KEGANASAN Kelompok 13 : Airi Firdausia 1218011006 M. Sultan Tantra 121801110 Amry Yusuf 1218011012 Nisrina Pradya 1218011114 Aulia Sari P. 1218011026 Ratna Agustina 1218011123 Galih Prasetio 1218011056 Ria Rizki Jayanti 1218011129 I.Ratna Novalia 1218011073 Septina Ashariani 1218011139 Kadek Aryati 1218011088 Tri Suhanda 1218011156
Skenario 5 80% Perempuan dapat Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Serviks Jadi Target Pemerintah 4 Oktober 2013 JAKARTA, Jaringnews.com Kanker payudara dan kanker serviks merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada perempuan dewasa ini. Akan tetapi deteksi dini kedua jenis kanker tersebut dapat dilakukan dengan teknologi tepat guna yang murah dan sederhana atau simple seperti pap smear dan SADARI. Itulah sebabnya, pengendalian kedua jenis kanker tersebut merupakan salah satu program prioritas Pemerintah. Pokok Bahasan Kanker Serviks Kanker Payudara Karsinoma Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Predileksi : Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim
Epidemiologi : Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks 10% berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim
Etiologi Penyebab Utama : Human Papilloma Virus ( HPV ) Saat ini terdapat 138 jenis HPV, 40 di antaranya ditularkan melalui hubungan seksual 90 % Karsinoma serviks disebabkan oleh HPV tipe 16 dan HPV tipe 18 Faktor Resiko Usia > 35 tahun Usia pertama kali menikah ( usia menikah < 20 tahun beresiko tinggi ) Wanita dengan aktivitas seksual tinggi dan sering bergonta ganti pasangan Seringnya penggunaan antiseptik pada vagina Wanita yang merokok Riwayat penyakit kelamin Paritas / jumlah kelahiran ( ibu dengan jumlah anak yang banyak dengan jarak kelahiran dekat beresiko lebih tinggi) Penggunaan kontrasepsi oral dalam waktu lama ( masih dalam perdebatan) Patogenesis Serviks normal mengalami metaplasia Jika terjadi paparan HPV HPV mengekspresikan 7 protein virus : E1-E7 E6 berikatan dengan p53 yang akan mendegadrasi dan menekan fungsi represi p53 Mengganggu kemampuan : merespon kerusakan DNA, menghambat proses reparasi DNA, dan menurunkan kemampuan apoptosis E7 berikatan dengan pRb Proliferasi sel kanker terjadi secara berlebihan Sel serviks mengalami displasia Berkembang menjadi karsinoma prainvasif, mikroinvasif, invasif Endofilik (tumbuh ke dalam) : ulkus nekrotik, pinggir induratif, ada bau busuk Eksofilik (tumbuh ke luar) : mudah berdarah, bentuk seperti bunga kol Klasifikasi Stadium Kanker Penentuan stadium klinis didapatkan berdasarkan pemeriksaan klinik, radiologi, suktase endoserviks dan biopsi Tahapan tahapan kanker : Karsinoma pre invasif Karsinoma in-situ, karsinoma intraepitel Kasinoma invasive Stadium kanker serviks menurut klasifikasi FIGO Manifestasi Klinis Keputihan yang tidak gatal Gejala ketidakteraturan siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual Cairan keluar dari vagina, berbau busuk akibat nekrosis dan infeksi tumor Perdarahan setelah senggama Gejala lanjut : nyeri hingga kaki, hematuria, bahkan dapat terjadi gagal ginjal
Diagnosis Pap smear Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan keluhan Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut : Normal Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas) Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas) Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar) Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya) Biopsi, dilakukan jika : pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear.
Teknik yang biasa dilakukan adalah : Teknik punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi Teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi.
Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar) Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal
Tes Schiller Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium Pada serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen Radiologi Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik atau peroartik limfe. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. IVP MRI CT abdomen / pelvis Tatalaksana Pembedahan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat Histerektomi suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO) Radioterapi Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Kemoterapi penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain : CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) Prognosis Stadium 0 100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh Stadium 1 Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi IA dan IB Dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95% Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai 90%. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi mereka. Stadium 2 Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B Dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70-90% Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%. Stadium 3 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%. Stadium 4 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30% Stadium 5 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 5-10%. Pencegahan Mengurangi faktor resiko Melakukan pemeriksaan pap smear secara berkala Menilih kontrasepsi dengan metode barrier Memperbanyak makan buah-buahan dan sayuran Melakukan imunisasi vaksin anti-HPV Kanker Payudara
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma.
Kanker kedua terbanyak di Indonesia setelah kanker serviks. Etiologi Belum diketahui secara pasti
Faktor-faktor yang mempengaruhi : Riwayat faktor keluarga, hormonal, faktor lain yang bersifat eksogen
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu : Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.
Faktor Resiko Berumur > 30 tahun Memiliki riwayat keluarga kanker payudara Memiliki riwayat tumor Haid pertama yang terlalu muda atau menopause > 50 tahun Tidak menikah / Tidak menyusui Melahirkan anak pertama di usia > 35 tahun Sering terpapar radiasi Pola makan konsumsi lemak berlebih Kegemukan (obesitas) Konsumsi alkohol berlebih Mendapat terapi hormon jangka panjang Stress Faktor genetik Klasifikasi Kanker Payudara ( WHO) Non-Invasif Intraduktal Lobular karsinoma in situ Invasif Karsinoma invasif duktal Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang predominant Karsinoma invasif lobular Karsinoma mucinous Karsinoma medullary Karsinoma papillary Karsinoma tubular Karsinoma adenoid cystic Karsinoma sekretori (juvenile) Karsinoma apocrine Karsinoma dengan metaplasia Tipe squamous Tipe spindle-cell Tipe cartilaginous dan osseous Mixed type Pagets disease of the nipple Gambaran Patologi Pagets disease Taraf permulaan kanker dengan edema menahun pada puting ( merah dan menebal ) Prognosis : baik Ciri patologik : Terdapat sel-sel paget (seperti butiran pasir) Hipertrofi sel epidermoid Infiltrasi sel-sel bunder di bawah epidermis Kanker ductus lactiferus Merupakan bentuk non-infiltrating papillary carcinoma Terbentuk di dalam ductus lactiferus yang besar hingga yang kecil Sulit dibedakan dengan papilloma Adanya nekrosis sentral (tipe comedo carcinoma) Infiltrasi ke jaringan sekitarnya Adenokarsinoma dengan infiltrasi dan fibrosis Merupakan kanker payudara paling sering ( 75%) Bentuknya besar, konsistensi keras Infiltrasi ke fascia
Medullary carcinoma Terdapat pada kelenjar mammae bagian dalam Tidak keras, disertai kista-kista
Kanker lobulus Disebut juga carsinoma in situ Terlihat gambaran lobulus membesar kumpulan sel-sel lobulus, berisi kelompok sel-sel asinus dengan beberapa mitotik Stadium Kanker ( TNM ) T (Ukuran Tumor ) T1 Tis
T1 T1a T1b T2 T2a T2b T3 T3a T3b T4
T4a T4b
Interpretasi Tidak ada bukti adanya suatu tumor Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in situ (DCIS), atau Pagets disease Diameter tumor 2cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Diameter tumor 2-5 cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Diameter tumor 5 cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Bebepa pun diameternya, tumor telah melekat pada dinding dada dan mengenai pectoral lymph node Dengan fiksasi ke dinding toraks Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi di kulit Keterlibatan Nodul ( N ) N0
N1
N2
N3 Interpretasi Kanker belum menyebar ke lymph node Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan dapat digerakkan Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan melekat antara satu sama lain (konglumerasi) atau melekat pada struktru lengan Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau supraclavicular lymph node ipsilateral Metastase M0
M1 Interpretasi Tidak ada metastase ke organ yang jauh Metastase ke organ jauh Stadium 0 I IIA
IIB
IIIA
IIIB IV T Tis T1 T1 T2 T2 T3 T1, T2 T3 T4 T N N0 N0 N1 N0 N1 N0 N2 N1 N3 N M M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M1 Gejala Klinis Ada bejolan yang keras di payudara Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk. Adanya benjolan-benjolan kecil Ada luka di payudara yang sulit sembuh Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus diwaspadai) Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak terasa sakit Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
Diagnosis Imaging Test Diagnostic Mammography Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda, diantaranya puting mengeluarkan cairan atau ada banjolan baru. USG membedakan suatu masa yang padat, yang kemungkinan kanker, dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker MRI lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau mammogram
Tes dengan pembedahan Biopsi FNAB Core Biopsi Surgical Biopsi Tujuan biopsi Melihat ciri tumor : invasif atau non invasif Melihat letak dan grade Melihat adanya keterkaitan Receptor Estrogen dan Receptor progesteron Tes HER-2 : melihat adanya protein HER2 Genetic description tumor
Tes Darah Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu antara lain : Level Hemoglobin (HB) : untuk mengtahui jumlah oksigen yang ada di dalam sel darah merah Level Hematokrit : untuk mengetahui persentase dari darah merah didalam seluruh badan Jumlah dari sel dari putih : untuk membantu melawan infeksi Jumlah trombosit : untuk membantu pembekuan darah Differential : persentase dari beberapa sel darah putih.
Jumlah Alkaline Phosphatase Jumlah enzim yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke hati, saluran empedu dan tulang.
SGOT dan SGPT Tes ini untuk mengevaluasi fungsi hati.
Tumor Marker Test Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin atau jaringan tubuh. Tumor marker yang digunakan : Ca 15.3 Nilai normal < 30
Tes-tes Lain Tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah : Photo Thorax untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru Bonescan untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Computed Tomography (CT atau CAT) Scan Untuk melihat secara detail letak tumor. Positron Emission Tomograpy (PET) Scan Untuk melihat apakah kanker sudah menyebar.
Tatalaksana Pembedahaan Biasa dilakukan pada stadium awal Dapat dilakukan dengan mengangkat tumor (lumpectomy), atau dilakukan pengangkatan sebagaian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Terapi Radiasi Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. Terapi Hormon Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir. Kemoterapi Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja. Terapi Imunologi Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
Prognosis Stadium kanker terhadap Five-Year Survival Rate