Anda di halaman 1dari 17

60

BAB IV
BAHASAN KHUSUS


4.1 Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA)
Pengujian DGA merupakan analisa kondisi transformator yang dilakukan
berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak transformator. Pengujian DGA telah
digunakan selama bertahuntahun sebagai metode untuk membantu
memprediksi kondisi transformator dan menjadi sumber data untuk menentukan
kondisi transformator, sehingga dapat diketahui secara dini gejalagejala
kerusakan pada transformator, dan dapat ditindaklanjuti untuk mencegah
kerusakan yang lebih parah pada transformator. Pengujian ini salah satu langkah
perawatan preventif (preventive maintenance) yang wajib dilakukan dengan
interval pengujian paling tidak satu kali dalam satu tahun (annually).
Dilakukan dengan mengambil sampel minyak dari unit transformator kemudian
gas-gas terlarut tersebut diekstrak untuk diidentifikasikan komponen-komponen
individualnya. Pengujian DGA akan memberikan informasi-informasi terkait
akan kesehatan dan kualitas kerja transformator secara keseluruhan. Pengujian
DGA diperlukan tingkat kemurnian yang tinggi dari sampel minyak yang
diujikan.
Objek yang diuji dan dianalisis merupakan sebuah unit transformator daya
pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Uap PT. Krakatau Daya Listrik
Cilegon-Banten. Unit yang diujikan merupakan transformator yang sudah pernah
beroperasi atau sedang off dan ingin dilakukan operasi lagi. Transformator ini
merupakan jenis transformator dengan pendingin ONAF, kapasitas 20 MVA
dengan tegangan nominal 150/20 KV. Pengujian Dissolved Gas Analysis
dilakukan menggunakan alat uji DGA Transport X Portabel produksi GE Digital
Energy Kelman.



61

4.2 Pengambilan Sampel Minyak Transformator
Prosedur pengmabilan sampel minyak transformator disesuaikan standar
IEEE std.C.57-104.1991, IEC 60599 IK Pengambilan sampel minyak uji DGA
P3BJBTEK/IKA/05-007. Standar ini mengharuskan bahwa sampel minyak yang
di ambil tidak boleh terdapat gelembung udara sama sekali. Proses pengujian
harus dilakukan segera setelah pengambilan sampel dilakukan, bertujuan untuk
meminimalisir pengaruh temperatur lingkungan dan sinar matahari yang dapat
mempengaruhi jumlah konsentrasi gas terlarut. Hal ini harus diperhatikan dengan
sangat, karena hasil yang diperoleh dan analisis yang dilakukan tergantung
terhadap tingkat kemurnian dari kandungan miyak sampel.
Pengambilan minyak sampel di lakukan pada saluran pembuangan minyak
middle sampling atau tengah. Proses pembuangan minyak dan pembersihan alat
pengambil sampel biasanya dilakukan terlebih dahulu sebanyak 3 liter untuk
membuang kotoran-kotoran atau sisa pengambilan sampel sebelumya yang
mengendap pada saluran. Sampel minyak yang diambil berjumlah 50 mL, dan
pengambilan sampel dilakukan 2 kali tiap saluran untuk validasi data.
Pengambilan sampel minyak data DGA dilakukan sebanyak 2 kali
pengambilan. Yaitu pada tanggal 19 September 2013 atau sebelum dilakukan
separator minyak minyak transformator (pemurnian minyak) dan pada tanggal 22
September 2013 atau setelah dilakukan separator minyak transformator
(pemurnian minyak) dan keduanya dilakukan pada saat kondisi transformator
non-aktif (off).

