahwa yang disebut
hukum adalah dalil itu sendiri. Mereka membagi hukum tersebut kepada dua bagian besar yaitu hukum
taklifi dan hukum wadhi. Hukum taklifi berbentuk tuntutan dan pilihan yang disebut dengan wajib,
sunnat, haram, makruh dan mubah. Dan hukum wadhi terbagi kepada lima macam yaitu sabab, syarat,
mani, shah dan bathal. Masyarakat Indonesia disamping memakai istilah hukum Islam juga
menggunakan istilah lain seperti syariat Islam, atau fiqh Islam. Istilah-istilah tersebut mempunyai
persamaan dan perbedaan. Syariat Islam sering dipergunakan untuk ilmu syariat dan fiqh Islam
dipergunakan istilah hukum fiqh atau kadang-kadang hukum Islam, yang jelas antara yang satu dengan
yang lain saling terkait.
3.2 Sumber Hukum dalam Islam

Ada 2 sumber hukum dalam islam yaitu :

3.2.1 Al-Quran sebagai sumber hukum

3.2.1.1 Definisi: al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dalam bahasa Arab
yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam.
3.2.1.2 Fungsi: sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang berupa:
1. doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di dalamnya, seperti:
petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syariat, metafisika tentang Tuhan dan kosmologi alam,
dan penjelasan tentang sejarah dan eksistensi manusia.2. Ringkasan sejarah manusia baik para raja,
orang-orang suci, nabi,kaum 3. Mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.
3.2.1.3 Penjelasan Al-Quran:
3.2.1.3.1 Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam
pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat
3.2.1.3.1 Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah akidah, hukum waris
dan sebagainya.
3.2.1.4 Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum: berdasarkan kandungan ayat, jika mengandung
ketetapan hukum maka disebut dengan ayat hukum dan dapat menjadi dalil fiqh. Dalalah atau petunjuk
al-Quran dibagi dua:
1. Qaty (definitive text): lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami dengan
makna lainnya. Lafal ini tidak membutuhkan ijtihad dan takwil.
2. Zanny (speculative text): lafal yang mengandung pengertian lebih dari satu dan memungkinkan untuk
ditakwil, dan dapat menerima ijtihad.

3.2.2 Hadis sebagai sumber Hukum:

3.2.2.1 Definisi: Hadis adalah penuturan sahabat tentang Rasulullah baik mengenai perkataan,
perbuatan, dan taqrirnya.

3.2.2.2 Keshahihan Hadis: Hadis yang dapat digunakan sebagai sumber adalah hadis yang sahih dan
hasan. Hadis dhaif tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum. Sebagian ulama membolehkan
menggunakan hadis dhaif sebagai dalil dengan syarat:1. Kedhaifanya tidak terlalu lemah2. Memiliki
beberapa jalur sanad

3. Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum sunnah atau makruh.

Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga terjadi perbedaan pendapat.

3.3 Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul mashaalihi (mencegah terjadinya
kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan hukum
islam:

3.3.1 Memelihara agama

Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh martabatnyadapat terangkat lebih
tinggi dan martabat makhluk lain danmemenuhi hajat jiwanya. Agama islam memberi perlindungan
kepada pemeluk agam lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya.

3.3.2 Memelihara jiwa

Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup
dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia
dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan
kemaslahatannya hidupnya (Qs.6:51,17:33)

3.3.3 Memelihara akal

Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai peranan sangat penting
dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan dapat menjalankan hukum islam dengan
baik dan benar tanpa mempergunakan akal sehat. (qs.5:90)

3.3.4 Memelihara keturunan

Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Karena itu, meneruskan
keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan Yang ada dalam Al-Quran dan As-
Sunnah dan dilarang melakukan perzinahaan.(qs4:23)

3.3.5 Memlihara harta

Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk kelangsungan hidup
mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi haknya untuk memperoleh harta dengan
cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut aturan moral. Jadi huku slam ditetapkan
oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder,
maupun tersier (dloruri, haaji, dan tahsini).

3.4 HAK ASASI MANUSIA

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang maha pencipta(hak-hak
yang bersifat kodrati.) oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun yang dapat mencabutnya. Meskipun
demikian, bukan berarti manusia daengan hak-haknya dapat berbuat semauny, sebab apabila seseorang
melakukan sesuatu yang dapat dikatagorikan memperkosa atau merampas hak asasi orang lain, harus
mempertangung jawabkan perbuatanya (Baharudin Lopa, 1999:1).

Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah dideklerasikan oleh ajaran islam jauh sebelum
masyarakat(Barat) mengenalnya, melalui berbagai ayat Al-Quran misalnya manusia tidak dibedakan
berdasarkan warna kulitnya, rasnya tingkat sosialnya. Allah menjamin dan memberi kebebasan pada
manusia untuk hidup dan merasakan kenikmatan dari kehidupan, bekerja dan menikmati hasil
usahanya, memilih agama yang diyakininya.

3.4.1 Musyawarah

Kedaulatan mutlak dan Keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan manusia
yang terkandung dalam konsep kilafah memberikan kerangka yang dengannya para cendikiawan
belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang dapat dianggap demokratis. Dalam
penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual islam, bayak perhatian diberikan pada
beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik. Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang
mengukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah, konsensus (ijma) dan
ijtihad. Masalah musyawarah ini dengan jelas telah disebutkan dalam QS. 42:28, yang berisi perintah
kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun untuk menyelesaikan urusan mereka yang
dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan, demikian, tidak akan terjadi kesewenang-wenangan
dari seorang pemimpi terhadap rakyat yang dipimpinnya.

3.4.2 Konsensus Atau Ijma

Disamping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam masalah demokrasi, yakni consensus
atau ijma. Konsep consensus memberikan dasar bagi penerima system yang mengakui suara mayoritas.

Selain syura dan ijma ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi islam, yaitu ijtihad. Ini
merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Allah, berkaitan debgan tempat dan waktu.

Dalam pengertian politik murni, Muhammad iqbal dalam tulisanya menegaskan tentang hubungan
anatara consensus, demokratisasi, dan ijtihad, bahwa tumbuhnya semangat legislatif di Negara Negara
muslim merupakan langkah awal yang besar. Pengalihan wewenang ijtihad dan individu-individu
berbagai madzab kepada suatu majelis legislatif muslim yang dalam kondisi kemajemukan
madzabmerupakan satu-satunya bentuk ijma yang dapat diterima di zaman modern, akan terjamin
kontribusi dalam pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memliki wawasan yang tajam
(Muhammad iqbal,1968:173)

3.5 HAM dalam pandangan Islam dan Barat

Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya, dalam Al-Quran
dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai rasulnya melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan baik
dalam al-quran dan hadist. HAM terbagi menjadi 2 HAM Menurut barat dan menurut islam. HAM
barat bersifat anthroposentris: segala sesuatu berpusat pada manusia sehingga menempatkan manusia
sebagai tolak ukur segala sesuatu. HAM islam bersifat theosentris: segala sesuatu berpusat pada
Allah.Dalam konsep demokrasi modern, kedaulatan rakyat merupakan inti dari demokrasi sedang
demokrasi islam meyakini bahwa kedaulatan Allah lah yang menjadi inti dari demokrasi.









DAFTAR PUSTAKA

* Terjemah AL-QURAN

* Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi manusia dalam islam, Jakarta. Gema Insani perss

* Lopa, Baharuddin, 1999. Al Quran dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT. Dana Bakti Prima Yasa.

* Ilyas, Muhtarom, 2009. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

* Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004







Hukum, HAM, Dan Demokrasi Dalam Islam
HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

A. PENDAHULUAN
Hukum, HAM, dan Demokrasi Dalam islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep hukum islam, HAM
menurut islam dan demokrasi dalam Islam meliputi prinsip bermusyawarah dan prinsip dalam ijma.

B. PENJELASAN MATERI
I. Konsep Hukum dan HAM [1]
1. Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al
Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini
terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Terdapat perbedaan pendapat antara ulama ushul fiqh
dan ulama fiqh dalam memberikan pengertian hukum syari karena berbedanya sisi pandang mereka.
Ulama fiqh berpendapat bahwa hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh tuntutan yaitu wajib,
sunnah, haram, makruh dan mubah. Sedangkan ulama ushul fiqh mengatakan bahwa yang disebut
hukum adalah dalil itu sendiri. Mereka membagi hukum tersebut kepada dua bagian besar yaitu hukum
taklifi dan hukum wadhi. Hukum taklifi berbentuk tuntutan dan pilihan yang disebut dengan wajib,
sunnat, haram, makruh dan mubah. Dan hukum wadhi terbagi kepada lima macam yaitu sabab, syarat,
mani, shah dan bathal.
Masyarakat Indonesia disamping memakai istilah hukum Islam juga menggunakan istilah lain seperti
syariat Islam, atau fiqh Islam. Istilah-istilah tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan. Syariat
Islam sering dipergunakan untuk ilmu syariat dan fiqh Islam dipergunakan istilah hukum fiqh atau
kadang-kadang hukum Islam, yang jelas antara yang satu dengan yang lain saling terkait.

? Fiqh
Pengertian dan Objek Kajian Fiqh dan Usul Fiqh
Fiqh adalah: - pengetahuan atau pemahaman (etimologi)
- ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang amali yang diambil dari dalil-dalilnya yang rinci
(terminology).
Unsur yang terkandung:
a. Hukum Syara
b. Bersifat amaliyah (praktis)
c. Penetapannya melalui dalil-dalil yang rinci.

*1+ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Buku Teks Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada Universitas
Gunadarma), Penerbit : Universitas Gunadarma, 2003


Objek Kajian Fiqh:
1. Perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan Allah (ibadah)
2. Perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan sesamanya (muamalah)
Bidang muamalah kemudian mengalami perkembangan dan perluasan wilayah kajian, sehingga muncul
bidang bidang baru dalam fiqh seperti: Fiqh Ahwal as-Syakhsiyah (Hukum Keluarga), Fiqh Muamalah
(Hukum Transaksi), Fiqh Mawaris, Fiqh Munakahat, Fiqh Jinayah (Hukum Kriminal), Fiqh Murafaat
(Hukum Acara), Fiqh Siyasah (Politik) dan sebagainya.
Usul Fiqh adalah: - kaidah kaidah pemahaman (etimologi)
- Ilmu yang mempelajari dasar, kaidah, metode yang digunakan untuk mengistimbatkan hukum syara.
Unsur yang terkandung:
a. Dasar atau dalil
b. Metode istimbath hukum
c. Implementasi atau penggunaan metode.
Objek Kajian Usul Fiqh:
1. Sumber Hukum dalam Islam
2. Pembahasan Ijtihad dan Mujtahid
3. Hukum Syara (taklify dan wady)
4. Kaidah dan cara penggunaannya
5. Penyelesaian terhadap dalil-dalil yang bertentangan.
Hubungan Antara Fiqh dengan Usul Fiqh
- Usul Fiqh adalah metode yang digunakan untuk memahami ketentuan dalam sumber hukum (Al-
Quran dan Hadis) dan menyelesaikan masalah-masalah social kemasyarakatan. Hasil dari proses
istimbath tersebut dinamakan Fiqh.
- Usul Fiqh adalah pisau analisis masalah sedangkan Fiqh adalah produknya.
Sejarah Perkembangan Fiqh dan Ushul Fiqh
Fase Perkembangannya terbagi menjadi lima, yaitu:
1. Fase Pertumbuhan (610-632M)
Dimulai sejak masa nabi yang terbagi dalam dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Medinah.
Pada periode Mekkah belum nampak embrio usul fiqh, karena ayat-ayat yang turun berkisar masalah
akidah, baru pada periode Medinah sudah mulai nampak, karena ayat yang turun mengatur tentang
hukum dan pranata social.
Ciri yang nampak a.l.: Rasul memberi peluang sahabat untuk berijtihad ketika menghadapi masalah,
mengajarkan prinsip musyawarah (ijma), muncul pengunaan ray.
Sumber hukum pada masa ini hanya wahyu , Rasul juga melakukan ijtihad ketika muncul persoalan
dan wahyu belum turun.
2. Fase Perkembangan (11H-akhir abad I H)
Terjadi pada masa sahabat dan disebut juga dengan masa persiapan pembentukan fiqh
Muncul kreativitas dalam berijtihad, dimana penggunaan ray lebih terarah. Sahabat mulai
mengimplementasikan metode isitimbath hukum, seperti Umar menerapkan maslahah dalam kasus
pencurian dan Ali menerapkan qiyas dalam masalah hukuman bagi pelaku minuman keras.
Muncul fatwa-fatwa bagi peristiwa-peristiwa yang tidak ada nashnya. Para sahabat menjadi pemegang
otoritas fiqh di daerah masing-masing (Mekkah, Medinah, Kufah, Basrah, Syam, dan Mesir)
Sumber Hukum Islam: al-Quran, Sunnah, ijtihad sahabat.
3. Fase Formulasi dan Sistematisasi (abad I sampai abad IIH)
Terjadi pada masa dinasti-dinasti Islam (Umayyah dan Abbasiyah)
Muncul pusat-pusat intelektual, yaitu Hijaz (Mekkah dan Medinah), Iraq (Kufah dan Basrah), dan Syria
atau Syam.
Muncul aliran Ahlul Hadis dan Ahl Ray
Gerakan ijtihad sangat pesat, hal ini karena: wilayah Islam mulai meluas dimana ajaran islam bertemu
dengan adat local masyarakat di luar Arab, Quran sudah dikodifikasikan dan banyak fatwa sahabat yang
dijadikan sebagai sandaran.
Muncul Imam-imam Mazhab dalam fiqh dan karya-karya besarnya, Imam Abu Hanifah menyusun kitab
al-Fiqh al-Akbar (kitab Fiqh), Imam Malik menulis kitab al-Muwatta (kitab Hadis dengan sistematika
Fiqh), Imam Syafii menulis ar-Risalah (usul fiqh) dan Kitab al-Umm (fiqh), Imam Ahmad Ibn Hanbal
menyusun Musnad Ahmad (kitab Hadis).
Sumber Hukum Islam pada masa ini adalah: al-Quran, sunnah, ijma, qiyas.
4. Fase Kemunduran atau Stagnasi (Abad ketiga sampai akhir abad 19 M)
Tidak ada ulama yang mampu menjadi mujtahid mutlak
Mereka taqlid pada ulama mazhab sebelumnya
Terjadi pergolakan politik, dimana umat Islam terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, sehingga
perhatian terhadap ilmu kurang.
Muncul fanatisme mazhab, dimana usaha para ulama hanya memperkuat dasar-dasar dan pendapat
mazhab sebelumnya. Karya yang muncul berupa syarah da mukhtasar.
5. Masa Kebangkitan (akhir abd ke 19 sampai sekarang)
Berkaitan dengan kebangkitan di bidang politik, dimana umat Islam mulai berusaha melepaskan diri
dari kolonialisme
Muncul gerakan-gerakan pemabaruan dalam islm, seperti gerakan Wahabiyah di Saudi Arabia
Muncul tokoh-tokoh pembaharu seperti Jamaluddin al-Afghani di Mesir, Muhammad bin Sanusi di
Libia.
Ulama mulai mempelajari karya ulama sebelumnya untuk dipilih mana yang paling valid dan
membandingkannya dengan hukum positif.

