Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak ungkapan, dan tentunya tidak ada yang menyangkal, bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia di karuniai akal budi, perasaan dan
kehendak. Akal adalah alat untuk berpikir sebagai sumber ilmu dan teknologi. Alat adalah untuk
menyatakan keindahan sebagai sumber seni dan budaya. Adapun kehendak adalah alat untuk
menyatakan pilihan sehingga manusia memiliki kemampuan untuk menilai mana yang baik dan
mana yang buruk. Selain kemampuan yang dimiliki secara individu, manusia adalah juga
makhluk yang terikat dengan lingkungannya. Perilaku tersebut tampak pada kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial dengan perilaku yang bersifat etis yang dimilikinya. Perilaku etis manusia
itulah yang mendasari munculnya etika sebagai sebuah ilmu yang mempelajari nilai-nilai yang
baik dan buruk dalam kehidupannya. Bahkan, etika berkembang tidak sekedar sebagai sebuah
ilmu tentang nilai baik dan buruk, melainkan sebagai studi tentang kehendak manusia, yaitu
kehendak yang berhubungan dengan keputusan yang benar dan yang salah dalam tindakan
perbuatannya.
Dalam makalah ini tim penulis membahas mengenai pengertian etika, kemudian
dilanjutkan hubungan etika dengan moral, etika dengan filsafat, dan etika dengan ilmu
pengetahuan yang akhirnya akan membawa kita pada satu pengertian manusia sebagai
makhluk yang beretika.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Diharapkan pembaca memahami pengertian etika dari beberapa sudut pandang
2. Diharapkan pembaca dapat memahami hubungan antara etika, filsafat dan ilmu
pengetahuan
3. Diharapkan pembaca dapat memahami hubungan antara etika, moral dan hukum
4. Diharapkan pembaca dapat memahami berbagai macam etika yang berkembang di
masyarakat
5. Diharapkan pembaca dapat memahami etika dan tantangan masa depan.
6. Untuk memenuhi tugas yang diberika oleh dosen matakuliah Etika dan Profesi.
2
BAB II
ISI
A. Pengertian Etika
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988)
merumuskan pengertian etika dalam tiga arti sebagai berikut :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.
Dari asal-usul katanya, etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat istiadat
atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari kata tersebut, akhirnya etika berkembang menjadi studi
tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesempatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda,
yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Menurut Profesor Robert Salomon, etika dapat di kelompokan menjadi dua definisi yaitu :
1. Etika merupakan karakter individu, dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika
adalah orang yang baik. Pengertian ini di sebut pemahaman manusia sebagai individu
yang beretika.
2. Etika merupakan hukum sosial. Etika merupakan hukum yang mengatur,
mengendalikin serta membatasi perilaku manusia.
Fagothe (1953) mengatakan bahwa etika adalah studi tentang kehendak manusia, yaitu
kehendak yang berhubungan dengan keputusan yang benar dan yang salah dalam tindak
perbuatannya. Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Sumaryono (1995) yang
menyatakan bahwa etika merupakan studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan
kodrat manusia yang di wujudkan melalui kehendak manusia dalam pperbuatannya .
B. Etika, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Hubungan etika, filsafat dan ilmu pengetahuan, dapat digambarkan pada diagram berikut
ini.
3
Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa etika merupakan bagian dari filsafat. Filsafat sendiri
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi
sebagai interprestasi tentang hidup manusia, yang bertugas meneliti dan menentukan semua
fakta konkret hingga yang paling mendasar. Ciri khas filsafat adalah upaya dalam menjelaskan
pertanyaan selalu menimbulkan pertanyaan baru.
Abdul Kadi (2001) memperinci unsur-unsur penting filsafat sebagai ilmu sebagai berikut :
1. Kegiatan intelektual
Bahwa filsafat merupakan kegiatan yang memerlukan intelektualitas atau pemikiran.
2. Mencari makna yang hakiki
Filsafat memerlukan inter prestasi terhadap sesuatu dalam kerangka pencarian makna
yang hakiki.
3. Segala fakta dan gejala
Bahwa objek dari kegiatan filsafat adalah fakta dan gejala yang terjadi secara nyata.
4. Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis
Filsafat memerlukan suatu metode dalam kegiatannya serta membutuhkan prosedur-
prosedur yang sistematis.
Hubungan etika, filsafat dan Ilmu pengetahuan
4
5. Untuk kebahagiaan manusia
Tujuan akhir filsafat sebagai sebuah ilmu adalah untuk kebahagian manusia.
Etika merupakan bagian filsafat, yaitu filsafat moral. Beberapa alasan yang dapat
dikemukakan untuk itu antara lain adalah bahwa etika merupakan ilmu yang mempelajari
perbuatan baik dan buruk, benar atau salah berdasarkan kodrat manusia yang di wujudkan
dalam kehendaknya. Sebagai sebuah ilmu, etika juga berkembang menjadi studi tentang
kehendak manusia dalam mengambil keputusan untuk berbuat, yang mendasari hubungan
antara sesama manusia. Disamping itu, etika juga merupakan studi tentang pengembangan
nilai moral untuk memungkinkan terciptanya kebebasan kehendak karena kesadaran, bukan
paksaan. Adapun alasan yang terakhir mengungkapkan bahwa etika adalah studi tentang nilai-
nilai manusiawi yang berupaya menunjukan nilai-nilai hidup yang baik dan benar menurut
manusia.
Dalam konteks etika sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan ini, perlu dilakukan pemisahan
antara etika dan moral. Etika adalah ilmu pengetahuan, sedangkan moral adalah objek ilmu
pengetahuan tersebut. Dan sebagai ilmu pengetahuan, etika menelaah tujuan hidup manusia,
yaitu kebahagiaan sempurna, kebahagiaan yang memuaskan manusia, baik jasmani maupun
rohani dari dunia sampi akhirat melalui kebenaran-kebenaran yang bersifat filosofis.
C. Etika, Moral dan Norma Kehidupan
Secara etimologis, etika dapat pula disamakan dengan moral. Moral berasal dari bahasa
latin mos yang juga berarti sebagai adat kebiasaan. Secara estimologis, kata moral sama
dengan etika yaitu nilai-nilai dan norma norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya didalam komunitas kehidupannya.
Hal senada juga disampaikan oleh Lawrence Konhberg (1927- 1987), yang menyatakan
bahwa etika dekat dengan moral. Lawrence menyatakan bahwa pendidikan moral merupakan
5
integrasi berbagai ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi budaya, filsafat, ilmu pendidikan,
bahkan ilmu politik. Hal-hal itu yang dijadikan dasar membangun sebuah etika. Dengan
kerumitan yang sedemikian rupa, kita pun memaklumi bahwa membangun etika bukanlah
pekerjaan yang ringan.
Lawrence Konhberg juga mencatat enam orientasi tahap perkembangan moral yang dekat
hubungannya dengan etika. Enam tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Orientasi pada hukuman, ganjaran, kekuatan fisik dan material.
Nilai-nilai yang bersifat kemanusiaan tidak dipersoalkan pada orientasi ini. Orang
cenderung takut pada hukuman dibandingkan sekedar menjalankan mana yang baik
atau mana yang buruk.
2. Orientasi hedonistis hubungan antarmanusia.
Orientasi ini melihat bahwa perbuatan benar adalah perbuatan yang memuaskan
kebutuhan individu dan atau (kadang- kadang) kebutuhan orang lain. Hubungan antar-
manusia dipandang seperti hubungan formal di tempat umum, unsur kewajaran adalah
timbal balik. Hal itu terlihat pada adanya anggapan seperti "jika Anda merugikan saya,
saya juga dapat merugikan Anda. Orientasi ini tak mempersoalan kesetiaan, rasa
terima kasih dan keadilan sebagai latar belakang pelaksanaan etika.
3. Orientasi konformitas.
Orientasi ini sering disebut orientasi "anak manis" di mana seseorang cenderung
mempertahankan harapan kelompoknya, serta memperoleh persetujuan
kelompoknya, sedangkan moral adalah ikatan antarindividu. Tingkah laku konformitas
dianggap tingkah laku wajar dan baik.
4. Orientasi pada otoritas.
6
Pada orientasi ini orang cenderung melihat hukum, kewajiban untuk mempertahankan
tata tertib sosial, religius, dan lain-lain yang dianggap sebagai nilai-nilai utama dalam
kehidupan.
5. Orientasi kontrak sosial.
Orientasi ini dilatarbelakangi adanya tekanan pada persamaan derajat dan hak
kewajiban timbal balik atas tatanan bersifat demokratis. Kesadaran akan relativitas
nilai dan pendapat pribadi, pengutamaan pada prosedur dan upaya mencapai
kesepakatan konstitusional dan demokratis, kemudian diangkat sebagai moralitas
resmi kelompok tersebut.
6. Orientasi moralitas prinsip suara hati, individual, komprehensif, dan universal.
Orientasi ini memberi nilai tertinggi pada hidup manusia, di mana persamaan derajat
dan martabat menjadi suatu hal pokok yang dipertimbangkan.
Kemudian, jika dikaji lebih dalam lagi, beberapa ahli membedakan etika dengan moralitas.
Menurut Sony Keraf (1991), moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup
dengan baik sebagai manusia. Nilai-nilai moral mengandung petuah-petuah, nasihat, wejangan,
peraturan, perintah dan lain sebagainya yang terbentuk secara turun-temurun melalui suatu
budaya tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup dengan baik agar menjadi manusia
yang benar- benar baik. Adapun etika yang merupakan cabang filsafat tentang nilai dan norma
moral, sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat dan menggumuli norma tersebut.
Etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan
dan terwujud dalam sikap dan perilaku hidup manusia.
Frans Magnis Suseno (1987), memiliki pernyataan yang sepaham dengan pernyataan di
atas, bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran, sedangkan yang memberi
manusia norma tentang bagaimana manusia harus hidup adalah moralitas. Etika justru hanya
7
melakukan refleksi kritis atas norma dan ajaran moral tersebut. Sebagai contoh, moralitas
langsung mengatakan pada kita "inilah cara Anda melakukan sesuatu. . . " , sedangkan etika
justru akan mempersoalkan "mengapa untuk melakukan sesuatu tersebut harus menggunakan
cara itu ?".
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa etika dan moral dapat
digambarkan sebagai dua buah obyek yang saling beririsan (intersection). Perhatikan hubungan
keduanya seperti diagram Venn di bawah ini.
D. Pelanggaran Etika dan Kaitannya dengan Hukum
Etika tentunya tidak akan pernah terlepas dari tindakan-tindakan yang tidak etis. Tindakan
tidak etis dimaksudkan di sini adalah tindakan melanggar etika yang berlaku dalam lingkungan
kehidupan tersebut.
Jan Hoesada (2002) mencatat beberapa faktor yang berpengaruh pada keputusan atau
tindakan-tindakan tidak etis dalam sebuah perusahaan, antara lain adalah:
1. Kebutuhan individu
Kebutuhan individu merupakan faktor utama penyebab terjadinya tindakan-tindakan
tidak etis.Misalnya, seseorang bisa saja melakukan korupsi untuk mencukupi
Hubungan etika dengan moral
8
kebutuhan- kebutuhan pribadi dalam kehidupannya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
tersebut sering Kali memancing individu melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis.
2. Tidak ada pedoman
Tindakan tidak etis bisa saja muncul Karena tidak adanya pedoman atau prosedur-
prosedur yang baku tentang bagaimana melakukan sesuatu. Hal itu membuka peluang
bagi orang untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya merupakan pelanggaran etika
dalam komunitasnya.
3. Perilaku dan kebiasaan individu
Tindakan tidak etis juga bisa muncul karena perilaku dan kebiasaan individu, tanpa
memperhatikan faktor lingkungan di mana individu tersebut berada.
4. Lingkungan tidak etis
Kebiasaan tidak etis yang sebelumnya sudah ada dalam suatu lingkungan, dapat
memengaruhi orang lain yang berada dalam lingkungan tersebut untuk melakukan hal
serupa. Lingkungan tidak etis ini terkait pada teori psikologi sosial, di mana anggota
mencari konformitas dengan lingkungan dan kepercayaan pada kelompok.
Kepercayaan di sini berarti bahwa kelompok memiliki nilai kebenaran yang lebih tinggi.
Maksudnya, bila ditemukan perbedaan maka seseorang cenderung memutuskan
bahwa dirinya keliru dan kelompoknyalah yang benar.
5. Perilaku atasan
Atasan yang terbiasa melakukan tindakan tidak etis, dapat memengaruhi orang-orang
yang berada dalam lingkup pekerjaannya untuk melakukan hal serupa. Hal itu terjadi
karena dalam kehidupan sosial sering Kali berlaku pedoman tidak tertulis bahwa apa
yang dilakukan atasan akan menjadi contoh bagi anak buahnya.
Selanjutnya, etika juga tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs theory).
Menurut kerangka berpikir Maslow, yang paling pokok adalah pemenuhan kebutuhan
jasmaniah terlebih dahulu agar dapat merasakan urgensi kebutuhan ekstrim dan aktualisasi diri
9
sebagai profesional. Pendapat kontroversial responden Kohlberg menunjukkan bahwa menipu,
mencuri, berbohong adalah tindakan etis apabila digunakan dalam kerangka untuk melanjutkan
hidup. Kendala yang memengaruhi adalah, di satu pihak kode etik tak mempersoalkan urutan
kebutuhan dalam penerapannya, namun di lain pihak kebutuhan jasmani tak pernah dapat
terpuaskan, dan dapat dikonversikan menjadi bentuk ekstrem lain yang mungkin akan
berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang melanggar etika.
Tindakan pelanggaran terhadap etika dapat menimbulkan beberapa jenis sanksi
diantaranya:
1. Sanksi sosial. Oleh karena etika merupakan norma- norma sosial yang berkembang
dalam Kehidupan sosial masyarakat maka jika terjadi pelanggaran, sanksi terhadap
pelanggaran tersebut adalah sanksi sosial. Sanksi soslal ini bisa saja berupa teguran
dari pemuka sosisial hingga pengucilan dari kehidupan bermasyarakat.
2. Sanksi hukum. Secara umum, hukum mengukur kegiatan-kegiatan etika yang
kebetulan selaras dengan aturan hukum. Jika pelanggaran etika sudah mengarah
kepada pelanggaran hukum, seperti misalnya korupsi, kolusi dan nepotisme, maka
hukumlah yang akan berbicara. Dalam hal ini, hukum pidana menduduki tempat
utama karena masalah integritas, obyektivitas dan manfaat bagi masyarakat luas,
pemerintah dan dunia usaha, sedangkan hukum perdata menempati prioritas
selanjutnya.
Dalam hukum juga dikenal adanya hukum disiplin (tuchtrecht) yang merupakan
bagian hukum pidana, yang mengatur dan berlaku bagi suatu golongan atau
profesi yang bergerak dalam aktivitas sosial-kemasyarakatan yang keputusannya
dipatuhi anggota. Hukum disiplin terbagi dua golongan :
Golongan hierarkis (militer, pegawai negeri, dan lain-lain)
10
Golongan non-hierarkis (hukum profesi, atau hukum organisasi profesi)
seperti misalnya accountant disciplinary law.
Hukum disiplin ini pada pokoknya memiliki ciri sanksi yang diberikan tidak terlalu
keras, penegakan moral dan edukatif. Pengadilan umum disiplin dapat dilakukan
secara terbuka (anggota lain hadir) atau pintu tertutup, lalu hasilnya diumumkan.
Hubungan etika, hukum dan moral dapat digambarkan seperti pada diagram Venn di atas.
Gambar tersebut dapat diartikan bahwa pelanggaran etika dan moral bisa saja menyentuh
wilayah hukum dan akan mendapatkan sanksi hukum. Namun pada kondisi lain, bisa saja
pelanggaran etika hanya mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat Karena pelanggaran
tersebut tidak menyentuh wilayah hukum positif yang berlaku.
E. Berbagai Macam Etika yang Berkembang di Masyarakat
Jika etika dihubungkan dengan moral, kita akan berbicara tentang nilai dan norma yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Dan jika dilihat berdasarkan nilai dan norma yang
terkandung di dalamnya, etika dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu :
1. Etika Deskriptif
Hubungan etika, moral dan hukum
11
Etika deskriptif merupakan etika yang berbicara mengenai suatu fakta, yaitu tentang
nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya
dalam kehidupan masyarakat. Etika ini berusaha menyoroti secara rasional dan kritis
tentang apa yang diharapkan manusia dalam hidup ini mengenai sesuatu yang bernilai.
2. Etika Normatif
Etika normatif merupakan etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada
manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Jadi, etika ini
berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkahlaku manusia dalam
kehidupan sehari-harinya.
Etika normatif berbeda dengan etika deskriptif. Perbedaannya adalah bahwa etika
diskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku yang
akan dilakukan, sedangkan etika normatif memberi penilaian sekaligus memberikan norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Sony Keraf (1991) mencatat adanya dua macam norma yang berkembang, yaitu :
1. Norma Umum
Norma umum merupakan norma yang memiliki sifat universal yang dapat
dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Norma sopan santun, yaitu norma yang menyangkut tata cara hidup dalam
pergaulan sehari-hari seperti misalnya cara makan yang sopan, menegur orang
terlebih dahulu jika bertemu, tata Cara bertamu dan sebagainya.
b) Norma hukum, yaitu norma yang memiliki keberlakuan lebih tegas
karena diatur oleh suatu hukum dengan jaminan hukuman bagi pelanggarnya.
c) Norma moral, merupakan norma yang sering digunakan sebagai tolak ukur
masyarakat untuk menentukan baik buruknya seorang sebagai manusia. Seperti
12
contoh adalah sikap manusia dalam menjalankan tugas-tugas yang diembannya,
sikap menghargai kehidupan manusia serta menampilkan diri sebagai manusia
dalam profesi yang dijalaninya.
2. Norma Khusus
norma khusus merupakan aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau
kehidupan dalam lingkup yang lebih sempit seperti misalnya menyangkut aturan
mengunjungi pasien di sebuah rumah sakit, aturan bermain dalam olahraga dan
sebagainya.
Dari sudut pandang yang lain, kita akan melihat sistematika etika APTIK seperti yang
dikutip oleh Sony Keraf, yang membagi struktur etika menjadi diagram seperti pada Gambar
struktur etika Dari diagram dibawah ini.
Struktur etika
13
terlihat bahwa secara umum etika terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Etika umum adalah etika tentang kondisi-kondisi dasar dan umum, bagaimana manusia
harus bertindak secara etis. Etika ini merupakan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan manusia dalam bertindak serta tolok ukur dalam menilai baik
buruknya suatu tindakan.
2. Adapun etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan khusus. Penerapan dalam bidang khusus tersebut misalnya bagaimana
seseorang bertindak dalam bidang kehidupan tertentu yang dilatarbelakangi oleh
kondisi yang memungkinkan bagi manusia untuk bertindak secara etis. Hal itu dapat
dilihat pada etika untuk melakukan kegiatan olah raga, etika untuk melakukan kegiatan
pemasaran sebuah produk, dan lain sebagainya. Etika khusus dapat dikelompokkan lagi
menjadi dua bagian, yaitu :
a) Etika individual yang menyangkut kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri.
Contohnya seperti etika beragama, bagaimana merawat diri sendiri, menjaga
kesehatan dan lain sebagainya.
b) Etika sosial yang menyangkut hubungan individu dengan lingkup kehidupannya.
Contohnya seperti hubungan manusia dengan keluarga, etika serta sikap terhadap
sesama umat manusia, etika dalam berorganisasi, etika dan sikap terhadap
lingkungan hidup dan lain-lain.
Adapun yang akan dibicarakan dalam makalah ini, yaitu etika profesi yang merupakan
bagian dari etika sosial tersebut.
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut hubungan manusia
dengan sesamanya dalam satu lingkup profesi serta bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat yang
14
menggunakan jasa profesi tersebut. Dengan etika profesi diharapkan kaum profesional
dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat mempertanggungjawabkan tugas yang
dilakukannya dari segi tuntutan pekerjaannya. Setiap profesional diharapkan
bertanggung jawab atas dampak dari tugas yang dilakukannya terhadap lingkungan
pekerjaan, teman seprofesi, buruh, keluarga serta masyarakat luas.
F. Etika dan Teknologi : Tantangan Masa Depan
Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia, seperti revousi yang
memberikan banyak perubahan pada cara berpikir manusia, baik dalam usaha pemecahan
masalah, perencanaan, maupun dalam pengambilan keputusan. Para pakar ilmu kognitif telah
menemukan bahwa ketika teknologi mengambil alih fungsi- fungsi mental manusia, pada saat
yang sama terjadi kerugian yang diakibatkan oleh hilangnya fungsi-fungsi tersebut dari kerja
mental manusia. Seperti :
1. Dengan munculnya teknologi komputer maka manusia yang seharusnya diuntungkan
dengan berfungsinya jejak-jejak memori akibat operasi otak dan mental seperti
berpikir, menghitung dan merencanakan sesuatu, pada harusnya akan "kehilangan"
jejak tersebut Karena sebagian tugasnya sudah "diambil alih" komputer. Bebeberapa
pendapat mengemukakan bahwa di pihak lain, kemudahan yang ditawarkan oleh
komputer nyata-nyata menimbulkan ketergantungan, manusia terhadap teknologi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teknologi otomasi telah mengendurkan taraf
kewaspadaan situasi (situation awaneness) pada pilot. Kebiasaan bersandar pada
komputer membuat fungsi-fungsi mentalnya lambat- laun jadi tidak terasah.
2. Perubahan yang terjadi pada cara berpikir manusia sebagai salah satu akibat
perkembangan teknologi tersebut, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan norma-norma dalam
kehidupannya. Orang yang biasanya saling berinteraksi secara fisik, melakukan
komunikasi secara langsung dengan orang lain, karena perkembangan teknologi
15
internet dan email maka interaksi tersebut menjadi berkurang. Mereka cukup duduk di
depan komputer, menekan beberapa tombol keyboard, mengirimkan dan menerima
email untuk melakukan komunikasi. Mengirimkan laporan ke atasan pun cukup
dilakukan dari depan komputer. Komunikasi antarteman di dalam satu perusahaan pun
lebih suka dilakukan dengan memanfaatkan media chatting dari pada harus bertatap
muka. Kecenderungan-kecenderungan semacam itulah yang akhirnya membawa
perubahan di dalam pelaksanaan etika yang sebelumnya telah disepakati pada suatu
komunitas.
Teknologi sebenarnya hanya alat yang digunakan manusia untuk menjawab tantangan
hidup. Jadi, faktor manusia dalam teknologi sangat penting. ketika manusia membiarkan dirinya
dikuasai teknologi maka manusia yang lain akan mengalahkannya. Sebenarnya, teknologi
dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktivitasnya. Hal itu Karena
manusia memang memiliki keterbatasan. Keterbatasan inilah yang lalu harus ditutupi oleh
teknologi tersebut. Bagaimana pun, Kendali penggunaan teknologi tetap sepenuhnya ada di
tangan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan manusiawi termasuk pelaksanaan norma dan etika
kemanusiaannya tetap harus berada pada peringkat teratas, serta tidak hanya melakukan
pemujaan terhadap teknologi tinggi belaka.
16
BAB III
KESIMPULAN
Etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik.
Bertolak dari kata tersebut, akhirnya etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia
berdasarkan kesempatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai
manusia dalam kehidupan pada umumnya. etika dapat pula disamakan dengan moral. Moral
berasal dari bahasa latin mos yang juga berarti sebagai adat kebiasaan. Secara estimologis, kata
moral sama dengan etika yaitu nilai-nilai dan norma norma yang menjadi pegangan seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya didalam komunitas kehidupannya.
Dengan berkembangnya teknologi maka timbullah beberapa permasalahan diantaranya,
teknologi mengambil ahlih fungsi fungsi mental manusia, pada saat yang sama kerugian yang
diakibatkan oleh hilangnya fungsi-fungsi tersebut dari kerja mental manusia berupa ketergantungan
manusi terhadap teknologi mengakibatkan fungsi-fungsi mental menjadi tidak terasah, kemudian
dengan berkembangnya teknologi diantaranya internet, email dan chatting mengakibatkan manusia
menjadi kurang berinteraksi secara fisik atau secara langsung dengan orang lain. Dengan kejadian -
kejadian tersebut mengakibatkan sedikit banyak berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara
pandang manusia terhadap etika dan norma-norma dalam kehidupannya. Sebenarnya, teknologi
dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktivitasnya. Hal itu Karena manusia
memang memiliki keterbatasan. Keterbatasan inilah yang lalu harus ditutupi oleh teknologi tersebut.
Bagaimana pun, Kendali penggunaan teknologi tetap sepenuhnya ada di tangan manusia. Oleh
sebab itu, pendidikan manusiawi termasuk pelaksanaan norma dan etika kemanusiaannya tetap
17
harus berada pada peringkat teratas, serta tidak hanya melakukan pemujaan terhadap teknologi
tinggi belaka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Teguh Wahyono, S. Kom, 2010. Etika komputer dan tanggung jawab profesional di bidang
teknologi informasi. Yogyakarta: Andi