Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik II dengan judul Viscositas


Zat Cair disusun oleh:
Nama : Nurrahmaniah
NIM : 091314035
Kelas : B
Kelompok : I (satu)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten, dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2011
Koordinator Asisten



(Abdur Rahman Arif, S.Si)






Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab



(Dr. Moh. Wijaya, M.Si.)
Asisten



(Abdur Rahman Arif, S.Si.)


A. JUDUL PERCOBAAN
Viscositas Zat Cair

B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan viscositas zat cair dengan viscosimeter Ostwald.

C. LANDASAN TEORI
Setiap fluida, gas atau cair memiliki sifat yang dikenal sebagai
viskositas, yang dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dilakukan suatu
lapisan lainnya dalam suatu lapisan laminar. Pada aliran laminar, fluida
dalam pipa dianggap terdiri atas lapisan-lapisan molekul yang bergerak di
atas yang lainnya dengan kecepatan yang berbeda-beda. Lapisan
terdekat pada dinding mempunyai kecepatan nol, sedangkan lapisan di
tengah pipa mempunyai kecepatan paling tinggi (Tim Dosen Kimia Fisik,
2011:9).
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan viscous. Suatu
bahan apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dahulu menjadi
viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas
dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida
(Budianto, 2008:157).
Menurut Wikipedia (2010), viskositas adalah sebuah ukuran
penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk di bawah tekanan
shear. Biasanya diterima sebagai kekentalan, atau penolakan terhadap
penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada
aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan
fluid.
Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang
pertama adalah aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum
menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah
kecil. Aliran yang lain adalah aliran turbulen, yang menggambarkan laju
aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar. Hal ini
lebih lanjut dikelompokkan menurut bilangan Reynoldnya, yaitu


di mana adalah jari-jari pipa, adalah kerapatan cairan, adalah
kecepatan rata-rata cairan sepanjang pipa dan adalah koefisien
viskositas. Jika RN lebih besar dari 4000, alirannya turbulen dan jika lebih
kecil dari 2100 alirannya laminar.
Volume cairan yang lewat melalui suatu penampang melintang
tertentu per detik adalah:

()


di mana adalah penurunan tekanan sepanjang l. Profil kecepatan
dalam aliran laminar adalah:

)
di mana r adalah jarak dari sumbu pipa (Dogra, 2009:209-210).
Viskositas dapat diukur dengan beberapa cara. Dalam
viskosimeter Ostwald, waktu yang diperlukan oleh larutan untuk melewati
pipa kapiler dicatat, dan dibandingkan dengan sampel standar. Metode ini
cocok untuk penentuan [], karena perbandingan viskositas larutan dan
pelarut murni, sebanding dengan waktu pengaliran t dan t* setelah
dikoreksi untuk perbedaan rapatan dan *,


Viskosimeter dalam bentuk silinder konsentris yang berotasi juga
digunakan untuk pengukuran viskositas. Tenaga putar pada silinder dalam
di monitor saat silinder luar dirotasikan, viskosimeter drum berotasi ini
mempunyai kelebihan dibandingkan jenis Ostwald yaitu: gradien geser
antara kedua silinder ini lebih sederhana daripada dalam pipa kapiler, dan
efek di bawah ini lebih mudah dipelajari (Atkins, 1993:242).
Selain viskosimeter Ostwald, koefisien viskositas dapat diukur
dengan metode bola jatuh. Metode bola jatuh menyangkut gaya gravitasi
yang seimbang dengan gerakan aliran pekat, dan hubungannya adalah:


di mana b merupakan bola jatuh atau manik-manik dan g adalah
konstanta gravitasi. Apabila digunakan metode perbandingan, kita
dapatkan:


(Dogra, 2009:211).
Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida
kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam renang yang airnya cukup
dalam, nampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa
saat setelah menempuh jarak cukup jauh, nampak kelereng bergerak
dengan kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa di
samping gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang
bekerja pada kelereng tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan
yang disebabkan oleh kekentalan fluida.
Khusus untuk benda berbentuk bola, gaya gesekan fluida secara
empiris dirumuskan sebagai
F
s
= 6rv
dengan menyatakan koefisien viskositas, r adalah jari-jari bola kelereng,
dan v adalah kecepatan relatif terhadap fluida. Persamaan tersebut
pertama kali dijabarkan oleh Sir George Stokes tahun 1845, sehingga
disebut Hukum Stokes.
Dalam pemakaian eksperimen harus diperhitungkan beberapa
syarat antara lain:
1. Ruang tempat fluida jauh lebih luas dibanding ukuran bola
2. Tidak terjadi aliran turbulen dalam fluida
3. Kecepatan v tidak terlalu besar sehingga aliran fluida masih bersifat
laminar.
Sebuah bola padat memiliki rapat massa
b
dan berjari-jari r
dijatuhkan tanpa kecepatan awal ke dalam fluida kental memiliki rapat
massa
f
, di mana
b
>
f
. Telah diketahui bahwa bola mula-mula mendapat
percepatan gravitasi, namun beberapa saat setelah bergerak cukup jauh
bola akan bergerak dengan kecepatan konstan. Kecepatan yang tetap ini
disebut kecepatan akhir v
T
atau kecepatan terminal yaitu pada saat gaya
berat bola sama dengan gaya apung ditambah gaya gesekan fluida
(Budianto, 2008:158).

D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Viskosimeter Ostwald 2 buah
b. Gelas kimia 600 mL, 1000 mL @ 1 buah
c. Kaki tiga dan kasa asbes @ 1 buah
d. Thermometer 100
o
C 2 buah
e. Stopwatch 2 buah
f. Pembakar spiritus 1 buah
g. Neraca analitik 1 buah
h. Piknometer 50 mL 1 buah
i. Pipet tetes 3 buah
j. Penjepit kayu 1 buah
k. Labu semprot 1 buah
l. Eksikator 1 buah
m. Oven 1 buah
n. Corong biasa 1 buah
2. Bahan
a. Aquadest (H
3
O
+
)
b. Etanol (C
2
H
5
OH)
c. Metanol (CH
3
OH)
d. Benzena (C
6
H
6
)
e. Tissue
f. Korek kayu
g. Es batu
E. PROSEDUR KERJA
a. Penentuan Berat Jenis
1. Membilas piknometer dengan sampel yang akan digunakan,
mengeringkannya di dalam oven dan mendinginkannya di dalam
eksikator.
2. Menimbang piknometer kosong yang telah kering dan mencatat
hasilnya.
3. Memasukkan aquadest ke dalam piknometer, kemudian menimbang
beratnya dan mencatat hasilnya.
4. Mengulangi perlakuan (1) sampai (3) dengan menggunakan etanol,
metanol, dan benzena.
5. Menghitung berat jenis masing-masing zat cair dengan:




b. Penentuan Viscositas Zat cair
1. Memasukkan aquadest ke dalam viskosimeter Ostwald melalui pipa
sebelah kanan. Mengusahakn agar permukaan cairan lebih rendah
dari b.
2. Memasukkan viskosimeter ke dalam penangas air yang dilengkapi
dengan termometer untuk mengukur suhunya. Suhu air yang
digunakan harus sama dengan suhu yang ditetapkan pada percobaan.
3. Pada suhu yang telah ditetapkan pada percobaan, menghisap cairan
melalui pipa sebelah kiri agar zat cair masuk ke dalam B hingga di atas
tanda a.
4. Membiarkan cairan mengalir melalui pipa kapiler kembali ke A.
mencatat waktu yang diperlukan (dengan stopwatch) untuk mengalir
dari a ke b.
5. Mengulangi perlakuan (1) sampai (4) dengan menggunakan etanol,
metanol, dan benzena.
6. Pengukuran dilakukan pada suhu 20
o
C, 40
o
C, dan 60
o
C.

F. HASIL PENGAMATAN
a. Penentuan Berat Jenis
1. Aquadest
Berat piknometer kosong : 29,9559 gram
Berat piknometer + aquadest : 79,9259 gram
Berat aquadest : 49,97009 gram


2. Etanol
Berat piknometer kosong : 29,9433 gram
Berat piknometer + etanol : 70,6585 gram
Berat etanol : 40,7152 gram


3. Metanol
Berat piknometer kosong : 29,9554 gram
Berat piknometer + metanol : 69,2377 gram
Berat metanol : 39,2823 gram


4. Benzena
Berat piknometer kosong : 29,9444 gram
Berat piknometer + benzena : 73,4935 gram
Berat benzena : 43,5491 gram



b. Penentuan Viscositas Zat Cair
1. Suhu 20
o
C
Bahan Waktu (menit) Waktu (detik)
Aquadest 01.45 105
Etanol
Metanol
Benzena
01.49
01.25
01.23
109
85
83

2. Suhu 40
o
C
Bahan Waktu (menit) Waktu (detik)
Aquadest
Etanol
Metanol
Benzena
01.24
01.43
01.16
01.16
84
103
76
76

3. Suhu 60
o
C
Bahan Waktu (menit) Waktu (detik)
Aquadest
Etanol
Metanol
Benzena
01.19
01.32
01.13
01.11
79
92
73
71

G. ANALISIS DATA
a. Suhu 20
o
C
1. Etanol
Diketahui : H
2
O : 1,009 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
C
2
H
5
OH : 0,8143 gram/mL
t H
2
O : 105 sekon
t C
2
H
5
OH : 109 sekon
Ditanya : C
2
H
5
OH ?
Penyelesaian:


