Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN DIABETES MELITUS




Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Praktik
Keperawatan Komunitas Keluarga







Disusun oleh:
PITOYO
J230135066





PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014




LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN DIABETES MELITUS
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,
ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan
budaya.
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil
dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang
atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah,
hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan
berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan
atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.

2. Tipe Keluarga
a. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu
:
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah,
atau ditinggalkan.
c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis.
2) Keluarga non tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
c) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang
sama.
b. Menurut Allender dan Spradley (2001)
1) Keluarga tradisional
a) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
b) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,
nenek, paman, dan bibi
c) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
d) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
e) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
2) Keluarga non tradisional
a) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
c) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga
c. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
2) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
3) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
3. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan
Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
a. Tahap I : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun
perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur
30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga
besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing
pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan
perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda
dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari
hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut
usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan.
Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah
menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh
hubungna perkawinan yang kokoh.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa
pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga
adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
4. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui
garis keturunan ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui
garis keturunan ibu.
c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dari istri.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dari suami.
e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan
tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugas masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi
struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga,
nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.
a. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular.
Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat
mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara
para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat
mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan
bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup
sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri
marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang
membuat istri marah.
b. Struktur peran keluarga
Peran masing masing anggaota keluarga baik secara formal
maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
c. Struktur nilai dan norma keluarga
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah
baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang
dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah
kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak
kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan,
tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan
meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune, 2002). Nilai
merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan
norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun
potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku
orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga
antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak
(legitimate power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power),
pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power), pengaruh kekuatan
karena adanya harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh yang
dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang dilalui
dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui
manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan
Darmawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan
tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan
identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
6. Tugas Keluarga dalam bidang kesehatan
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II
bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang diaksud
adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah
yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative
dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam
keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
B. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis
(Mansjoer, 2003).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Padila, 2002).
2. Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui
bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan
kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya
(Mansjoer, 2003).
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab
yaitu:
a. Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes:
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang
menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata
angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8,33%
dan 5,33% bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan
angka hanya 1, 96 %.
b. Faktor non genetik
1) Infeksi
Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetik terhadap diabetes mellitus.
2) Nutrisi
a) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin
b) Malnutrisi protein
c) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis
3) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4) Hormonal sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah
tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma
karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena
kadar katekolamin meningkat.
3. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa tipe yaitu
(Mansjoer, 2003):
a. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM)
yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis
dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda
dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM),
yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi
dua yaitu:
1) Non obesitas
2) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,
tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c. Diabetes mellitus tipe lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain:
furosemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik.
3) Diabetes gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam
amino dan glukosa ke fetus.
4. Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu
dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut:
a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada
diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine
klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan
filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam
jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus
yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam asetoasetat dan asam bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter (Price, 2002).
5. Pathway
Terlampir
6. Tanda dan Gejala
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut
(Brunner & Suddarth, 2002):
Pada tahap awal sering ditemukan:
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah dengan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan diabetes
mellitus walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosasarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
7. Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala
khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat
badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosa.
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah
untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan
terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan
intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus pantang gula dan
makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus
diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal, dan
jenis makanan) yaitu:
a. J1 : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
b. J2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
c. J3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan
manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa
bagian antara lain:
a. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30
%, protein 20 %.
b. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.
Indikasi diet A:
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B:
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang:
a. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b. Mempunyai hyperkolestonemia.
c. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
d. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik
tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e. Telah menderita diabetes dari 15 tahun Indikasi diet B1.
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi,
yaitu penderita diabetes terutama yang:
a. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c. Masih muda perlu pertumbuhan.
d. Mengalami patah tulang.
e. Hamil dan menyusui.
f. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g. Menderita tuberkulosis paru.
h. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i. Menderita selulitis.
j. Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontraindikasi penggunaan
protein kadar tinggi. Indikasi B2 dan B3 diet diberikan pada penderita nefropati
dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2:
a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 %
lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3 diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik
yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt Sifat diet B3.
a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300/ hari (bila tidak akan merubah jumlah protein).
d. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e. Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang
dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan.
Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari
dengan maksud untuk menurunkan BB.
9. Komplikasi
Kompikasi pada pasien diabetes mellitus yaitu (Padilah, 2012):
a. Akut
1) Hypoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Diabetik
b. Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,
nefropati diabetik
3) Neuropati diabetik









Pathway








DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Friedman, M.M., 2002. Family Nursing: Theory and Assasement. Connectiot:
Appleton-Century-Crofts.
Mansjoer, A. 2003. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aeskulapius.
Muhlisin, A .2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen publishing.
Padilah, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta.
Price, 2002, Buku Ajar Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Jakarta: EGC.
Stanhope, M. et all. 1995. Family Health Nursing: Process and Practice for
Promoting Health. St Louis: Mosby-yearbook.
Suharto. 2007. Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta: EGC.
Sukarni, M. 2000. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai