Anda di halaman 1dari 35

DISOLUSI DAN DIFUSI OBAT

INDRA GUNAWAN
DISOLUSI OBAT
Disolusi didefinisikan sebagai suatu proses
melarutnya zat kimia atau senyawa obat dari
sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu
Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya
karena ketersediaan suatu obat sangat
tergantung dari kemampuan zat tersebut
melarut ke dalam media pelarut sebelum
diserap ke dalam tubuh.
Mekanisme disolusi










Difusi layer model (theori film)

Massa larutan
dengan konsentrasi
= Ct

Kristal

Lapisan film (h) dgn
konsentrasi = Cs
Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh
kekuatan kimia atau reaktivitas partikel-partikel
padat terlarut ke dalam zat cair, dengan
mengalami dua langkah berturut-turut:
1. Larutan dari zat padat pada permukaan
membentuk lapisan tebal yang tetap atau film
disekitar partikel
2. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat
cair.
Langkah pertama, larutan berlangsung sangat
singkat. Langka kedua, difusi lebih lambat dan
karena itu adalah langkah terakhir.


Laju disolusi suatu obat adalah kecepatan
perubahan dari bentuk padat menjadi terlarut
dalam medianya setiap waktu tertentu. Jadi
disolusi menggambarkan kecepatan obat larut
dalam media disolusi
Ekspresi matematika untuk definisi ini dinyatakan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut
dc / dt = K S ( Cs C )


dengan dc/dt = kecepatan disolusi bahan obat,
K= konstanta disolusi, S = luas permukaan
padatan, Cs = konsentrasi larutan jenuh dan C =
konsentrasi bahan obat yang terlarut dalam
cairan medium
Laju disolusi obat secara in vitro dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain:
1. Sifat fisika kimia obat
Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar
terhadap kinetika disolusi. mempengaruhi laju
disolusi
Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan
memperkecil ukuran partikel. Laju disolusi akan
diperbesar karena kelarutan terjadi pada
permukaan solut. Kelarutan obat dalam air juga
mempengaruhi laju disolusi.
Obat berbentuk garam, pada umumnya lebih
mudah larut dari pada obat berbentuk asam
maupun basa bebas.
Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu
terdapatnya beberapa kinetika pelarutan yang
berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang
identik.
Obat bentuk kristal secara umum lebih keras, kaku
dan secara termodinamik lebih stabil daripada
bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan obat bentuk
amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk
kristal
2. Faktor formulasi
Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan
pada sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika
pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan
muka antara medium tempat obat melarut dengan
bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung
dengan bahan obat
Penggunaan bahan tambahan yang bersifat
hidrofob seperti magnesium stearat, dapat
menaikkan tegangan antar muka obat dengan
medium disolusi.
Beberapa bahan tambahan lain dapat membentuk
kompleks dengan bahan obat, misalnya kalsium
karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk
kompleks tidak larut dengan tetrasiklin.
Hal ini menyebabkan jumlah obat terdisolusi
menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pula
terhadap jumlah obat yang diabsorpsi
3. Faktor alat dan kondisi lingkungan
Adanya perbedaan alat yang digunakan dalam uji
disolusi akan menyebabkan perbedaan kecepatan
pelarutan obat. Kecepatan pengadukan akan
mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin
cepat pengadukan maka gerakan medium akan
semakin cepat sehingga dapat menaikkan
kecepatan pelarutan. Selain itu temperatur,
viskositas dan komposisi dari medium, serta
pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi
kecepatan pelarutan obat
Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah
bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul,
tablet atau salep.
Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat
tersebut harus larutan dalam cairan pada tempat
absorbsi.
Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara
oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat
diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut
dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran
lambung-usus
kelarutan suatu obat tergantung dari apakah
medium asam atau medium basa, obat tersebut
akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan
dalam usus halus.
Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi.
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya
dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut
mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk
padatnya.
Jika tablet dilapisi polimer, matriks padat juga
mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan
granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi
partikel-partikel halus
Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa
berlangsung secara serentak dengan melepasnya
suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut
diberikan
Pada waktu suatu partikel obat mengalami disolusi,
molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula
masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan
jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan
partikel obat padat
Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi
Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar
melewati cairan yang melarut dan berhubungan
dengan membrane biologis serta absorbsi terjadi

Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan
larutan difusi, molekul-molekul tersebut diganti
dengan obat yang dilarutkan dari permukaan
partikel obat dan proses absorbsi tersebut berlanjut
Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat
tertentu adalah cepat, atau jika obat diberikan
sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh
seperti itu, laju obat yang terabsorbsi terutama akan
tergantung pada kesanggupannya menembus
menembus pembatas membran


Jika laju disolusi untuk suatu partikel obat lambat,
misalnya mungkin karena karakteristik zat obat
atau bentuk dosis yang diberikan, proses
disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang
menentukan laju dalam proses absorbsi
Perlahan-lahan obat yang larut tidak hanya bisa
diabsorbsi pada suatu laju rendah, obat-obat
tersebut mungkin tidak seluruhnya diabsorbsi atau
dalam beberapa hal banyak yang tidak diabsorbsi
setelah pemberian oral karena batasan waktu
alamiah bahwa obat bisa tinggal dalam lambung
atau saluran usus halus


Uji Waktu Hancur Tablet
Uji hancurnya tablet didasarkan pada
kenyataan bahwa tablet itu pecah menjadi
lebih luas dan akan berhubungan dengan
tersedianya obat di dalam cairan tubuh.
Namun sebenarnya uji hancur hanya waktu
yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah
kondisi yang ditetapkan dan lewatnya partikel
melalui saringan
Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-
partilkel tersebut akan melepas bahan obat
dalam larutan dengan kecepatan yang
seharusnya. Untuk itulah sebabnya uji disolusi
dan ketentuan uji dikembangkan bagi hampir
seluruh produk tablet
DIFUSI OBAT
Kadar obat dalam darah pada sediaan peroral
dipengaruhi oleh proses absorpsi dan kadar obat
dalam darah ini menentukan efek sistemiknya
Obat dalam bentuk sediaan padat mengalami
berbagai tahap pelepasan dari bentuk sediaan
sebelum diabsorpsi
Tahapan tersebut meliputi disintegrasi, deagregasi
dan disolusi.
Kecepatan obat mencapai sistem sirkulasi dalam
proses disintegrasi, disolusi dan absorpsi,
ditentukan oleh tahap yang paling lambat dari
rangkaian di atas yang disebut dengan rate
limiting step
Kecepatan pelepasan obat sediaan lepas lambat,
yaitu kecepatan disolusi dianggap selalu lebih
lambat daripada kecepatan absorpsi, atau
dengan kata lain kecepatan disolusi merupakan
rate limiting step
Pengaturan absorpsi sistemik obat bentuk
sediaan lepas lambat dapat dilakukan dengan
mengatur kecepatan disolusi
Supaya partikel padat terdisolusi maka molekul
solut pertama-tama harus memisahkan diri dari
permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi
permukaan memasuki pelarut
Tergantung pada kedua proses ini dan bagaimana
cara proses transpor berlangsung maka perilaku
disolusi dapat digambarkan secara fisika. Dari segi
kecepatan disolusi yang terlibat dalam zat murni,
ada tiga dasar model fisika yang umum

Anda mungkin juga menyukai