Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI PROFILAKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN UNTUK

OPTIMASI PEMANFAATAN PAKAN DALAM USAHABUDIDAYA


IKAN KERAPU BEBEK (CROMILEPTESALTIVELlS)
LAPORAN AKHIR
PROGRAMINSENTIF
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
DEWAN RISET NASIONAl
KEMENTERIAN NEGARARISETDAN TEKNOlOGI
oleh
Regina Melianawati,S.Pi, M.Sc
Ir. RetnoAndamari, M.Sc
Ir. IrwanSetyadi
BALAI BESARRISETPERIKANAN BUDIDAYALAUT
PUSATPENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2010
IDENTIFIKASI PROFILAKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN UNTUK
OPTIMASI PEMANFAATAN PAKAN DALAM USAHABUDIDAYA IKAN
KERAPU BEBEK (Cromileptesaltive/is)
Bidang Insentif
Jenis Insentif
Lama Riset
Peneliti Utama (Nama lengkap)
Kantor I Unit kerja
Alamat Kantor IUnit Kerja
Telepon/Faksimile/E-mail
Instansi Pengusul
Alamat Instansi Pengusul
Telepon/F aksim Ile/E-mail
Ketahanan Pangan
Riset Terapan
7 Bulan
Regina Melianawati , S.Pi, M.Sc
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut
Br Gondol, Os Penyabangan, Kec. Grogak
Kab. Buleleng.
PO Box 140 Singaraja 81101 - Bali
Kode Pos : 81101
Telepon : 0362-92278
Faksimile: (0362 -92272 - 92271
E-mail rimgdl@indosat.net.id
regina_melnawati@yahoo.com
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan
dan Perikanan
JI Pasir Putih I Ancol Timur, Jakarta 14430
Telepon : 021 - 64711583 Ext: 4214
Faksimile: 021- 64711438
E-mail : setbrkp@dkp.go.id
Judul Penelitian
Bidang
Peneliti Utama
Jenis Kelamin
Lama Riset
Tahun mulairiset
Total Biaya Riset
.
Identifikasi Profil Enzim Pencernaan UntukOptimasi
Pemanfaatan Pakan Dalam UsahaBudidaya Ikan
Kerapu Bebek(Cromileptes a/tive/is)
Ketahanan Pangan
Regina Melianawati ,S.Pi, M.Sc
Perempuan
7Bulan
2010
Rp 85.006.091,-
Gondol, 22 November2010
..
LEMBAR PENGESAHAN
Peneliti Utama/
Penanggung Jawab Penelitian,
Regina Melianawati. S.Pi. M.Sc
NIP. 19720501 1998032002
Mengetahui ,
Pimpinan UnitPenyelenggara Riset
PIt. Kepala Badan Penelitiandan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Dr. Ir.EndhayKusnendar, MS
NIP. 195602041980031 003
11
..
RINGKASAN
Ikan kerapu bebek merupakan komoditasyang bernilai ekonomistinggi sehingga
kegiatan budidaya terhadap ikan kerapu ini mutlak perlu dilakukan untuk menghindari
terjadinya eksploitasi penangkapan yang berlebih dari alam serta untuk dapat
memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat. Pengamatan pada aspek biologis
berperan penting dalam mendukung keberhasilan usaha budidaya. Profil enzim
pencernaan merupakan salah satu aspek biologis yang penting untuk diamati karena
berkorelasi dengan pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan. Pemanfaatan pakan
yang efisien dan efektif serta pertumbuhan yang cepat merupakan indikator dalam
keberhasilan budidaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim
pencernaan yang meliputi protease, amilase dan lipase pada larva ikan kerapu bebek
umur 1 hingga 30 hari cenderung menunjukkan peningkatan sejalan dengan
pertambahan umurlarva. Aktivitasenzim pencernaan larvadipengaruhi oleh jenispakan
yang diberikan. Pertumbuhan larva ikan kerapu bebek yang diberi pakan buatan mulai
umur 8 hari lebih besar dibandingkan dengan larva yang diberi pakan buatan mulai
umur 13 hari. Dari hasil penelitian ini maka pemberian pakan buatan bagi larva ikan
kerapu bebek sudah dapatdilakukansejaklarva umur8hari.
III
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan penelitian progam insentif peningkatan kemampuan peneliti dan perekayasa yang
berjudul Identifikasi Profil Enzim Pencernaan Untuk Optimasi Pemanfaatan Pakan Dalam
