Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Makula lutea adalah bagian kecil dari retina dan berwarna kekuningan. Bagian
tersebut menyediakan penglihatan sentral yang paling jelas di antara bagian lainnya di retina.
Ketika seseorang melihat secara langsung pada objek, cahaya dari objek tersebut membentuk
gambaran pada makula orang tersebut. Makula yang normal adalah makula yang mampu
melihat jelas dengan kualitas visus 6/6, baik tanpa bantuan lensa maupun dengan bantuan
lensa.
(!
"dema makula kistoid adalah kondisi patologis dimana terjadi pembengkakan pada
retina dan terbentuknya kista kista berisi cairan pada daerah makula pada retina. #al ini
menyebabkan turunnya daya penglihatan secara temporer, walaupun juga dapat terjadi
permanen. $erjadi sering pada pasien yang menjalani operasi katarak.
(%!
"dema makula yang terjadi pasca operasi katarak sering juga dinamakan sebagai
&rvine'(ass syndrome, sesuai dengan nama orang yang melaporkan kasus ini pertarna kalinya
sekitar tahun )*+. (ejala klinis yang dialami pasien adalah pasien merasakan peningkatan
visus pasca operasi katarak tetapi setelah , sampai % minggu kemudian terjadi penurunan
visus. -ada sebagian besar kasus ()./ kasus!, penurunan visus ini berlangsung sementara
dimana akan mengalami perbaikan secara spontan dalam waktu 6 bulan. 0ngka kejadian
1M" berkisar antara */ sampai +./ dari kasus operasi katarak, dimana akan semakin
tinggi jika terdapat komplikasi intraoperasi. -enurunan visus akibat 1M" paling sering
terjadi setelah 6 minggu pasca operasi katarak.
(%!
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
"dema makula kistoid adalah sebuah kondisi dimana terjadi pembengkakan di
bagian sentral dari retina, yaitu pada bagian makula. "dema pada makula ini dapat
terjadi pada berbagai macam kondisi, tetapi paling sering akan muncul pada kondisi
dimana terjadi suatu proses in2lamasi. -ada in2lamasi yang terjadi pada retina akan
menyebabkan terlepasnya 2aktor 2aktor in2lamasi yang meningkatkan permeabilitas
kapiler dari makula tersebut, sehingga muncul kebocoran kapiler yang akhirnya
menyebabkan edema di jaringan pada makula.
(+!
II. ETIOLOGI
3alaupun kausa paling umum yang sering dapat menyebabkan terjadinya edema
makula kistoid adalah sindrom &rvine'(ass setelah dilakukannya operasi katarak,
namun berbagai macam kondisi dapat diasosiasikan dengan penumpukan cairan pada
ruang kistoid di regio makula. "dema makula kistoid adalah jalur terakhir dari
berbagai macam penyakit, khususnya yang mengenai vaskularisasi retina. 4ehingga
mani2estasi klinisnya akan bermacam macam dikarenakan ketidak seragaman proses
yang terjadi antara 2aktor penyebab edema yang satu dengan yang lain. 5apat
diartikan juga, edema makula merupakan temuan yang tidak spesi2ik merujuk ke salah
satu penyakit saja, dikarenakan banyaknya penyakit yang pada akhirnya
menyebabkan edema makula.
(,!
Berbagai penyebab yang bisa menyebabkan edema makula disebutkan sebagai
berikut6
(*!
1. Akibat penyakit vask!a" "etina, antara lain6 retinopati diabetik, oklusi vena
retina, retinopati hipertensi2, telangiektasis retina idiopatik, makroaneurisma
arteri retina, dan retinopati akibat radiasi.
#. Akibat in$!a%asi int"a&k!a", antara lain6 uveitis intermediet, panuveitis
dengan koroiditis multi2okal, toksoplasmosis, cytomegalovirus retinitis, dan
skleritis.
'. P&st &pe"asi kata"ak, yaitu operasi katarak dengan komplikasi seperti ruptur
kapsul posterior, inkarserasi vitreus ke lokasi insisi, akibat sekunder dari
pemasangan &ntra 7cular 8ens, riwayat terjadinya edema makula kistoid pada
2
mata lain yang pernah dilakukan operasi sebelumnya, dan operasi katarak
pada penderita diabetes. -uncak insidensi terjadinya yaitu setelah 6 9 .
minggu post operasi.
(. Akibat )a"i p"&se)" &pe"asi %ata, antara lain pada kapsulotomi laser,
keratoplasti, dan operasi 2iltrasi glaukoma.
*. Akibat in)ksi &bat &batan:antara lain6 adrenalin topikal %/, terutama pada
mata a2akia, asam nikotin sistemik, dan latenoprost topikal.
+. Akibat )ist"&$i "etina, antara lain6 retinitis pigmentosa, atro2i gyrate, serta
edema makula yang diturunkan secara dominan.
,. Akibat !ain !ain- seperti6
a. 4indrom traksi vitreomakular
b. (angguan membran epiretinal makula
.. $umor, termasuk hemangioma kapiler retina, dan hemangioma korioid.
III. PATOFISIOLOGI
"dema makula adalah karena banyak cairan tertumpuk di dalam lapisan retina,
dan ini dibedakan dari akumulasi cairan di bawah atau antara lapisan retina,
contohnya pada kejadian serous retinal detachment. -ada keadaan normal, kadar
cairan di dalam retina jumlahnya tetap dan diatur keseimbangannya oleh tekanan
osmotik dan hidrostatik antara retina dan vaskular di sekitarnya, dan keduanya
dipisahkan oleh blood-retina barrier. Kerusakan atau gangguan pada blood-retina
barrier ini menyebabkan cairan dapat berakumulasi di rongga kistoid di dalam retina.
(,!
Beberapa mekanisme telah diajukan untuk menjelaskan bagaimana bisa terjadi
edema makula kistoid ini. Karakteristik dari distribusi kebocoran vaskular dan edema
retina mungin dapat dijelaskan secara baik melalui mediator di2usi, (contohnya
prostaglandin! yang dilepaskan oleh mata. $eori ini didukung oleh bukti bahwa
inhibitor siklooksigenase seperti indometasin, dan obat'obatan anti'in2lamasi non
steroid lainnya dapat mengurangi insidensi diperlukannya angiogra2i pada edema
makula kistoid. Bagaimanapun, penemuan ini hanya menyajikan kesimpulan pada
proses akibat pseudophakik edema makula kistoid, yang diasosiasikan dengan trauma
pembedahan pada segmen anterior bola mata.
(,!
Mekanisme lain yang diajukan menunjukkan peran dari 2aktor mekanis seperti
gaya tarikan pada makula yang disebabkan disrupsi dan hubungan vitreoretinal.
Bahkan jika merujuk pada teori ini, dipercaya bahwa gaya gaya pada daerah tersebut
dapat mencetuskan lepasnya mediator yang menyebabkan rusaknya blood-retina
barrier, yang menghasilkan mani2estasi klinis edema makula kistoid.
(,!
3
1. Pat&$isi&!&/i E)e%a 0ak!a Pa)a Gan//an 1ask!a" 2etina
a. 2etin&pati Diabetika
;etinopati diabetika merupakan mikroangiopati, sebagai akibat dari
gangguan metabolik, yaitu de2isiensi insulin dan hiperglikemi. -eningkatan
gula darah sampai ketinggian tertentu, mengakibatkan keracunan sel'sel tubuh,
terutama darah dan dinding pembuluh darah, yang disebut glikotoksisitas.
-eristiwa ini merupakan penggabungan irreversibel dari molekul glukosa
dengan protein yang disebut proses glikosilase protein.
(6!
5alam keadaan normal, proses glikosilase ini hanya sekitar ,')/, sedang
pada penderita diabetes mencapai %./. (likosilase ini dapat mengenai isi dan
dinding pembuluh darah, yang secara keseluruhan dapat menyebabkan
meningkatnya viskositas darah, gangguan aliran darah, yang dimulai pada
aliran di daerah sirkulasi kecil, kemudian diikuti gangguan pada daerah
sirkulasi besar dan menyebabkan hipoksia jaringan. Kelainan kelainan ini
didapatkan juga didalam pembuluh pembuluh darah retina, yang dapat diamati
dengan melakukan6
(6!
2undus 2luorescein angiography
pemotretan dengan menggunakan 2ilm berwarna
o2talmoskop langsung dan tak langsung
biomikroskop dengan lensa kontak dari goldman
Mula mula didapatkan kelainan pada kapiler vena, yang dindingnya
menebal dan mempunyai a22initas yang besar terhadap 2luorescein. Keadaan ini
menetap untuk waktu yang lama tanpa mengganggu penglihatan. 5engan
melemahnya dinding kapiler, maka akan menonjol membentuk
mikroaneurisma. Mula mula keadaan ini terlihat pada daerah kapiler vena
sekitar makula, yang tampak sebagai titik titik merah pada o2talmoskop.
0danya '% mikroaneurisma sudah cukup mendiagnosa adanya retinopati
diabetika. -ada keadaan lanjut, mikroaneurisma didapatkan sama banyaknya
pada kapiler vena maupun arteri. Baik kapiler yang abnormal maupun
aneurisma menibulkan kebocoran, yang tampak sebagai edema, eksudat,
perdarahan, di sekitar kapiler dan mikroaneurisma.
(6,<!
0danya edema dapat mengancam ketajaman penglihatan bila terdapat di
daerah makula, edema yang ringan dapat diabsorbsi, tetapi yang hebat dan
berlangsung dalam waktu relati2 lama akan menyebabkan degenerasi kistoid.
4
Bila hal ini terjadi di daerah makula, ketajaman penglihatan yang terganggu,
tak dapat dikembalikan kepada keadaan semula meskipun dilakukan
2otokoagulasi pada pengobatan.
(6,<!
(ambar. ;etinopati diabetik
(,!
(ambar.% 0ngiogra2i retinopati diabetik
(,!
b. Ok!si 1ena 2etina
Bagian dalam lapisan retina mendapatkan suplai darah dari arteri retina
sentral. 5arah kembali ke jantung melalui pembuluh vena retina sentral.
Keduanya memasuki mata melalui lubang di tengah jalur yang dilalui jaras
sara2 penglihatan. (angguan baik pengecilan dari lubang ini, maupun
pengerasan pembuluh darah arteri akibat kerusakan pada sistem sirkulasi
menyebabkan oklusi atau sumbatan dari vena retina.
(=!
0liran pembuluh darah yang tidak lancar pada pembuluh vena ini dapat
mengakibatkan cairan keluar dari pembuluh kapiler, sebagai akibat dari
meningkatnya tekanan hidrostatik dan mengakibatkan edema pada makula.
()!
(ambar.+ 7klusi vena retina
()!
.. 2etin&pati Hipe"tensi
5
Kelainan pembuluh darah pada retinopati hipertensi dapat berupa
penyempitan umum, maupun setempat, dan dapat terjadi sklerosing pembuluh
darah. Kelainan ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada lapisan retina yang
diakibatan oleh pecahnya pembuluh darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan, maupun terjadinya eksudasi pada daerah makula yang
mengakibatkan edema.
(.!
). Te!an/iektasi 2etina I)i&patik
-enyakit ini merupakan penyakit kongenital yang jarang dijumpai, yang
ditandai dengan anomali dari vaskularisasi retina yang berupa dilatasi
pembuluh darah retina, aneurisma multipel, kebocoran vaskular, dan terjadinya
eksudasi.
(*!
e. 0ak"&ane"is%a A"te"i 2etina
-enyakit ini merupakan dilatasi pembuluh darah yang terlokalisir di
arteriol retina. Mempunyai predileksi pada wanita yang memiliki hipertensi.
-ada penyakit ini terjadi kebocoran plasma secara kronis pada daerah makula
yang mengakibatkan edema dan terjadi kerusakan permanen pada penglihatan
sentral.
(*,!
(ambar., 7ptical coherence tomography pada aneurisma retina
(!
#. Pat&$isi&!&/i E)e%a 0ak!a Pa)a In$!a%asi Int"a&k!a" 3Uveitis4
>veitis kronis sering diasosiasikan dengan edema makula kistoid, umumnya
dikarenakan karena terjadinya kerusakan pada blood-retina barier. &n2lamasi yang
berjalan kronis dapat merusak keutuhan dari pembuluh darah perimakular, yang
6
pada akhirnya menyebabkan pembentukan rongga kistoid pada makula. Biasanya
kasus ini terjadi pada kedua mata.
(,!
