Anda di halaman 1dari 24

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH

NOMOR ...... TAHUN 2014


TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PAYAKUMBUH
Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya pertumbuhan Kota
Payakumbuh akan berkorelasi terhadap
peningkatan timbulan sampah termasuk jenis dan
karakteristiknya yang semakin beragam;
b. bahwa dengan meningkatnya timbulan sampah
diperlukan pengelolaan sampah yang baik dan benar
untuk memperoleh kebersihan lingkungan sehingga
terwujud Kota Payakumbuh yang bersih, tertib, aman
dan nyaman;
c. bahwa pengelolaan sampah tidak akan terwujud
dengan baik tanpa adanya partisipasi masyarakat;
d. bahwa pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan
masyarakat, untuk itu perlu dilakukan pengelolaan
secara komprehensif dan terpadu;
e. bahwa dengan perkembangan dan kemajuan
pembangunan Kota Payakumbuh, perlu diatur tata
cara penanganan dalam pengelolaan sampah;
f. bahwa dalam rangka usaha mengatur pengelolaan
sampah sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c , huruf d dan huruf e di atas, perlu
diatur dan ditetapkan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Sampah;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam
lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970
tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan
Payakumbuh ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 19 );
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5347);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah;
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 16 tahun 2011 tentang Pedoman Materi
Muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
8. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945;
9. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam
lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970
tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan
Payakumbuh ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 19 );
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5347);
13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah;
14 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 16 tahun 2011 tentang Pedoman Materi
Muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
15 Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945;
16 Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam
lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970
tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan
Payakumbuh ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 19 );
17 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
18 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5347);
20 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);
21 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);
22 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
23 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
24 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
25 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
26 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Nega Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
27 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5145);
28 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor
80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4490);
29 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
30 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep/51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan industri sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 122 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
Kep.51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Industri;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PAYAKUMBUH
dan
WALIKOTA PAYAKUMBUH
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Payakumbuh.
2. Provinsi adalah Provinsi Sumatera Barat.
3. Pemerintah Kota adalah Walikota dan Perangkat Daerah Kota Payakumbuh
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Payakumbuh.
5. Walikota adalah Walikota Payakumbuh.
6. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Sumatera Barat.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pengelolaan lingkungan hidup.
8. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
9. Rukun Tetangga yang selanjutnya disebut RT adalah lembaga yang dibentuk
melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh lurah.
10. Rukun Warga yang selanjutnya disebut RW adalah bagian dari wilayah kerja lurah
dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di
wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh lurah.
11. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan
hukum.
12. Badan hukum adalah badan hukum yang didirikan oleh warga negara Indonesia.
13. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
14. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga yang sebagian besar terdiri dari sampah organik, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik.
15. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari
rumah tangga dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan/atau
fasilitas lainnya.
16. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
17. Kawasan permukiman adalah kawasan hunian dalam bentuk klaster, apartemen,
kondominium, asrama, dan sejenisnya.
18. Kawasan komersial adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan usaha
perdagangan dan/atau jasa yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang.
19. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang.
20. Kawasan khusus adalah wilayah yang bersifat khusus yang digunakan untuk
kepentingan nasional/berskala nasional.
21. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat
penampungan sampah sebelum diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
22. Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce,reuse, recycle) yang
selanjutnya disebut TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala
kawasan
23. Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya disebut TPST adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
24. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat untuk
memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.
25. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di TPA sampah.
26. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Amdal
adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
27. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
28. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
yang selanjutnya disebut SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau
kegiatannya di luar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL.
29. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah satuan
kerja perangkat daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas
pemerintahan di bidang persampahan di daerah.
30. Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah kota untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
31. Badan Layanan Umum Daerah Persampahan yang selanjutnya disebut BLUD
Persampahan adalah Unit Kerja pada SKPD di lingkungan Pemerintah kota yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
32. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum.
33. Penghasil Sumber sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam
yang menghasilkan timbulan sampah.
34. Timbulan Sampah adalah sampah yang dihasilkan/timbul dari kegiatan pada
sumber sampah.
35. Sumber Sampah adalah tempat atau pusat dihasilkannya timbulan sampah.
36. Pemilahan sampah adalah kegiatan setiap orang baik di dalam pemakaian
lokasi kegiatan dan di tempat umum untuk menempatkan sampah di tempat
sampah berdasarkan peruntukannya yaitu sampah organik, anorganik dan
B3 Rumah Tangga.
37. Pengolahan Sampah adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mengubah material sampah menjadi tidak berbahaya bagi lingkungan,
berguna dan memiliki nilai ekonomis dengan memanfaatkan teknologi baik
yang sederhana maupun teknologi tinggi.
38. Kebersihan adalah suatu keadaan dan keharusan fisik kota yang bebas dari
sampah.
39. Lingkungan hidup adalah suatu benda, daya dan kehidupan termasuk
didalamnya manusia dengan segala tingkah lakunya yang terdapat dalam
suatu ruang dan mempengaruhi kelangsungan dan kesejahteraan manusia
serta kelangsungan mahluk hidup lainnya.
40. Bahan berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3, adalah setiap
bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup, kesehatan,kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
41. Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat atau
setengah padat yang terdiri dari bahan organik dan non organik, baik logam,
maupun non logam yang dapat terbakar atau tidak, sebagai akibat aktifitas
manusia yang dianggap tidak bermanfaat lagi dan tidak dikehendaki oleh
pemiliknya serta dibuang sebagai barang yang tidak berguna, di dalamnya
tidak termasuk sampah dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
industri dan rumah sakit.
42. Bak Sampah adalah tempat untuk menampung sampah yang disediakan oleh
masing-masing pemakai persil.
43. Pengumpulan Sampah adalah kegiatan membawa dan memindahkan sampah
dari sumber sampah persil ke TPSS
44. Tempat Pengelolaan Sampah Sementara yang selanjutnya disingkat TPSS adalah
tempat yang harus ada di setiap pemakai persil dan/atau unit lingkungan yang
terdiri atas satu atau beberapa Rukun Warga sebagai tempat untuk melakukan
pengurangan sampah (reduce), guna ulang (reuse), dan daur ulang (recycle) dalam
bentuk pengomposan, bank sampah dan kegiatan teknologi lainnya
berdasarkan SOP yang dibuat Dinas.
45. Tempat Penampungan Sampah yang selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat yang disediakan Pemerintah untuk menampung sampah residu
(sampah yang telah diolah dalam TPSS) untuk selanjutnya akan diangkut ke
TPPAS.
46. Tempat Sampah bagi kendaraan umum adalah tempat untuk menampung
sampah didalam kendaraan yang disediakan oleh pemilik kendaraan.
47. B3 Rumah Tangga adalah sampah hasil aktifitas rumah tangga yang
mengandung bahan berbahaya, beracun karena bahan, sifat atau
konsentrasinya jumlahnya baik secara langsung atau tidak langsung dapat
merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lainnya.
48. Jalan Umum adalah setiap jalan dalam daerah Kota Payakumbuh dalam
bentuk apapun yang terbuka untuk lalu lintas umum
49. Tempat Umum adalah tempat-tempat yang meliputi taman-taman, halaman
umum, lapangan-lapangan yang disediakan oleh Pemerintah Kota
Payakumbuh sebagai fasilitas umum.
50. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP sebagai
petunjuk teknis pelaksanaan di lapangan.
51. Mitra Kerja adalah BUMD dan atau pihak swasta lainnya yang ditunjuk
untuk melakukan pengelolaan sampah sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
52. Petugas adalah orang yang ditunjuk oleh dinas atau badan terkait untuk
melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pengelolaan sampah.
53. Pengomposan adalah proses degradasi bahan organik (sampah organik) oleh
mikroba dengan hasil kompos.
54. Tempat Pengomposan adalah tempat dilakukannya proses pembuatan kompos
yang ada di Kota Payakumbuh dan merupakan aset Pemerintah Kota
Payakumbuh atau milik perseorangan/ swasta/pihak lainnya.
55. Residu Sampah Akhir adalah ampas sisa akhir dari proses pengelolaan
sampah.
56. Instansi adalah Kantor/Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis
Departemen/Lembaga Non Departemen baik pemerintah, maupun swasta.
57. Bank Sampah adalah pengelolaan sampah dengan proses pemilahan sampah
dari penghasil sampah yang dapat menghasilkan finansial dari bahan yang
dapat didaur ulang.
58. Pengomposan sampah secara aerob adalah proses degradasi sampah oleh
mikroorganisme untuk menghasilkan energi dalam sel dengan memanfaatkan
oksigen.
59. Pengomposan sampah secara anaerob adalah proses degradasi sampah oleh
mikro organisme untuk menghasilkan energi dalam sel tanpa oksigen.
60. Sanitary landfill adalah metoda pengurugan sampah khususnya untuk residu
akhir dengan cara menutup sampah secara rutin kemudian dilakukan
proses pemadatan dengan bantuan alat berat serta kontrol yang ketat terhadap
pengaliran gas dan pengolahan lindi.
61. Lindi adalah cairan yang dihasilkan akibat degradasi sampah yang dapat
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan
benar
62. Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa.
63. Negosiasi adalah suatu proses dimana dua belah pihak yang saling
bersengketa mencapai suatu kesepakatan melalui musyawarah mufakat.
64. Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa secara pribadi informal
melalui mediator yang membantu para pihak untuk menetapkan keputusan bagi
para pihak
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas:
a. tanggung jawab;
b. berkelanjutan;
c. manfaat;
d. keadilan;
e. kesadaran;
f. kebersamaan;
g. keselamatan;
h. keamanan; dan
i. nilai ekonomi.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
(1) Pengelolaan persampahan bertujuan untuk mengendalikan timbulan sampah
dalam rangka mewujudkan pola hidup masyarakat yang berwawasan lingkungan.
(2) meningkatkan upaya pengelolaan persampahan dan kesadaran dan atau
kepedulian masyarakat untuk menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan
sehat.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
(1) Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi ketentuan mengenai :
a. Pengelolaan persampahan;
b. Wewenang, Hak, Kewajiban dan Larangan
c. Retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan
d. Insentif dan Disinsentif
e. kerjasama dan kemitraan;
f. Sanksi
g. Perizinan di bidang persampahan;
(2) Sampah yang dikelola berdasarkan Peraturan Daerah ini terdiri dari :
a. sampah rumah tangga; dan
b. sampah sejenis sampah rumah tangga.
(3) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
pesifik.
(4) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum.
BAB III
PENGGOLONGAN SAMPAH DAN SUMBER SAMPAH
Bagian Kesatu
Penggolongan Sampah Berdasarkan Sumbernya
Pasal 5
(1) Penggolongan Sampah berdasarkan sumbernya terdiri atas:
a. Sampah Rumah Tangga;
b. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
c. Sampah B-3 Rumah Tangga;
d. Sampah Spesifik
(2) Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk Tinja dan sampah
spesifik;
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum dan / fasilitas lainnya;
Bagian Kedua
Penggolongan Sampah Berdasarkan Jenisnya
Pasal 6
(1) Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya terdiri atas :
1. Sampah organik;
2. Sampah anorganik;
3. Sampah B-3 Rumah Tangga;
(2) Sampah organik sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf a adalah sampah
yang mengalami pelapukan dan bisa diproses ulang secara spesifik menjadi
pupuk organik;
(3) Sampah anorganik sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf b adalah
sampah yang tidak mengalami proses pelapukan tapi bisa didaur ulang menjadi
bahan lain;
(4) Sampah B-3 rumah tangga sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf c adalah
sampah yang tidak bisa diolah dengan teknologi sederhana akan tetapi
memerlukan pengelolaan secara khusus dan menggunakan teknologi tinggi;
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai cara pengelolaan sampah jenis B-3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, dan c akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Walikota tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Sumber Sampah
(1) Sumber sampah berasal dari :
a. hasil kegiatan dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri
dan kawasan khusus;
b. hasil kegiatan dari fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya;
c. saluran terbuka berupa : drainase jalan, anak sungai dan sungai;
d. jalan umum;
e. hasil kegiatan lainnya.
(2) Sampah anorganik sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf b adalah sampah
yang tidak mengalami proses pelapukan tapi bisa didaur ulang menjadi bahan lain;
BAB IV
TUGAS, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Tugas
Pasal 8
Pemerintah Daerah mempunyai tugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah
yang baik dan berwawasan lingkungan, meliputi :
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaansampah;
b. melakukan penelitian serta pengembangan teknologi pengurangan dan
penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan,dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan
saranapengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakatuntuk mengurangi dan menangani sampah;
g. melakukan koordinasi antar SKPD, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat
keterpaduan dalam pengelolaan sampah;
h. menyediakan unit pelayanan pengaduan masyarakat.
Bagian Kedua
Wewenang
Pasal 9
(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintahan Daerah mempunyai
kewenangan :
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan
kebijakan nasional dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kota sesuai dengan norma,
standar,prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain;
d. memberikan bantuan teknis kepada kecamatan, kelurahan, serta kelompok
swadaya masyarakat (KSM);
e. menetapkan penempatan lokasi TPS, TPST, dan/atau TPA;
f. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah
dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup;
g. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah
sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penetapan lokasi TPS, TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah sesuai peraturan perundang-
undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
Pasal 10
(1) Dalam pengelolaan sampah, setiap orang berhak :
a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan;
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan, dan
pengawasan di bidang pengelolaan sampah;
c. memperoleh informasi yang benar dan akurat mengenai
penyelenggaraanpengelolaan sampah;
d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari TPA;
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara
baikdan berwawasan lingkungan, berupa pendidikan lingkungan serta
sosialisasi;
f. memanfaatkan dan mengolah sampah untuk kegiatan ekonomi;
g. melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan sampah, termasuk melalui
proses pengaduan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Kewajiban
Pasal 11
(1) Setiap orang dan/atau badan usaha wajib memelihara dan menjaga kebersihan
serta keindahan.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. tidak melakukan pembuangan sampah di sembarang tempat;
b. menyediakan wadah/tempat sampah berupa tong atau sejenisnya;
c. memisahkan sampah organik dan non organik ke dalam wadah/tempat berbeda
yang telah disediakan;
d. menyediakan wadah/tempat sampah pada setiap kendaraan roda tiga, roda
empat atau lebih dan kendaraan di atas air, khusus bagi pemilik kendaraan;
e. menanam dan memelihara tanaman di pekarangan/lingkungan persil .
(3) Kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi fasilitas umum dan
fasilitas sosial.
(4) Penyediaan tempat sampah organik dan non organik dapat dilaksanakan secara
swakelola oleh masyarakat, badan usaha dan/atau dikoordinir oleh kecamatan,
kelurahan dan/atau dinas Teknis
(5) Wadah/tempat sampah organik dan non organik sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) harus sesuai dengan desain teknis yang ditentukan oleh Dinas Teknis yang
meliputi wadah/tempat sampah di sumber sampah dan/atau pada tempat sampah
komunal.
Pasal 12
Setiap orang dan/atau badan hukum yang menguasai/ mengelola/ mengusahakan
kompleks perumahan/ perkantoran/ pertokoan/ pasar/ kawasan industri/ pusat
perbelanjaan/ pelayanan umum/ bangunan lainnya, diwajibkan memelihara dan
menjaga kebersihan lingkungannya dan menyediakan lokasi/ tempat/ wadah sampah
komunal.
Pasal 13
Pemerintah Daerah wajib :
a. menyediakan fasilitas pengolahan sampah skala kota yang berupa :
1. Tempat Penampungan Sementara Sampah (TPSS);
2. TPS 3R;
3. Stasiun peralihan antara (SPA)/ Tranfer Depo (TD);
4. Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPAS); dan/atau
5. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).
6. menyediakan fasilitas pemilahan sampah yang terdiri dari 3 (tiga) jenis sampah
yaitusampah organik, sampah anorganik dan sampah B3 Rumah Tangga;
b. melakukan pengolahan sampah skala kawasan dan/atau skala kota secara aman
bagi kesehatan dan lingkungan;
c. memiliki data dan informasi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga, yang memuat :
1. sumber sampah;
2. timbulan sampah;
3. komposisi sampah;
4. karakteristik sampah;
5. fasilitas pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga;
6. data dan informasi lain terkait pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga.
d. menyediakan anggaran penyelenggaraan pengelolaan sampah;
e. Menyediakan sarana angkutan sampah;
f. Menyediakan Tenaga Operasional Persampahan;
g. Menyediakan regulasi/ ketentuan yang berkaitan pengelolaan persampahan;
h. memfasilitasi masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan guna
ulang sampah.
Pasal 14
(1) Masyarakat wajib melaksanakan :
a. pengurangan sampah;
b. penanganan sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan
(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
dengan cara :
a. pengurangan sampah sejak dari sumbernya; dan/atau
b. pemanfaatan sampah sebagai sumber daya dan sumber energi.
(3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
dengan cara :
a. menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan;
b. membuang sampah pada tempatnya;
c. pewadahan sampah yang dapat memudahkan proses pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan sampah;
d. pengumpulan sampah dari sumber ke TPS;
e. pemilahan sampah berdasarkan sifatnya; dan
f. meyediakan dan melihara sarana persampahan dilingkungannya.
Pasal 15
(1) Pelaku usaha wajib melaksanakan:
a. pengurangan sampah dari kegiatan usaha; dan
b. penanganan sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.
(2) Pengurangan sampah dari kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan melalui :
a. penerapan teknologi bersih dan ramah lingkungan;
b. penerapan teknologi daur ulang yang aman bagi kesehatan dan lingkungan; dan
c. membantu upaya pengurangan dan pemanfaatan yang dilakukan Pemerintah
Daerah dan masyarakat.
(3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
dengan cara :
a) memproduksi produk dan kemasan ramah lingkungan;
b) pengolahan lingkungan dalam satu kesatuan proses produksi;
c) pemilahan sampah;
d) pembayaran biaya kompensasi pengolahan kemasan yang tidak dapat didaur
ulang dengan teknologi yang berkembang saat ini, melalui tanggung jawab
sosial dan lingkungan;
e) penerapan mekanisme pengolahan sampah yang timbul akibat kegiatan
produksi yang dilakukannya;
f) pemanfaatan sampah untuk menghasilkan produk dan energi;
g) optimalisasi penggunaan bahan daur ulang sebagai bahan baku produk; dan
h) menampung kemasan produk yang telah dimanfaatkan oleh konsumen.
Pasal 16
(1) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus,fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan :
a. fasilitas pemilahan sampah;
b. lokasi dan fasilitas TPS;
c. meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan; dan
d. bertanggung jawab terhadap sampah yang ditimbulkan dari aktivitas
kegiatannya.
e. Menyampaikan laporan data timbulan, jenis dan pengelolaannya.
(2) Penyediaan fasilitas pemilahan sampah, lokasi dan fasilitas TPS sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf a dan huruf b wajib mendapat rekomendasi dari Dinas
Tata Ruang dan Kebersihan.
Pasal 17
(1) Untuk mempermudah pengendalian Sampah setiap pemilik/
penghuni/penanggung jawab bangunan wajib menyediakan Tempat Sampah
yang tertutup, kedap air yang ditempatkan di lingkungan pekarangan.
(2) Dalam melakukan pembuangan Sampah ke Tempat Sampah wajib dilakukan
pemilahan Sampah organik dengan Sampah an organik.
(3) jadwal pembuangan sampah ke Tempat Sampah dan/atau TPS dilakukan
antara pukul 18.00 sampai pukul 06.00 WIB atau sebelum truk sampah lewat/
pelayanan pemerintah kota, atau jadwal tertentu yang ditetapkan oleh Walikota;
(4) pengadaan Fasilitas TPS/gerobak Sampah/ becak sampah di kawasan
permukiman dapat dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dan/atau oleh
Kelurahan dari berbagai sumber pembiayaan yang ada.
(5) Untuk masyarakat yang membuang Sampah langsung ke TPS, diwajibkan
melakukan prosedur pembuangan Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan (3).
Bagian Keempat
Larangan
Pasal 18
Setiap orang dilarang :
a. membuang sampah di sungai, parit, saluran irigasi, saluran drainase, taman kota,
tempat terbuka, fasilitas umum, jalan dan lokasi lainnya yang peruntukannya
bukan untuk sampah;
b. membuang sampah spesifik;
c. membakar sampah (plastik / non plastik) yang tidak menggunakan peralatan
pembakar sesuai standar;
d. membakar sampah jenis apapun
e. menggunakan lahan untuk dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah
tanpa izin.
f. mencampur sampah dengan limbah B3
g. membuang sampah infeksius (bangkai hewan, kotoran manusia, kotoran hewan)
yang tidak sesuai dengan perundang- undangan dan peraturan yang berlaku;
h. membuang sampah B3 (oli bekas,kaleng, kaca/ beling, baterai, barang medik)
yang tidak sesuai dengan peundang-undangan dan peraturan yang berlaku;
i. menumpuk dan menempatkan sampah bongkaran bangunan, penebangan pohon,
sampah kebun/pekarangan barang-barang bekas yang masih mempunyai nilai
ekonomis maupun yang tidak, pada kiri dan kanan bahu jalan, badan jalan, taman,
jalur hijau, depan bangunan dan tempat-tempat umum;
j. menghilangkan, merusak, memindahkan sarana persampahan tanpa izin
k. membuang sampah dari kendaraan
BAB V
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan atau kegiatan, dan masyarakat wajib
melaksanakan kegiatan pengelolaan persampahan.