4.3 Pengujian DGA Dengan Alat Uji DGA Transport X Portabel
Alat uji DGA Transport X Portabel produksi GE Digital Energy Kelman.
ini bisa mendeteksi tujuh jenis fault gas yaitu gas hidrogen (H
2
), karbon
monoksida (CO), etilen (C
2
H4), etana (C
2
H
6
), metana (CH
4
), asetilen (C
2
H
2
) dan
gas karbon dioksida (CO
2
) dan menggunakan metode photo acoustic spectroscopy
(PAS) untuk ekstraksi gas terlarut. Keakuratan alat ini adalah sebesar 5% atau 2
ppm. Alat ini juga mendukung proses analisis data lebih lanjut karena dilengkapi
62

dengan metode-metode analisis data DGA seperti IEEE std.C57 104.1991, Key
Gas, Roger Ratio, Duvals Triangle.
Sampel minyak diambil dari transformator dengan cara konvensional atau
secar langsung dengan menggunakan syringe (suntikan yang terbuat dari kaca).
lalu dimasukkan ke dalam wadah pengukuran yang didalamnya terdapat kapsul
magnet berlapis teflon yang berfungsi sebagai pengaduk sampel minyak.
Sementara udara di ruang wadah pengukuran tersebut beredar untuk
menghasilkan kondisi yang diinginkan supaya gas yang terlarut dari sampel
minyak dapat diekstrak . Setelah kesetimbangan gas ruang pengukuran stabil lalu
gas terlarut dianalisis menggunakan spektrometer PAS , dan hasilnya ditampilkan
pada layar yang terintegrasi. Bisa kita lihat pada gambar 4.1 yang menunjukkan
ilustrasi pengoperasian sistem DGA transport X portabel.

http://www.gedigitalenergy.com
Gambar 4.1 Prinsip Operasi Transportasi X DGA Portabel

4.3.1 Metode Ekstraksi Photo Acoustic S`pectroscopy (PAS)
Masing-masing jenis fault gas (hidrogen, metana, oksigen, dan lain-lain) pada
dasarnya memiliki kemampuan penyerapan radiasi gelombang elektromagnetik
yang unik dan khas. Kemampuan yang unik ini biasanya diaplikasikan pada
teknik spektroskopi inframerah untuk menghasilkan efek foto akustik. Penyerapan
63

radiasi elektromagnetik oleh gas akan meningkatkan temepratur gas tersebut.
Peningkatan temperatur gas ini berbanding lurus dengan tekanan dari gas tersebut
dengan kondisi gas pada wadah tertutup. Dengan menggetarkan sumber radiasi,
tekanan dari gas pada wadah tertutup ini akan berfluktuasi secara sinkron
sehinggga amplitudo dari resultan gelombang tekanan dapat dideteksi
menggunakan mikrofon yang sensitif.
Dua faktor utama yang menyebabkan efek foto akustik dapat digunakan untuk
pengukuran analitis :
1. Setiap gas memiliki spektrum penyerapan yang unik dan khas sehingga
frekuensi dari sebuah inframerah dapat disesuaika untuk memperoleh
karakteristik yang diinginkan dari sampel minyak.
2. Tingkat penyerapan radiasi inframerah secara langsung sebanding dengan
tingkat konsentrasi dari gas sampel minyak.
Memilih panjang gelombang yang tepat serta mengukur tingkat resultan sinyal
yang dihasilkan oleh reaksi gas terhadap radiasi inframerah akan memungkinkan
untuk mendeteksi kehadiran dan tingkat konsentrasi dari masing-masing jenis gas.
Kedua hal ini merupakan prinsip dasar dari photo acoustic spectrocospy.
Proses pengukuran dengan modul PAS dimulai dengan sumber radiasi
yang menciptakan radiasi gelombang elektromagnetik sinar infra merah
difokuskan ke dalam sel pengukuran menggunakan cermin parabola. Radiasi
tersebut dipantulkan pada cermin parabolik lalu menuju piringan pemotong
(chopper) yang berputar dengan kecepatan konstan dan menghasilkan efek
stoboskopik terhadap sumber cahaya. Radiasi ini diteruskan melalui filter optik,
yaitu filter yang secara selektif dapat meneruskan sinar dengan karakteristik
panjang gelombang tertentu dan memblokir sianr-sinar lain yang karakteristiknya
tidak diinginkan. Sinar yang sudah difilter ini lalu masuk keruang pengunjian
(analysis chamber) dan bereaksi dengan senyawa gas-gas yang telah diekstrak dari
minyak. Selanjutnya mikrofon-mikrofon yang sensitif akan mendeteksi
jumlah/konsentrasi dari masing-masing jenis gas. Proses ini terus diulangi untuk
setiap filter optik yang telah diset oleh peralatan ukur DGA. Berikut gambar 4.2
merupakan ilustrasi metode photo acoustic spectroscopy
64


http://www.gedigitalenergy.com
Gambar 4.2 Metode Photo Acoustic Spectroscopy

Modul photo acoustik spectroscopy memiliki ukuran 160 x 150 x 140 mm ,
dengan berat kurang dari 2kg. Modul ini akan melakukan semua proses elektronik
yang dibutuhkan sebagai pengukuran dan pengendalikan sistem secara mandiri.
Berikut ini merupakan gambar 4.3 kontruksi modul photo acoustic spektrometer

http://www.gedigitalenergy.com

Gambar 4.3 Modul Photo Acoustic Spektrometer

65

4.3.2 Hasil Pengujian Alat Uji DGA Transport X Portabel
Berikut gambar 4.3 merupakan tampilan dari layar pada saat alat uji DGA
transport x sedang melakukan penyalaan untuk mengatur secara otomatis
kelembaban ruang pengukuran dan sampel minyak yang sudah ditentukan. Lalu
akan melanjutkan pengukuran konsentrasi gas secara otomatis ketika sampel
minyak transformator didinginkan.

Gambar 4.4 Tampilan Pengaturan kelembaban ruang pengukuran

Setelah kondisi ruang pengukuran dan sampel minyak sudah sesuai yang
diinginkan alat, lalu dilakukannya pengukuran konsentrasi gas terlarut dari sampel
minyak dan dianalisa secara otomatis oleh modul alat uji DGA transport x
tersebut dalam waktu yang ditentukan. Berikut gambar merupakan hasil
pengukuran konsentrasi dan analisa dari pengujian DGA dengan menggunakan
alat transport X portabel pada minyak transformator AV04 Subtation Harbour
sebelum dilakukan separator.
66


Gambar 4.5 Hasil Pengujian DGA untuk TDCG

Berdasarkan gambar 4.5 mengenai data hasil pengujian dan analisa sampel
minyak secara mandiri dengan alat DGA transport x portabel, bahwa kondisi
konsentrasi gas yang terlarut dalam sampel minyak tersebut yaitu hidrogen (H
2
)
sebesar 13 ppm, karbon monoksida (CO) sebesar 206 ppm, etilen (C
2
H4) sebesar
4 ppm, etana (C
2
H
6
) sebesar 5 ppm, metana (CH
4
) sebesar 3 ppm, asetilen (C
2
H
2
)
sebesar 2,0 ppm dan gas karbon dioksida (CO
2
) sebesar 3054 dan TDGC (Total
Dissolved Gas Combusstible) dari sampel minyak tersebut sebesar 234 ppm. Alat
uji DGA transport x menyimpulkan bahwa kondisi transformator tersebut adalah
kondisi caution (hati-hati).

4.4 Interpretasi Data Hasil Uji Dissolved Gas Analysis (DGA)
Analisis DGA dilakukan untuk mendeteksi kuantitas kandungan beberapa
jenis gas spesifik dari sebuah sampel minyak. Sebenarnya pada kondisi normal
terdapat juga gas-gas terlarut pada minyak, namun ketika terjadi kegagalan akan
meningkatkan konsentrasi salah satu atau beberapa jenis gas terlarut tersebut.
Komposisi meningkatnya konsentrasi gas-gas tersebut sangat tergantung dari jenis
kegagalan yang terjadi. Kuantitas atau konsentrasi dari beberapa jenis gas yang
terlarut pada sampel minyak diidentifikasi lalu dikaitkan dengan berbagai jenis
67

kegagalan/ketidaknormalan elektrik dan thermal. Identitas ini akan berguna
sebagai informasi mengenai kualitas kerja transformator.

4.4.1 Metode Total Dissolved Combustible Gas (TDCG)
Analisa data dari sampel minyak transformator AV 04 Subtation Harbour
dengan metode TDCG. Tabel 4.1 merupakan data hasil pengujian minyak
transformator AV 04 Subtation Harbour sebelum dilakukan separator/purifikasi
dengan kondisi temperatur minyak transformator 22
0
C dan sesudah dilakukan
separator dengan kondisi temperatur sampel minyak transformator 38
0
C.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Sampel Minyak Transformator TDCG
No. Jenis Gas
Gas Terlarut (ppm)
Batas Kondisi
Normal
Kondisi Uji
Sebelum
Separator
Sesudah
Separator
1 Hidrogen (H
2
) 150 13 < 5
2 Air (H
2
O) * 40 30 36
3 Karbon dioksida (CO
2
)* 2500 3045 198
4 Karbon monoksida (CO) 350 206 8
5 Etilen (C
2
H
4
) 50 4 1
6 Etana (C
2
H
6
) 65 5 3
7 Metana (CH
4
) 120 3 1
8 Asetilen (C
2
H
2
) 35 2,0 <0,5
9 TDCG 720 233 18,5
* Gas Uncombustible

Interpretasi data hasil uji DGA dengan metode Total Dissolved Combustible
Gas (TDCG) menurut standar IEEE C57.104-1991 :
1. Transformator AV 04 Subtation Harbour 20 MVA sebelum separator termasuk
dalam kategori kondisi 2, meskipun besar TDGC masih tergolong kondisi
normal yaitu 233 ppm (total dari jumlah ppm gas hidrogen (H
2
), karbon
68

monoksida (CO), etilen (C
2
H4), etana (C
2
H
6
), metana (CH
4
), asetilen (C
2
H
2
))
yaitu kurang dari 720 ppm atau dalam kondisi 1 dan konsentrasi air sebesar 30
ppm juga dalam kondisi normal sesuai IEC : 60814 (batas limitnya 40 ppm),
tetapi kandungan gas karbon dioksida (CO
2
) sudah melebihi batas level
normalnya (2500 ppm) yaitu 3045 ppm. Dalam kondisi 2 ini kandungan gas
karbon dioksida (CO
2
) sebesar 3045 ppm menunjukkan tingkat gas mulai
tinggi dimana gas-gas yang terlarut mudah terbakar. Ada kemungkinan timbul
gejala-gejala kegagalan yang harus mulai diwaspadai. Berarti harus dilakukan
pengambilan sampel DGA setidaknya cukup sering untuk menghitung jumlah
angkatan gas per hari untuk masing-masing gas yang terlarut dan
direkomendasikan juga untuk segera dilakukan filtering minyak atau
pemurnian minyak transformator tersebut.
2. Transformator AV 04 Subtation Harbour 20 MVA sesudah dilakukan separator
termasuk dalam kondisi 1, dimana besar nilai TDGC (Total Dissolved Gas
Combustible) adalah 18,5 ppm. konsentrasi gas karbon dioksida (CO
2
) adalah
198 ppm dan konsentrasi air (H
2
O) sebesar 36 ppm. Konsentrasi gas tersebut
tidak melebihi batas level normal yaitu 720 untuk level TDCG dan 2500 ppm
untuk gas karbon dioksida (CO
2
) serta air (H
2
O) 40 ppm menurut IEC : 60814.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa transformator AV 04 Subtation Harbour
20 MVA beroperasi dengan baik atau normal. Namun, tetap perlu dilakukan
pemantauan/investigasi kondisi gas-gas tersebut.