C
2
H
5
OH x 104,937 = 89,5575
C
2
H
5
OH =


= 0,8534 senti poise

2. Metanol
Diketahui : H
2
O : 1,009 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
CH
3
OH : 0,7856 gram/mL
t H
2
O : 105 sekon
t CH
3
OH : 85 sekon
Ditanya : CH
3
OH ?
Penyelesaian:


CH
3
OH x 104,937 = 67,3769
CH
3
OH =


= 0,642 senti poise

3. Benzena
Diketahui : H
2
O : 1,009 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
C
6
H
6
: 0,8709 gram/mL
t H
2
O : 105 sekon
t C
6
H
6
: 83 sekon
Ditanya : C
6
H
6
?
Penyelesaian:


C
6
H
6
x 104,937 = 72,9352
C
6
H
6
=


= 0,695 senti poise

b. Suhu 40
o
C
1. Etanol
Diketahui : H
2
O : 0,654 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
C
2
H
5
OH : 0,8143 gram/mL
t H
2
O : 84 sekon
t C
2
H
5
OH : 103 sekon
Ditanya : C
2
H
5
OH ?
Penyelesaian:


C
2
H
5
OH x 83,9496 = 54,8528
C
2
H
5
OH =


= 0,653 senti poise

2. Metanol
Diketahui : H
2
O : 0,654 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
CH
3
OH : 0,7856 gram/mL
t H
2
O : 84 sekon
t CH
3
OH : 76 sekon
Ditanya : CH
3
OH ?
Penyelesaian:


CH
3
OH x 83,9496 = 39,0474
CH
3
OH =


= 0,465 senti poise

3. Benzena
Diketahui : H
2
O : 0,654 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
C
6
H
6
: 0,8709 gram/mL
t H
2
O : 84 sekon
t C
6
H
6
: 76 sekon
Ditanya : C
6
H
6
?


Penyelesaian:


C
6
H
6
x 83,9496 = 43,2872
C
6
H
6
=


= 0,515 senti poise

c. Suhu 60
o
C
1. Etanol
Diketahui : H
2
O : 0,470 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
C
2
H
5
OH : 0,8143 gram/mL
t H
2
O : 79 sekon
t C
2
H
5
OH : 92 sekon
Ditanya : C
2
H
5
OH ?
Penyelesaian:
H

O
C

OH
=
H

O x t H

O
C

OH x t C

OH

OH
=

gr
mL
x s

gr
mL
x s

6

C
2
H
5
OH x 78,9526 = 35,2103
C
2
H
5
OH =


= 0,446 senti poise
2. Metanol
Diketahui : H
2
O : 0,470 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
CH
3
OH : 0,7856 gram/mL
t H
2
O : 79 sekon
t CH
3
OH : 73 sekon
Ditanya : CH
3
OH ?
Penyelesaian:
H

O
CH

=
H

O x t H

O
CH

OH x t CH

OH

CH

OH
=

gr
mL
x s
6
gr
mL
x s

CH

OH
=
6


CH
3
OH x 78,9526 = 26,9539
CH
3
OH =
6


= 0,341 senti poise

3. Benzena
Diketahui : H
2
O : 0,470 senti poise
H
2
O : 0,9994 gram/mL
C
6
H
6
: 0,8709 gram/mL
t H
2
O : 79 sekon
t C
6
H
6
: 71 sekon
Ditanya : C
6
H
6
?
Penyelesaian:
H

