Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indra (Mubarok, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
adalah hasil yang dapat dimengerti dan dapat dipahami oleh seseorang melalui
alat indranya.
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
Universitas Sumatera Utara
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
3. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar
dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya cirri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Hal ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental
tarap berpikirseseorang semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang
kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun, jika
Universitas Sumatera Utara
pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara
psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam
emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif
dalam kehidupannya.
6. kebudayaan lingkungan seseorang
Mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila
dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan
lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai
sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan
sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
7. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru
(Notoatmodjo, 2007).
2.1.3. Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh pengetahuan
sepanjang sejarah, dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu sebagai berikut :


Universitas Sumatera Utara
A. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan ini antara lain sebagai berikut :
1. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
mencegah masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan yang kedua tidak berhasil, maka
di coba kembali kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkinan yang ketiga
juga tidak mendapatkan hasil maka dicoba kemungkinan yang ke empat dan
seterusnya, sampai masalah tersebut dapat diselesaikan.
2. Cara kekuasaan (otoriter)
Kebiasaan tersebut bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern, kebiasaan ini seakan-akan
diterima dari sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan tersebut
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli
agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritasnya atau kekuasaannya,
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang paling baik, demikian kata pepatah, pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan,
oleh sabab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
Universitas Sumatera Utara
memperolah pegetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa lalu.
4. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir
manusia pun ikut berkembang, dari sinilah manusia telah mampu menggunakan
penalaran dalam memperoleh pengetahuannya, dengan kata lain dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pemikirannya.
B. Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetauan pada dewasa ini
lebih sisitematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau
lebih popular disebut sebagai metodologi penelitian (research methodology)
(Notoatmodjo, 2005)
2.1.4. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan yaitu
sebagai berikut :
1. Tahu
Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu hal yang spesifik
dari seluruh hal yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Universitas Sumatera Utara
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
dan dapat menyesuaikan.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu objek atau pekerjaan.


Universitas Sumatera Utara
2.2. Imunisasi
2.2.1. Defenisi Imunisasi
Imunisasi bersal dari kata imun. Kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit. Tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain (Notoatmodjo, 2003).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin
adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan
Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2008).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh dkk, 2008).
2.2.2. Tujuan Imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain :
1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan
penyakit tertentu di dunia.
2. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak.
Universitas Sumatera Utara
3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.
4. Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat
eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.
5. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti
campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar
air, TBC, dan lain sebagainya.
6. Mencegah terjadinya penyakit tetentu pada seseorang, dan menghilangkan
penyakit pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
(Maryunani, 2010).
2.2.3. Manfaat imunisasi
Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan
kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan
kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan
anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari beberapa
penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik dan kakak dan teman-
teman disekitarnya. Dan manfaat untuk Negara adalah untuk memperbaiki tingkat
kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan Negara (Proverawati & Andhini, 2010).

Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Macam-macam Imunisasi
Imunitas atau kekebalan, dibagi dalam dua hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif
adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan
pasif adalah apabila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya
menerimanya saja.
1. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibodi sendiri. Contonya : imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif ini
dilakukan dengan vaksin yang mengandung :
- Kuman-kuman mati (misalnya : vaksin cholera typhoid / typhus abdomi
nalis paratyphus ABC, vaksin vertusis batuk rejan).
- Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya : vaksin BCG terhadap
tuberkulosis).
- Virus-virus hidup diperlemah (misalnya : bibit cacar, vaksin poliomyelitis)
- Toxoid (= toksin = racun dari pada kuman yang dinetralisasi: toxoid
difteri, toxoid tetanus).
Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per-oral melalui
mulut. maka pada pemberin vaksin tersebut tubuh akan membuat zat-zat anti
terhadap penyakit yang bersangkutan, oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif,
kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah, dan oleh sebab itu menjadi
imun (kebal) terhadap penyakit tersebut. Pemberian vaksin akan merangsang
Universitas Sumatera Utara
tubuh membentuk antibodi. Untuk itu dalam imunisasi aktif terdapat empat
macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, antara lain :
Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa poli
sakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteriyang dimatikan.
a. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
b. Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.
c. Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk
imunogenitas antigen.
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat
yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Hidayat, 2008).
2.2.4. J enis-jenis Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan
pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya
dari penyakit-penyakit yang berbahaya.


Universitas Sumatera Utara
1. Imunisasi BCG (Bacillus Celmette Guerin)
a. pengertian
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit paru-
paru yang sangat menular.
b. Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu
diulang (boster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi
yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman
mati, hingga memerlukan pengulangan.
c. Usia pemberian imunisasi
Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2 bulan.
J ika diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux
(tuberkulin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah
kemasukan kuman Mycobacterium Tuberculosis atau belum. Vaksinasi
dilakukan bila hasil tes-nya negative. J ika ada penderita TB yang tinggal
serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir bayi di
imunisasi BCG.
d. Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi
penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau
penyuntikan pada paha.
Universitas Sumatera Utara
e. Tanda keberhasilan Imunisasi
Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas
suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian,yang berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri
dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan
meninggalkan tanda parut. J ikapun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini
tidak perlu dikhawatirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan yang
salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena
vaksin harus masuk kedalam kulit. J adi, meskipun benjolan tidak timbul,
antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunsasi tidak
perlu diulang, karena di daerah endemi TB, infeksi alamiah akan selalu
ada. Dengan kata lain akan mendapat vaksinasi alamiah.
f. Efek samping Imunisasi
Umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan
kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkangan
bila penyuntikan dilakukan di paha). Dan biasanya akan sembuh sendiri.
g. Kontra Indikasi Imunisasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit
kulit yang berat / menahun.


Universitas Sumatera Utara
2. Imunisasi DPT (diphtheria, pertusis, tetanus)
a. Pengertian
Imunuisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini:
- Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya
karena menimbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung
yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.
- Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga
batuk rejan atau batuk 100 hari. Karena sakitnya bisa mencapai 100
hari atau 3 bulan lebih. Gejalanya sangat khas, yaitu batuk yang
bertahap, panjang dan lama disertai bunyi whoop/ berbunyi dan
diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat
meninggal karena kesulitan bernapas.
- Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan
mulut terkunci / terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau
dibuka.
b. Pemberian Imunisasi dan usia pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2
bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi,
yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia
12 tahun, diberikan imunisasi TT.

Universitas Sumatera Utara
c. Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuler (I.M atau i.m).
d. Efek Samping Imunisasi
Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam (sumeng) saja
dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau
pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam
beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas
bayi. Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan
tidak memakaikan pakaian terlalu banyak.
e. Kontra Indikasi Imunisasi
Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai
penyakit atau kelainan saraf, baik bersifat keturunan atau bukan, seperti
epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat
karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam / sakit keras dan yang
mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau
asma.
3. Imunisasi Polio
a. Pengertian
- Imunisasi Polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang
menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.
Universitas Sumatera Utara
- Imunisasi Polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada anak. (Kandungan vaksin polio adalah virus yang
dilemahkan).
b. Pemberian Imunisasi
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi
polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang
berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis
dalam imunisasi.
c. Usia Pemberian Imunisasi
Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir
(0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.
Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin
DPT.
d. Cara Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi polio melalui oral / mulut (Oral Poliomyelitis
vaccine/OPV). Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang
melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/ IPV).


Universitas Sumatera Utara
e. Efek Samping Imunuisasi
Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang
mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Dan kasusnya biasanya
jarang terjadi.
f. Kontra indikasi Imunisasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah,
seperti demam tinggi (diatas 38C) ditangguhkan. Pada anak yang
menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio.
Demikian juga anak dengan dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker
atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan
radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio.
g. Tingkat Kekebalan
Bisa mencekal penyakit polio hingga 90 %.
4. Imunisasi Campak
a. Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). Kandungan
vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan.
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun
seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun
Universitas Sumatera Utara
sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak.
Penyakit campak mudah menular, dan anak yang daya tahan tubuhnya
lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus morbili
ini. Namun, untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. J adi
sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi.
b. Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali.
c. Usia Pemberian Imunisasi
Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan
pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak
usia balita. J ika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi
campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR
(Measles Mumps Rubella).
d. Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui subkutan (s.c)
e. Efek Samping Imunisasi
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam
ringan dan terdapat efek kemerahan / bercak merah pada pipi di bawah
Universitas Sumatera Utara
telinga pada hari ke 7 8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
f. Kontra Indikasi Imunisasi
Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak :
- Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam.
- Dengan penyakit gangguan kekebalan.
- Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan.
- Dengan kekurangan gizi berat.
- Dengan penyakit keganasan.
- Dengan kerentanantinggi terhadap protein telur, kanamisin dan
eritromisin (antibiotik).
5. Imunisasi Hepatitis B
a. Pengertian
- Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu
penyakit infeksi yang dapat merusak hati.
- Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungannya adalah
HbsAg dalam bentuk cair.
b. Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali.
Universitas Sumatera Utara
c. Usia Pemberian Imunisasi
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi
dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.
Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3 6
bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B, selain
imunisasi yang diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan
imunisasi tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu
sebelum usia 24 jam.
d. Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intramuskuler
(I.M atau i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero : otot-
otot dibagian depan, lateral : otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tidak
dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
e. Efek Samping Imunisasi
Umumnya tidak terjadi. J ikapun terjadi (sangat jarang), berupa keluhan
nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan
pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
f. Tanda Keberhasilan
Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Tetapi dapat
dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah atau
mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun.bila
Universitas Sumatera Utara
kadarnya diatas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun. Diatas 500 tahan
selama 5 tahun. Diatas 200 tahan selama 3 tahun. Tetapi bila angkanya
100 maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angka nol bayi harus
disuntik ulang 3 kali lagi.
g. Kontra Indikasi Imunisasi
Tidak dapat diberikan pada anak yang mendrita sakit berat.
h. Tingkat Kekebalan
Cukup tinggi,antara 94 96. Umumnya, setelah 3 kali suntikan,lebih dari
95 % bayi mengalami respon imun yang cukup (Maryunani, 2010).
2.2.5 J adwal Imunisasi
Pemberian imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor
yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Melakukan imunisasi pada bayi
merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Imunisasi dapat
diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas
kesehatan atau pekan imunisasi. J ika bayi sedang sakit yang disertai panas,
menderita kejang-kejang sebelumnya, atau menderita penyakit system saraf,
pemberian imunisasi perlu dipertimbangkan. Kebanyakan dari imunisasi adalah
untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang
berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.
Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi atau imunisasi tidak
menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi
Universitas Sumatera Utara
rasa sakit sementara akibat suntikan bertujuan untuk kesehatan bayi atau anak
dalam jangka waktu yang panjang (Proverawati & Andhini, 2010).
JADWAL IMUNISASI 2010
(REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2010)
JENIS VAKSIN UMUR PEMBERIAN VAKSINASI
BULAN
LHR 1 2 3 4 5 6 9 12
BCG
HEPATITIS B 1 2 3
POLIO 0 1 2 3
DPT 1 2 3
CAMPAK 1

Keterangan J adwal Imunisasi
- BCG
Imunisasi BCG ini diberikan sejak lahir. Apabila usia >3 bulan harus
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu, BCG diberikan apabila uji
tuberkulin negatif.
- Hepatitis B
Universitas Sumatera Utara
Imunisais hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
dilanjutkan pada usia 1 dan 3 sampai 6 bulan. Interval dosis minimal 4
minggu.
- Polio
Imunisasi polio-0 diberikan pada saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang
lahir dirumah bersalin atau rumah sakit Oral Polio Vaccine (OPV)
diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus
vaksin kebayi lain)
- DPT
Imunisasi diberikan pada usia lebih 6 minggu, secara terpisah atau
secara kombinasi dengan hepatitis B.
- Campak
Imunisasi campak -1 diberikan pada usia 9 bulan (Proverawati & Andhini,
2010).
2.2.6 Status Imunisasi
Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan
Kesehatan Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak,
yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI), dalam pemberian
imunisasi kondisi bayi atau anak harus dalam keadaan sehat. Imunisasi diberikan
dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri kedalam tubuh, dan
kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang
tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau
Universitas Sumatera Utara
demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit jika dimasukkan kuman
atau virus lain dalam imunisasi maka tubuhnya akan bekerja sangat berat,
sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi
Bayi dikatakan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap jika bayi atau
anak telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap meliputi imunisasi BCG
(Bacillus Celmette Guerin), imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus), imunisasi
polio, imunisasi campak, dan imunisasi hepatitis B (Ranuh dkk, 2008).
2.2.7 Pengetahuan ibu terhadap status imunisasi anak
Pengetahuan merupakan faktor pencetus yang kuat untuk mendorong
seseorang berperilaku. Ketidaktahuan ibu terhadap imunisasi disebabkan karena
minimnya informasi tentang imunisasi pada anak(Ali, 2002). Hasil penelitian
Ayubi (2009), menyatakan semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai imunisasi,
semakin tinggi peluang anak untuk memperoleh imunisasi lengkap.
Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah
menjadi strategi populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-
anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat
penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi.
Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan
berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen
yang tinggi terhadap imunisasi. J ika suatu program intervensi preventif seperti
imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit
Universitas Sumatera Utara
dan persoalan pada anak, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan
masyarakat dan peningkatan pengetahuan sangat diperlukan (Ali,2002).






















Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai