Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai
sepanjang 81.000 km. Selain menempati wilayah yang sangat luas, kawasan
pesisir yang terdiri dari berbagai ekosistem pendukung seperti ekosistem hutan
mangrove, terumbu karang, padang lamun dan lahan basah tersebut memiliki
keanekaragaman hayati dan berbagai sumberdaya alam seperti ikan, dan bahan-
bahan tambang yang bernilai tinggi (DKP, 2002). Kemudahan akses terhadap
kawasan pesisir cenderung meningkatkan laju pemanfaatan wilayah pesisir di
tahun-tahun mendatang, baik dalam hal pemanfaatan sumber daya ekonomi
maupun pemanfaatan ruang. Selain itu, hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah
fakta yang menunjukkan bahwa tidak kurang dari 60% penduduk Indonesia
bermukim di kawasan pesisir (DKP, 2002).
Menurut Kusmana (2003), ada tiga faktor utama penyebab kerusakan
mangrove, yaitu (1) pencemaran, (2) konversi hutan mangrove yang kurang
memperhatikan faktor lingkungan dan (3) penebangan yang berlebihan.
Pencemaran seperti pencemaran minyak, logam berat. Konversi lahan untuk
budidaya perikanan (tambak), pertanian (sawah, perkebunan), jalan raya, industri,
produksi garam dan pemukiman, pertambangan dan penggalian pasir. Lebih jauh
Bengen (2001) menjelaskan bahwa kerusakan di atas dikarenakan adanya fakta
bahwa sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan
mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi
Universitas Sumatera Utara
lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun
penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Hal itu dikarenakan
memang pada dasarnya hutan mangrove memiliki fungsi ekonomi antara lain
sebagai penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan
penghasil bibit. Akan tetapi, dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya
ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang
berasosiasi dengan ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan
mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir
umumnya.
Serdang Bedagai memiliki paparan pantai sepanjang 95 Km dan
memiliki berbagai jenis usaha pantai diantaranya pantai Teme Park,Pantai
Mutiara, Pantai Gudang Garam, Pantai Permai, Pantai Kelang, Pantai Matik-matik
dll. Dengan datangnya para wisatawan dari lokal maupun mancanegara turut juga
dapat membantu pendapatan masyarakat disekitar pantai. Namun menurut kadis
para wisata di Serdang Bedagi kita cukup mempromosikan keantar daerah
maupun antar Negara namun SDM masyarakat disekitar untuk menjaga tempat
pariwisata untuk memberikan kenyamanan serta kebersihan kurang diperhatikan
hal inilah yang perlu kita lakukan pembenahan serta pembinaan untuk
kepentingan mereka (Pemkab. Serdang Bedagai, 2009).
Miraza (2005) menjelaskan bahwa perencanaan wilayah harus didukung
oleh kebijakan publik yang tepat, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kebijakan publik yang dimaksudkan Miraza di sini adalah
adanya intervensi pemerintah yang bertujuan untuk mengubah yang ada atau
mempengaruhi arah dan kecepatan dari perubahan yang sedang berlangsung
Universitas Sumatera Utara
dalam masyarakat, guna mewujudkan kondisi yang diinginkan. Adapun obyek
yang dapat diintervensi adalah unsur-unsur pembangunan yang dapat digerakkan
untuk meningkatkan kesejahteraan tersebut. Unsur-unsur dimaksud seperti natural
resources, human resources, infrastructure, technology dan culture.
Kerusakan ekosistem mangrove juga terjadi pada kawasan pesisir
Kabupaten Serdang Bedagai. Potensi ekosistem mangrove di daerah ini yang
cukup besar memberikan peluang yang besar pula terhadap terciptanya berbagai
bentuk pemanfaatan secara ekonomi. Bentuk-bentuk pemanfaatan secara
ekonomi tersebut misalnya usaha pertambakan, pertanian, perindustrian,
pemukiman, pariwisata, pertambangan dan penangkapan ikan. Bentuk-bentuk
pemanfaatan di atas masih menempatkan pemanfaatan sumber daya alam
(terutama ekosistem mangrove) di wilayah pesisir sebagai pilar utama
pengembangan wilayah di kawasan ini. Sementara, pilar-pilar yang lain yakni
sumber daya manusia dan teknologi umumnya masih relatif tertinggal. Fakta ini
merupakan kondisi umum di kawasan pesisir Sumatera Utara.
Salah satu indikatornya sebagaimana yang dilaporkan oleh Lindawati
(2007), yang menyebutkan bahwa sekitar 85 % kondisi tempat tinggal keluarga
nelayan pada umumnya belum memadai, dimana ukuran rumah sempit (rata-rata
35m
2
), lantai rumah 67% masih beralaskan papan, dinding rumah umumnya dari
sisa olahan kayu dan dari bambu, atap rumah umumnya masih dari rumbia dan
sedikit yang menggunakan seng (15%). Secara umum hanya 15 % yang tinggal
dalam rumah dengan kondisi yang memadai. Purwoko (2005) juga melaporkan
bahwa permasalahan sosial ekonomi lain di wilayah pesisir adalah rendahnya
mutu sumberdaya manusia (SDM), rendahnya pendapatan karena belum
Universitas Sumatera Utara
terserapnya seluruh tenaga kerja yang ada di pesisir pantai pada lapangan kerja
yang ada, sedangkan hasil laut dan tambak semakin menurun.

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh kerusakan ekosistem mangrove terhadap
pengembangan wilayah di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Menganalisis perubahan peruntukan ekosistem mangrove terhadap
pengembangan wilayah di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kajian awal yang
telah diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu kerusakan
dan perubahan peruntukan lahan ekosistem mangrove memiliki pengaruh terhadap
pendapatan rumah tangga, kesempatan kerja, kesempatan berwirausaha,
ketersediaan/kemudahan bahan baku, aksesibilitas ekonomi masyarakat terhadap
sumberdaya mangrove yang merupakan indikator-indikator pengembangan
wilayah di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai.

Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah
1. Diketahuinya pengaruh dari kerusakan dan perubahan fungsi lahan terhadap
pengembangan wilayah di kawasan pesisir merupakan data yang sangat
berguna bagi perencanaan pengelolaan kawasan ekosistem mangrove.
2. Bagi kalangan akademisi, data dan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu
pengetahuan sekaligus dapat menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut
tentang upaya-upaya peningkatan peranan ekosistem mangrove sebagai salah
Universitas Sumatera Utara
satu komponen yang menjadi pilar pengembangan wilayah pesisir, baik dalam
dimensi ekologi/ekosistem maupun perekonomian wilayah.















Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai