Anda di halaman 1dari 21

Korosi Galvanik

2.1. Definisi korosi


Korosi merupakan proses kerusakan suatu material karena pengaruh lingkungan yang korosif.
Lingkungan yang korosif merupakan bagian dari alam. Korosi tidak bisa dicegah keberadaannya,
akan tetapi korosi dapat dikendalikan keberadaannya sehingga kita dapat menunda datangnya
korosi yang membuat material jadi tahan lebih lama terhadap korosi (1).
Material secara umum digunakan dalam berbagai keperluan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan upaya meningkatkan taraf hidupnya. Hal ini merupakan suatu keadaan
yang tidak bisa dibantah, dan oleh karena itu teknologi material telah berkembang pesat di dunia
ini dan Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang harus turut serta dalam
penggunaan teknologi material ini secara optimal dan juga mengembangkan teknologi material
secara aktif. Tanpa mengusai teknologi material, maka kelangsungan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan akan peralatan akan sia-sia saja, dan Indonesia bila tidak cepat tanggap
akan selalu tertinggal dari negara-negara lain yang telah mengembangkan industrinya
berbasiskan pada pengetahuan mengenai material yang telah dimilikinya.
Korosi merupakan suatu perusakan atau degradasi material yang terjadi secara alamiah. Material
diambil dari bumi dan akan kembali secara alamiah pula dengan proses korosi (1). Dalam
perjalanan penggunaan material khususnya logam berbagai masalah akan dapat timbul yang
disebabkan antara lain oleh :
1. Pemilihan material yang salah
2. Kondisi operasi yang tidak sesuai dengan desain kondisi operasinya
3. Perawatan yang kurang baik
4. Proses manufaktur yang kurang baik
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi celah,
korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan
korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective
leaching, dan korosi erosi.
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh
karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang
relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan
material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam
bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain
berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam
lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang
memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam
yang memiliki potensial lebih tinggi
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat pecahnya
lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan lapisan pasif
dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga
terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah
sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya
sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen. Mekanisme
terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah,
sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam
celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam
yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah
menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
Korosi retak tegang, korosi retak fatik dan korosi akibat pengaruh hidogen adalah bentuk korosi
dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti :
baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan
amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang
dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya
difusi hidrogen kedalam kisi paduan.
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya
reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat
austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 815 oC karbida krom (Cr23C6)
akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan
tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah satu
unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme
terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur.
Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang
potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan
tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai
pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
Kombinasi antara fluida yang korosif dan kecepatan aliran yang tinggi menyebabkan terjadinya
korosi erosi, seperti yang terjadi pada pipa baja yang digunakan untuk mengalirkan uap yang
mengandung air.
2.2 Korosi galvanik
Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi dwilogam. Korosi ini
terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam suatu lingkungan yang sama
dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial diantara logam
tesebut.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda dan
anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah logam yang
sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada
anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi
reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.
Deret galvanik adalah suatu daftar harga-harga potensial korosi untuk berbagai logam paduan
yang berguna dalam kehidupan. Selain itu deret galvanik juga mencantumkan harga-harga
potensial korosi untuk logam-logam murni.
Suatu ringkasan dari deret galvanik untuk lingkungan air laut dapat dilihat pada Tabel 1 Untuk
meminimumkan terjadinya korosi galvanik salah satunya adalah dengan pemilihan pasangan
logam dengan perbedaan potensial yang sangat kecil. Deret galvanik hanya memberikan
informasi tentang kecenderungan terjadinya korosi galvanik pada pasangan dua logam atau
logam paduan.
Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena adanya dua logam yang kontak secara
elektrik dan tercelup dalam larutan air membentuk sel elektrokimia. Dimana salah satu logam
yang relatip kurang mulia akan mengalami korosi dan logam yang lebih mulia tidak akan terjadi
korosi. Dasar timbulnya mekanisme reaksi korosi jenis ini karena adanya perbedaan potensial
sistem logam dimedia larutan berair yang lebih dikenal dengan deret tegangan logam Sebagai
contoh atap seng gelombang yang mengalami korosi pada lapisan sengnya terlebih dahulu,
logam baja tidak akan terkorosi selama masih ada lapisan seng dan secara elektrik masih
terinteraksi.
2 .3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Korosi Galvanik
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap korosi galvanik yaitu diantaranya:
1. Lingkungan
2. Jarak
3. Luas Penampang
2.3.1 Lingkungan
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada umumnya
logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan berfungsi sebagai
anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi jika keduanya dihubungkan
maka Zn akan terkorosi sedangkan baja akan terlindungi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan temperature 180 oF, terjadi
hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi sedangkan Zn terlindungi. Rupanya dalam kasus ini
produk korosi pada Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia terhadap baja. Menurut
Haney, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika ada ion-ion
penghalang seperti nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam air.
Berdasarkan tabel diatas dan menurut penelitian dibeberapa macam kondisi lingkungan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1. Zn bersifat anodik terhadap baja pada semua kondisi
2. Al sifatnya bervariasi
3. Sn selalu bersifat sebagai katodik
4. Ni selalu bersifat sebagai katodik
Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena tidak ada elektrolit
yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda.
Tabel 3 Perubahan berat baja dan Zn dalam gram untuk berbagai kondisi
lingkungan 1
Uncoupled Coupled
Environment Zinc Steel Zinc Steel
0,05 M MgSO4 0,00 - 0,04 - 0,05 + 0,02
0,05 M Na2SO4 - 0,17 - 0,04 - 0,48 + 0,01
0,05 M NaCl - 0,15 - 0,15 - 0,44 + 0,01
0,05 M NaCl - 0,06 -0,10 - 0,13 + 0,02
2.3.2 Jarak
Laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan kedua logam. Laju korosi
berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam tersebut. Pengaruh
jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan
adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.
2.3.3 Luas Penampang
Yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah pengaruh
perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas penampang katodik jauh lebih
besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada daerah anoda mengakibatkan laju korosi
makin cepat pula.. Korosi di daerah anodik akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang anodik dan katodik.
Contoh lain luas penampang elektroda adalah ratusan tangki penyimpanan yang besar dipasang
pada bagian utama pabrik yang mengalami program ekspansi. Tangki-tangki yang pertama
digunakan adalah terbuat dari baja karbon dan permukaan dalamnya dilapisi atau dilindungi oleh
cat phenolik. Tangki-tangki ini dapat digunakan dengan baik untuk beberapa tahun. Akan tetapi
lama kelamaan lapisan cat bagian bawah rusak dan menyebabkan terjadinya kontaminasi.
Oleh karena itu tangki-tangki yang baru, bagian bawahnya dilengkapi dengan stainless steel yang
melindungi baja karbon (stainless steel-clad carbon steel) untuk pemakaian yang lebih baik dan
mengurangi biaya perawatan. Kemudian cat pelapis pheonik juga diberikan diseluruh
permukaan-permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah tangki yang dilapisi stainless
steel tidak diberi lapisan cat karena mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik. Namun setelah
beberapa bulan dioperasikan, mulai terlihat adanya kebocoran di dinding tangki yaitu di atas
penyambung logam/las-lasnya.
2.4 Cara Pengendalian Korosi
Terdapat beberapa cara pengendalian yang umum dilakukan untuk mengendalikan korosi
galvanik., yaitu antara lain :
1. Pemilihan material yang tepat. Pemilihan material dengan perbedaan potensial dari kedua
material agar sekecil mungkin
2. Menghindarkan penggunaan 2 jenis logam yang saling berhubungan dalam suatu kontruksi.
3. Melakukan penggunaan lapis lindung. Jika harus menggunakan lapis lindung maka gunakan
lapis lindung pada katoda.
4. Menghindari kombinasi luas penampang material dengan anoda kecil sedangkan luas
penampang katoda besar.
5. Menambahkan inhibitor untuk mengurangi keagresifan lingkungan.
6. Merancang dengan baik agar dapat mengganti bagian-bagian anoda yang rusak dengan
menggunakan bahan-bahan yang siap pakai atau buatlah anodik yang lebih tebal agar lebih
tahan lama.
2.5 Kerugian Akibat Korosi
Ditinjau dari segi kerugian akibat korosi dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu kerugian dari
segi biaya korosi itu sangat tinggi atau mahal, kerugain dari segi pemborosan sumber daya
mineral yang sangat tinggi dan kerugian dari segi keselamatan jiwa manusia juga sangat
membahayakan.
1. Kerugian Ekonomi Akibat Korosi
Menurut sumber dari biro Klasifikasi indonesia pada tahun 1997 mengatakan bahwa pada
umumnya biaya pengendalian korosi di Indonesia berkisar antara 2 hingga 3,5 % dari GNP (
Growth National Produk ). Biaya pengendalian korosi adalah semua biaya yang timbul untuk
menanggulangi korosi mulai dari desain sampai dengan proses pemeliharaan.
2. Pemborosan Sumber Daya Alam
Pada dasarnya proses korosi dapat juga didefinisikan sebagai proses kembalinya logam teknis ke
bentuk asalnya di alam. Bentuk asalnya logam di alam adalah senyawa-senyawa mineral yang
abadi di perut bumi. Pada umumnya senyawa-senyawa mineral logam tersebut merupakan ikatan
kimia antara unsur logam dengan unsur logam dengan unsur halogen misalnya oksigen dan
belerang. Dengan adanya proses korosi pada struktur bangunan di tempat-tempat yang tersebar
di seluruh dunia, mengakibatkan sumber daya mineral yang semula berbentuk logam teknis telah
berubah menjadi produk korosi yang tersebar tanpa bisa didaur ulang untuk dijadikan logam
teknis kembali.
3. Korosi Dapat Membahayakan Jiwa Manusia
Korosi dapat menimbulkan kecelakaan yang menelan puluhan korban bahkan ratusan korban
jiwa atau mencederai manusia disebabkan karena kegagalan dari konstruksi bangunan akibat
korosi. Di dunia pelayaran, korban manusia yang meninggal akibat kapal tenggalam jumlahnya
sudah sangat banyak.

4. Estetika Menurun
Korosi dapat menurunkan nilai estetika suatu material. Hal ini karena korosi dapat merusak
lapisan permukaan material.
Diposkan oleh Harinto Brown
KOROSI GALVANIK

Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan
lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah
dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi
merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam
berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai
penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi
adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion
dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi
reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap
elektronelektron yang tertinggal pada logam.
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan bahan
logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang
paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan
demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan proses
anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam
(permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan
laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen
dari lingkungan sekitarnya.
Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Anode {Fe(s) Fe2+(aq)+ 2 e} x 2
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e 2 H2O(l) +
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq) 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi,
yaitu:
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e 4 OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini
sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera
ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks
stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III).
Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi
(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun
air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif
ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi
Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi
dari kontak dengan udara luar.
Faktor yang mempengaruhi korosi :
- Jenis dan konsentrasi elektrolit
- Adanya oksigen terlarut pada elektrolit
- Temperatur tinggi
- Kecepatan gerakan elektrolit
- Jenis logam/paduan
- Adanya galvanic cells
- Adanya tegangan (tarik)
Korosi galvanik atau Galvanic Corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika
dua buah logam atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan dalam suatu
larutan elektrolit. Elektrolit dapat berupa larutan air garam, asam atau basa.
Proses korosi ini melibatkan reaksi elektrokimia oksidasi-reduksi (redoks). Kedua
logam yang berada dalam larutan elektrolit akan membentuk sebuah sel galvanik. Logam
yang memiliki nilai potensial elektroda yang lebih rendah yaitu logam dengan posisi lebih
tinggi dalam daftar seri Elektrokimia akan menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi,
sedangkan logam yang memiliki nilai potensial elektroda lebih tinggi atau lebih mulia akan
menghasilkan reaksi katodik atau reduksi pada permukaannya.Perbedaan potensial
elektroda antara kedua logam yang membentuk sel gavanik merupakan penentu daya
dorong untuk terjadinya korosi.




Skematika Mekanisme Korosi Galvanik.
Gambar di atas menunjukkan mekanisme reaksi yang terjadi pada korosi galvanik
yang terbentuk oleh adanya hubungan antara dua logam yang memiliki potensial berbeda.
Kedua logam membentuk sel galvanik, dan logam yang memiliki potensial lebih rendah
akan menjadi anoda dan terkorosi, sedangkan logam yang memiliki potensial lebih tinggi
akan berlaku sebagai katoda dan tidak terkorosi.
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang
berbeda potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua
logam. sehingga Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sedangkan
logam lainnya akan terlindungi dari serangan korosi. Korosi galvanik terjadi apabila
berada dalam lingkungan lembab dan ada cairan elektrolit. Jika tembaga dan besi
diletakkan pada daerah lembab dan ada elektrolit, maka akan terjadi aliran arus dari
besi ke tembaga. Dalam hal ini korosi galvanik telah berlangsung, logam yang kurang
mulia akan menjadi anoda karbon.

Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi
dwilogam. Korosi ini terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam
suatu lingkungan yang sama dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan
suatu beda potensial diantara logam tesebut. Prinsip korosi galvanik sama dengan
prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda dan anoda), elektrolit dan arus
listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah logam yang sebelum dihubungkan
bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada anoda akan
terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi
reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.


Proses tejadinya korosi galvanik

Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih
rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial
yang lebih tinggi. Contoh korosi galvanik misalnya pada seng terjadi akibat perbedaan
potensial lokal yang dimilikinya. Perbedaan potensial tersebut dapat berasal dari fasa
fasa, batas batas butir, impurity dan bagian bagian lain. Dengan demikian akan
terbentuk suatu anoda dan katoda lokal pada permukaan logam tersebut. Selanjutnya
terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda yan dimiliki oleh oksidasi dari anoda lokal.
Pada keadaan tertentu, misalnya seng tercelup dalam larutan asam klorida pekat, Zn
akan terkorosi maka terus sampai habis. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi oleh,
lingkungan, jarak, area/luas

Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang
penggabungan dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk
mendapatkan gambaran logam-logam atau paduan-paduan yang dapat di gabungkan
untuk meminimumkan terjadinya serangan korosi galvanik, sebagai langkah awal
biasanya di perhatikan deret galvanik.

Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan paduan
yang terekspose ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial korosi dapat di ukur
ddengan bantuan elektroda standar (acuan). tabel I menunjukkan deret galvanik dari
logam dan paduan di dalam air laut. Logam dengan potensial yang lebih positif
biasanya di sebut lebih nobel dan akan bersifat lebih katodik bila di hubungkan dengan
logam yang potensial korosinya lebih negatif yang di sebut lebih aktif. Logam atau
paduan yang paling aktif selalu akan bersifat anodik bila kontak listrik dengan logam
atau paduan lainnya. Pemilihan paduan dengan perbedaan potensial korosi yang
minimum akan meminimumkan korosi galvanik. Sebagai contoh korosi galvanik akan
nyata (significant) bila beda potensial korosi antara dua logam yang di hubungkan
adalah sebesar 250 mV atau lebih. Deret galvanik hanya memberikan informasi
kecenderungan korosi galvanik dan tidak memberikan informasi tenyang laju
serangannya. Hal yang menarik dari deret galvanik adalah tanda kurung (bracket) yang
mengelompokkan logam atau paduan. Material dalam kelompok ini mempunyai
ketahanan yang hampir sama khususnya karena kompossi dasar materialnya sama,
misalnya tembaga dan paduan tembaga. Pengelompokkan tersebut menunjukkan pada
penerapan praktisnya, bahaya korosi galvanik kecil bila logam atau paduan dalam satu
kelompok di hubungkan satu dengan lainnya.
Pada kenyataannya, tergantung dari geometri benda kerja, ketahanan
lingkungan, sifat pasivasi dari kedua material yang di hubungkan serta nisbah antar
luas permukaan material material yang di hubungkan secara galvanik, distribusi
potensial korosi setempat pada permukaan logam akan bervariasi dari ujung logam
yang satu ke ujung logm yang lain. Distribusi tersebut mengakibatkan distribusi laju
korosi setempat yang tidak merata.
Sifat korosi galvanik telah di lakukan secara luas untuk melindungi struktur
logam. Sebagai contoh struktur baja di hubungkan dengan logam seng yang berfungsi
sebagai anoda yang di korbankan (anoda tumbal). Laju korosi baja sangat menurun
karena potensial antar muka baja terpolarisasi katodik sehingga mendekati daerah
immunnya.. sebagaimana halnya korosi galvanik, potensial antar muka setempat pada
permukaan struktur yang di lindungi oleh terdistribusi secara tidak merata. Semakin
jauh jarak lokasi pada permukaan struktur yang di lindungi dari anoda tumbal, semakin
rendah erus proteksi yang dapat menjangkau lokasi tersebut. Oleh karena itu sebaran
potensial antar muka akan menentukan letak anoda-anoda korban yang harus di
pasang.
Tabel I. Deret galvanik untuk beberapa logam dah paduan
Platinum
Gold
Graphite
Noble or cathodic Titanium
Silver
Chlorimet 3 (62 Ni, 18 Cr, 18 Mo)
Hastelloy C (62 Ni, 17 Cr, 15 Mo)
18.8 Mo stainless steel (passive)
18.8 Stainless steel (passive)
Chromium stainless steel 11.30 % Cr (passive)
Inconel (passive) (80 Ni,13 Cr, 7 Fe)
Nickel (passive)
Silver solder
Monel (70 Ni, 30Cu)
Cupronickels 60-90 Cu, 40-10 Ni)
Bronzes (Cu, Sn)
Copper
Brasses (Cu, Zn)
Chlorimer 2 (66 Ni, 32 Mo, 1 Fe)
Hastelloy B (60 Ni, 30 Mo, 6 Fe, 1 Mn)
Inconel (active)
Nickel (active0
Tio
Lead
Lead-tin solders
18.8 Mo stainless steel (active)
18.8 stainless steel (active)
Ni resist (high Ni cast iron)
Chromium stainless steel, 13% Cr (active)
Cast iron
Steel or iron
2024 aluminum (4.5 Cu, 1.5 Mg, 0.6 Mn)
Active or anodic Cadmium
Commercially pure aluminum (1100)
Zinc
Magnesium and magnesium alloys

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik yaitu diantaranya:
1. Lingkungan
tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada
umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan
berfungsi sebagai anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi
jika keduanya dihubungkan maka Zn akan terkorosi sedangkan baja akan terlindungi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan temperature 180 oF,
terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi sedangkan Zn terlindungi. Rupanya
dalam kasus ini produk korosi pada Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia
terhadap baja. Menurut Haney, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi
kebalikannya jika ada ion-ion penghalang seperti nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam
air.

Berdasarkan dibeberapa macam kondisi lingkungan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Zn bersifat anodik terhadap baja pada semua kondisi
2. Al sifatnya bervariasi
3. Sn selalu bersifat sebagai katodik
4. Ni selalu bersifat sebagai katodik
Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena tidak
ada elektrolit yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda.
2. Jarak
laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan kedua logam.
Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam
tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik
dapat diketahui dengan adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan
logam.
3. Luas penampang
yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah
pengaruh perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas
penampang katodik jauh lebih besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada
daerah anoda mengakibatkan laju korosi makin cepat pula. Korosi di daerah anodik
akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika dibandingkan dengan keseimbangan luas
penampang anodik dan katodik.
Contoh lain luas penampang elektroda adalah ratusan tangki penyimpanan yang besar
dipasang pada bagian utama pabrik yang mengalami program ekspansi. Tangki-tangki
yang pertama digunakan adalah terbuat dari baja karbon dan permukaan dalamnya
dilapisi atau dilindungi oleh cat phenolik. Tangki-tangki ini dapat digunakan dengan baik
untuk beberapa tahun. Akan tetapi lama kelamaan lapisan cat bagian bawah rusak dan
menyebabkan terjadinya kontaminasi. Oleh karena itu tangki-tangki yang baru, bagian
bawahnya dilengkapi dengan stainless steel yang melindungi baja karbon (stainless
steel-clad carbon steel) untuk pemakaian yang lebih baik dan mengurangi biaya
perawatan. Kemudian cat pelapis pheonik juga diberikan diseluruh permukaan-
permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah tangki yang dilapisi stainless steel
tidak diberi lapisan cat karena mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik. Namun
setelah beberapa bulan dioperasikan, mulai terlihat adanya kebocoran di dinding tangki
yaitu di atas penyambung logam/las-lasnya.

JENIS-JENIS KOROSI GALVANIK
Korosi Galvanik Sistem Besi-Seng.
Potensial elektroda standar dari logam seng adalah: E
0
Zn
= -0,763 V, dan potensial
logam besi adalah E
0
Fe
= -0,44 V. Sehingga perbedaan potensial keduanya adalah E
0
Fe

E
0
Zn
= 0,323 V.
Diketahui bahwa potensial Zn lebih rendah daripada potensial Fe, oleh karena itu,
Zn larut dalam elektrolit menurut reaksi anodik sebagai berikut:
Zn = Zn
2+
+ 2e
-

System galvanik ini menyebabkan seng terkorosi dengan melepaskan elektron.
Elektron mengalir dari daerah anoda seng ke katoda besi. Kemudian dipermukaan katoda
besi, elektron ini habis digunakan dalam reaksi katodik seperti berikut:
H
+
+ e
-
= H
Korosi Galvanik Sistem Besi-Tembaga
Potensial elektroda standar logam besi adalah: E
0
Fe
= -0.44 V, dan potensial logam tembaga
adalah E
0
Cu
= 0,337 V. Sehingga perbedaan potensial kedua logam tersebut adalah: E
0
Cu

E
0
Fe
= 0,777 V.
diketahui bahwa Potensial besi Fe lebih rendah dari pada potensial tembaga, oleh karena
itu pada permukaan logam besi terjadi reaksi anodic, Fe larut dalam sistem berikut:
Fe = Fe
2+
+ 2e
-

Sel gavanik ini menyebabkan logam besi, Fe terkorosi. Pada permukaan tembaga terjadi
reaksi katodik antara elektron dengan ion hidrogen sesuai reaksi berikut:
H
+
+ e
-
= H.
Katoda akan terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hydrogen yang menghasilkan lapisan film
dan menutupi permukaan katoda. Lapisan film yang terbentuk ini mempengaruhi kinetika
atau kecepatan korosi berikutnya. Reaksi katodik menjadi lambat. Reaksi antara electron
dengan ion hydrogen yang terlarutpun menjadi lebih lambat. Melambatnya reaksi katodik
menyebabkan melambatnya reaksi
Pada larutan elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi seperti larutan
asam, maka ion hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan membentuk gas
hidrogen yang meninggalkan permukaan katoda, sesuai dengan reaksi berikut:
2H = H
2
.
Reaksi ini mampu menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan. Reaksi
pembentukan gas hydrogen, H
2
di katodik berjalan terus akan diikuti dengan reaksi
pelepasan ion logam di daerah anoda. Sehingga jika reaksi pembentukan gas hidrogen
terjadi, maka korosi terjadi.
Pada umumnya Larutan air adalah teraerasi atau mengandung oksigen terlarut, oleh
karenanya, ion hidrogen yang terbentuk pada permukaan katoda bereaksi dengan oksigen
sesuai reaksi berikut:
1/2O
2
+ 2H = H
2
O.
Kinetika untuk reaksi ini sangat ditentukan oleh laju difusi oksigen ke permukaan katodik.
Selama katoda menghasilkan reaksi ini, maka reaksi pelarutan logan di anoda juga terjadi.

PENCEGAHAN KOROSI GALVANIK
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari,
namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan
mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur
produktif peralatan elektronik dalam rumah tangga atau kegiatan industri menjadi
panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk
memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan
dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi
dalam suatu kegiatan industry serta menghemat anggaran pembelanjaan rumah
tangga.
Adapun cara penanggulangan korosi galvanic yaitu:
a) Menghindari kontak logam yang berbeda (logamnya harus sama)
b) Mencegah kontak listrik antara 2 komponen logam
c) Penggunaan pengaruh luas permukaan
d) Menghindari daerah yang basah pada logam
e) Merancang dengan baik agar dapat mengganti bagian-bagian anoda yang rusak
dengan menggunakan bahan-bahan yang siap pakai atau buatlah anodik yang lebih
tebal agar lebih tahan lama.
f) Menambahkan inhibitor untuk mengurangi keagresifan lingkungan.
Inhibitor merupakan perlakuan kimia untuk perlindungan korosi pada bagian logam
yang berhubungan langsung dengan lingkungan korosif dengan menambah zat
penghalang korosi. Inhibitor ditambahkan dalam lingkungan dalam jumlah sedikit, yaitu
dalam satuan ppm, yang umumnya 10-100 ppm. Inhibitor berasal dari kata inhibisi yang
berarti menghambat. Adapun pembagian inhibitor sebagai berikut:
Interfasa inhibisi: interaksi inhibitor dengan permukaan logam dengan membentuk
lapisan tipis
Intrafasa inhibisi: penurunan tingkat korosifitas lingkungan, misal pengurangan kadar
O
2
dan pengaturan pH.
Jenis/mekanisme inhibitor terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
Physical inhibitor: molekul inhibitor secara fisik teradsorbsi ke permukaan material atau
senya organik yang mengabsorbi permukaan logam dan menekan kelarutan logam
serta mengurangi reaksinya
Passivator (anodic. Inh) : membentuk lapisan pasif pada permukaan material, sehingga
memperlambat reaksi anodik, contohnya kromat, serta membantu memperbaiki lapisan
film ddengan membentuk senyawa passivator.
Precipitation inhibitor (cath. Inh): memperlambat reaksi katodik dengan mengubah
potensial ke arah negatif, contohnya fosfat dan silikat dengan meningkatkan polarisasi
anodik/katodik dan mengurangi difusi ion di permukaan logam
Destimulator: menurunkan kadar O
2
pada lingkungan (oxygen scravanger), contohnya
pada reaksi hydrazine O
2
+ N
2
H
2
--> 2H
2
O + N
2

g) Menghindarkan terjadinya hubungan galvanik logam, hal ini dapat dilakukan dengan
cara memilih material yang memiliki potensial yang ridak jauh berbeda (berdekatan
pada galvanik series) pada saat perencanaan. Mengotrol anoda, apabila hubungan
galvanik tidak dapat dihindarkan maka logam yang menjadi daerah anoda hendaknya
diperluas/dibuat lebih tebal. Secara ekonomi akan lebih baik lagi melakukan dengan
membuat anoda menjadi bagian yang mudah diganti.Dalam kontrol korosi, memilih
logam atau paduan sedimikian sehingga pertukaran ion dengan lingkungannya tidak
berlangsung dengan cepat atau dengan kata lain memilih logam atau paduannya yang
perbedaan potensialnya dengan lingkungannya tidak terlalu besar. Faktor-faktor yang
sering diperhitungkan dalam proses pemilihan material antara lain:
Memiliki ketahanan korosi yang lebih tinggi di suatu media tertentu yang mana pada
deret galvanik berada pada daerah noble atau katodik.
Persyaratan umur komponen
Variasi sifat
Perubahan karakteristik logam akibat proses pengerjaan atau selam terkena kondisi
operasi tertentu
Pemilihan material dipertimbangkan juga dalam perannya sebagai pelapis permukaan
luar (coating) maupun sebagai pelapis permukaan dalam (lining).
h) Menghindarkan terjadinya cacat lapisan, pada pelapisan logam hubungan galvanik
akan terjadi apabila lapisannya pecah, oleh karena itu pada saat proses pelapisan
dilakukan harus dihindarkan terjadinya cacat pelapisan yang dapat menjadi anoda yang
sangat kecil.
Pelapisan (coating) berfungsi seperti kosmetik yang mencegah logam mengadakan
kontak langsung dengan lingkungannya yang korosif sehingga dapat melindungi logam
dari korosi.Pada dasarnya pelapis dibagi menjadi dua:
Physical drying: proses pengeringan secara alami
Chemical curing: proses pengeringan secara kimia yang prosesnya terbagi atas reaksi
dengan oksigen, reaksi antara komponen perekant serta zat pewarna dan pelarut, dan
reaksi dengan karbondioksida dalam udara
Pada pelapis terdapat jenis pelapis epoksi yang merupakan jenis polimer tipe termoset.
Pelapis epoksi terdiri dari dua bagian yang pertama berisikan resin epoksi, pigmen dan
beberapa pelarut, dan bagian kedua adalah kopolimer agen pengeras yang dapat
berupa polyamine, amine product, dan polyadine.
Posted by muhammad azhar at 9:23 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest



















Pencegahan Korosi Galvanik
Pilihan bijak pencegahan korosi Galvanik
(perhatian, sebagian konten memiliki istilah yang mungkin hanya dimengerti anak material
engineering!!)

