Anda di halaman 1dari 10

CASE REPORT

KORBAN KEJAHATAN SUSILA


Oleh:
Nora Ramkita (09!00"#
$hi%a &o%a N'rm'(thi (09!00)*#
Khari+ma ,i-a.a N'r/i% P (09!00*0#
Ra/e% 1i2k3 ,ira.a% L (09!0040#
Re++i A%a 5ai+'ri (09!0"#
Ri67a Ati%a 5ira Ham6ah (09!0")#
5i(ta Ha+a%ah (0!008#
KEPANITERAAN KLINIK S59 9ORENSIK
RU5AH SAKIT U5U5 1AERAH 1r: H: AB1UL 5OELOEK
9AKULTAS KE1OKTERAN UNI;ERSITAS LA5PUN$
BAN1AR LA5PUN$
JULI 00)
LAPORAN KASUS KORBAN KEJAHATAN SUSILA
I: PEN1AHULUAN
Didalam upaya pembuktian secara kedokteran forensik, faktor keterbatasan
didalam ilmu kedokteran itu sendiri dapat sangat berperan, demikian halnya
dengan factor waktu serta factor keaslian dari barang bukti (korban), maupun
faktor-faktor dari sipelaku kejahatan seksual itu sendiri.
Kejahatan seksual (secsual offences), sebagai salah satu bentuk dari kejahatan
yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia, mempunyai kaitan
yang erat dengan Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kedokteran orensik! "aitu
di dalam upaya pembuktian bahwasanya kejahatan tersebut memang telah
terjadi.
#danya kaitan antara Ilmu Kedokteran dengan kejahan seksual dapat dipandang
sebagai suatu konsekwensi dari pasal-pasal didalam Kitab $ndang-$ndang
%ukum &idana (K$%&) serta Kitab $ndang-$ndang %ukum #cara &idana
(K$%#&), yang memuat ancaman hukum serta tata cara pembuktian pada
setiap kasus yang termasuk didalam pengertian kasus kejahatan seksual.
&ersetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh
undang-undang dapat dilihat pada pasal-pasal yang tertera pada bab 'I(
K$%&, yaitu bab tentang kejahatan terhadap kesusilaan, yang meliputi baik
yang persetubuhan didalam perkawinan maupun persetubuhan diluar
perkawinan.
&ersetubuhan didalam perkawinan yang merupakan kejahatan seperti yang
dimaksud oleh pasal )** K$%&, ialah bila seorang suami melakukan
persetubuhan dengan istrinya yang belum mampu kawin dengan mengakibatkan
luka-luka, luka berat atau mengakibatkan kematian.
Dengan demikian upaya pembuktian secara kedokteran forensik pada setiap
kasus kejahatan seksual sebenarnya terbatas didalam upaya pembuktian ada
tidaknya tanda-tanda persetubuhan, ada tidaknya tanda kekerasan, perkiraan
umur serta pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah
mampu untuk dikawini atau tidak.
Ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak selalu merupakan
akibat paksaan, mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain yang tak ada
hubungannya dengan pakasaan. Demikian pula jika dokter tidak menemukan
tanda kekerasan, maka hal itu belum merupakan bukti bahwa paksaan tidak
terjadi. &ada hakekatnya dokter tak dapat menentukan unsur paksaan yang
terdapat pada tindak pidana perkosaan, sehingga ia juga tidak mungkin
menentukan apakah perkosaan telah terjadi.
"ang berwenang untuk menentukan hal tersebut adalah hakim, karena
perkosaan adalah pengertian hukum bukan istilah +edis, sehingga dokter
jangan menggunakan istilah perkosaan dalam (isum et ,epertum.
-ebagai ahli klinis yang perhatian utamanya tertuju pada kepentingan
pengobatan penderita, memang agak sukar untuk melakukan pemeriksaan yang
berhubungan dengan kejahatan. -ebaiknya korban kejahatn seksual dianggap
sebagai orang yang telah mengalami cedera fisik dan.atau mental, sehingga
sebaiknya pemeriksaan ditangani oleh dokter di klinik. &enundaan pemeriksaan
dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan.
&emeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana,
hendaknya dilakukan dengan teliti dan waspada. &emeriksa harus yakin akan
semua bukti-bukti yang ditemukannya karena berbeda dengan di klinik ia tidak
lagi punya kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh
lebih banyak bukti. /etapi dalam melaksanakan kewajiban itu dokter jangan
sampai meletakkan kepentingan si korban dibawah kepentingan pemeriksaan.
/erutama bila korban masih anak-anak hendaknya pemeriksaan itu tidak
menambah trauma psikis yang sudah dideritanya.
(isum et repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan
terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di
Indonesia pemeriksaan korban persetubuhan yang diduga merupakan tindak
kejahatan seksual umumnya dilakukan oleh dokter ahli Ilmu Kebidanan dan
&enyakit Kandungan, kecuali ditempat yang tidak ada dokter ahli demikian,
dokter umumlah yang harus melakukan pemeriksaan itu.
K$%& )*0
1Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan
perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
K$%& )*2
1Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan padahal
diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya,
diancam dengan pidana pernjara paling lama sembilan tahun.
K$%& )34
1Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya atau
anak piaraannya, anak yang dibawah pengawasannya, orang dibawah umur
yang diserahkan kepadanya untuk dipelihara, dididiknya atau dijaganya, atau
bujangannya atau orang yang dibawah umur, dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya tujuh tahun.
II: RAN$KAIAN KASUS
&ada tanggal 53 6uli )754 pukul 57.03 8I9 telah dilakukan pemeriksaan
terhadap anak perempuan yang berusia 57 tahun atas permintaan &olisi :egara
,I daerah ;ampung dengan :omor< 9.)=>=.(II.)754.-&K/ ;&?, /anggal 5*
6uli )754.
%asil pemeriksaan didapatkan<
5. Korban datang dalam keadaan sadar----------------------------------------------
). Keadaan umumnya baik, ,efleks &upil dan @ahaya positif ---------------
>. Korban mengaku telah mengalami< pencabulan dan perkosaan sejak bulan
6uli )75> sampai awal puasa atau bulan 6uli )754------------------------------
4. /empat kejadian di Desa @anggu Kecamatan 9atu 9rak Kabupaten
;ampung 9arat-----------------------------------------------------------------
0. Keadaan pakaian korban<
- &akaian luar
5. 9aju kaos lengan pendek berwarna merah
-----------------------------
). @elana jeans berwarna biru
dongker-------------------------------------
- &akaian dalam
5. Kaos dalam< berwarna putih, bersih------------------------------------
). @elana dalam< berwarna putih----------------------------------------
2. &enampilan korban< rapih, keadaan mental korban< baik----------------------
=. Kooperatif dalam pemeriksaan ----------------------------------------------------
*. 6umlah gigi< )4 ----------------------------------------------------------------------
3. #ir susu atau colostrum< tidak ada -----------------------------------------------
57. ,ambut ketiak< belum tumbuh ---------------------------------------------------
55. ,ambut kemaluan< belum tumbuh ------------------------------------------------
5). /idak ditemukan luka---------------------------------------------------------------
5>. &ada ,ectal /oucher /onnus +. -pingter #nus normal -----------------------
54. &erinium< utuh ----------------------------------------------------------------------
50. -elaput dara< robek lama arah jam 5, jam 4, jam = dan jam 55 sampai ke
dasar-----------------------------------------------------------------------------------
52. ;iang kemaluan< dapat dilewati 5 jari tanpa sakit-------------------------------
5=. &emeriksaan ;aboratorium< uji kehamilan hasil negatif-----------------------
III: KESI5PULAN
5. &ada korban perempuan berusia kurang lebih< 57 tahun ----------------------
). Datang dalam keadaan< sadar------------------------------------------------------
>. /anda-tanda seks skunder< sedang berkembang --------------------------------
4. /idak ditemukan tanda-tanda kekerasan -----------------------------------------
0. &erinium< utuh-----------------------------------------------------------------------
2. -elaput dara< robek lama arah jam 5, jam 4, jam = dan jam 55 sampai ke
dasar-----------------------------------------------------------------------------------
I;: PE5BAHASAN
&ada korban perempuan yang berumur kurang lebih 57 tahun datang ke ,umah
-akit dalam keadaan sadar. Ditemukannya tanda seks sekunder yang sedang
berkembang serta tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan pada korban.
&erinium utuh, dimana selaput dara korban robek lama arah jam 5, jam 4, jam =
dan jam 55 sampai ke dasar. ;iang kemaluan dapat dilewati 5 jari tanpa sakit.
&ersetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis kedalam
Aagina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau
tanpa disertai ejakulasi. #danya robekan pada hymen merupakan pertanda
adanya suatu benda (penis atau benda lain) yang masuk kedalam Aagina.
&ada tindak pidana kasus pemerkosaan perlu dibuktikan apakah telah terjadi
tindak persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau dengan
ancaman kekerasan. Dokter dapat menentukan apakah persetubuhan telah
terjadi atau tidak, dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan.
Dengan demikian hasil dari upaya pembuktian adanya persetubuhan
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya<
9esarnya penis dan derajat penetrasinya
9entuk dan elastisitas selaput dara ( hymen)
#da tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sendiri
&osisi persetubuhan dan
Keaslian barang bukti dan waktu pemeriksaan
&ada pasien di atas juga tidak ditemukan adanya bercak air mani pada celana
dalam korban dikarenakan korban datang sekira = hari setelah kejadian terakhir
dari pengakuan persetubuhan. Dimana apabila pada persetubuhan tersebut
disertai dengan ejakulasi dan ejakulet tersebut mangandung sperma, maka
adanya sperma didalam liang Aagina merupakan tanda pasti adanya
persetubuhan. #pabila ejakulat tidak mengandung sperma maka pembuktian
adanya persetubuhan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap
ejakulat tersebut.
Komponen yang terdapat didalam ejakulat yang dapat diperiksa adalah enBim
asam fosfatase, kholin dan spermin. 9aik enBim asam fosfatase, kholin dan
spermin bila dibandingkan dengan sperma, nnilai untuk pembuktian lebih
rendah oleh karena ketiga komponen tersebuttidak spesifik. 8alaupun demikian
enBim fosfatase masih dapat diandalkan, oleh karena keadaan enBim fosfatase
yang terdapat dalam Aagina ( berasal dalam wanita itu sendiri), kadarnya jauh
lebih rendah bila dibandingkan dengan asam fosfatase yang berasal dari kelenjar
prostate.
Dengan demikian apabila dengan kejahatan seksual yang disertai dengan
persetubuhan itu tidak sampai berakhir dengan ejakulasi, dengan sendirinya
pembuktian adanya persetubuhan secara kedokteran forensik tidak mungkin
dapat dilakukan secara pasti. -ebagai konsekuensinya dokter tidak dapat secara
pasti pula menentukan bahwa pada wanita tidak terjadi persetubuhan! maksimal
dokter harus mengatakan bahwa pada diri wanita yang diperiksanya itu tidak
ditemukan tanda-tanda persetubuhan, yang mencakup dua kemungkinan<
pertama, memang tidak ada persetubuhan dan kedua persetubuhan ada tetpi
tanda-tandanya tidak dapat ditemukan.
-perma didalam liang Aagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-0 jam
postcoital, sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar )4->2
jam postcoital, dan bila wanitanya mati masih akan ditemukan sampai =-* hari.
&erkiraan saat terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses
penyembuhan dari selaput dara yang robek, yang pada umumnya penyembuhan
tersebut akan dicapai dalam waktu =-57 hari postcoital
a) &emeriksaan adanya kehamilan
/erjadinya kehamilan jelas merupakan tanda adanya persetubuhan, akan
tatapi oleh karena waktu yang dibutuhkan untuk itu cukup lama, dengan
demikian nilai bukti ini menjadi kurang oleh karena kemungkinan yang
menjaditersangka pelaku kejahatan menjadi bertambah, hal mana
mempersulit penyidikan dan membutuhkan waktu yang leih banyak untuk
mengungkap kasusnya.
b) aktor waktu dan faktor keaslian dari barang bukti
Didalam pemeriksaan kasus-kasus korban kejahatan seksual faktor waktu
dan keaslian barang bukti yang diperksasangat berperan didalam
menentukan keberhasilan pemeriksaan. /anda-tanda persetubuhan dengan
berlangsungnya waktu akan menghilang dengan sendirinya, luka-luka akan
menyembuh. Dengan demikian pemeriksaan sedini mungkin merupakan
keharusan, bila dari pemeriksaan diharapkan hasil yang maksimal. &akaian
korban yang telah diganti, tubuh wanita yang telah dibersihkan akan
menyulitkan pemeriksaan oleh karena keadaanya sudah tidak asli.
&emeriksaan yang dilakukan harus yakin akan semua bukti-bukti yang
ditemukan karena berbeda dengan di klinik ia tidak lagi mempunyai kesempatan
untuk melakukan pemeriksaan ulang guna untuk memperoleh banyak bukti.
/api dalam melaksanakan kewajiban itu dokter jangan sampai meletakkan
kepentingan si korban dibawah kepentingan pemeriksaan. /erutama bila korban
masih anak-anak hendaknya pemeriksan itu tidak sampai menambah trauma
pisikis yang sudah dideritanya.
&ada tindak pidana kasus pemerkosaan perlu dibuktikan apakah telah terjadi
tindak persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau dengan
ancaman kekerasan. Dokter dapat menentukan apakah persetubuhan telah
terjadi atau tidak, dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan. /etapi ia tidak
dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada tindak pidana ini.

;: PENUTUP
K$%& &asal )*=
(5) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan,
padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya
belum 15 tahun atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya
untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
()) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan keculai jika umur wanita
belum sampai umur 1 tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan
pasal 91 dan pasal 9!.

&ada kasus ini pasien mengaku telah diperkosa, berdasarkan hasil pemeriksaan
yang didapatkan tanda-tanda seks sekunder sedang berkembang dan selaput
dara robek lama arah jam 5, jam 4, jam = dan jam 55 sampai ke dasar. ;iang
kemaluan dapat dilalui 5 jari tanpa sakit.
;I: RE9ERENSI
K$I. 533=. "lmu #edokteran $orensik 9agian Kedokteran orensik
akultas Kedokteran $niAersitas Indonesia Cdisi I. 6akarta.
%erkutanto. Kualitas Aisum et repertum perlukaan di 6akarta dan faktor yang
mempengaruhinya. +aj Kedokt Indon. )774!04
Idries, +unDim, #bdul, dr. 533=. Pedoman "lmu #edokteran $orensik. 9ina
,upa #ksara. 6akarta.

Anda mungkin juga menyukai