O
C
6
H
6
=
H

O x t H

O
C
6
H
6
x t C
6
H
6

C
6
H
6
=

gr

x s

gr
mL
x s

C
6
H
6
=

6

C
6
H
6
x 78,9526 = 29,0619
C
6
H
6
=
6
6

= 0,368 senti poise

H. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, untuk menentukan viskositas suatu zat cair,
digunakan metode Ostwald. Metode ini ditentukan berdasar pada hukum
Poiseulle dengan menggunkan viscosimeter Ostwald. Fluida/zat cair yang
digunakan pada percobaan yaitu aquadest, etanol, metanol, dan benzena.
Penetapannya dilakukan dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk
mengalirnya zat cair dalam pipa kapiler dari tanda a ke b. Zat cair yang
akan ditentukan viscositasnya dimasukkan ke dalam viscosimeter yang
ada dalam penangas air. Cairan kemudian dihisap sampai tanda a
melewati B, lalu dibiarkan mengalir ke bawah menuju A. Waktu yang
diperlukan oleh zat cair untuk mengalir dari a ke b dicatat menggunakan
stopwatch. Viscosimeter yang digunakan harus bebas dari gelembung
udara karena dapat mempengaruhi laju alir fluida.
Dari hasil perhitungan, diperoleh berat jenis air (aquadest), etanol,
metanol, dan benzena berturut-turut 0,9994; 0,8143; 0,7856; dan 0,8709
gr/mL. Hasil ini hampir sesuai dengan teori di mana menurut teori, berat
jenis air 1 gr/mL, etanol 0,78 gr/mL, metanol 0,79 gr/mL, dan benzena
0,9 gr/mL. Untuk etanol, berat jenis hasil percobaan berbeda cukup jauh
dengan teori, ini disebabkan karena faktor-faktor dari luar, misalnya suhu
dan pengeringan serta penimbangan piknometer beserta isinya yang
kurang maksimal.
Viscositas cairan menurun seiring meningkatnya suhu. Hal ini
disebabkan karena pada suhu tinggi molekul-molekul zat cair semakin
aktif bergerak sehingga saling bertumbukan satu dengan yang lainnya.
Dengan terjadinya tumbukan tersebut, jarak antar molekul semakin jauh
(merenggang) dan mengakibatkan berat jenis (kerapatan) semakin kecil.
Karena berat jenisnya rendah, maka zat cair tersebut semakin ringan dan
lebih mudah mengalir, sehingga viscositasnya pun rendah.
Koefisien viscositas yang diperoleh dari percobaan berturut-turut
pada suhu 20
o
C yaitu etanol 0,853; metanol 0,653; dan benzena 0,446.
Pada suhu 40
o
C, etanol 0,642; metanol 0,465; dan benzena 0,341, dan
pada suhu 60
o
C, etanol 0,695; metanol 0,515; dan benzena 0,368. Hasil
yang diperoleh sesuai dengan teori di mana viscositas cairan menurun
dengan meningkatnya suhu.

I. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa viscositas
cairan dapat ditentukan dengan viscosimeter Ostwald. Adapun koefisien
viscositas yang diperoleh untuk etanol pada suhu 20
o
C, 40
o
C, dan 60
o
C
berturut-turut 0,853; 0,653; dan 0,446; metanol 0,642; 0,465; dan 0,341;
benzena 0,695; 0,515; dan 0,368. Viscositas suatu zat cair dipengaruhi
oleh suhu, berat jenis, dan luas penampang pipa kapiler pada
viscosimeter.

2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti pada saat
penimbangan berat piknometer untuk memperoleh berat jenis zat cair
yang kemudian dibandingkan dengan teori. Selain itu, lebih teliti pada saat
mengamati suhu dan waktu ketika penggunaakn viscosimeter agar hasil
yang diperoleh dapat disesuaikan dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA


Atkins, P.W. 1993. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Budianto, Anwar. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair
dengan Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. Yogyakarta:
STTN-BATAN

Dogra. 2009. Kimia Fisika dan Soal-soal. Jakarta: UI-Press

Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II.
Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM

Wikipedia. 2010. Viskositas. Online (http://wikipedia_viskositas.html).
Diakses pada 06 Desember 2011

LAMPIRAN JAWABAN PERTANYAAN


1. Apa yang dimaksud dengan viscositas?
Jawab:
Viscositas merupakan tahanan yang dilakukan suatu fluida terhadap
lapisan lainnya dalam suatu aliran laminar.
2. Sebutkan cara-cara yang dapat digunakan untuk menentukan
viscositas cairan. Jelaskan secara singkat!
Jawab:
a. Metode transpirasi/kapiler yang dikembangkan oleh Poiseulle. Pada
metode ini, gas dialirkan melalui pipa kapiler dengan panjang tertentu
di mana beda tekanan pada kedua ujungnya diukur.
b. Berdasarkan hokum Stokes. Pada percobaan bola maksimum terjadi
kesetimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat.
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi viscositas!
Jawab:
a. Massa jenis
Semakin tinggi massa jenis, viscositas semakin besar.
b. Suhu
Semakin tinggi suhu, viscositas semakin rendah.
c. Luas penampang pipa kapiler
Semakin luas penampang pipa kapiler, viscositas semakin rendah.
4. Jelaskan pengaruh suhu terhadap viscositas!
Jawab:
Viscositas cairan menurun seiring meningkatnya suhu. Hal ini
disebabkan karena pada suhu tinggi molekul-molekul zat cair semakin
aktif bergerak sehingga saling bertumbukan satu dengan yang lainnya.
Dengan terjadinya tumbukan tersebut, jarak antar molekul semakin jauh
(merenggang) dan mengakibatkan berat jenis (kerapatan) semakin
kecil. Karena berat jenisnya rendah, maka zat cair tersebut semakin
ringan dan lebih mudah mengalir, sehingga viscositasnya pun rendah.

Anda mungkin juga menyukai