? Sumber Hukum dalam Islam
Pengertian Sumber dan dalil
Sumber atau masadir adalah wadah yang darinya digali norma-norma hukum.
Dalil adalah petunjuk yang membawa kita menemukan hukum tertentu.
Sumber hukum dapat diklasifikasikan dengan:
1. Dalil munsyi: atau dalil pokok yang keberadaannya tidak memerlukan dalil lain. Termasuk dalam
kategori ini adalah Al-Quran dan Hadis.
2. Dalil muzhir: yaitu dalil yang menyingkap, diakui keberadaannya karena ada isyarat dari dalil munsyi
tentang penggunaannya. Termasuk dalam kelompok ini adalah metode-metode ijtihad seperti: ijma,
qiyas, istihsan, istislah, istishab dan sebagainya.
Al-Quran sebagai sumber hukum
Definisi: al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang
berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam.
Fungsi: sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang berupa:
(1) doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di dalamnya, seperti:
petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syariat, metafisika tentang Tuhan dan kosmologi alam,
dan penjelasan tentang sejarah dan eksistensi manusia.
(2) ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi, kaum dsb.
(3) mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.
Kandungan: (1) Itiqadiyah (2) Khuluqiyah (3) Ahkam amaliyah.
Penjelasan al-Quran:
1. Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam
pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat dan kaifiyahnya.
2. Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah akidah, hukum waris dan
sebagainya.
Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum: berdasarkan kandungan ayat, jika mengandung ketetapan
hukum maka disebut dengan ayat hukum dan dapat menjadi dalil fiqh.
Dalalah atau petunjuk al-Quran dibagi dua:
1. Qaty (definitive text): lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami dengan
makna lainnya. Lafal ini tidak membutuhkan ijtihad dan takwil.
2. Zanny (speculative text): lafal yang mengandung pengertian lebih dari satu dan memungkinkan untuk
ditakwil, dan dapat menerima ijtihad.

Hadis sebagai sumber Hukum:
Definisi: Hadis adalah penuturan sahabat tentang Rasulullah baik mengenai perkataan, perbuatan, dan
taqrirnya.
Keshahihan Hadis: Hadis yang dapat digunakan sebagai sumber adalah hadis yang sahih dan hasan.
Hadis dhaif tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum. Sebagian ulama membolehkan menggunakan
hadis dhaif sebagai dalil dengan syarat:
1. Kedhaifanya tidak terlalu lemah
2. Memiliki beberapa jalur sanad
3. Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum sunnah atau makruh.
Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga terjadi perbedaan pendapat.
Fungsi Hadis terhadap al-Quran: (1) Bayan tafsir (2) Bayan taqrir, dan (3) Bayan taudhih.
Ulama cenderung menganggap al-Quran sebagai satu kesatuan dan hadis sebagai satu kesatuan. Ayat
mana saja boleh ditafsir dengan hadis mana saja tanpa memperhatikan unsure waktu dan keterkaitan
antara keduanya. Disamping itu terdapat ulama yang memandang kedudukan hadis lebih rendah dari al-
Quran.
Hadis Ahkam, yaitu hadis-hadis yang disusun dengan menggunakan sistematika fiqh. Contohnya:
- Subulus Salam karangan as-Shanani
- Naylul Authar karangan as-Syaukani
- Lulu wal marjan karangan Fuad Abdul Baqi
- Koleksi Hadis Hukum karangan Hasbi as-Shiddieqy.

? Ijtihad dan Mujtahid
Ijtihad
Ijtihad adalah pengerahan segenap kemampuan untuk menemukan hukum syara melalui dalil-dalil
yang rinci dengan metode tertentu.
Fungsi ijtihad adalah: mengistimbathkan (mencari, menggali, dan menemukan) hukum syara.
Dasar Hukum Ijtihad: 1. Al-Quran (an-Nisa: 59) 2. Hadis 3. Logika
Kedudukan ijtihad: sebagai sumber hukum yang ketiga
Ruang lingkup ijtihad:
1. Peristiwa yang ketetapan hukumnya masih zanny (reformulasi)
2. Peristiwa yang belum ada nashnya sama sekali (formulasi)


Macam-Macam Ijtihad:
Dari segi pelaku: a. Ijtihad fardi b. Ijtihad jamai
Dari segi pelaksanaan:
1. Ijtihad Intiqai: yaitu ijtihad untuk memilih salah satu pendapat terkuat diantara beberapa pendapat
yang ada. Bentuknya adalah studi komparatif dengan meneliti dalil-dalil yang dijadikan sebagai rujukan.
Disebut juga ijtihad selektif.
2. Ijtihad Insyai: yaitu mengambil konklusi hukum baru terhadap suatu permasalahan yang belum ada
ketetapan hukumnya. Disebut juga ijtihad kreatif.
Mujtahid
Syarat Mujtahid:
1. Umum: Islam, balligh dan berakal
2. Pokok: mengetahui al-Quran, sunnah, maqasid syariyah dan qawaid al-fiqhiyah
3. Penting: menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui khilafiyah dan masalah-masalah
yang sudah diijmakan.
Tingkatan Ijtihad:
1. Mujtahid Mutlak: yaitu mujtahid yang mampu mengistimbathkan hukum dengan menggunakan
metode yang disusun sendiri. Contohnya adalah para Imam mazhab.
2. Mujtahid Muntasib: mengistimbatkan hukum dengan mengikuti metode imamnya tetapi tidak
bertaklid. Contoh Abu Yusuf (muridnya Hanafi), Al-Muzani (Syafii), Ibnu Abdil Hakam (Maliki), dan Abu
Hamid (Hanbali).
3. Mujtahid Mazhab: yaitu mujtahid yang mengikuti imamnya baik dalam usul maupun furu.
4. Mujtahid Murajjih: yaitu mujtahid yang membandingkan beberapa pendapat imam dan memilih salah
satu yang dipandang kuat.

? Hukum Syara
Pengertian
Hukum syara adalah: khitab Allah yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf baik berupa tuntutan
(iqtidha), pilihan (takhyir), atau penetapan (wadhaan).
Pembagian
Hukum Syara terbagi menjadi dua, yaitu hukum taklifi dan hukum wadhi.
Hukum Taklifi yaitu: tuntutan Allah yang berkaitan dengan perintah untuk berbuat atau untuk tidak
berbuat atau memilih diantara keduanya.
Menurut jumhur ulama Hukum taklifi terbagi menjadi lima:
1. Ijab: tuntutan secara pasti untuk dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan, dan ada hukuman bagi yang
melanggarnya. Akibat perbuatannya adalah wujub, perbuatan yang dituntut namanya wajib. Contoh:
kewajiban shalat.
2. Nadb: tuntutan untuk melaksanakan perbuatan tapi tidak secara pasti. Perbuatan yang dituntut
namanya mandub, akibat perbuatannya disebut nadb. Contoh anjuran mencatat transaksi.
3. Ibahah: khitab Allah yang mengandung pilihan antara berbuat atau tidak berbuat. Akibat dari
tuntutannya disebut ibahah, perbuatannya namanya mubah. Contoh mencari rizki setelah shalat jumat.
4. Karahah: tuntutan untuk meninggalkan tapi redaksinya tidak pasti. Akibat perbuatannya namanya
karahah, perbuatannya disebut makruh. Contoh: menanyakan sesuatu yang menyulitkan.
5. Tahrim: tuntutan secara pasti untuk tidak melaksanakan perbuatan. Akibat dari tuntutan disebut
hurmah, perbuatannya dinamakan haram. Contoh: larangan membunuh.
Menurut Hanafiyah, hukum taklifi dibagi menjadi tujuh:
1. Iftiradh: tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil qaty. Contoh: kewajiban shalat (fardu)
2. Ijab: tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil zanny. Contoh: membaca fatihah dalam
shalat.
3. Nadb: sama dengan jumhur
4. Ibahah: sama dengan jumhur.
5. Karahah Tanzihiyah: tuntutan untuk meninggalkan tetapi tidak pasti (sama dengan karahah versi
jumhur).
6. Karahah Tahrimiyah: tuntutan pasti untuk meninggalkan berdasarkan dalil zanny. Contoh: jual beli
waktu shalat jumat.
7. Tahrim: tuntutan pasti untuk meninggalkan berdasarkan dalil qaty.
Hukum Wadhi: hukum tentang pengkondisian sesuatu.
Hukum wadhI dibagi menjadi 7 kategori:
1. Sabab: sifat nyata yang dijelaskan oleh nash bahwa keberadaannya menjadi hukum syara.
Keberadaan sabab menjadi pertanda ada atau tidaknya hukum. Contoh: tergelincirnya matahari menjadi
sebab masuknya waktu zuhur.
2. Syarat: sesuatu yang berada di luar hukum syara tetapi keberadaan hukum syara tergantung
padanya. Syarat tidak ada maka hukum pun tidak ada, tetapi adanya syarat tidak mengharuskan adanya
hukum. Contoh: wudhu adalah syarat sahnya salat.
3. Mani: sifat nyata yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya hukum. Contoh: haidl menjadi
mani bagi shalat.
4. Shihah: suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara (sabab, syarat, dan tidak ada mani).
5. Bathil: terlepasnya hukum syara dari ketentuan yang ditetapkan.
6. Azimah: hukum yang ditetapkan Allah kepada seluruh hambaNya sejak semula
7. Rukhsah: hukum yang ditetapkan berbeda dengan dalil karena adanya uzur.
Perbedaan antara hukum taklify dan hukum wady:
1. Hukum taklify berisi tuntutan untuk melaksanakan/meninggalkan dan memilih. Hukum wady
mengandung keterkaitan antara dua persoalan.
2. Hukum taklify merupakan tuntutan langsung kepada mukallaf , hukum wady merupakan wahana
untuk dapat dilaksanakannya hukum taklify

2. HAM menurut Islam
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh
hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw
pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." .[2] Maka
negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban
memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada
perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan
itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.
Jaminan Hak Pribadi
Jaminan pertama hak-hak pribadi dalam sejarah umat manusia adalah dijelaskan Al-Quran: QS. An-
Nuur: 27-28
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu
(selalu) ingat.
28. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu
mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu
bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nuur: 27-28)
Dalam menjelaskan ayat ini, Ibnu Hanbal dalam Syarah Tsulatsiyah Musnad Imam Ahmad menjelaskan
bahwa orang yang melihat melalui celah-celah pintu atau melalui lubang tembok atau sejenisnya selain
membuka pintu, lalu tuan rumah melempar atau memukul hingga mencederai matanya, maka tidak ada
hukuman apapun baginya, walaupun ia mampu membayar denda.

