Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK
EKSTRAKSI
NAMA : A.NUR AMALIA A.
NIM : H 311 05 015
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TGL PERC : SABTU/1 DESEMBER 2007
ASISTEN : MARHAMAH B.
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
JURUSAN KIMIA
AKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNI!ERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 L"#"$ B%&"'"()
Mengambil suatu zat terlarut dari dalam larutan air oleh suatu pelarut yang
tidak dapat saling campur dengan air disebut ekstraksi (dengan) pelarut. Teknik ini
seringkali diterapkan untuk pemisahan. Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu
teknik dalam dimana suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan
dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang biasanya tak tercampurkan
dengan yang disebut pertama, dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat
terlarut ke dalam pelarut yang ke dua itu. Pemisahan yang dapat dilakukan bersifat
sederhana, bersih, cepat dan mudah. alam banyak kasus, pemisahan dapat
dilakukan dengan mengocok-kocok dalam sebuah corong pemisah selama
beberapa menit. Teknik ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan dari tingkat
runutan maupun yng dalam !umlah banyak ("asset, dkk., #$$%).
Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinyu atau secara bertahap, cara
terkhir cukup dilakukan dengan menggunakan corong pisah. &ampuran dua
pekarut diamsukkan ke dalam corong pisah, lapisan yang lebih ringa diatas.
engan !alan pengocokan beberapa kali dapatlah proses ekstraksi dilakukan.
Mengingat bah'a proses ekstraksi merupakan proses pemisahan maka salah satu
lapis pelarutbaru dapat dilakukan setelah kedua lapis pelarut ada dalam keadaan
diam. (apsan yang ada sebelah ba'ah dikelurkan dari corong dengan !alan
membuka kran corong. )emudian di!aga !angan sampai lapis atasnya ikut keluar.
*gar ter!adi pemisahan cukup kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari
satu kali ((iong, +,,-).
"erdasarkan teori inilah, maka percobaan ini dilakukan agar dapat
diaplikasikan secara langsung lebih mudah dipahami.
1.2 M"'*+, ,"( T+-+"( P%$./0""(
1.2.1 M"'*+, P%$./0""(
Mengetahui dan mempela!ari teknik pemisahan dengan menggunakan
metode ekstraksi.
1.2.2 T+-+"( P%$./0""(
Menentukan konsentrasi renik dari nikel(..) dalam sampel dengan
menggunakan metode ekstraksi untuk pemisahannya dan spektrofotometri untuk
pengukurannya.
1.3 P$1(*12 P%$./0""(
/umlah renik nikel(..) dalam larutan ditentukan dengan metode
spektrofotometri, dimana sampel yang mengandung nikel(..) dikomplekskan
dengan penambahan M0 kemudian senya'a ini diekstraksi dengan
menggunkan pelarut kloroform dan dipisahkan dari fase airnya. 1ase larutan
tersebut kemudian ditentukan absorbannya dengan menggunakan alat
spektronik-+,.
1.3 M"(4""# P%$./0""(
Manfaat dari percobaan ini yaitu kita dapat mengetahui bagaimana proses
ekstraksi itu sendiri dan bagaimana cara menggunakan alat spektrofotometer sinar
nampak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling campur
mena'arkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.
"ahkan dimana tu!uan primer bukan analitis namun preparatif, ekstraksi pelarut
merupakan langkah penting dalam urutan yang menu!u ke suatu produk murni itu
dalam laboratorium analitik, biokimia, dan anorganik. Meskipun kadang-kadang
peralatan ynag rumit, namun seringkali yang digunakan adalah corong pisah.
2eringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa
menit. Teknik ini dapat diterapkan sepan!ang !angkauan konsentrasi yang lebar,
yang telah digunakan secara meluas untuk isolasi kuantitas yang luar biasa
sedikitnya (dari) isotop-isotop bebas pengemban yang diperoleh dengan
transmutasi nuklir, demikian pula dengan bahan industri yang diproduksi berton-
ton. Pemisahan ekstraksi pelarut biasanya bersih, dalam arti tidak ada analog
kopresipitasi dengan sistem semacam itu (ay dan 3nder'ood, +,,+).
Mengambil suatu zat terlarut dari dalam larutan air oleh suatu pelarut yang
tidak dapat saling campur dengan air disebut ekstraksi (dengan) pelarut. Teknik
ini seringkali diterapkan untuk pemisahan. Ekstraksi cairan-cairan merupakan
suatu teknik dalam dimana suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan
dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang biasanya tak tercampurkan
dengan yang disebut pertama, dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat
terlarut ke dalam pelarut yang ke dua itu. Pemisahan yang dapat dilakukan
bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah. alam banyak kasus, pemisahan
dapat dilakukan dengan mengocok-kocok dalam sebuah corong pemisah selama
beberapa menit. Teknik ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan dari tingkat
runutan maupun yng dalam !umlah banyak ("asset, dkk., #$$%).
Ektraksi pelarut umum dipakai untuk memisahkan se!umlah gugus yang
diinginkan dan yang mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisa secara
keseluruhan. )adang-kadang gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Tekhnik penger!aannya meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air
yang mengandung gugus yang bersangkutan ((iong, +,,-).
3ntuk memilih !enis pelarut yang sesuai, harus diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut ((iong, +,,-)4
#. Pembanding distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan
pembanding distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
+. )elarutan rendah dalam air.
5. )ekentalan rendah dan tidak membentuk meulsi dengan air.
%. Tak mudah terbakar dan tidak bersifat racun.
6. Mudah melepaskan kembali gugus yang terlarut di dalamnya untuk
keperluan analisa lebih lan!ut.
Ekstraksi dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi,
sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. 7amun sekarang, pengklasifikasian
berdasarkan proses ekstraksi. Proses ekstraksi pelarut berlangsung dengan tiga
tahap, yaitu ()hopkar, #$$,)4
#. Pembentukan kompleks tak bermuatan yang merupakan golongan
ekstraksi
+. istribusi dari kompleks yang terekstraksi
5. .nteraksinya yang mungkin dalam fasa organik.
&ukup diketahui bah'a zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-
pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut lain. /adi iod !auh lebih
dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetra klorida daripada
dalam air. (agipula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfide dan air,
dan !uga eter dan air, dikocok bersama-sama dalam suatu be!ana dan campuran
kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah men!adi dua lapisan.
&airan-cairan semacam itu dikatakan sebagai tak dapat campur (karbon disulfide
dan air) atau setengah campur (eter dan air), bergantung pada apakah satu ke
dalam yang lain tak dapat larut atau setengah dapat larut. /ika iod dikocok
bersama suatu campuran karbon disulfida dan air kemudian didiamkan, iod akan
di!umpai terbagi dalam kedua pelarut itu. 2uatu keadaan kesetimbangan ter!adi
antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan iod dalam air. Ternyata bila
banyaknya iod diubah-ubah, angka banding konsentrasi-konsentrasi itu selalu
konstan asal temperature konstan. 8akni 4
)onsentrasi iod dalam karbon disulfida 9 &
#
9 )
d
)onsentrasi iod dalam air &
+
Tetapan )
d
dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi. Penting untuk
mencatat bah'a angka banding c
#
:c
+
hanya konstan bila zat yang terlarut
mempunyai massa molekul relatif yang sama untuk kedua pelarut itu. ;ukum
distribusi dan partisi dapat dirumuskan4 bila suatu zat terlarut terdistribusi antara
dua pelarut yang tak dapat campur, maka pada suatu temperature yang konstan
untuk tiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara
kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi
molekul lain apapun yang mungkin ada. ;arga angka banding berubah dengan
sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (2<ehla, #$$,).
Pada teknik analisis dengan menggunakan spektrofotometri, cahaya dari
sumber cahaya diuraikan dengan menggunakan prisma sehingga diperoleh cahaya
satu 'arna atau monokromatis yang diserap oleh cahaya yang akan diperiksa.
&ahaya monokromatis merupakan satu 'arna dengan satu pan!ang gelombang
sehingga 'arna yang diserap oleh larutan ber'arna dapat diukur. ;ubungan
konsentrasi dengan cahaya yang diserap dinyatakan dengan hukum (ambert-"eer
(Taringan, #$=%).
DATAR PUSTAKA
"asset, /., enney, >.&., /effery, 0.;., Mendham, /., #$$%, Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit buku kedokteran, /akarta.
ay, >. *., dan 3nder'ood, *. (., #$=$, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga,
/akarta.
)hopkar, 2. M., #$$,, Konsep Dasar Kimia Analitik, 3.-Press, /akarta.
(iong, 2., +,,-, Penuntun Praktikum Kimia Analitik, /urusan )imia 1M.P*
3ni<ersitas ;asanuddin, Makassar.
2<ehla, 0., #$=6, Buku Teks Kimia Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Bagian I, PT. )alman Media Pustaka, /akarta.
Taringan, P., #$=%, Spektrometri Resonansi Magnet Proton, Penerbit *lumni,
"andung.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 B"5"(
"ahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan induk 7i
#,,, ppm, asam sitrat p.a, 7;
%
?; pekat, serbuk M0, M0 ,,6 @, kloroform,
<aselin, kertas p;, alkohol $A @, aBuades, 7i2?
%
(7;
%
)
+
2?
%
.A;
+
?, kertas saring,
dan tissue roll.
3.2 A&"#
*lat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu corong pisah, labu takar 6,
m(, labu ukur #,, m(, corong pisah #,, m(, corong pisah #+6 m(, corong pisah
+6, m(, pipet <olume ,,6 m(, pipet <olume # m(, pipet <olume + m(, pipet
<olume #, m(, pipet tetes, spektronik +, dan ku<et, batang pengaduk, gelas
kimia +6, m(, gelas kimia A,, m(, bulp, neraca analitik, statifCring, aluminium
foil, labu semprot, gelas ukur +6 m(, tabung reaksi, rak tabung, sendok tanduk,
dan kaca arlo!i.
3.3 P$/*%,+$ P%$./0""(
3.3.1 P%60+"#"( L"$+#"(
". P%60+"#"( L"$+#"( I(,+' N1 1000 226
& 7i 9
tan
) (
) (
% + % %
% + % %
laru V
SO ! iSO mg
"
SO ! iSO Mr
i Ar
#,,, ppm 9
#
sampel mg
"
mol
g
mol
g
# , ,
5$6
- , 6=
sampel 9 ,,A-5 g
2ebanyak ,,A-5 gr 7i2?
%
(7;
%
)
+
2?
%
ditimbang dengan teliti dan
dilarutkan dalam labu ukur +6, m( dengan aBuades.
0. P%60+"#"( L"$+#"( N1 100 226
M
#
. D
#
9 M
+
. D
+
#,,, ppm . D
#
9 #,, ppm . #,, m(
D
#
9
ppm
m# " ppm
#,,,
#,, #,,
9 #, m(
(arutan 7i #,,, ppm yang telah dibuat, dipipet sebanyak #, m( kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur #,, m(. setelah itu diimpitkan dengan aBuades
hinggai tanda batas.
.. P%60+"#"( L"$+#"( S#"(,"$
(arutan 2tandar % ppm
D
#
. ppm
#
9 D
+
. ppm
+
D
#
. #,, ppm 9 6, m( . % ppm
D
#
. #,, ppm 9 +,, ppm m(
D
#
9 + m(
ipipet + m( larutan induk #,, ppm ke dalam labu ukur 6, m( dan
diimpitkan dengan aBuades sampai pada tanda batas. )emudian dihomogenkan.
(arutan 2tandar = ppm
D
#
. ppm
#
9 D
+
. ppm
+
D
#
. #,, ppm 9 6, m( . = ppm
D
#
. #,, ppm 9 %,, ppm m(
D
#
9 % m(
ipipet % m( larutan induk #,, ppm ke dalam labu ukur 6, m( dan
diimpitkan dengan aBuades sampai pada tanda batas. )emudian dihomogenkan.
(arutan 2tandar #+ ppm
D
#
. ppm
#
9 D
+
. ppm
+
D
#
. #,, ppm 9 6, m( . #+ ppm
D
#
. #,, ppm 9 A,, ppm m(
D
#
9 A m(
ipipet A m( larutan induk #,, ppm ke dalam labu ukur 6, m( dan
diimpitkan dengan aBuades sampai pada tanda batas. )emudian dihomogenkan.
.. P%$*1"2"( S"62%&
2ebanyak +,6 m( larutan sampel dipipet kemudian dimasukkan ke dalam
labu takar 6, m(, diencerkan dengan menggunakan aBuades hingga tanda batas
dan dihomogenkan.
3.3.2 P$/*%,+$ P%(%#"2"(
#. Masing-masing larutan standar, larutan contoh:sampel dan blanko
dimasukkan ke dalam gelas kimia.
+. itambahkan # gram asam sitrat dan diatur p;nya men!adi netral dengan
penambahan larutan ammonia setetes demi setetes.
5. (arutan tersebut kemudian dimasukkan dalam corong pisah dan
ditambahkan +, m( larutan dimetilglioksim (M0), dan setelah #-+ menit,
ditambahkan #+ m( kloroform.
%. (abu pemisah dikocok selama beberapa menit dan dibiarkan lapisan
terpisah, kemudian dikeluarkan lapisan organik yang ber'arna agak kuning.
6. iukur absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer sinar nampak
pada pan!ang gelombang 5A6 nm terhadap larutan blanko (prosedur
pembuatan blanko hampir sama dengan larutan standar dan sampel tetapi yang
digunakan adalah aBuades).
A. itentukan konsentrasi larutan contoh berdasarkan hukum lambert-"eer.
BAB I!
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 H"*1& P%()+'+$"(
Tabel # 4 Penentuan pan!ang gelombang maksimum
)onsentrasi E (nm) @ T
% ppm 566
5A,
5A6
5-,
5-6
5=,
5=6
#,6,=
=6,A
=,,+
-$,,
-$,+
-$,=
=#,%
Tabel + 4 Penentuan kur<a kalibrasi
)onsentrasi (ppm) @ T *
%
=
#+
sampel
-$,A
6%
%5,=
-#,A
,,,$$#
,,+A-A
,,56=6
,,#%6#
ari tabel tersebut di atas, maka didapatkan grafik sebagai berikut4
3.2 P%$51#+()"(
ari grafik, diperoleh konsentrasi nikel dalam sampel ialah4
y 9 aF C b
,,#%6# 9 ,,,5+%F - ,,,#--
,,,5+%F 9 ,,#%6# C ,,,#--
9 6,,+%- ppm
*dapun kadar nikel dalam sampel ialah4
@ #,, @ "
sampel mg
sampel V " sampel $ " %P
i =
7
@ #,,
+ , A-
,6 , , ,+%- , 6 +,
"
mg
# " ppm "
7 -,%= @
*tau
sampel mg
sampel V " sampel $ " %P
i = @
7
mg
# " ppm "
+ , A-
,6 , , ,+%- , 6 +,
7 ,,,-%= ppm
3.3 R%"'*1
7i
+C
C + C+;
C
3.5 P%60"5"*"(
&;
5
-&97-?;
&;
5
-&97-?;
? ?
;
7 7
7i
? ?
;
7 7
&
&
&
&
&;
5
&;
5
&;
5
&;
5
Ekstraksi pelarut umum dipakai untuk memisahkan se!umlah gugus yang
diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisa secara
keseluruhan. )adang-kadang gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Teknik penger!aannya meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan. alam pemilhan pelarut organik harus
diusahakan agar kedua !enis pelarut tidak saling campur dengan satu sama lain.
2elan!utnya proses pemisahan yang dilakukan dalam corong pemisah dengan
!alan pengocokan beberapa kali. 2etelah unsur atau zat tersebut dipisahkan dengan
cara ekstraksi pelarut, langkah terakhir yang melibatkan penetapan secara
kuantitatif unsur atau zat yang diamati itu
Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinyu atau secara bertahap, cara
terkhir cukup dilakukan dengan menggunakan corong pisah. &ampuran dua
pekarut diamsukkan ke dalam corong pisah, lapisan yang lebih ringa diatas.
engan !alan pengocokan beberapa kali dapatlah proses ekstraksi dilakukan.
Mengingat bah'a proses ekstraksi merupakan proses pemisahan maka salah satu
lapis pelarut baru dapat dilakukan setelah kedua lapis pelarut ada dalam keadaan
diam. (apsan yang ada sebelah ba'ah dikelurkan dari corong dengan !alan
membuka kran corong. )emudian di!aga !angan sampai lapis atasnya ikut keluar.
*gar ter!adi pemisahan cukup kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari
satu kali.
Percobaan ini dilakukan pengompleksan larutan induk 7i
+C
dengan larutan
dimetilglioksima dalam suasana sedikit basa. 2ecara teori hasil kompleks 7i
+C
dengan M0 larutannya ber'arna merah muda. 7amun karena adanya
penambahan asam sitrat tidak terbentuk endapan ber'arna merah muda tetapi
larutan ber'arna kuning !ernih. Penambahan asam sitrat pada larutan standar
dimaksudkan untuk mengasamkan larutan dan menekan la!u pengendapan 7i
+C
yang dikomplekskan dengan M0 sehingga terbentuk larutan kuning !ernih yang
dapat terbaca spectronik. 2etelah itu ditambahkan ammonia agar diperoleh p;
netral atau sedikit basa, karena pada keadaan tersebut M0 dapat membentuk
kompleks dengan larutan standar induk.
Pada percobaan ini, dibuat deret standar %,= dan #+ ppm dari larutan induk
#,, ppm. 8ang kemudian ditambahkan pereaksi yang sama dengan pereaksi yang
ditambahkan pada larutan contoh. 2etelah itu masing-masing ditambahkan asam
sitrat, dimana asam sitrat ini berfungsi untuk menekan la!u pengendapan yang
terbentuk antara nikel dan M0, karena bila terbentuk endapan, maka akan sulit
dilakukan pemisahan. 2elain itu, asam sitrat !uga berfungsi untuk mengasamkan
larutan dan dengan penambahan asam sitrat maka larutan yang seharusnya
ber'arna merah akan berubah men!adi larutan yang ber'arna kuning sehingga
mempermudah pembacaan absorban nantinya. 2elan!utnya ditambahkan larutan
ammonia pekat untuk menetralkan p; larutan. >eaksi ini berlangsung dalam
suasana netral atau sedikit basa, maka ditambahkan ammonia agar reaksinya dapat
berlangsung daam suasana yang diinginkan, sehingga reaksinya dapat berlangsung
sempurna.
(alu masing-masing dimasukkan dalam corong pisah lalu ditambahkan
M0. Penambahan ini bertu!uan untuk membentuk kompleks dengan nikel, tetapi
kompleks ini tidak membentuk 'arna merah akibat penambahan asam sitrat tadi.
2etelah beberapa menit ditambahkan kloroform yang merupakan pelarut organik,
yang berfungsi sebagai pelarut organik. )loroform ini nantinya akan menarik
logam nikel dari lapisan air:anorganik sehingga ter!adi ekstraksi. )loroform disini
digunakan sebagai pelarut 'alaupun &&l
%
merupakan pelarut yang paling baik
untuk proses ekstraksi tetapi kloroform memiliki angka pembanding distribusi
yang tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan pembanding distribusi yang
rendah untuk gugus pengotor yang lainnya, kelarutannya dalam air rendah, titik
didih yang rendah dan tidak membentuk emulsi dengan air dan kloroform ini
sangat mudah ditemui dan harganyapun sangat ter!angkau. (alu larutan itu
dikocok hingga lapisan kuning keruhnya hilang. (apisan tersebut merupakan
kompleks 7i-M0 dan ber'arna kuning !ernih bukannya merah karena la!u
pengendapannya ditekan oleh asam sitrat.selan!utnya larutan dibiarkan terpisah
dan diambil lapisan organiknya, yaitu lapisan yang berada di bagian ba'ah dan di
masukkan ke dalam ku<et yang selan!utnya diukur dalam spektronik-+,. 7amun
ternyata 'arna dari lapisan organiknya !ernih. ;al ini disebabkan karena M0
yang digunakan sudah terlalu lama sehingga kemampuannya membentuk
kompleks dan menghasilkan 'arna men!adi berkurang.
;asil ekstraksi tersebut kemudian ditampung dalam ku<et dan siap untuk
diukur. Pada preparasi sampel, hampir sama dengan apa yang dilkukan dengan
larutan deret standar tetapi bedanya hanya ada pada proses penyiapan dari sampel
tersebut dalam artian proses pengencerannya. 1ungsi dari penggunaan larutan
blanko adalah sebagai penyeimbang atau pembanding dalam pengukuran larutan
standar dan sampel. engan adanya blanko, maka kita dapat meminimalisir
kesalahan yang ada dan kur<a kalibrasi atau kur<a standar yang dihasilkan
nantinya lebih baik sehingga konsentrasi sampel yang akan diperoleh lebih akurat.
?leh karena itu, penggunaan blanko dalam pengukuran disini dilakukan baik itu
sebelum atau sesudah pengukuran masing-masing deret standar dan sampel.
*dapun perlakuan larutan blanko disini sama dengan perlakuan larutan standar
dan sampel, hanya sa!a larutan blanko tidak mengandung sampel atau larutan
induk (kadar 7i) melainkan digantikan dengan aBuades sehingga hasil yang
diperoleh menun!ukkan fase orgnik dari larutan blanko tidak ber'arna karena
tidak terbentuk kompleks 7i yang dapat memberikan 'arna.
1ase organik yang telah dipisahkan dari pelarutnya dimasukkan ke dalam
tabung reaksi agar lebih mudah dalam memindahkannya ke dalam ku<et. iukur
absorbannya dengan spectronic +, dengan menggunakan pan!ang gelombang
maksimum 5=, nm. 2pectronic +, dapat membaca absorban karena adanya
pan!ang gelombang tertenu yang mengenai absorbannya. Pan!ang gelombang ini
sebagian diserap dan sebagian dipantulkan yang nantinya akan dibaca pada alat
ukur. ari hasil pengukuran tersebut diperoleh kur<a kalibrasi dan persaman garis
dari kur<a tersebut sehingga diperoleh konsentrasi sampel sebesar ,,,-%= ppm
dan kadar 7ikel dalam sampel sebesar -,%= @. Menurut teori, absorban suatu
larutan berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. 7amun ter!adi penyimpanan
yang mungkin disebabkan kesalahan dan kekurangtelitian dalam penger!aan
prosedur analisis baik dalam pembacaan skala penimbangan, cara penghimpitan
larutan, maupun perlakuan esktraksi.
BAB !
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 K%*162+&"(
)esimpulan yang dapat ditarik pada percobaan ini yakni kadar 7i dalam
sampel adalah sebesar ,,,-%= ppm atau -,%=@.
5.2 S"$"(
2aran saya pada percobaan ini, yaitu sebaiknya digunakan sampel atau
contoh lain sehingga hasilnya dapat dibandingkan.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, A esember +,,-
A*1*#%( P$"'#1'"(
( MARHAMAH B. ) (A. NUR AMALIA)

Anda mungkin juga menyukai