Usaha Budidaya Ikan Kerapu Bebek (Cromi/eptes a/tive/is).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai profil enzim
pencernaan pada ikan kerapu bebek. Dengan demikian aktivitas enzim pencernaan dapat
diketahui , sehingga waktu pemberian dan jenis pakan eksogen dapat disesuaikan dalam
rangka meningkatkan efektivitas pemanfaatan pakan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Deputi Bidang Sipteknas; Kementerian Riset
dan Teknologi atas insentif dana penelitian yang diberikan , Bapak Dr. I Nyoman Adiasmara
Giri , MS sebagai Kepala Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut yang telah mengijinkan
,8enyelenggaraan penelitian ini. Serta kepada Bapak Dr. Ir. Gellwyn Jusuf, M.Sc yang telah
:Tlenyetujui usulan kegiatan penelitian ini. Tidak lupa kepada Bapak Mujimin dan Ibu Made
Miniartini yang telah membantu penulis dalam pemeliharaan larva dan pengambilan sampel
serta data.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan
Kritik dari pembaca sangat penulis harapkan.
Gondol , 22 November 2010
Peneliti Utama,
Regina Melianawati , S.Pi. M.Sc
NIP. 19720501 1998032002
IV
DAFTAR 151
Halaman
LEMBAR IDENTITAS
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
PRAKATA
DAFTAR lSI
DAFTAR TABEL
DAFT AR GAM BAR
BABI. PENDAHULUAN
1 .1. Latar Belakang
1.2. Perumusan Masalah
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA
BAB III . TUJUAN DAN MANFAAT
3.1. Tujuan
3.2. Manfaat
BAB IV. METODOLOGI
4.1 . Waktu dan Tempat
4.2. Rancangan Penelitian
4.3. Pemeliharaan Hewan Uji
4.3.1 . Tempat Pemeliharaan
4.3.2. Pengelolaan Pakan
4.3.3. Pengelolaan Air
4.4. Variabel Pengamatan
4.5. Pengambilan Sam pel
4.5.1 . Aktivitas enzim
4.5.2. Petumbuhan Larva
4.6. Analisis Data
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Aktivitas Enzim
5.2. Pertumbuhan Larva
BAB VI . KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
II
iii
IV
V
vi
VII
1
3
5
5
5
6
6
6
6
6
6
7
7
8
8
8
8
9
9
12
15
15
15
16
7
DAFTARTABEL
.. ..
Halaman
Tabel 1 Jadwal pemberian fitoplankton dan zooplankton selama
penel itian
V l
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar1
Gambar2
Gambar3
Gambar4
Gambar5
Gambar6
Gambar7
Gambar8
Aktivitas protease larva kerapu bebek yang diberi pakan
buatan pada waktu berbeda dan korelasinya terhadap umur
larva
Aktivitas amilase larva kerapu bebek yang diberi pakan
buatan padawaktu berbeda dan korelasinya terhadap umur
larva
Aktivitas lipase larva kerapu bebek yang diberi pakan
buatan padawaktu berbeda dan korelasinya terhadap umur
larva
Aktivitas protease, amilase dan lipase pada larva kerapu
bebek umur 8 dan 13 hari, sebelum dan sesudah diberi
pakan buatan
Panjang total larva kerapu bebekyang diberi pakan buatan
pada umurberbeda
Berat tubuh larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan
pada umurberbeda
Panjang duri sirip punggung larva kerapu bebekyang diberi
pakan buatan pada umurberbeda
Panjang duri sirip perut larva kerapu bebek yang diberi
pakan buatan pada umurberbeda
Halaman
10
10
10
13
13
14
14
VII
..
BABI.PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis merupakan komoditas perikanan laut
yang bernilai ekonomis penting sebagai ikan konsumsi. Oleh karenanya jenis ikan ini
merupakan kandidat komoditas yang penting dalam pengembangan pada skala
budidaya.Usaha budidaya ikan kerapu secara umum di Indonesia pertama kali dirintis
pada tahun 1978 oleh para nelayan di Kepulauan Riau dengan menggunakan sistem
kurungan tancap (pen cage culture) . Usaha ini kemudian berkembang ke Pulau
Bengkalis, Sulawesi Selatan, Kepulauan Seribu, Karimunjawa,Teluk Banten dan lain-
lain (Mansyur ef al. , 1995) . Hingga saat ini beberapa jenis ikan kerapu yang telah
dibudidayakan di Indonesia diantaranya adalah kerapu macan, Epinephelus
fuscoguttafus (Kohnoef al., 1990) ,kerapu sunu jenis Plectropomus maculafus (Diani et
al., 1991) dan P. leopardus (Suwirya ef al., 2006), kerapu batik, E. microdon (Slamet
dan Tridjoko,1997)dan kerapu bebek, Cromileptes altivelis (Tridjoko et a/.,1999).
Pada skala budidaya, ikan kerapu bebek mengalami beberapa periode kritis
dalam kehidupannya. Dua periode kritis terjadi pada stadia larva,umumnya pada umur
1 hingga 20 hari. Apabila larva tidak berhasil melewati periode kritis tersebut maka
larva akan mengalami kematian.Dari hasil pengamatan,sekitar60% kegagalan dalam
produksi benih terjadi akibat kematian pada stadia larva (Komarudin ef al., 1998) .
Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah masalah fisiologis larva
yang berkaitan dengan enzim pencernaannya karena pada kedua periode kritis pada
stadiatersebut larvamengalami perubahan sumberpakan.
Hingga saat ini penelitian yang terfokus pada aspek fisiologis larva, khususnya
tentang enzim pencernaan, masih belum banyak dilakukan, sehingga dirasa perlu
untukmelakukan penelitian yang terfokus pada aspektersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah utama yang sering dihadapi pada usaha budidaya ikan adalah tingkat
kematian yang tinggi pada stadia larva. Stadia awal larva merupakan masa kritis
pertama dalam periode kehidupan larva. Belum sempurnanya pertumbuhan larva,
khususnya pada sistem pencernaan,diyakini menjadi salah satu penyebab terjadinya
masa kritis tersebut. Masa kritis keduadalam periode kehidupan larva umumnya terjadi
pada kisaran umur 10-12 hari , pada saat terjadi pertumbuhan spina calon sirip
punggung dan sirip dada. Pada masa tersebut larva membutuhkan nutrien yang lebih
lengkap untuk mendukung proses pertumbuhan yang sedang berlangsung. Pakan
buatan biasanya mulai diberikan pada kisaran umur tersebut untuk mencukupi
-
kebutuhan nutrien larva. Pakan merupakan faktor yang berpengaruh secara dominan
terhadap pertumbuhan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk
memacu pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidup (Huet , 1971).
Enzim pencernaan merupakan sUbstansi kimia dalam sistem pencernaan yang
berfungsi untuk hidrolisis pakan sehingga menjadi bentuk yang sederhana dan dapat
diserap oleh sel-sel tubuh (Audesirk dan Audesirk, 1999). Pada stadia larva, sistem
pencernaan dan fungsi enzimatik pencernaannya masih sangat sederhana dan belum
berkembang secara sempurna. Hal ini diduga menyebabkan kemampuan larva untuk
mencerna pakan masih sangat terbatas. Keberadaan enzim pencernaan merupakan
indikator biologis terhadap kemampuan larva untuk mencerna pakan. Pad a saat
aktivitas enzim tinggi, dapat diindikasikan bahwa secara fisiologis larva telah mampu
untuk memproses pakan yang diberikan (Gawlicka et a/., 2000).
Profil enzim pencernaan merupakan salah satu aspek biologis yang penting
untuk diamati karena berkorelasi dengan pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan.
Pemanfaatan pakan yang efisien dan efektif serta pertumbuhan ikan yang cepat
merupakan indikator keberhasilan dalam budidaya.
.. "
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis
Ikan kerapu bebek Cromi/epfes a/five/is (Valenciennes, 1828), tergolong dalam
klasifikasi phyllum chordata, klas actinopterygii ,ordo perciformes dan family serranidae
Ikan ini memiliki beberapa nama loka!. Dalam bahasa Inggris,ikan inidisebut humpback