Apasih itu korosi Galvanik?

Masih inget prinsip sel Volta waktu belajar kimia di SMA?? ya sistem korosi akibat sel Galvanik
mekanismenya sama seperti itu.
Jadi korosi galvanik itu terjadi ketika dua logam dengan nilai potensial berbeda dihubungkan secara
elektrik dan dalam lingkungan yang korosif. Logam yang potensialnya lebih rendah (lebih negatif
atau biasa disebut less noble) akan berperan sebagai anoda dan mengalami reaksi oksidasi ketika
dihubungkan dengan logam yang lebih nobel (potensialnya lebih positif). skema singkatnya dapat
dilihat pada gambar 1. ketika alumunium dihubungkan dengan tembaga yang potensialnya berbeda
dalam lingkungan yang mengandung zat elektrolit ( humidity atau uap H2O ternyata bisa berperan
sebagai elektrolit juga) maka alumunium akan teroksidasi karena tembaga lebih noble. Peristiwa
oksidasi atau yang lebih populer korosi pada dua plat ini intinya melibatkan tiga syarat utama yaitu
beda potensial logam, hadirnya elektrolit dan kontak dua logam yang berbeda potensial tersebut
(metal path).
Tingkat ke-noble-an logam dapat dilihat dari deret volta atau emf. (kalau deret volta pengukurannya
berada dalam kondisi air laut atau seawater , sedangkan deret emf berdasarkan elektroda yang
digunakan bisa kalomel, atau Ag/AgCl de-el-el)

Nah terus gimana cara kita mencegahnya??
sebelumnya perlu kamu ketahui laju korosi dari sebuah sistem dikontrol oleh reaksi di katoda atau
reaksi reduksi, dimana semakin besar reaksi di katoda maka laju korosi akan semakin tinggi. Bila
kita istilahkan katoda adalah yang memakan sedangkan anoda adalah yang dimakan. Jika ukuran
katoda kecil dibanding anoda maka dapat kita ibaratkan makanan yang tersedia lebih sedikit
daripada pemangsa dengan begitu makanan tersebut akan mudah habis dalam kondisi demikian.

untuk itu pada rancangan material sambungan yang menggunakan baut ada baiknya baut terbuat
dari material yang lebih nobel dimana perbandingannya baut luas permukaan yang tereksposnya
akan lebih kecil dibanding dengan material
Perlu kalian ketahui juga...
Kamu tau ga tentang uniform corrosion, ya..ya.. maksudnya korosi yang seragam dipermukaan
sangat luas. Secara mikroskopis sebenarnya yang terjadi pada uniform corrosion adalah peristiwa
korosi galvanic. Mungkin ada yang bingung kenapa bisa terjadi korosi di plat tunggal yang sangat
luas areanya?? yah walaupun pasti ada katoda di sekitarnya atau di pinggiran plat tapi jarak katoda-
anoda (coupling space) juga berpengaruh terhadap terjadinya peristiwa korosi, semakin jauh
jaraknya semakin mengecilkan kemungkinan terjadinya coupling. Jadi gimana, kok tetap bisa terjadi
korosi di permukaan logam tunggal yang ga ada katodanya?? Ok perlu kamu ketahui bahwa
kebanyakan material yang diaplikasikan di dunia industri itu ga hanya memiliki fasa tunggal (aduh
apasih ini?) Misalnya aja di plat besi, terdapat fasa cementite dan perlite yang keduanya ternyata
memiliki tingkat ke-noble-an berbeda jadi karena potensial mereka berbeda terjadilah peristiwa self
anodic-cathodic daaaaaaan terjadilah peristiwa korosi. Ya itulah yang saya maksud dengan
terlibatnya peristiwa galvanik dalam korosi seragam.

Diposkan oleh Abimanyu di 11.51

Anda mungkin juga menyukai