4.4.2 Metode Key Gas (Gas Kunci)
Key gas didefinisikan oleh IEEE std.C57 104.1991 sebagai gas-gas
yang tebentuk pada transformator pendingin minyak yang secara kualitatif dapat
digunakan untuk menentukan jenis kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas
yang khas atau lebih dominan terbentuk pada berbagai temperatur. Bisa kita lihat
pada tabel 4.2 merupakan hasil pengujian DGA metode Key gas


69

Tabel 4.2 Hasil Pengujian DGA Metode Key Gas
No. Jenis Gas
Gas Terlarut (ppm)
Batas Kondisi
Normal
Kondisi Uji
Sebelum Separator Sesudah Separator
1. CO 350 206
8
2. H
2
150 13
5
3. CH
4
120 3
1
4. C
2
H
6
65 5
3
5. C
2
H
4
50 4
1
6. C
2
H
2
35 2
0,5
Adapun grafik gas terlarut pada isolasi minyak transformator bisa kita lihat
pada gambar sebagai berikut.

Gambar 4.6 Diagram Gas Terlarut Key Gas
70

Interpretasi data hasil uji DGA minyak transformator AV 04 Subtation
Harbour dengan metode Key Gas standar IEEE std.C57 104.1991 :
1. Berdasarkan grafik diatas bahwa isolasi minyak transformator AV 04
Subtation Harbour sebelum dilakukan separator mengalami kegagalan
thermal selulosa. Dikarenakan kandungan gas terlarut pada isolasi minyak
transformator tersebut terdiri dari senyawa CO dan CO2 dalam jumlah
besar atau senyawa yang dominan. Hal tersebut terbentuk karena panas
yang berlebih pada kertas selulosa transformator beroperasi dengan beban
lebih atau beroperasi dengan suhu tinggi, yang mengakibatkan isolasi
kertas mengalami kerusakan.. Gas kunci : karbon monoksida 88,4 %.
2. Sedangkan kondisi isolasi minyak transformator setelah dilakukan
separator termasuk dalam kondisi normal dikarenakan jumlah kandungan
gas terlarut dalam isolasi minyak transformator tersebut tidak ada yang
dominan atau tidak ada yang khas dan semua kandungan gas terlarut
dalam kondisi tidak melampaui batas limitnya sesuai standar IEEE
C57.104-1991.

4.4.3 Metode Rogers Ratio
Rogers ratio adalah salah satu metode tambahan yang dapat digunakan
untuk menafsirkan apa yang terjadi berdasarkan komposisi gas terlarut di minyak
isolasi. Metoda rasio roger adalah membandingkan jumlah dari berbagai gas
berbeda dengan membagi satu gas dengan yang lainnya, hal ini membentuk
sebuah rasio perbandingan antara satu gas dengan yang lain Metode ini
menggunakan rasio tiga buah gas yaitu C
2
H
2
/C
2
H
4
,

CH
4
/H
2
dan C
2
H
4
/C
2
H
6.
metode ini digunakan untuk analisa gangguan bukan untuk mendeteksi gangguan
maka dari itu harus sudah terdeteksi adanya gangguan dengan menggunakan limit
IEEE.


71

Tabel 4.3 Nilai Perbandingan Fault Gas dan Digit Kode dari Sampel Minyak
No. Jenis Gas
Gas Terlarut (ppm)
Batas Kondisi
Normal
Kondisi Uji
Sebelum Setelah
1 H
2
150 13 <5
2 H
2
O 40 30 36
3 CO
2
2500 3045 198
4 CO 350 206 8
5 C
2
H
4
50 4 1
6 C
2
H
6
65 5 3
7 CH
4
120 3 1
8 C
2
H
2
35 2,0 <0,5
9 TDGC 720 233 18,5
Perbandingan Fault Gas
10 C
2
H
2
/C
2
H
4
2/4 = 0,50 1 0,5/1 = 0,5 1
11 CH
4
/H
2
3/13 = 0,23 0 1/5 = 0,20 0
12 C
2
H
4
/C
2
H
6
4/5 = 0,80 0 1/3 = 0,33 0
14 Digit Kode 1 0 0 1 0 0

Interpretasi data hasil uji DGA minyak transformator AV 04 Subtation
Harbour dengan metode Rogers Ratio :
1. Berdasarkan nilai pebandingan fault gas dari tabel diatas mengenai isolasi
minyak transformator sebelum separator bahwa nilai perbandingan fault
gas C
2
H
2
/C
2
H
4
sebesar 0,5 (1) perbandingan fault gas CH
4
/H
2
sebesar
0,230 (0) dan perbandingan fault gas

C
2
H
4
/C
2
H
6
sebesar 0,8 (0). Dengan
mengacu tabel range kode Rogers Ratio didapatkan kode 1 0 0, tetapi
kode 1 0 0 tidak terdapat pada tabel tipe gangguan sesuai standar IEEE.
Keadaan tersebut kemungkinan munculnya kode 0 ini pada perbandingan
fault gas CH
4
/H
2
pada kode roger rasio tersebut diakibatkan oleh gas-gas
72

yang timbul mayoritas dihasilkan oleh proses dekomposisi kertas. Kondisi
kegagalan ini terindikasi dari naiknya konsentrasi fault gas. CH
4
/H
2
normalnya bernilai 1, dimana nilai ini tergantung dari berbagai faktor
seperti kondisi konservator, selimut N
2
, temperatur minyak dan kualitas
minyak. Bila dilihat dari data fault gas, terdapat produksi gas CO dan
CO
2
yang begitu besar. Munculnya permasalahan ini bisa dijadikan
pendekatan sesuai dengan tabel analisis rogers ratio dengan kode 1 1 0
yang mengindikasikan kegagalan High energy partial discharge.
Permasalahan ini disebabkan karena pelepasan muatan disebabkan oleh
perforasi dari isolasi padat yang diakibatkan oleh sparking atau arching
biasanya menimbulkan gas CO dan CO2..
2. Berdasarkan nilai pebandingan fault gas dari tabel diatas mengenai isolasi
minyak transformator sebelum separator bahwa nilai perbandingan fault
gas C
2
H
2
/C
2
H
4
sebesar 0,5 (1) perbandingan fault gas CH
4
/H
2
sebesar 0,20
(0) dan perbandingan fault gas C
2
H
4
/C
2
H
6
sebesar 0,33 (0). Dengan
mengacu tabel range kode Rogers Ratio didapatkan kode 1 0 0, tetapi
kode 1 0 0 tidak terdapat pada tabel tipe gangguan sesuai standar IEEE.
Munculnya kode 0 dari perbandingan fault gas CH
4
/H
2
ini dikarenakan
CH
4
/H
2
normalnya bernilai 1, dimana nilai ini tergantung dari berbagai
faktor seperti kondisi konservator, selimut N
2
, temperatur minyak dan
kualitas minyak. Munculnya permasalahan ini bisa dijadikan pendekatan
sesuai dengan tabel analisis rogers dengan kode 1 1 0 yang
mengindikasikan Low energy partial discharge. Kemungkinan hal ini
disebabkan udara yang terjebak dalam sistem isolasi atau minyak
mengandung banyak kadar air pada saat pengambilan sampel minyak.
Tetapi kondisi ini bisa juga dikatakan normal, karena nilai-nilai fault gas
yang terkandung dalam sampel minyak transformator tidak melampaui
batas sesuai standar IEEE.



73

4.4.4 Metode Kode Rasio IEC 559 - 1978 & REVISI 1997
Metode ini salah satu metode yang digunakan dalam analisa data DGA di
PT.Krakatau Daya Listrik. Dimana metode ini sama halnya dengan rogers rasio
dilakukan dengan mencari terlebih dahulu nilai rasio fault gas lalu disimpulkan
sesuai dengan diagram alir tes diangnosa DGA sesuai standar IEC 559 - 1978 &
REVISI 1997. Berikut merupakan diagram alir tes diangnosa DGA sesuai standar
IEC 559 - 1978 & REVISI 1997 bisa kita lihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.4 Nilai Rasio Fault Gas Sampel Minyak Transformator
No. Ratio
Perbandingan
Fault Gas
Nilai Ratio
Sebelum Separator Sesudah Separator
1 Ratio 1 (R1) CH
4
/H
2
3/13 = 0,23 1/5 = 0,20
2 Ratio 2 (R2) C
2
H
2
/C
2
H
4
2/4 = 0,50 0,5/1 = 0,5
3 Ratio 3 (R3) C
2
H
2
/CH
4
2/3 = 0,67 0,5/1 = 0,5
4 Ratio 4 (R4) C
2
H
6
/C
2
H
2
5/2 = 2,50 3/0,5 = 6,0
5 Ratio 5 (R5) C
2
H
4
/C
2
H
6
4/5 = 0,80 1/3 = 0,33
6 Ratio 6 (R6) CO/CO
2
206/3045 = 0,07 8/198 = 0,04
7 Ratio 7 (R7) CO2/CO 3045/206 = 14,78 198/8 = 24,75

Interpretasi data hasil uji DGA minyak transformator AV 04 Subtation
Harbour dengan metode Kode Ratio IEC 559 - 1978 & REVISI 1997 :
1. Berdasarkan diagram alir diagnosa test DGA sesuai IEC 559 - 1978 &
REVISI 1997, bahwa kondisi dari minyak transformator sebelum
dilakukan separator adalah terdiagnosa terjadinya CD (Cellullose
Degradation / penurunan lapisan film) OHC (Over Heating Cellulose /
panas berlebih pada lapisan film) dan OH (Over Heating). Dalam hal ini
dikarenakan nilai perbandingan fault gas CO/CO
2
adalah 0,07 < 0,2 dan
nilai konsentrasi gas CO adalah 206 ppm > 200 ppm.
2. Kondisi minyak transformator setelah dilakukan separator berdasarkan
diagram alir diagnosa test DGA sesuai IEC 559 - 1978 & REVISI 1997
adalah tidak terdiagnosa terjadinya gejala atau kegagalan isolasi minyak
74

transformator atau dalam kondisi normal dan baik untuk melanjutkan
operasi transformator tersebut. Dalam hal ini tidak ada nilai rasio &
konsentrasi yang sesuai dengan diagram alir diagnosa test DGA sesuai
IEC 559 - 1978 & REVISI 1997.

4.4.5 Metode Duvals Triangle
Koordinat segitiga :
%CH
4
=



%C
2
H
4
=



%C
2
H
2
=



Tabel 4.5 Jumlah Gas Terlarut dalam % Metode Duvals Triangle
No. Jenis Gas
Gas Terlarut (ppm) Gas Terlarut (ppm)
Batas
Kondisi
Normal
Kondisi Uji Kondisi Uji
Sebelum
Separator
Sesudah
Separator
Sebelum
Separator
Sesudah
Separator
1 Etilen (C
2
H
4
) 50 4 1 44,44 % 40 %
2 Metana (CH
4
) 120 3 1 33,33 % 40 %
3
Asetilen
(C
2
H
2
)
35 2,0 <0,5 22,22 % 20

Dalam analisa menggunakan Segitiga Duval bahwa isolasi minyak
transformator Subtation Harbour AV04 sebelum dan sesudah dilakukan separator
tersebut belum melampaui ketentuan syarat dari metode ini yaitu dengan
menggunakan metode IEEE (Metode TDCG, Metode Key Gas), salah satu gas
hidrokarbon atau hidrogen (H2) terindikasi masih dalam kondisi 2 atau belum
75

mencapai kondisi 3 dan tingkat kenaikan gas terlarut untuk setiap bulannya belum
bisa ditentukan, karena tidak ada sampel yang tepat untuk membandingkannya
(dalam hal ini hanya menggunakan 2 sampel yang berbeda keadaan yaitu sebelum
diseparator dan sesudah diseparator).
Analisa Segitiga Duval dengan tanpa menentukan indikasi dengan metode
standar IEEE terlebih dahulu dapat digunakan dengan melihat tabel 4.10 batas
individual gas yaitu salah satu gas individu tidak dalam kondisi ditingkat L1 dan
tingkat genaresai gas terlarut juga tidak dalam tingkat G2. Untuk itu metode
Segitiga Duval dalam menentukan indikasi kegagalan minyak transformator
tersebut (2 sampel minyak transformator sebelum dan sesudah diseparator) belum
bisa digunakan. Tetapi dengan menggunakan pendekatan dengan menggunakan
rasio CO
2
/CO untuk menentukan apakah isolasi selulosa yang rusak karena
overheating. , bahwa dalam sampel minyak transformator sebelum di lakukan
separator terjadi kegagalan isolasi selulosa karena panas berlebih. Hal tersebut
dapat terlihat dengan terjadinya peningkatan gas karbon monoksida (CO) dan
karbon dioksida (CO2) serta terdapat sedikit gas hidrokarbon yang terlarut.
Untuk sampel minyak transformator sesudah dilakukan separator terdapat
pada kondisi 1 atau transformator dapat dilanjutkan operasi (dalam kondisi baik)
dengan menggunakan metode standar IEEE.

4.5 Pemurnian Minyak Transformator
1. Recondition (Memperbaharui minyak)
Suatu cara atau proses untuk menghilangkan kelembaban (kandungan air)
dan material yang keras (Solid) dengan cara mekanis.Sebagai contoh dalam
pembeharruan minyak yang diterapkan oleh pabrik-pabrik biasnya dengan
cara purifikasi atau separator yaitu pemurnian minyak atau pemisahan minyak
dari kelembaban (kandungan air)dan material lain dengan cara sirkulasi dari
transformator ke alat separator dan sebaliknya.
Ada 3 proses penting dalam purifikasi/separator minyak transformator antara
lain :

76

a. Heating
Minyak dipanaskan secara terus menerus dari proses awal hingga akhir
dengan temperatur yang konstan. Proses ini untuk memisahkan air dengan
minyak, dimana air akan menjadi uap, sedangkan minyak transformer
tetap pada komposisi semula dan juga menguraikan asam yang terkandung
didalam minyak. Air yang ada dalam minyak akan menguap karena titik
didih minyak lebih tinggi dari pada titik didih air. Pemanasan dilakuan
dalam ruang vacum. Penggunaan ruang vacum ini bertujuan agar air
mendidih pada suhu rendah sehingga air menguap lebih cepat. Dengan
suhu rendah diharapkan minyak tidak menua dengan cepat.
b. Pengkabutan
Setelah minyak dalam kondisi panas maka minyak akan dikabutkan . Hal
ini untuk meisahkan antara oil dan uap, setelah itu divacum dengan
tekanan, sehingga uap air dan kandungan asam dapat terurai dan terpisah
dari minyak.
c. Penyaringan ( Filter press )
Setelah minyak terpisah dari uap air dan asam , minyak transformer
tersevbut disaring dan dipadatkan . Hal ini dilakukan untuk mencegah
gelembung udara.

2. Reklamasi/Regenerasi (Mengembalikan Kemurnian Minyak)
Suatu cara atau proses yang bertujuan memurnikan secara keseluruhan
yang bertujuan mengembalikan kandungan kimia dari minyak transformator .
Cara ini dilakukan dengan menambah bahan kimia biasanya dengan
menggunakan absoben yaitu substansi yang partikel-partikelnya dapat
menyerap kelembaban dan kandungan gas lainnya serta membiarkan udara
bersih mengalir.

Anda mungkin juga menyukai