grouper. Di Australia lebih dikenal dengan nama barramundi cod, di Singapura disebut
pOlka-dot grouper, sedangkan di Jepang dikenal dengan nama sarasa-hata. Ikan ini
dapat mencapai ukuran panjang total maksimum 70 cm. Bentuk tubuh ikan ini pipih dan
terdapat cirri khas berupa bintik-bintik hitam pada permukaan tubuhnya Secara alami
ikan ini tersebar mulai dari wilayah Asia barat, Asia Tenggara hingga Australia. Habitat
alaminyaadalah di perairan karang (Heemstradan Randall ,1993).
2.2. Aktivitasenzimpencernaan ikan
Kemampuan ikan dalam mencerna pakan sangatbergantung pada kelengkapan
organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan. Perkembangan saluran
pencernaan berlangsung secara bertahap dan setelah ikan mencapai ukuran atau umur
tertentu maka saluran pencernaannya akan mencapai kesempurnaan. Perkembangan
struktur pencernaan tersebut diikuti pula oleh perkembangan enzim pencernaan
(Handayani, 2006). Struktur sistem pencernaan yang masih sederhana pada larva
berkorelasi pula dengan rendahnya produksienzim pencernaan (Dabrowski, 1979).
Aktivitas enzim merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ikan secara umum. Aktivitas enzim pencernaan sendiri secara umum
bervariasi menurut umur dan faktor fisiologis ikan (Hepher, 1988) . Perubahan atau
variasi aktivitas enzim berhubungan dengan tingkat perkembangan sistem pencernaan
dan perbedaan kebutuhan nutrien dalam setiap stadia kehidupan larva (Cahu dan
Infante, 1995) .Ketersediaan substratjuga akan berpengaruh dalam pengaturan aktivitas
enzim pencernaan.
Jenis pakan yang diberikan memberi pengaruh terhadap aktivitas enzim
pencernaan, dimana jenis pakan tertentu dapat meningkatkan aktivitas enzim
pencernaan larva (McBride, 2004). Pakan yang diberikan untuk larva pada stadia awal
umumnya adalah pakan alami. Namun demikian Jangka waktu pemberian pakan alami
pada usaha budidaya perlu dibatasi karena penyediaan pakan alami itu sendiri
memerlukan proses waktu yang cukup panjang dan kuantitas serta kualitasnya antara
lain sangattergantung pada faktorlingkungan dan faktor gizinya sendiri. Oleh karenanya
pada stadia umur larva tertentu, peranan pakan a!ami perlu diganti kan dengan pakan
buatan karena penyediaan pakan buatan lebih praktis dan komposisi nutriennya dapat
3
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh larva itu sendiri (Zonneveld et aI., 1991). Namun
demikian pemberian pakan buatan sendiri harus disesuaikan dengan kesiapan larva
secara fisiologis karena pakan buatan terdiri dari nutrien yang mempunyai struktur
molekul yang kompleks dan tidak mengandung enzim sehingga diperlukan ketersediaan
enzim untuk mencernanya (Suryanti dan Priyadi , 2002) .
Secara garis besar ada tiga jenis enzim yang berperanan dalam pencernaan
pakan yaitu protease, amilase dan lipase. Protease menghidrolisis ikatan peptida pada
rantai polipeptida hingga menjadi asam amino. (Purves et al., 1992) , amilase
menghidrolisis karbohidrat (McFadden dan Keeton, 1995) sedangkan lipase berperan
dalam proses pencernaan lemak dengan menghasilkan monogliserid dan asam lemak
(Overmire, 1986).
4
..
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT
3.1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi profil enzim pencernaan pada
ikan kerapu dan (2) mengevaluasi faktor yang terkait dengan enzim pencernaan pada
ikan kerapu.
3.2. Manfaat
Manfaatyang dapatdiperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkandata biologismengenai profil enzim pencernaan ikankerapu bebek.
2. Mengetahui waktu pemberian dan jenis pakan yang sesuai dengan aktivitas enzim
pencernaan sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pemanfaatan