(2) Dalam kegiatan pengelolaan persampahan, Pemerintah Daerah memberikan
pelayanan pengelolaan persampahan.
(3) Kegiatan pengelolaan persampahan oleh pelaku usaha/kegiatan dan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara swakelola dan atau
melalui kerjasama dengan penyedia jasa pengelolaan persampahan.
(4) Bentuk kerjasama pengelolaan persampahan dengan penyedia jasa pengelolaan
persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi pengelolaan sampah
dan kebersihan.
Pasal 20
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri
dari :
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.
Bagian Kedua
Pengurangan Sampah
Pasal 21
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, meliputi
kegiatan :
a. pembatasan timbulan;
b. pendauran ulang sampah; dan
c. pemanfaatan kembali sampah.
(5) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dilakukan
melalui kegiatan:
a. pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan produksi
ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan
b. fasilitasi kepada mesyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan
guna ulang usaha.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah diatur dalam Peraturan
Walikota.
Penanganan sampah
Umum
Pasal 22
(1) Pemerintah Daerah melakukan kegiatan penanganan sampah yang meliputi :
a. pemilahan di TPS/TPS 3R ;
b. penyapuan jalan utama dan Pengumpulan ke TPS/TPS 3R;
c. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke Tempat Pengolahan
dan/atauTPST/TPA;
d. pengolahan; dan
e. pemrosesan akhir sampah.
(2) Dalam melakukan kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) teknis pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Teknis.
Pemilahan
Pasal 23
Setiap orang wajib melakukan pemilahan sampah di sumber sampah.
Pasal 24
(1) Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan melalui pemilahan
sesuai dengan jenis sampah organik, anorganik dan sampah B3 rumah tangga.
(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakukan dengan
menyediakan fasilitas tempat sampah organik, anorganik dan sampah B3 rumah
tangga disetiap sumber sampah.
Pasal 25
(1) Jenis sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada ayat (1) dipilah dan
ditempatkan kedalam wadah yang diberi simbol, label dan warna yang berbeda.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis dan standarisasi pemilahan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Walikota.
Pasal 26
(1) Dalam rangka pemilahan sampah, Produsen harus mencantumkan simbol dan
label pada produk dan/atau kemasan produk yang menunjukkan bahwa produk
dan/atau kemasan produk :
a. dapat terurai oleh proses alam;
b. dapat diguna ulang; dan/atau
c. dapat didaur ulang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai simbol dan label sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengumpulan Sampah
Pasal 27
(1) Pengumpulan sampah dilakukan sejak pemindahan sampah dari sumber sampah
keTPS/TPS 3R.
(2) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung
jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW, pengelola kawasan
permukiman, kawasan komersil, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
umum,fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.
(3) Pemerintah Kota memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di kelurahan, kawasan komersial, kawasan
industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya, sesuai dengan
kebutuhan.
(4) TPS/TPS 3R sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi kriteria :
a. terpilah yang dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis sampah yaitu
organik,anorganik dan B3 rumah tangga;
b. luas lokasi dan kapasitas yang mencukupi;
c. mudah diakses;
d. tertutup;
e. memiliki jadwal pengumpulan.
(5) Penyediaan TPS/TPS 3R sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui penetapan lokasi bersama pengurus RW beserta Lurah dan Camat melalui
musyawarah.
(6) SKPD/Lembaga pengelola tempat dan fasilitas umum, pasar, saluran terbuka,
sungai, taman kota di lingkungan Pemerintah Daerah menyelenggarakan
pengelolaan sampah berupa kegiatan pengumpulan dan pemindahan sampah ke
TPS/TPS 3R dan/atau ke TPA.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengumpulan sampah dan penyediaan TPS/TPS
3R diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 28
Pengangkutan
Pasal 29
(1) Pemerintah Daerah melakukan :
a. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke TPA atau TPST;
b. penyediaan alat angkut sampah yang aman bagi kesehatan dan lingkungan
sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan;
c. penjadwalan pengangkutan.
(2) Pelaksanaan pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjadwalan pengangkutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan Peraturan Walikota.
Pengolahan
Pasal 30
(1) Kegiatan pengolahan sampah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. pemadatan;
b. pengomposan;
c. daur ulang; dan/atau
d. pengolahan sampah lainnya dengan teknologi ramah lingkungan.
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pada
sumber, TPS, TPST dan/atau TPA.
(3) Kegiatan pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan.
Pemrosesan Akhir Sampah
Pasal 31
(1) Pemerintah Daerah menyediakan TPA yang aman bagi kesehatan dan lingkungan
dalam pemrosesan akhir sampah.
(2) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Pasal 32
(1) TPA yang aman bagi kesehatan dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 harus dilengkapi fasilitas yang meliputi :
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi; dan
d. fasilitas penunjang.
(2) Kriteria TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 33
(1) Pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan cara :
a. lahan urug saniter; dan/atau
b. penggunaan teknologi ramah lingkungan.
(2) Rencana pemrosesan akhir sampah wajib dilengkapi dengan dokumen lingkungan
hidup.
(3) Dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Sampah yang sudah diproses melalui cara pemrosesan akhir sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Bagian Ketiga
Penanganan Sampah Spesifik
Pasal 34
(1) Penanganan sampah spesifik akan diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
Bagian Keempat
Insentif dan Disinsentif
Pasal 35
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif pada setiap orang yang melakukan
pengurangan dan/atau pengolahan sampah berupa :
a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
c. pengurangan timbulan sampah; dan/atau
d. tertib penanganan sampah.
(2) Terhadap orang yang melaksanakan pengelolaan sampah sejak dari sumber
baik perorangan atau kelompok, dapat diberikan insentif sesuai dengan
kemampuan Pemerintah Daerah.
(3) Terhadap masyarakat yang melakukan pengorganisasian pengelolaan sampah
baik dalam bentuk pengomposan maupun bank sampah dan atau dalam bentuk
koperasi pengelolaan sampah, maka Pemerintah Kota Payakumbuh perlu
memberikan insentif berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Terhadap masyarakat yang mampu mengembangkan teknologi tepat guna
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, maka Pemerintah Kota
Payakumbuh dapat memberikan insentif berupa penghargaan dan kesempatan
kepada pihak yang bersangkutan untuk mengembangkan produknya secara lebih
luas.
Pasal 36
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan disinsentif kepada setiap orang yang
melakukan:
a. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau
b. pelanggaran tertib penanganan sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif
dan/atau disinsentif diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB VI
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Bagian Kesatu
Kerjasama Antar Daerah
Pasal 37
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama antar Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi dalam Pengelolaan Sampah.
(2) Kerjasama Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
melibatkan 2 (dua) atau lebih daerah Kabupaten/Kota pada satu Provinsi atau
antar Provinsi.
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk
kerjasama atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
(4) Pedoman kerjasama dan bentuk usaha bersama antar daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bentuk perjanjian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Kemitraan
Pasal 38
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama dan/atau kemitraan dengan
badan usaha dalam pengelolaan sampah.
(2) Kerja sama dan/atau kemitraan dengan badan usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 39
Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah dapat berupa :
a. penyediaan/pembangunan TPA;
b. sarana dan prasarana TPA;
c. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke TPA/TPST;
d. pengelolaan TPA; dan/atau
e. pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.
BAB VII
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN
Pasal 40
(1) Pemerintah Kota dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan yang
ditetapkan secara progresif berdasarkan jenis, karakteristik, dan volume sampah.
(2) Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digolongkan pada retribusi jasa umum.
(3) Wajib Bayar Jasa pengelolaan sampah meliputi kategori :
a. rumah tinggal;
b. sosial;
c. komersial/non komersial;
d. pedagang sektor informal; dan
e. angkutan umum.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perhitungan tarif retribusi berdasarkan
jenis, karakteristik, dan volume sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang dalam negeri.
Pasal 41
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan sampah dari sumber sampah ke TPS
melalui swakelola Rukun Warga (RW)/ lembaga pengelola dapat memungut iuran
sebagai pembayaran atas pengumpulan sampah dari sumber ke TPS.
(2) Penentuan besaran iuran pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan musyawarah melalui RW.
Bagian Kedua
Kompensasi
Pasal 43
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi sebagai akibat dampak negatif
yangditimbulkan oleh kegiatan pengolahan dan/atau pemrosesan akhir sampah.
(2) Dampak negatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakibatkan oleh :
a. pencemaran air;
b. pencemaran udara;
c. pencemaran tanah;
d. longsor;
e. kebakaran;
f. ledakan gas methan; dan/atau
g. hal lain yang menimbulkan dampak negatif.
(3) Pemberian kompensasi sebagaimana pada ayat (1) dapat berupa :
a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
c. biaya kesehatan dan pengobatan;
d. ganti rugi; dan/atau
e. kompensasi dalam bentuk lain.
Pasal 44
(1) Tata cara pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
dilaksanakanmelalui :
a. Pengajuan surat pengaduan kepada Pemerintah Daerah;
b. Pemerintah Daerah melakukan investigasi atas kebenaran dan dampak negatif
pengelolaan sampah; dan
c. Menetapkan bentuk kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil investigasi
dan hasilkajian.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi diatur dengan Peraturan
Walikota.
BAB IX
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 45
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam menangani masalah Pengelolaan Sampah
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi:
a. menjaga kebersihan lingkungan;
b. aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan,
dan pengolahan sampah; dan
c. pemberian usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada Pemerintah kota dalam
kegiatan pengelolaan sampah.
d. pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah;
e. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa
persampahan; dan
f. pengelolaan Sampah pada lingkungan (RT/RW/Kelurahan) melalui
pembuatan tempat Sampah terpisah, pengumpulan, pengambilan dan
pemindahan Sampah dari sumbernya ke TPS serta pembentukan kader-kader
Pengelolaan Sampah.
(3) Untuk lebih mengaktifkan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan Sampah,
Pemerintah Daerah dapat melaksanakan kegiatan sosialisasi Pengelolaan Sampah
pada masyarakat dan pihak-pihak terkait, publikasi dalam bentuk reklame di
lokasi-lokasi strategis, lomba-lomba terkait dengan kebersihan lingkungan serta
memfasilitasi pembentukan kader-kader Pengelolaan Sampah ditingkat Rukun
Warga maupun Kelurahan.
BAB X
PERIZINAN
Pasal 46
(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki
izin dari Walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin pengelolaan
sampahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
(3) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus diumumkan
kepadamasyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengelolaan sampah yang mendapat
izindan tata cara pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 47
Setiap kegiatan usaha penyelenggaraan pengelolaan sampah/penanganan sampah di
luar Pemerintah Daerah wajib mendapat izin dari Walikota.
BAB XI
KETENTUAN SANKSI
Bagian Kesatu
Sanksi Administratif
Pasal 48
(1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan Pasal 11 Ayat (1 s/d
5), Pasal 12, Pasal 16 dan Pasal 18, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini, dikenakan sanksi administrasi;
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
peringatan lisan, peringatan tertulis, penutupan sementara, pencabutan ijin, dan
penutupan kegiatan;
(3) Tata cara dan prosedur penerapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Walikota;
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 49
(1) Setiap orang dan atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 Ayat (1 s/d 5), Pasal 12, Pasal 16 dan Pasal 18,
Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan, selama-lamanya 6
(enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh
Juta Rupiah);
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) termasuk pada pelanggaran;
BAB XII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 50
(1) Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh
Penyidik Umum dan atau dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh;
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), berwenang:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan-keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindakan pidana di bidang Pengelolaan
Sampah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai penyelenggaraan
pengelolaan sampah tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari penyelenggaraan pengelolaan
sampah sehubungan dengan tindak pidana;
d. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan atau dokumen yang dibawa;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkitan dengan tindak
pidana;
f. Memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tidak pidana;
h. Menghentikan penyidikan;
i. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan pidana
menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik tidak berwenang melakukan
penangkapan, penahanan, dan atau penggeledahan;
(4) Penyidik membuat berita acara setiap tindakan tentang:
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Penyitaan benda;
c. Pemeriksaan saksi;
d. Pemeriksaan tempat kejadian;
(5) Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil
penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan Peraturan Daerah ini, diatur
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 52
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini semua peraturan pelaksanaan dalam
Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, dan
Kesehatan Lingkungan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini dan atau belum dicabut dengan ketentuan
baru;
Pasal 53
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangan;
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh;
Disahkan di Payakumbuh
pada tanggal ................
WALIKOTA PAYAKUMBUH,
...........................................
Diundangkan di Payakumbuh
pada tanggal...................
SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH,
................................
LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2014 NO......

Anda mungkin juga menyukai