Anda di halaman 1dari 3

Bedah jurnal

Enteritis Parvovirus pada Anjing : Laporan


Kasus dan Studi Pustaka
Infeksi parvovirus anjing pertama kali diakui pada tahun 1978 dan kemudian penyakit
menyebar ke seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh 2 jenis virus yaitu CPV2a dan CPV2b
diidentifikasi pada tahun 1978 dan 1984 secara berturut. kemudian baru-baru ini muncullah strain
parvovirus baru yaitu CPV2c dimana virus ini lebih berbahaya di banding strain-strain sebelumnya di
tandai dengan kesulitan saat mengisolasi di laboratorium. Canine parvovirus ini banyak menyerang
pada anak anjing yang berumur 6-20 minggu. Anjing dapat terinfeksi melalui 2 cara yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung anjing dapat terinfeksi dengan cara kontak langsung
dengan feses yang sudah ada parvovirusnya, karena virus ini keluar dari tubuh hewan terinfeksi
melalui feses yang ditemukan beberapa hari sebelum munculnya tanda-tanda klinis dan mungkin
berlanjut 2 minggu berikutnya. Kemudian untuk penularan secara tidak langsung yaitu dengan cara
kontak dengan fomites terkontaminasi seperti pakaian , bangku dan meja rumah sakit , panci
makanan dan lantai kandang. Transmisi dari parvovirus ini adalah sangat tahan pada lingkungan yang
buruk/tidak mendukung dan virus dapat tahan selama berbulan-bulan. Infeksi dari parvovirus juga
dapat melalui vector serangga dan hewan pengerat. Penyakit ini termanifestasi dalam 2 bentuk, yaitu
pada jantung dan intestinal anak anjing dimana keadaan ini dapat diperparah dengan ketiadaan
maternal antibody dan status vaksinasi.
Canine parvoviral enteritis adalah penyakit virus yang sangat menular dan menimbulkan
penyakit yang parah. Virus ini memiliki afinitas dan menyerang sel-sel mitosis secara seperti terlihat
pada usus, sumsum tulang dan lymphnodes dimana setelah masa inkubasi 7-14 hari menyebabkan
gangguan usus. Invasi sumsum tulang menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih
menyebabkan kerentanan terhadap infeksi bakteri toincreased dan kadang-kadang syok karena
endotoxaemia. Tanda-tanda klinis meliputi: muntah yang parah, diare, dehidrasi, feses berdarah
gelap berbau busuk, anoreksia, mual, depresi dan kematian kasus yang sangat akut terjadi 2 hari
pasca infeksi. Breed yang sangat rentan terhadap penyakit virus ini adalah Doberman
pinschers,Rottweilers,German shepherds,Staffordshire terriers,black Labrador retrievers,and
Dachshunds. Teknik diagnostik yang paling umum dari parvovirus enteritis adalah dengan CITE tes
yang merupakan enzim imunosorbent terkait uji tes antigen pada sampel feses dalam waktu 20
menit, pemeriksaan fisik secara menyeluruh, uji laboratorium pada hitung darah lengkap (CBC) dan
profil kimia tes untuk memastikan keparahan penyakit. Tes X-ray dapat dilakukan untuk
mengungkapkan Loop usus yang bengkak yang mengandung gas dan karakteristik cairan enteritis
parvoviral dan teknik PCR untuk mendeteksi antigen virus. Pengobatannya dengan penggantian
cairan tubuh yang hilang dengan larutan poly ionic isotonic dextrose. Yang diberikan secara
intravena, subkutan, atau oral untuk kasus-kasus yang kurang parah. Transfusi darah atau plasma
dapat diberikan mungkin bersama dengan antibiotik spektrum luas seperti Cefoxin, metronidazole,
timentin atau enrofloxacine dengan jumlah yang cukup serta vitamin B kompleks dan besi dekstran
untuk mencegah endotoxaemia. Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan juga harus
diberikan supaya tidak terjadi keparahan yang lebih pada intestinal. Pencegahannya dapat berupa
vaksinasi anjing dengan vaksin hidup yang dimodifikasi pada saat anjing berumur 6-8 minggu. Diulang
setiap 3 minggu sampai anak anjing adalah 16-20 minggu usia, kemudian dosis booster pada satu
tahun dan setiap 1-3 tahun setelah itu.
Pada 12 Maret 2011 laporan kasus menyatakan bahwa ada anjing Alsatian jantan berwarna
hitam dan coklat dengan berat 12 kg. Klien mengeluh mengenai keadaan anjingnya selama sepuluh
hari terakhir, erangan sepanjang malam, hipersensitif terhadap sentuhan, muntah, dan feses yang
keluar berwarna coklat namun tidak diare, dan sebelumnya belum pernah di vaksinasi apapun. Dari
hasil pemeriksaan fisik dan klinis secara keseluruhan didapat hasil : denyut jantung 135/menit,
denyut nadi 130/menit, laju respirasi 44/menit, suhu tubuh 44 derajat C, lapisan rambut yang buruk,
ada kutu dan pinjal, nafas terenggah-enggah, pengeluaran air liur yang berlebih. Pada duburnya
keluar diare berdarah dengan tekanan tinggi disertai bau busuk. Dari tanda-tanda di atas dapat
didapat diagnose sementaranya yaitu parvovirus enteritis, corona virus, dan coccidiosis. Analisis
sampel feses negatif telur cacing, Diagnosis konfirmatif dibuat pada tes Eliza feses positif parvo dan
bau busuk yang khas. Pengobatan adalah managemental dengan memberikan oxytetracycline 200mg
i / m, besi dekstran 100mg i / m, vitamin B kompleks 150mg i / m, multivitamine 2-5ml/kg i / m, dan
5% dextrose 0,9% saline diberikan secara oral dan subkutan. Pengobatan berlangsung selama
seminggu sebelum pemulihan bertahap anjing.
Dari hasil diskusi di dapat bahwa anjing yang terinfeksi parvovirus enteritis ini berumur 6
bulan, sehingga sesuai dengan penjelasan di atas bahwa anjing yang rentan adalah umur 6-20
minggu. Serta anjing ini tidak memiliki maternal antibody dan belum mendapat vaksin. Dari tanda-
tanda klinis yang teramati bahwa anjing mengalami diare berdarah disertai bau yang busuk yang
merupakan ciri khas penyakit parvovirus enteritis. bentuk penyakit dan beberapa anjing mungkin
memiliki bawaan hipoplasia cerebral. Namun tidak terjadi pada anjing ini. Pendekatan sistematis
dalam penghapusan diagnosis didasarkan pada kenyataan bahwa muntah terlihat dalam kasus ini
tidak diamati pada infeksi coronavirus pada anjing. Pemeriksaan laboratorium dari feses tidak
menunjukkan bukti infeksi cacing tambang. Coccidiosis adalah pilihan yang harus dipertimbangkan
namun sebagai infeksi oportunistik. Hal ini diketahui bahwa pada saat parvovirus destructs epitel
usus, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk bakteri dan protozoa kolonisasi menyebabkan
infeksi bakteri sekunder menyulitkan diare berdarah terlihat dalam kasus ini. Pengobatan hanya
managemental dengan pemberian oksitetrasiklin 200mg, untuk cheekmate endotoxaemia dan
komplikasi bakteri sekunder. Namun, Macinitire (2004) lebih memilih penggunaan enrofloxacine,
trimentin, metronidazol dan cefoxitin. Besi dekstran 100mg diberikan sebagai hematinik untuk
meningkatkan penggantian kehilangan darah . Yang paling penting dari semua adalah terapi cairan
dextrose 5% 0,9 % saline diberikan untuk mengganti cairan yang hilang dan elektrolit. Kesimpulan,
Parvoviral enteritis merupakan penyakit endemik juga di lingkungan kita karena sifat sangat tahan
dan juga strain baru dari virulensi tinggi muncul. Oleh karena itu, pemilik anjing dan dokter hewan
harus memastikan bahwa anjing divaksinasi mengikuti protokol vaksin dan memastikan kebersihan
lingkungan yang baik dengan menggunakan bahan pemutih.

Anda mungkin juga menyukai