pakan.
5
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga November 2010 di Balai Besar
Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) yang terletak di Kecamatan Gerokgak,
Kabupaten Buleleng, Bali.
4.2. Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara
berkesinambungan terhadap perkembangan yang terjadi secara alami pada stadia larva
hingga benih.
Perlakuan yang diujikan dalam penelitian adalah perbedaan waktu pemberian
pakan buatan, yaitu (1) pakan buatan diberikan pad a larva umur 8 hari dan (2) pakan
buatan diberikan pada larva umur 13 hari .
4.3. Pemeliharaan Hewan Uji
4.3.1 . Tempat Pemeliharaan
Pemeliharaan hewan uji dilakukan di dalam ruang hatchery semi outdoor.
Disebut hatchery semi outdoor karena ruang terse but merupakan sebuah
bangunan semi permanen yang dikelilingi dengan terpal berwarna coklat sebagai
bag ian dinding pada sisi-sisinya. 8ebagai hewan uji , larva ikan kerapu bebek
dipelihara pada bak beton berbentuk persegi panjang yang berkapasitas
maksimum 6000 L. Masing-masing bak pemeliharaan dilengkapi dengan sistem
aerasi yang merupakan sumber pasokan oksigen bagi larva. Dalam satu bak
pemeliharaan terdapat sekitar 9-10 titik aerasi.
4.3.2. Pengelolaan Pakan
8elama pemeliharaan, kedalam tangki pemeliharaan larva diberikan
fitoplankton dan zooplankton (Tabel 1). Jenis fitoplankton yang digunakan adalah
Nannochloropsis ocuI/ata, diberikan mulai pada hari pemeliharaan kedua pagi.
Pemberian fitoplankton dilakukan dengan terlebih dulu menampungnya ke dalam
tangki fiber berkapasitas 100-200 liter, kemudian mengalirkannya secara
perlahan dengan menggunakan selang aerasi ke dalam tangki pemeliharaan
larva. Zooplankton yang digunakan adalah rotifer Brachionus rotundiformis, mulai
diberikan pada hari ketiga pagi dengan kepadatan awal 5-10 ind./ml.
6
"
Tabel1. Jadwal pemberian fitoplankton dan zooplankton selama penelitian
Jenis Pakan
Waktu (hari)
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10-30 31-45
Fitoplakton
Zooplankton
4.3.3.Pengelolaan Air
Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan larva berasal dari
perairan laut di lingkungan sekitar BBRPBL. Air laut tersebut dipompa dan
dialirkan melalui filter fisik yang terdiri dari batu, koral dan pasir, kemudian
dialirkan lagi melalui filter pasir dan baru dialirkan ke dalam bak pemeliharaan
larva.
Untuk menjaga kualitas air di dalam media pemeliharaan, dilakukan
pergantian air dan penyiphonan,yang dilakukan secara periodik, selama periode
pemeliharaan larva berlangsung,mulai larva umur10 hari.
4.4. Variabel Pengamatan
1.Varibel bebas:
a.Umur
2.Varibel tergantung:
a.Aktivitas protease
b. Aktivitas amilase
c. Aktivitas lipase
d.Ukuran larva, meliputi :
1) panjang tubuh
2) berattubuh
3) panjang duri sirip punggung
4) panjang duri sirip perut
Disamping variabel tersebut , dalam penelitian ini juga diukur temperatur air,
oksigen terlarut dan ammonia, sebagai data kondisi lingkungan selama penelitian
berlangsung.
7
4.5. Pengambilan Sampel
untuk analisisaktivitasenzim, dan pengamatan pertumbuhan larva.
4.5.1.Aktivitasenzim
Untuk pengamatan aktivitas enzim dilakukan pengambilan sampel larva
secara periodik selama penelitian berlangsung. Pengambilan sampel dilakukan
secara hati-hati untuk mencegah larva mengalami stress. Selanjutnya dilakukan
pembersihan sampel dari kotoran yang ikut terbawa, pengurangan jumlah air
yang terbawa selama proses pengambilan sampel hingga seminimal mungkin
dan kemudian menempatkannya dalam botol sampel. Pengambilan sampel ini
dikerjakan pada kondisi suhu 0-4C. Selanjutnya sampel disimpan pada suhu -
80C hinggasaat analisis. Analisisdilakukansecaraduplo.
Aktivitas protease diukur dengan menggunakan kasein sebagai substrat
dan tirosin sebagai standar, aktivitas amilasediukurdengan menggunakan starch
sebagai substrat dan maltosa sebagai standar (Bergmeyer et a/., 1983),
sedangkan aktivitas lipase diukur dengan menggunakan minyak nabati sebagai
subtrat (Linfield et a/., 1984). Aktivitas enzim dinyatakan sebagai unit aktivitas
enzim/menitigram sampel.
4.5.1.Pertumbuhan Larva
Untuk pengamatan pertumbuhan larva digunakan minimal 10 ekor larva
sebagai sampel. Pengambilan sampel larva diiakukan secara hati-hati dengan
menggunakan pipet plastik yang bermulut lebar. Selanjutnya sampel tersebut
diletakkan pada object glass, dilakukan pengukuran terhadap panjang tubuh dan
duri siripnya. Pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunakan mikroskop
stereoskopisyang dilengkapidengan mikrometer.
4.6. Analisis Data
1. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisis secara kuantitatif dan
ditampilkan dalam bentuk grafikhistogram antara umurdenganvariabel pengamatan.
2. Disamping itu juga dilakukan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara
aktivitasenzim terhadapumurdan berattubuh larva.
3. Data pendukung dalam penelitian ini, yaitu data kualitas air, dianalisis secara
deskriptif.
8
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Aktivitas Enzirn
Aktivitas enzim pencernaan larva kerapu bebek, yang terdiri atas protease,
amilase dan lipase, cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan umur larva.
Aktivitas enzim berkorelasi eksponensial positif terhadap umur larva (Gam bar 1,
Gambar 2 dan Gambar 3) . Peningkatan aktivitas enzim ini nampak sejalan dengan
semakin kompleks dan sempurnanya perkembangan struktur sistem pencernaan dalam
tubuh larva, termasuk didalamnya adalah kelenjar-kelenjar yang mensekresikan enzim,
dengan semakin meningkatnya umur larva. Dalam hal ini nampak bahwa produksi
enzim pencernaan itu sendiri berkorelasi erat dengan perkembangan struktur sistem
pencernaan (Dabrowski , 1979). Pola peningkatan aktivitas enzim pencernaan yang
sejalan dengan pertambahan umur larva juga terjadi pada larva kerapu batik
Epinephelus microdon (Jayadi , 2004) , ikan kerapu lumpur E.coioides (Eusebio et al.,
2004), ikan flounder Paralichtys olivaceus (Kurokawa dan Suzuki, 1996) dan eel
Anguilla japonica (Kurokawa et al., 2002) .
Larva yang diberi pakan buatan mulai umur 8 hari cenderung memiliki aktivitas
enzim yang lebih tinggi dibandingkan larva yang diberi pakan buatan mulai umur 13
hari. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan waktu pemberian pakan buatan akan
berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan larva. Dalam hal ini nampak bahwa
pakan buatan merupakan substrat yang dapat mengaktifkan zymogen. Sebagaimana
diketahui , ketersediaan substrat merupakan salah satu faktor yang akan berpengaruh
dalam pengaturan aktivitas enzim pencernaan. Peningkatan aktivitas enzim juga dapat
menunjukkan bahwa larva semakin banyak mengkonsumsi pakan buatan.
Hasil yang berbeda nampak pada aktivitas lipase. Pada larva yang diberi pakan
buatan mulai umur 8 hari, aktivitas lipasenya justru cenderung lebih rendah
dibandingkan aktivitasnya pada larva yang baru diberi pakan buatan mulai umur 13 hari .
Hingga larva berumur 22 hari , aktivitas lipase pad a larva yang diberi pakan buatan mulai
umur 8 hari cenderung lebih tinggi, namun pada saat larva berumur 26 hingga 30 hari,
aktivitas lipase pada larva yang diberi pakan buatan mulai umur 13 hari justru lebih
tinggi .
" .
Q) 0,0040