[2] HR. Buhari dan Muslim, Sahih Buhari, Jil. 5
Nash Quran dan Sunnah tentang HAM
Meskipun dalam Islam, hak-hak asasi manusia tidak secara khusus memiliki piagam, akan tetapi Al-
Quran dan As-Sunnah memusatkan perhatian pada hak-hak yang diabaikan pada bangsa lain. Nash-nash
ini sangat banyak, antara lain:
1. Ayat dalam al-Quran yang berbicara larangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berfikir,
berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi, misalnya: QS. 18: 29
Artinya:
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS.
18: 29)
2. Al-Quran mengajukan ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana hidup.
Misalnya: QS. 5: 32
Artinya:
" Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan Karena membuat
kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya. dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia Telah memelihara kehidupan
manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-
sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (QS. 5: 32).

Rumusan HAM dalam Islam [3]
Apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah keharusan (dharurat)
yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya.

[3] Mahfudz Siddiq dalam HAM Menurut Islam

Para ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat
Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syariah Islam adalah menjaga akal, agama, jiwa,
kehormatan dan harta benda manusia.
Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada haji
wada. Dari Abu Umamah bin Tsalabah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas hak seorang
muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki bertanya:
"Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay rasulullah ?" Beliau menjawab: "Walaupun hanya sebatang
kayu arak." [4]
Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba Allah tidak boleh
diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu
pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana hal-hal besar lain.
Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk.
Allah SWT berfirman: QS.Al-Baqarah:267

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya,dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. (QS.Al-Baqarah:267)
Hak Asasi Manusia menurut islam dapat dibedakan menjadi :
1. Hak-hak Alamiah
Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia sebagai makhluk yang
diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang sama pula (lihat QS. An-Nisaa: 1, QS. Ali-Imran:
195).
a. Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan meng-qishas pembunuh
(lihat QS. Al-Maidah: 32, QS. Baqarah: 179). Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist
nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." [5]
Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang
mereka kerjakan." [6]

[4] HR. Muslim
[5] HR. Buhari, Sahih Buhari, Jil. 5
[6] HR. Buhari, Sahih Buhari, Jil. 5
b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi
Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci adalah kebebasan
beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah:
"Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah
kamu memaksa manusia supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99).
c. Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban. Bekerja merupakan
kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan
seseorang dari pada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." [7] Dan Islam juga
menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering
keringatnya." [8]
2. Hak Hidup
Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyariatkan oleh Allah. Diantara hak-hak ini
adalah:
a. Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apapun untuk
mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah:"Dan janganlah sebagian
kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa
urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya."(QS. Al-Baqarah:188). Oleh karena itulah Islam
melarang riba dan setiap upaya yang merugikan hajat manusia. Islam juga melarang penipuan dalam
perniagaan. Sabda nabi saw:"Jual beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan pembeli belum
berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka mereka diberkahi.Tetapi jika berdusta dan menipu,
berkah jual-beli mereka dihapus." [9]
b. Hak Berkeluarga
Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan
para wali mengawinkan orang-orang yang bujangan di bawah perwaliannya, firman Allah yang artinya:
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau
wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.] diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan.

[7] HR. Buhari, Sahih Buhari, Jil. 5
[8] HR. Ibnu Majah
[9] HR. Al-Khamsah
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nuur: 24)
Allah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fithrah yang telah diberikan pada diri manusia dan
sesuai dengan beban yang dipikul individu.
Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala keluarga yaitu kaum laki-laki.
Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan laki-laki atas wanita (QS. An-Nisa: 34). Tetapi dalam hak dan
kewajiban masing-masing memiliki beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang maruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan
kelebihan dari istrinya." (QS. Al-Baqarah: 228)
c. Hak Keamanan
Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian dan jaminan keamanan
jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).
Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS. An-Nuur: 27). Jika warga
negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan
dalam Islam adalah memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya.
Oleh karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir dalam
Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang tidak ada sembahan selain Dia, setiap
orang mempunyai hak dalam harta negara ini, aku beri atau tidak aku beri." [10] Umar jugalah yang
membawa seorang Yahudi tua miskin ke petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan dibebaskan
dari jizyah.
Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk tidak disiksa atau diperlakukan
semena-mena. Peringatan rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa
manusia di dunia." [11] Islam memandang gugur terhadap keputusan yang diambil dari pengakuan
kejahatan yang tidak dilakukan. Sabda nabi saw: "Sesungguhnya Allah menghapus dari ummatku
kesalahan dan lupa serta perbuatan yang dilakukan paksaan" [12]
Diantara jaminan keamanan adalah hak mendapat suaka politik. Ketika ada warga tertindas yang
mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul Islam, dan masyarakat muslim wajib memberi suaka
dan jaminan keamanan kepada mereka bila mereka meminta. Firman Allah:"Dan jika seorang dari kaum
musyrikin minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman
Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya." (QS.At-Taubah: 6).
[10] Abu Yusuf dalam Al Kharaj
[11] HR. Khamsah
[12] HR. Ibnu Majah

d. Hak Keadilan
Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah yang dapat
memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa
muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw:
"Pemimpin itu sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya." [13]
Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga mempunyai kewajiban membela
hak orang lain dengan kesadarannya. Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu saksi yang
palng baik? Dialah yang memberi kesaksian sebelum diminta kesaksiannya."[14] dibenarkan mengambil
hak orang lain untuk membela dirinya atas nama apapun. Sebab rasulullah menegaskan: "Sesungguhnya
pihak yang benar memiliki pembelaan." [15]
e. Hak Saling Membela dan Mendukung
Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak kepada pemiliknya sebaik
mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman Sabda nabi saw:
"Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur,
memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin." [16]
f. Hak Keadilan dan Persamaan
Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan mendeklarasikan persamaan dan
keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-Araf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia
seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri,
pasti aku potong tangannya." [17]

[13] HR. Buhari dan Muslim, Sahih Buhari, Jil 5
*14+ HR. Muslim, Abu Daud, Nasai dan Tirmidzi
[15] HR. Al-Khamsah
[16] HR. Buhari
[17] HR. Buhari dan Muslim, Sahih Buhari, Jil 5

II.Demokrasi Dalam Islam [18]
1. Prinsip Bermusyawarah
Petunjuk al-Quran tentang bentuk dan sistem musyawarah dalam surat As-Syura: 38, yaitu Artinya:
" Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya, dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah, dan mereka membelanjakan sebagian dari rezeki yang telah Kami
berikan kepada mereka."(QS As-Syura: 38). Allah juga menyebut musyawarah sebagai sifat terpuji bagi
orang beriman, kemudian Ia memerintahkan agar urusan dimusyawarahkan sebagi tersebut dalam surat
Ali Imran: 159:
Artinya :
"Maka dengan sebab rahmat dari Allah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
engkau bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu maafkanlah mereka dan memohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal."
Dalam islam, bermuasyawarah mengenal prinsip syuro adalah melakukan sharing dan brainstorming
untuk mencari jalan yang terbaik atas masalah yang dihadapi. Syuro ini menjadi kewajiban pemimpin
Islam baik di level rendah atau di wilayah `uzhma. Namun tentu saja wilayah pembicaraan syuro bukan
pada masalah qath`i yang sudah ditetapkan Islam.
Syuro hanya membahas hal-hal teknis yang memang Islam memberikan kita kebebasan untuk mencari
pendekatan yang terbaik. Rasul saw memang telah memberikan wewenang masalah ini,"Antum a`lamu
bi umuri dunyakum". Kalian lebih mengerti dengan urusan dunia kalian. Allah sendiri sudah menetapkan
batas wilayah syuro itu : "Wa syawirhum fil amri", dan lakukanlah musyawarah dalam urusan itu".
Artinya dalam urusan teknis yang tidak melanggar syariah.
Sebuah majelis syuro itu harus terdiri dari orang-orang yang muslim, bertakwa, shalih, mengerti syariat
Islam, mengerti halal dan haram serta segudang syarat lainnya.


*18+ Fatawa Muaashirah (II/652-653)




Tata tertib atau disiplin dan adab-adab syura menurut Islam:
1. Tujuan dan niat anggota syura ialah mencari dan menegakkan kebenaran karena ALLAH. Masing-
masing mesti mengawal diri dari maksud riya', bermegahan, ujub atau untuk hobi semata-mata.
Sebaiknya masing-masing mempunyai rasa takut pada ALLAH, kalau-kalau terjadi perbincangan yang
tidak tepat dan tidak selaras dengan kehendak ALLAH dan Rasul. Untuk mengelak dari riya', ujub dan
bermegahan, caranya ialah masing masing mengharapkan kebenaran itu datangnya dari orang lain,
bukan dari dirinya. Dan dia akan merendahkan diri untuk menerima dan mendukung kebenaran yang
sudah ditemui itu.
2. Sekiranya kebenaran itu keluar dari mulut kita sendiri, segeralah banyak bersyukur pada ALLAH,
karena memperlihatkan kebenaran itu kepada kita. Bukankah kita dhaif untuk menemukannya kalau
bukan dengan petunjuk dari ALLAH? Dengan ilmu dan keyakinan yang demikian, Islam menyelamatkan
majelis syura dari timbulnya rasa sombong, bermegahan, menunjuk kepandaian, merasa diri lebih tinggi,
mujadalah (debat tidak menentu), keras kepala, hina-menghina, jatuh-menjatuhkan dan akhlak lain yang
keji.
3. Di waktu seorang anggota syura berbicara, anggota- anggota yang lain mesti menghormati
pandangannya dan sama-sama mendengarnya. Biarkan dia menghabiskan bicaranya walaupun kita tidak
setuju pendapatnya. Memotong bicara kawan atau minta dia berhenti sebelum habis berbicara adalah
tidak beradab dalam syura. Sikap itu sangat dibenci.
4. Bila seorang anggota syura selesai memberi pandangannya, ucapkan terima kasih. Kalau didapatkan
ucapannya benar, beri tahniah dengan sepotong doa: Moga-moga ALLAH membalas kamu dengan
kebaikan.
5. Sekiranya pendapat yang diberi salah, jangan sekali-kali menghinanya. Betulkan dengan mesra dan
kasih sayang menggunakan hujah-hujah yang bernash.
6. Sekiranya kita sendiri yang melakukan kesalahan atau mengeluarkan pendapat yang salah, minta
ampunlah kepada Tuhan dan merendah dirilah untuk menerima hakikat kesalahan itu.
7. Misalnya terjadi perbedaan pendapat yang serius hingga sukar untuk menyatukan pandangan, maka
demi perpaduan, pandangan ketua atau pemimpinlah yang mesti diterima.
8. Dalam syura Islam jangan sekalipun terjadi mujadalah, berburuk sangka, sakit hati, caci maki,
berkelahi, lempar kursi, pukul meja, tunjuk pistol, geram, dendam dan sebagainya. Anggota-anggota
syura akan sanggup untuk mengalah, bersabar untuk mencari nas (dalil) atau bersikap tawakuf
(menerima tidak, menolak pun tidak). Bahkan demi menjaga ukhuwah karena ALLAH, di akhir majelis,
masing-masing akan saling bermaaf-maafan dan berbaik sangka serta bersabar untuk menanti bantuan
ALLAH dalam masalah apapun yang timbul. Di penutupnya, sama-sama membaca surah Wal Ashr dan
doa kifarah, yakni meminta ampun kepada ALLAH. InsyaALLAH dengan cara itu, umat Islam akan
senantiasa membuat keputusan yang tepat, bersih dan diberkati ALLAH.
2. Prinsip dalam Al-Ijma
Ijma*19+
Pengertian Ijma:
Ijma' menurut bahasa Arab berarti kesepakatan atau sependapat tentang sesuatu hal, seperti perkataan
seseorang ( ) yang berati "kaum itu telah sepakat (sependapat) tentang yang demikian itu." [20]
Menurut istilah ijma', ialah kesepakatan mujtahid ummat Islam tentang hukum syara' dari peristiwa
yang terjadi setelah Rasulullah SAW meninggal dunia. Sebagai contoh ialah setelah Rasulullah SAW
meninggal dunia diperlukan pengangkatan seorang pengganti beliau yang dinamakan khalifah. Maka
kaum muslimin yang ada pada waktu itu sepakat untuk mengangkat seorang khalifah dan atas
kesepakatan bersama pula diangkatlah Abu Bakar RA sebagai khalifah pertama. Sekalipun pada
permulaannya ada yang kurang menyetujui pengangkatan Abu Bakar RA itu, namun kemudian semua
kaum muslimin menyetujuinya. Kesepakatan yang seperti ini dapat dikatakan ijma'. Jadi Ijma dapat
diartikan :
1. Imam Ghazali: Kesepakatan umat Muhamad terhadap suatu masalah
2. Jumhur: Kesepakatan mujtahid pada suatu masa terhadap suatu hukum syara setelah wafatnya
Rasulullah.
Secara Historis :
1. Ijma merupakan suatu proses alamiah bagi penyelesaian persoalan melalui pembentukan pendapat
mayoritas ummat secara bertahap.
2. Ijma bermula dari pendapat pribadi dan berpuncak pada peneriamaan universal oleh ummat dalam
jangka panjang.
3. Ijma adalah aktifitas informal murni dari para ulama dalam kedudukan pribadi mereka tanpa ada
organisasi yang pasti dan prosedur yang spesifik.
Dasar Hukum Ijma:
Dasar hukum ijma' berupa aI-Qur'an, al-Hadits dan akal pikiran.
(1). Al-Qur'an
Allah SWT berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya
dan ulil amri diantara kamu." (an-Nis': 59)
Perkataan amri yang terdapat pada ayat di atas berarti hal, keadaan atau urusan yang bersifat umum
meliputi urusan dunia dan urusan agama. Ulil amri dalam urusan dunia ialah raja, kepala negara,
pemimpin atau penguasa, sedang ulil amri dalam urusan agama ialah para mujtahid.
Dari ayat di atas dipahami bahwa jika para ulil amri itu telah sepakat tentang sesuatu ketentuan atau
hukum dari suatu peristiwa, maka kesepakatan itu hendaklah dilaksanakan dan dipatuhi oleh kaum
muslimin.
[19] Tim Penulis Dosen PAI UGM, 2004, Buku Teks Pendidikan Agama Islam, Bagian Filsafat Agama
Fakultas Filsafat UGM,
[20] Kamus Bahasa Arab Al Mufid
Firman AIlah SWT yang artinya: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan
janganlah kamu bercerai-berai." (Ali Imran: 103)
Ayat ini memerintahkan kaum muslimin bersatu padu, jangan sekali-kali bercerai-berai. Termasuk dalam
pengertian bersatu itu ialah berijma' (bersepakat) dan dilarang bercerai-berai, yaitu dengan menyalahi
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh para mujtahid.
Firman Allah SWT yang artinya: "Dan barangsiapa yang menantang Rasul setelah jelas kebenaran
baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang yang beriman, Kami biarkan ia berkuasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukan ia ke dalam jahannam dan jahannam
itu seburuk-buruk tempat kembali." (An-Nis': 115)
Pada ayat di atas terdapat perkataan sablil mu'minna yang berarti jalan orang-orang yang beriman.
Jalan yang disepakati orang-orang beriman dapat diartikan dengan ijma', sehingga maksud ayat ialah:
"barangsiapa yang tidak mengikuti ijma' para mujtahidin, mereka akan sesat dan dimasukkan ke dalam
neraka."
(2). AI-Hadits
Bila para mujtahid telah melakukan ijma' tentang hukum syara' dari suatu peristiwa atau kejadian, maka
ijma' itu hendaklah diikuti, karena mereka tidak mungkin melakukan kesepakatan untuk melakukan
kesalahan apalagi kemaksiatan dan dusta, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Artinya: "umatku tidak akan bersepakat untuk melakukan kesalahan." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
(3). Akal pikiran
Setiap ijma' yang dilakukan atas hukum syara', hendaklah dilakukan dan dibina atas asas-asas pokok
ajaran Islam. Karena itu setiap mujtahid dalam berijtihad hendaklah mengetahui dasar-dasar pokok
ajaran Islam, batas-batas yang telah ditetapkan dalam berijtihad serta hukum-hukum yang telah
ditetapkan. Bila ia berijtihad dan dalam berijtihad itu ia menggunakan nash, maka ijtihadnya tidak boleh
melampaui batas maksimum dari yang mungkin dipahami dari nash itu. Sebaliknya jika dalam berijtihad,
ia tidak menemukan satu nashpun yang dapat dijadikan dasar ijtihadnya, maka dalam berijtihad ia tidak
boleh melampaui kaidah-kaidah umum agama Islam, karena itu ia boleh menggunakan dalil-dalil yang
bukan nash, seperti qiyas, istihsan dan sebagainya. Jika semua mujtahid telah melakukan seperti yang
demikian itu, maka hasil ijtihad yang telah dilakukannya tidak akan jauh menyimpang atau menyalahi al-
Qur'an dan al-Hadits, karena semuanya dilakukan berdasar petunjuk kedua dalil ltu. Jika seorang
mujtahid boleh melakukan seperti ketentuan di atas, kemudian pendapatnya boleh diamalkan, tentulah
hasil pendapat mujtahid yang banyak yang sama tentang hukum suatu peristiwa lebih utama diamalkan.
Fungsi Ijma:
1. Mengeliminir kesalahan-kesalahan dalam berijtihad
2. Menyatukan pendapat-pendapat yang berbeda
3. Menjamin penafsiran yang tepat atas Quran dan keotentikan hadis
Rukun Ijma:
1. Mujtahid: seluruh mujtahid hadir dan seluruh yang hadir menyetujui
2. Kesepakatan: dilakukan secara tegas dan bulat
Macam Ijma: sharih (kesepakatannya tegas) dan sukuti (kesepakatannya tidak tegas).
Pendapat Ulama tentang Ijma:
1. SyafiI, Hambali, Zahiri: Ijma hanya terjadi pada masa sahabat
2. Malik: praktek orang Madinah dianggap Ijma
3. Syiah: Ijma adalah kesepakatan para anggota keluarga Rasul
4. Abduh: Ijma adalah mufakat orang yang berwenang (ulul amri), dan dapat dibatalkan oleh generasi
berikutnya. Tidak ada ketentuan teknis tentang ijma dalam al-Quran.
5. Iqbal: Bentuk ijma yang mungkin adalah pengalihan kekuasaan ijtihad kepada lembaga legislative.

Qiyas (Analogical Reasoning) [21]
Definisi: Qiyas adalah menganalogikan suatu masalah yang belum ada ketetapan hukumnya
(nash/dalil) dengan masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya karena adanya persamaan illat.
Historis:
1. Ijma merupakan sistematisasi ray (pendapat pribadi)
2. Bentuknya tidak kaku dan formal, tanpa batasan yang spesifik
Sikap ulama: menerima (jumhur), dan menolak (Zahiri).
Rukun dan Syarat Qiyas:
1. Ashl (Maqis alaih): masalah yang sudah ada hukumnya, baik dari al-Quran maupun hadis.
2. Furu (maqis): masalah yang sedang dicari hukumnya.
3. Hukum Ashl: hukum yang sudah ditetapkan oleh nash
4. Illat: sifat yang terdapat dalam ashl, dengan syarat: sifatnya nyata dan dapat dicapai dengan indera,
konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

*21+ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Buku Teks Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada Universitas
Gunadarma), Penerbit : Universitas Gunadarma, 2003
Pembagian Qiyas:
1. Qiyas Aulawi: jika hukum pada furu lebih kuat daripada ahl (seperti mengqiyaskan memukul dengan
kata ah).
2. Qiyas Musawi: Jika hukum pada furu sama kuatnya dengan hukum pada ashl (seperti memakan harta
anak yatim dengan membakarnya).
3. Qiyas Adna: yaitu hukum pada furu lebih lemah daripada ashl (seperti mengqiyaskan apel dengan
gandum).
Kejelasan Illat:
1. Qiyas Jaly: Qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan dengan hukum ashl (seperti memukul
orang tua)
2. Qiyas Khafy: Qiyas yang illatya tidak disebut dalam nash.

C. KESIMPULAN
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya, dalam Al-Quran dijelaskan nabi
Muhammad saw sebagai rasulnya melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-
kitab hadist.
HAM terbagi menjadi 2 HAM Menurut barat dan menurut islam. HAM barat bersifat anthroposentris:
segala sesuatu berpusat pada manusia sehingga menempatkan manusia sebagai tolak ukur segala
sesuatu. HAM islam bersifat theosentris: segala sesuatu berpusat pada Allah.
Dalam konsep demokrasi modern, kedaulatan rakyat merupakan inti dari demokrasi sedang demokrasi
islam meyakini bahwa kedaulatan Allah lah yang menjadi inti dari demokrasi.


======================== Jazzakumullah Khairan Katsiiron ===========================

Tinggalkanlah sesuatu yang aku tidak anjurkan kepadamu. Kebinasaan umat terdahulu ialah karena
mereka banyak bertanya dan selalu menyelisihi Nabi mereka. Jadi, apabila aku melarangmu dari
sesuatu, tinggalkanlah, dan apabila aku perintahkan sesuatu kepadamu, lakukanlah semampumu
(HR Bukhari No. 7288 dan Muslim No. 1337).


DAFTAR ISTILAH/GLOSARI
Amaliyah
adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh
hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut fariyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas
itiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya itiqadiyah.

Bayan Taudhih
yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat al-Qur'an

Bayan Tafsir
yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak.

Bayan Taqrir
yaitu as-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur'an

Itiqadiyah
adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti itiqad (kepercayaan) terhadap
rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beritiqad terhadap rukun-rukun iman yang
lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama)

Jizyah
pajak

Khuluqiyah
Segi Akhlak

Kosmologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus, ilmu ini
berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek. Kosmologi dipelajari dalam astronomi,
filosofi, dan agama.

Metafisika
(Bahasa Yunani: et? (meta) = "setelah atau di balik", f?s??a (phsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang
filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi
keberadaan atau realitas.


DAFTAR PUSTAKA

1. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Buku Teks Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada Universitas
Gunadarma), Penerbit : Universitas Gunadarma, 2003
2. Tim Penulis Dosen PAI UGM, 2004, Buku Teks Pendidikan Agama Islam, Bagian Filsafat Agama Fakultas
Filsafat UGM, Yogyakarta
3. Depag, RI, 2002.Materi Sosialisasi Tema-tema Pokok PAU pada PTU,: Depag RI, Jakarta
4. Al-Faruqi, I. R.,, 1988, Tawhid Its Implication for Thought and Life, diterjemahkan oleh Rahmani Astuti
Tauhid Pustaka, Bandung.
5. Al Maududi, A. A., 1983, Pokok-Pokok Pandangan Hidup Muslim (terjemahan Osman Raliby), Bulan
Bintang, Jakarta.
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_Islam
Diposkan oleh @ni smart di 20:35



Pengertian Hukum Islam (Syari'at Islam) - Hukum syara menurut ulama ushul ialah doktrin (kitab) syari
yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang bersangkutan dengan perbuatan
orang-orang mukallaf secara perintah atau diperintahkan memilih atau berupa ketetapan (taqrir).
Sedangkan menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh kitab syari dalam
perbuatan seperti wajib, haram dan mubah .


Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diadakan oleh
Allah untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan
kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah. Hukum Islam

Menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah supaya manusia
berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan saudaranya sesama Muslim
dengan saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya
dengan kehidupan.

Menurut Muhammad Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf Ishthilaahaat al-Funun memberikan
pengertian syariah mencakup seluruh ajaran Islam, meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan
muamallah (kemasyarakatan). Syariah disebut juga syara, millah dan diin.

b. Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut (ditaati)
oleh seorang muslim. Dari definisi tersebut syariat meliputi:

1. Ilmu Aqoid (keimanan)
2. Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah)
3. Ilmu Akhlaq (kesusilaan)


Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa hukum Islam adalah syariat yang berarti
hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum
yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan
amaliyah (perbuatan).

Anda mungkin juga menyukai