Anda di halaman 1dari 9

I.

PRINSIP DASAR KIMIA TANAH


A. Struktur Atom
Democritus atau Leucippus, pada 425 SM mengemukakan konsep atom sebagai
pertikel terkecil dari suatu bahan, sedangkan teori atom Dalton baru dirumuskan pada
dekade pertama abad 19. Atom adalah partikel terkecil dari suatu unsur yang dapat
bergabung menjadi suatu kombinasi kimiawi. Sejak Crooks, Thomson dll meneliti daya
hantar listrik gas-gas langka, pengertian atom direvisi, karena atom memiliki komponen-
komponen sebagai berikut:
1. Elektron, komponen yang bermuatan negatif
2. Proton, partikel bermuatan positif dengan berat jauh lebih besar dari elektron.
3. Neutron. Pada abad 20 ditemukan komponen atom yang lain yang disebut Neutron
yang memiliki bilangan massa 1 dan bermuatan 0. Partikel yang memiliki massa
sama dengan electron dan muatannya sama dengan proton disebut positron. Elektron
berada dalam orbit yang mengelilingi inti atom. Orbit pertama berada dalam sel
(shell) yang disebut sel K, sedangkan yang berikutnya disusun berdasarkan urutan
abjad diantaranya K, L, M, N, O, P dan Q. Atom yang paling besar ukurannya adalah
uranium (
238
U) dengan 92 elektron yang tersebar dalam orbit-orbit yang ada dalam
sel K, L, M, N, O, P dan Q.
Sel K: hanya memiliki orbit 1s yang dapat memegang 2 elektron.
Sel L: hanya memiliki satu orbit 2s dan tiga orbit 2p yang dapat memegang 8
elektron.
Sel M: dapat memiliki 18 elektron yang tersebar pada masing-masing orbit yaitu:
satu 3s, tiga 3p dan lima 3d.
Sel N: dapat memiliki 32 elektron yang tersebar pada masing-masing orbit yaitu:
satu 4s, tiga 4p dan lima 4d, dan tujuh 4f.

Jumlah orbit = n
2
, jumlah elektron = 2n
2
dengan n = bilangan kuantum dasar.
Perbedaan orbit-orbit dalam sel yang sama disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat
energi. Energi makin meningkat dari orbit s ke orbit f. Bagaimanapun juga energi
dari orbit s pada sel N lebih rendah dari pada energi dari orbit d pada sel M.

Diameter inti berkisar 1 x 10
-19
s/d 1 x 10
-12
cm. Nukleus membawa muatan positif
atau jumlah muatan proton secara kesluruhan, masing-masing sebesar 1,6 x 10
-19
C,
sedangkan electron membawa muatan negatif sebesar 1,6 x 10
-19
C.

Elektron dalam orbit terdalam terikat kuat dengan nucleus. Struktur dalam atom
dapat dirubah dengan partikel berenergi tinggi (sinar atau sinar X). Kebanyakan atom
penataan energi pada bagian orbit luar mengalami perubahan selama terjadi reaksi kimia.
Elektron yang berada pada orbit luar ini yang bertanggung jawab terhadap sifat-sifat
kimia unsur. Selama perubahan ini biasanya peran dari nucleus hanya pasif saja. Khusus
untuk atom H mungkin suatu kekecualian. Karena hanya memiliki 1 sel dan membawa 1
proton.

Suatu atom yang kehilangan 1 atau lebih elektron pada sel luarnya
disebut kation (Faraday), keadaan atom seperti ini akan memiliki muatan bersih yang
positif (a net positive charge). Ketika suatu atom memiliki kelebihan elektron, yang tidak
terimbangi oleh muatan positif dari nucleus, maka dia memiliki muatan bersih yang
negatif, maka disebut sebagai anion.

B. Berat dan Massa Atom
Bilangan massa atom adalah jumlah massa proton dan neutron. Massa elektron
diabaikan karena sangat kecil, dianggap kurang signifikan dalam perhitungan berat atom
total. Berat atom tidak diartikan berat dalam arti yang sebenarnya. Berat atom hanya
suatu angka yang mengacu pada berat relatif dari berbagai macam atom, dan tidak ada
referensi (patokan) yang dianggap sebagai berat absolut.
Hidrogen (H) sebelumnya ditandai memiliki berat relatif (nisbi) 1, karena atom ini
merupakan partikel dasar dan memiliki berat paling ringan dibandingkan dengan seluruh
atom yang lainnya. Atom yg paling berat adalah uranium (U) yg memiliki berat atom
238. Ketika kita mengatakan bahwa oksigen (O) memiliki BA = 16, artinya kita
menyederhanakan bahwa unsur O itu memiliki berat 16 kali dari berat H. Oleh karena itu
tidak ada satuan berat untuk bilangan tersebut.
BA hanya digunakan untuk satu unsur saja, sedangkan senyawa memiliki berat molekul
yang merupakan penjumlahan dari berat atom dari seluruh unsur penyusunnya.

C. Bilangan Avogadro
Jumlah atom dalam 1 gram berat atom dari suatu unsur 6 x 10
23
Angka ini disebut
Bilangan Avogadro.

Anasis Mol
Berat Atom
atau Massa
Atom
Gram
Jumlah partikel
atau atom
Berat 1
atom
Ion H
+

Karbon (C)
Na
K
Ca
NaCl
KCl
CaCO
3

C
6
H
12
O
6
(Glukosa)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
23
39
40
58
74
100
180
1
12
23
39
40
58
74
10
0

6 x 10
23

6 x 10
23

6 x 10
23

6 x 10
23

6 x 10
23

6 x 10
23

6 x 10
23

6 x 10
23

6 x 10
23

1,67 x 10
-24

2,00 x 10
-23

3,83 x 10
-23

6,50 x 10
-23

6,67 x 10
-23

9,67 x 10
-23

1,23 x 10
-22

1,67 x 10
-22

3,00x 10
-22


Bila 1 gram atom H beratnya 1 gram, dan karena 1 gram atom H mengandung 6 x
10
23
atom. Berarti 1 atom H beratnya 1/6 x 10
-23
= 1,67 x 10
-24
gram. Jadi beratnya sangat
kecil.

D. Valensi
Valensi suatu atom atau unsur adalah sifat yang diukur dengan jumlah atom H yang
dapat dipegang oleh satu atom dari unsur itu bila bermuatan negatif atau dapat digantikan
oleh satu unsur itu bila bermuatan positif. Dalam istilah sederhana, valensi adalah suatu
ukuran dari kemampuan mengkombinasi dari suatu atom.
Atom dengan kemampuan mengkombinasi paling kecil dianggap memiliki valensi 1.
Valensi merupakan jumlah keseluruhan dan berkaitan dengan jumlah electron valensi
dari atom yang membawanya. Elektron valensi adalah elektron yang ditambat, hilang
atau dipegang bersama dalam suatu reaksi kimia.

Ion
Jar-Jari () Bil.
Atom
Berat
Atom Kristalin Terhidrat
Si
4+

Al
3+

Fe
2+

Fe
3+

Ca
2+

Mg
2+

Ba
2+

Li
+

Na
+

K
+

Rb
+

0,42
0,51
0,74
0,64
0,99
0,66
1,35
0,60
0,98
1,33
1,48
-
9
-
9
4,3
4,2
4
3,8
3,6
3,3
3,3
14
13
26
26
20
12
56
3
11
19
37
28,09
26,98
55,84
55,84
40,08
24,32
137,36
6,94
22,99
39,10
85,48

1 (angstrom) = 1 x 10
8
cm atau 1 = 0,1 nm

E. Berat Equivalent
Berat equivalen merupakan unsur yang masuk dalam suatu reaksi selalu mengalami
perubahan jumlah yang proporsional dengan berat equivalennya. Contoh penentuan berat
equivalen sbb:
1. Ion monovalen, 1 equivalen = 1 mol
2. Ion polivalen, berat equivalen bervariasi tergantung reaksinya.
H
3
PO
4
H
+
+ H
2
PO
4
-
1 Eq = 1 mol
H
3
PO
4
2H
+
+ HPO
4
2-
1 Eq = 1/2 mol
H
3
PO
4
3H
+
+ PO
4
3-
1 Eq = 1/3 mol
3. Pengendapan dan reaksi kompleks. Hubungan antara berat equivalen dan jumlah mol
dapat dibaca secara langsung dari reaksinya. Dalam analisis volumetrik yang mana
sianida dititrasi dengan perak (metode Mohr), reaksi yang terjadi adalah:
Ag
+
+ CN
-


AgCN
Dalam kasus ini 1 Eq sama dengan 1 mol. Bila menggunakan metode Liebig, titrasi
CN dengan Ag akan diperoleh titik akhir titrasi dengan reaksi sbb:
Ag
+
+ 2CN
-
Ag(CN)
2
-

Akibatnya Eq dari CN sama dengan 2 mol.


4. Reaksi oksidasi-reduksi
a.). Fe
2+
Fe
3+

Eq besi Ferro sama dengan 1 mol
b). Fe Fe
3+

Eq logam besi sama dengan 1/3 mol
c). MnO
4
-
Mn
2+
atau Mn
7+
Mn
2+

Eq Mn sama dengan 1/5 mol

F. Normalitas
Jumlah equivalen dari suatu senyawa yang dilarutkan ke dalam 1 liter pelarut disebut
normalitas (N). Bila 1 Eq ada dalam 1 Liter larutan disebut 1 N. Simbol normalitas
biasanya ditulis dg N untuk membedakan dengan N (Nitrogen)

II. IKATAN KIMIA

Ikatan kimia pada prinsipnya berasal dari interaksi antar elektron-elektron yang ada
pada orbit luar, atau orbit yang terisi sebagian atau orbit bebas dalam atom lainya.
1. Interaksi atom-atom logam (ikatan metalik/ikatan logam).
Dalam interaksi antar atom logam, ikatan kimia dibentuk oleh gaya tarik
menarik-menarik elektron oleh inti (nucleus) yang berbeda. Asalnya elektron milik
satu atom yang ditarik oleh inti atom tetangganya yang bermuatan +, dan elektron ini
disharing dg gaya tarik yang sama oleh inti lain yang mengitarinya. Akibat jumlah
elektron valensi yang rendah dan terdapat jumlah ruang kososng yang besar, maka e
-
memiliki banyak tempat untuk berpindah. Keadaan demikian menyebabkan e
-
dapat
berpindah secara bebas antar kation-kation tersebut. Elektron ini disebut delocalized
electron dan ikatannya juga disebut delocalized bonding. Elektron bebas dalam
orbit ini bertindak sebagai perekat atau lem. Kation yang tinggal berdekatan satu
sama lain saling tarik menarik dengan elektron sebagai semennya.

2. Ikatan kovalen
a. Ikatan dengan non logam
Pada prinsipnya semua ikatan kimia berasal dari gaya tarik menarik inti
(nucleus) yang bermuatan + terhadap e yang bermuatan negatif, Gaya tarik
menarik ini ditentukan oleh Hukum Coulomb.
Ikatan kovalen terbentuk, karena hampir semua unsur memiliki ruang
kosong dan orbit luar berenergi rendah. Makin rendah energi suatu orbit, nakin
tinggi stabilitas elektron yang ada di dalamnya. Semua unsur non-logam
memiliki paling tidak 4 dari 8elektron yang mungkin berada pada orbit luar,
kecuali: H, He, dan B.
Perbedaan unsur non-logam dengan logam adalah tidak memiliki
kelebihan ruang kosong yang berenergi rendah untuk penyebaran elektron yang
akan disharing. Elektron yang dapat disharing dalam unsur non-logam tidak
mengalami delocalised seperti pada ikatan metalik (ikatan logam). Jadi
elektron ini tinggal terlokalisir dalam kedekatan antar 2 inti (ikatan kovalen).
Contoh: pembentukan H
2
dari 2 atom H. Pada molekul H
2
ada 3 gaya yang
bekerja yaitu:
a) Gaya tolak-menolak antara 2 inti
b) Gaya tolak-menolak antara 2 elektron
c) Gaya tarik-menarik antara inti dari satu atom dengan elektron dari atom yang
lainnya. Besarnya gaya c ini lebih besar dari jumlah gaya a dan b.
Ikatan kovalen pada H
2
, 2 elektron disharing oleh 2 atom dan orbit dari 2
elektron itu juga disharing oleh 2 atom.
Ikatan kovalen: gaya tarik-menarik bersih (net) yang terjadi ketika setiap
atom memasok 1 elektron yang tidak berpasangan untuk dipasangkan dengan
yang lain, dan ada satu ruang kosong untuk menerima elektron dari atom yang
lain, sehingga 2 elektron ditarik oleh kedua inti atom tersebut.
b. Ikatan non-logam dengan logam
Pasangan elektron yang membentuk suatu ikatan antara atom logam dan
non-logam terletak pada orbit yang overlap antara 2 atom tersebut. Karena atom
non logam tidak mempunyai ruang kosong dengan energi rendah, maka elektron
akan tersebar pada daerah orbit yang overlap.
Atom dari unsur yang berbeda memiliki kemampuan yg berbeda dalam
menarik pasangan elektron dalam suatu ikatan kovalen.
F, O, Cl : kemampuan menariknya kuat
Na, K : kemampuan menariknya lemah.
Elektro-negativitas: kemampuan relatif suatu unsur untuk memenuhi muatan
listrik yang negatif.
3. Ikatan Ionik (elektro-valent, hetero-polar)
Ikatan ini berasal dari gaya tarik elektrostatik antara ion yang bermuatan
berlawnan [Kation (+) dan anion (-)]. (Hukum Coulomb)
Untuk sebagian besar unsur, proses pelepasan atau penambatan elektron adalah
proses endotermik (membutuhkan energi). Ini berarti bahwa bentuk ion adalah
kurang stabil dibandingkan atom yang tak bermuatan.
Na Na
+
+ (-) - energi
O
2
+ 2 (-) O
-2
- energi
Senyawa yang memiliki derajat paling tinggi dalam ikatan ionik adalah yang
terbentuk oleh reaksi antara unsur alkali dengan halogen.
Contoh: Na + Cl NaCl.
Keduanya memiliki perbedaan elektronegativitas yang besar, sehingga pasangan
elektron yang membentuk ikatan lebih banyak tertarik oleh atom Cl.
Makin besar perbedaan elektro-negativitasnya makin besar pula karakter
ioniknya. Namun ada kekecualian untuk F dan Cs, F memiliki elektro-negativitas
paling kuat, sedang Cs memiliki elektro-negativitas paling lemah, sehingga
ikatannya tidak sepenuhnya ionik. Bagaimanapun juga ikatan kovalen murni ada
dalam molekul yang tersusun oleh molekul yang sama (H
2
, Cl
2
, C-C) atau molekul
yang tersusun dari atom yg memiliki elektro-negativitas yang hampir sama, contoh:
C-H.
III. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM TANAH
1. Laju Reaksi
A
2
+ B
2
2AB
Laju reaksi tergantung laju tumbukan antara molekul A
2
dan B
2
, laju ini
tergantung atas jumlah atau konsentrasi molekul A
2
dan B
2
.
S
1
= K
1
(A
2
) (B
2
)
S
1
= Kecepatan reaksi
K
1
= Konstante laju reaksi
Karena laju reaksi proporsional dg kadar A
2
dan B
2
, maka ini juga proporsional
dengan produk reaksi yang dihasilkan. Pada saat yg sama AB juga cenderung untuk
berubah menjadi A
2
dan B
2
.
2AB A
2
+ B
2


S
2
= K
2
(AB) (AB) = K
2
(AB)
2

AB yg terjadi 2 kali, jadi AB harus bertubrukan untuk menghasilkan A
2
dan B
2.

Ini berarti reaksinya secara keseluruhan eaksinya dapat ditulis:
A
2
+ B
2
2AB
Bila kecepatan reaksi S
1
dan S
2
sama, maka reaksi ini dikatakan dalam keseimbangan
kimia.
S
1
= K
1
(A
2
) (B
2
) = S
2
= K
2
(AB)
2

K
1
(A
2
) (B
2
) = K
2
(AB)
2

K
1
/K
2
= K = (AB)
2
/(A
2
) (B
2
)
Rasio konstante laju eaksi, K =konstante keseimbangan untuk reaksi :
A
2
+ B
2
2AB
2AB A
2
+ B
2
, konstante keseimbangannya 1/K
Makna K, bila K > 1, berarti reaksi melaju cepat dari kiri ke kanan, lemah dari
kanan ke kiri; Bila K = 1, berarti konsentrasi A, B dan AB sama; Bila K< 1, berarti
reaksi cenderung lebih banyak bergeser dari kanan ke kiri.
Dalam prakteknya nilai K sering dinyatakan dengan pK = - log K
Contoh: K = 10
-5,6
pK = 5,6
2. Normalitas
Normalitas didefinisikan sebagai jumlah gram berat equivalen dari bahan terlarut
dalam 1 liter larutan. Contoh:
1 mol HCl direaksikan dg 1 mol NaOH, karena keduanya mengandung jumlah
molekul yang sama maka 1 mol menunjukkan berat 1 equivalen. Reaksi antara
asam dan basa ini akan menghasilkan reaksi netralisasi yang kompleks.Karena
keduanya senyawa monovalen, maka 1 N= .
1 mol HCl = 35,5 + 1 = 36,5 gr
1 mol NaOH = 23 + 16 + 1 = 40 gr
2NaOH + H
2
SO
4
Na
2
SO
4
+ 2H
2
O
Jadi 2 mol NaOH bereaksi dengan 1 mol H
2
SO
4.
Berat ekuivalen dari H
2
SO
4
yang
bereaksi dengan 1 mol NaOH adalah:
2 + 32 + (4 x 16) = 98/2 = 49 gr. Jadi normalitas H
2
SO
4
dalam reaksi itu
49gr/liter.

Anda mungkin juga menyukai