'. Pat&$isi&!&/i E)e%a 0ak!a Pa)a P&st Ope"asi Kata"ak 5 Tin)akan Ope"asi
Lainnya
4ekitar *./ mata yang menjalani operasi ekstraksi katarak intra kapsular, dan
sebanyak %. / mata yang menjalani operasi katarak ekstra kapsular secara
angiogra2is mengalami edema makula kistoid. #al ini diakibatkan oleh terjadinya
eksudasi cairan dari pembuluh darah ke dalam struktur lapisan retina di lapisan
pleksi2orm luar dan lapisan inti dalam, mengisi ruang yang mirip sarang lebah.
(,,<!
"dema yang secara klinis signi2ikan berkembang dalam waktu , 9 % minggu
post operasi, namun pada beberapa kasus, dapat terjadi setelah beberapa bulan
setelah operasi. Banyak pasien yang mengalami sembuh spontan setelah 6 bulan
dikarenakan adanya sel2 limited leakage pada mata yang di operasi tersebut.
(<,%!
4elain operasi pada katarak, prosedur operasi lain seperti YAG laser
capsulotomy, keratoplasty dengan penetrasi, perpheral retinal cryotherapy dan laser
photocuagulation juga dapat menyebabkan eksudasi dan edema pada makula.
(*!
(. Pat&$isi&!&/i E)e%a 0ak!a Pa)a Drug Induced
-enanganan gaukoma dengan latanaprost dihubungakan dengan terjadinya
edema makula kistoid. 8atanoprost disebutkan mempunyai e2ek mirip
prostaglandin yang bertanggung jawab atas terjadinya insu2isiensi blood retina
barrier sehingga terjadi eksudasi dan kebocoran plasma yang mengakibatkan
edema pada daerah makula.
(.!
*. Pat&$isi&!&/i E)e%a 0ak!a pa)a Dist"&$i 2etina
;etinitis pigmentosa merupakan salah satu kelainan pada retina yang
dikaitakan dengan terjadinya edema makula kistoid. 4tudi menunjukkan bahwa
terjadi kenaikan permeabilitas dari epitel pigmen retina dan kapiler peri2oveal pada
pemeriksaan dengan angiogra2i. -enelitian menemukan suatu antibodi antiretina
pada pasien dengan retinitis pigmentosa yang memiliki edema makula kistoid,
sehingga dapat disimpulkan bahwa proses ini terkait dengan autoimun.
(,!
"dema makula kistoid yang diwariskan secara dominan dideskripsikan sebagai
distro2i makular dengan onset mulai usia pertengahan dan memiliki progresi2itas
yang lambat pada dekade berikutnya. -enelitian menunjukkan perubahan terjadi
pada lapisan inti dalam.
(,!
+. Pat&$isi&!&/i E)e%a 0ak!a pa)a Penyakit Lain
7
a. 1it"e&%a.!a" T"a.ti&n Syn)"&%e, yaitu dikarakteristikan dengan adanya
separasi parsial peri2er pada vitreus, namun dengan persistent posterior
attachment pada makula. #al ini mengakibatkan terjadinya gaya tarik (traksi!
pada sumbu anteroposterior pada daerah makula tersebut dan mengakibatkan
edema makula.
(*!
b. 0a.!a" Epi"etina! 0e%b"anes, yaitu terjadinya proli2erasi membran
2ibroselular di permukaan retina, baik di makula maupun retina peri2er.
Kontraksi atau penyusutan yang diakibatkan oleh membran epiretina ini dapat
menimbulkan distorsi penglihatan, edema intraretina, dan degenerasi retina di
bawahnya. "dema makula dapat terjadi biasanya akibat dari distorsi dan traksi
atau tarikan terhadap pembuluh darah di sekelilingnya oleh membran epiretina
tersebut.
(,,+!
(ambar.* "piretinal membran
()!
.. T%&"- tumor pada koroid seperti melanoma maligna, nevus koroidal, dan
hemangioma kapiler retina. $erjadi perubahan kistoid yang dapat melebihi
tumor itu sendiri yang diakibatkan oleh abnormalitas mikrovaskular, yang
berkaitan dengan proli2erasi sel endotelial.
(*!
I1. 0ANIFESTASI KLINIS
>mumnya edema makula kistoid muncul keluhan berupa kehilangan penglihatan
sentral pada salah satu mata, walaupun pada beberapa kasus dapat terjadi pada kedua
mata, tergantung pada etiologinya. 7nset dari gejala nya umumnya gradual, namun
beberapa pasien mungkin dapat menyadarinya secara mendadak saat mereka
memeriksa salah satu mata mereka secara terpisah. (ejala lain yang dapat muncul
berkaitan dengan etiologi yang mendasari terjadinya edema tersebut.
(,!
0pabila edema makula kistoid terjadi setelah operasi katarak, maka biasanya
pasien mengeluhkan adanya penurunan penglihatan yang berkembang perlahan,
beberapa saat setelah terjadi perbaikan penglihatan begitu selesai dilakukan operasi
8
katarak. >mumnya gelaja tersebut muncul setelah ,'. minggu setelah operasi, dan
tanpa disertai rasa nyeri.
(+!
1. PE0E2IKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
-emeriksaan dengan o2talmoskop menunjukkan kondisi yang berupa penebalan
dan pembengkakan makula. Banyak kasus yang menunjukkan gambaran kistoid.
;ongga kistoid yang berbentuk radier dapat muncul dari daerah makula. $erdapat
kehilangan re2lek 2ovea terhadap cahaya. 5engan cahaya bebas warna merah, dapat
dilihat gambaran honeycomb atau sarang lebah dikarenakan kista yang berisi cairan.
Kista kecil ini dapat menyatu hingga membentuk kista makula, dan selanjutnya dapat
berubah menjadi macular hole.
(,!
-emeriksaan dengan angiogra2i 2luorescein dapat secara e2ekti2 memberikan
gambaran penampakan dari edema makula kistoid. 0ngiogra2i 2luorescein ini dapat
mendemonstrasikan kebocoran kapiler peri2oveal pada 2ase awal penyakit, atau
bentuk petalloid flower pada 2ase lanjut dari penyakit ini.
(,!
7ptical 1oherence $omography (71$! adalah kriteria standard untuk identi2ikasi
terjadinya edema makula kistoid. 71$ adalah sebuah pemeriksaan imaging non
invasi2 yang dapat menentukan ada atau tidaknya edema makula kistoid dengan
memvisualisasikan rongga yang terisi cairan di retina. ?umlah lesi terjadinya edema
makula kistoid dapat dihitung dari waktu ke waktu dengan menghitung area rongga
kistoid pada gambar yang dibuat pada makula.
(,!

-emeriksaan laboratorium pada pasien dengan edema makula kistoid ditentukan
bergantung pada etiologi yang mendasari terjadinya edema. 0pabila dicurigai terjadi
akibat retinopati diabetik, maka dapat dilakukan gula darah dan toleransi glukosa.
9
(ambar. 6 &maging 71$ pada
pasien edema makula kistoid
dengan uveitis
(,!
(ambar.< &maging 71$ pada edema
makula kistoid akibat diabetik
retinopathy
(,!
0pabila terjadi akibat uveitis kronis, maka evaluasi yang menyeluruh harus dilakukan
terhadap uveitisnya tersebut.
(,!
1I. PENATALAKSANAAN
-enatalaksanaan dari edema makula kistoid sangat bervariasi, tergantung dari
etiologi penyebabnya.
1. Akibat penyakit vask!a" "etina- terapi yang paling banyak digunakan adalah
berupa laser photocoagulation. @otokoagulasi dengan Xenon Arc Fotokoagulator
atau Argon Laserphoto Koagulator. 5imana sinar dari alat tersebut ditembakan
secara tidak langsung sehingga menimbulkan jaringan parut di khorioretina,
sehingga mengurangi kebutuhan metabolisme dan berakibat regresinya
neovaskularisasi. $ujuan dari 2otokoagulasi ini adalah menutup kebocoran,
merangsang penyerapan cairan, mengurangi neovaskularisasi, mencegah
timbulnya ablasi retina , dengan harapan dapat menghambat menurunnya visus.
(6!
Aamun laser photocoagulation juga digunakan pada terapi edema makula
kistoid akibat retinopati diabetik walaupun diabetik retinopati merupakan salah
satu penyakit vaskular pada retina. #al ini disebabkan apabila sudah terjadi edema
makula pada pasien diabetes, maka hal ini menggambarkan bahwa kondisi
penyakitnya sudah kronis dan tidak merespon lagi dengan terapi laser. -ada edema
makula akibat retinopati diabetik diberikan injeksi depo kortikosteroid berupa
triamcinolone intraokular sub'tenon posterior. 4elain itu pengendalian kadar gula
darah penting dilakukan sebagai terapi kausati2 pada edema makula akibat
retinopati diabetik.
(,!
$erapi yang digunakan pada pasien edema makula yang diakibatkan oleh
oklusi vena retina adalah kombinasi terapi dari laser photocoagulation dan injeksi
triamcinolone sub tenon posterior. #al ini dilaporkan bisa memperbaiki daya
penglihatan pada pasien minimal selama , bulan setelah terapi dan visus hingga
maksimal 6/%.
(,!
#. Akibat in$!a%asi int"a&k!a"- terapi yang digunakan ditujukan untuk mengontrol
in2lamasi yang terjadi dengan pemberian steroid atau agen immunosupresi2.
Karbonik anhidrase inhibitor sistemik dapat berguna pada edema makula kistoid
akibat uveitis intermediet. 4edangkan pada uveitis akibat proses autoimun dapat
diterapi dengan inter2eron alpha %a. Aamun pemberian obat tersebut dapat
menimbulkan withdrawal symptom berupa relapsnya in2lamasi. "2ek samping
yang ditimbulkan berupa aritmia dan gangguan tekanan darah.
(*!
10
-ada uveitis yang menyebabkan edema makula kistoid, dapat diberikan terapi
berupa steroid topikal dan anti in2lamasi non steroid. Kedua egen ini dapat
memberikan perbaikan 2ungsi dari blood retina barrier sehingga menurunkan
kebocoran yang terjadi.
(,!
&njeksi triamcinolone pada ruang sub tenon biasanya lebih e2ekti2 dan
digunakan secara luas pada terapi uveitis nonin2eksius. -enyampaian obat ke
retina akan lebih baik jika disuntikkan melalui ruang sub tenon posterior daripada
rongga sub konjungtiva.
(,!
4teroid oral merupakan terapi modalitas utama untuk memperbaiki 2ungsi dari
blood retina barrier sehingga mencegah terjadinya kebocoran kapiler pembuluh
darah perimakula. 4teroid oral ini sangat membantu pada kasus edema makula
yang terjadi akibat uveitis intermediet dan posterior.
(,!
'. Akibat p&st &pe"asi kata"ak- terapi yang diberikan melibatkan koreksi dari
2aktor yang mendasarinya. -ada inkarserasi vitreus ke segmen anterior mungkin
dapat dilakukan vitrectomy anterior, atau jika terjadi adesi vitreus ke daerah
makula dapat dilakukan disrupsi laser B0(. ?ika dicurigai lensa intraokular
sebagai penyebab timbulnya edema, maka dapat dipertimbangkan untuk melepas
lensa tersebut. 0pabila sulit untuk menentukan penyebab timbulnya edema pada
pasien post operasi, maka dapat diberikan medikasi sebagai berikut.
(*!
a. In6ibit&" ka"b&nik an6i)"ase siste%ik
b. Ste"&i), baik secara topikal, maupun injeksi periocular posterior.
.. Pe%be"ian anti in$!a%asi n&n ste"&i)
$erapi pemberdahan yang dapat dilakukan adalah pars plana vitrectomy.
(,!
(. Akibat )a"i drug induced- terapi hanyalah sebatas menghentikan pemberian obat
obatan yang dapat memicu timbulnya edema makula kistoid, seperti latanoprost
dan epine2rin topikal.
(,,*!
*. Akibat )ist"&$i "etina- biasanya pemberian karbonik anhidrase inhibitor sistemik
membantu dalam terapi edema makula kistoid yang diakibatkan retinitis
pigmentosa.
(*!
+. Akibat penyakit !ain
a. Sin)"&% t"aksi vit"e&%ak!a"- diterapi sesuai kausanya yaitu dengan
vitrektomi. Biasanya respon terhadap edema makula yang terjadi cukup
baik apabila vitrektomi dilakukan pada 2ase awal terjadinya sindrome
traksi vitreomakular tersebut.
(*!
b. 0e%b"an epi"etina! %ak!a"- diterapi dengan pembedahan dengan
tujuan melakukan eksisi pada jaringan membran epiretinal tersebut yang
menyebabkan pengkerutan dan edema pada makula.
(*!
11
(ambar.= -roses eksisi membran epiretina.
()!
.. T%&" 36e%an/i&%a "etina )an k&"&i)4- terapi yang digunakan adalah
laser photocoagulation untuk mengatasi kebocoran pada hemangioma yang
terjadi. ?ika keadaan sudah lanjut dimana pasien sering terjadi rekurensi
edema makula, maka dapat dilakukan terapi radiasi dosis rendah pada
retina.
(*!
BAB III
KESI0PULAN
12
"dema makula kistoid adalah kondisi dimana terjadi pembengkakan pada retina yaitu
pada daerah makula yang ditandai dengan terbentuknya ruang ruang kistoid yang terisi cairan
pada daerah makula. Mekanisme yang mendasarinya adalah terjadi kebocoran pada kapiler
perimakula sehingga cairan masuk ke dalam lapisan retina dan mengisi rongga antara lapisan
pleksi2orm luar dan nukleus dalam, dan membentuk ruang kistoid kistoid.
"dema makula kistoid dapat terjadi dari berbagai kondisi. 5apat dikelompokkan
sebagai berikutC akibat gangguan pada vaskular retina, akibat in2lamasi intraokular, akibat
komplikasi post operasi katarak dan prosedur pembedahan lainnya, akibat obat obatan, akibat
distro2i retina, dan akibat lainnya seperti sindrome traksi vitromakular, membran epiretinal,
dan tumor retina (hemangioma retina!.
-enatalaksanaan bervariasi bergantung kepada etiologi penyebabnya. Aamun secara
umum dapat digolongkan menjadi medikasi, pembedahan dan laser. Medikasi antara lain
dengan inhibitor karbonik anhidrase, anti in2lamasi non steroid, dan steroid. -embedahan
antara lain, vitrektomi, dan eksisi membran epiretina. $erapi laser menggunakan laser
photocoagulation diindikasikan secara luas pada kerusakan vaskular retina.
DAFTA2 PUSTAKA
. Montgomery, $ed, %.., $he Macula, 0natomy, -hysiology D -athology o2 the
#uman "ye.
13
%. ;ubin, Melvin 8, %.., 7phthalmology 5ictionary, 8ibrary o2 1ongress 1ataloging
in -ublication 5ata.
+. Eirata, ; 4teven , M5, @014, 1ystoid Macular "dema, $he ;etina 1enter, diakses
melalui
(http6//www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/cystoid.macular.edema.html!.
,. ;oth, 5aniel B, M5, %.., Aonpseudophakic 1ystoid Macular "dema, "medicine,
diakses melalui (http6//emedicine.medscape.com/article/%%*<+*'overview!.
*. Kansky, ? ?ack, %..6, 1linical 7phthalmology, 4iFth "dition, "lsevier.
6. >sman, @ritG 4umantri, ;etinopati 5iabetika, diakses melalui
(http6//www.2reewebs.com/2sumantri/retinopatidiabetika.htm!.
<. &lyas, 4idarta, %..*, &lmu -enyakit Mata edisi ketiga, -enerbit @akultas Kedokteran
>niversitas &ndonesia.
=. 0nonim, ;etinal Eein 7clusion, diakses melalui
(http6//www.retinavitreous.com/diseases/centralretinalveinocclusion.html!.
). 0nonim, %..), 1entral ;etinal Eein 7clusion, Mohawk Ealley ;etina, diakses
melalui (www.mvretina.com/education/+.html!.
.. &lyas, 4idharta, %..+, 4ari &lmu -enyakit Mata, -enerbit @akultas Kedokteran
>niversitas &ndonesia.
. BirkholG, "mily 4. M5, %..<, ;etinal 0rtery Macroaneurysm (;0M0!, diakses
melalui http6//webeye.ophth.uiowa.edu/eye2orum/cases/+';0M0.htm.
%. Eaughan D 0shbury, %..,, (eneral opthamology siFteenth edition, Mc (raw #ill
1ompanies.
+. Eaughan, 5ale, %..., 72talmologi >mum, alih bahasa oleh ?an $ambajong, 3idya
Medika, ?akarta.
,. 0nonim, 1ystoid Macular "dema, #andbook o2 7cular 5isease, diakses melalui
(http6//cms.revoptom.com/handbook/oct.%Hsec*H.htm!.
14

Anda mungkin juga menyukai