<1l c:
c:::::::::::::: Diberi pakan umur8hari y=1E_06e1.035x
i': CO
r=0.97
.......Diberipakanu
l1l
ur13 hari
0,0030
c:
--Expon.(Diberi pakan umur8hari)


- - - - - Expon. (Diberi pakan umur13hari)
2 0,0020
e-e y=5E_07eo.872x
0.0..
r=0.98
C'O 0 0,0010
Vl ....


(3
<'{ 0,0000
4 8 12 18 22 26 30
Umurlarva(hari) /Ageoflarvae (days)
Gambar 1. Aktivitas protease larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada waktu
berbedadan korelasinyaterhadap umurlarva
Q)
0,0012

C'O c: c:::::::::::::: Diberipakan umur8hari
i': co
0,0010
.!l1<::: - Diberi pakan umur13 hari y=8E-07eo.
840x
:;::, (/)
r =0.979
'c ......... - ..-.. ..-.. EXPO[L(DiberipakanumurShari) .
0,0008
2.-2,.
Expon.(Diberipakan umur 13 hari)
QJ Q)
Vl (/)
0,0006
.!l1co
, y=2E_06eO.669x
'E :-:::::
r=0.988
<1l
0,0004
Vl ....
C'O 0

0,0002
:;:; s

(3
'-
<'{
0,0000
4 8 12 18 22 26 30
Umurlarva(hari) /Ageoflarvae (days)
Gambar 2. Aktivitas amilase larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada waktu
berbedadan korelasinyaterhadap umurlarva
3,00
Q)
y=0.002eO.811x
C'O c: c:::::::::::::: Diberi pakan umur8hari
i': co
2,50
r=0.960
.!2::::::::: 770x
........Diberipakanumur13hari...
y=0.003eO.
'c ..-.-.. - .Expon(Dlberi hari) r=0.987
:;::, (/)
c: 2,00

Expon. (Diberi pakan umur 13 hari)
QJ
Q)
Vl
(/)
C'O co 1,50
g2-
Vl ....
1,00
0
.s;
:;:; s
0,50
(3
.-
<'{
0.00
4 8 12 18 22 26 30
Umurlarva(hari)/Ageoflarvae (days)
Gambar 3. Aktivitas lipase larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada waktu
berbeda dan korelasinyaterhadap umurlarva
10
...
0,0140
OBelumdiberi pakan buatan
0,0120
Sudah diberi pakan buatan
l
0,0100
0,0080
0,0060
A
0,0040
0,0020
0,0000
8 13
UmurlaNa(hari)I Age of larvae(days)

...
co 0,0140

co
- Q) 0,0120
:2t/)
Q)'
0,0100

dl co
Ul .... co 0,0080
COo'"
E 0,0060
'- c:
CO ::J
Ul - '-'-
0,0040
. "t
CO <..l
>
0,0020

0,0000
oBelumdiberi pakan buatan
Sudahdiberipakanbuatan
B ...... ... ............ ................... ...
. ...... .'..
8 13
UmurlaNa(hari)I Age of larvae (days)
12,00
--..
Q)
OBelumdiberi pakan buatan
co

Sudah diberi pakanbuatan
S'S
co co
9,00
'c 't;:
:l ::J

dl Q)
t/) Ul 6,00
co co
C

Ul ....
co 0
:::., 3,00
:,::; :::.
.:.::

'-
(3
"t
0,00
8 13
UmurlaNa(hari)I Age of larvae (days)
Gambar4. Aktivitas protease (A), amilase (8) dan lipase (C) pada larva kerapu bebek
umur8dan 13hari,sebelum dan sesudah diberi pakan buatan
Aktivitas enzim pada larva kerapu bebek umur 8 dan 13 hari yang belum dan
sudah diberi pakan buatan menunjukkan adanya perbedaan (Gambar 4). Aktivitas
protease pada larva yang belum diberi pakan buatan, baik pada larva umur 8 dan 13
hari, lebih rendah dibandingkan pada larva yang sudah diberi pakan buatan. Hal ini
11
menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan, yang berkadar protein sekitar 50%
(Melianawati dan Suwirya, 2005), mampu menstimulir peningkatan aktivitas protease.
Pada larva umur 8 hari , aktivitas amilase cenderung sama antara larva yang
belum dan sudah diberi pakan buatan, namun aktivitas lipasenya cenderung lebih tinggi
pada larva yang sudah diberi pakan. Sedangkan pada larva umur 13 hari yang belum
diberi pakan buatan aktivitas amilase dan lipasenya lebih tinggi dibandingkan pada larva
yang sudah diberi pakan buatan. Tingginya aktivitas amilase pada larva yang belum
diberi pakan buatan tersebut diduga berasal dari amilase yang terdapat pada
zooplankton yang dikonsumsi oleh larva. Zooplankton rotifer yang merupakan satu-
satunya sumber pakan bagi larva yang belum diberi pakan buatan, memiliki aktivitas
amilase yang relatif lebih tinggi dibandingkan protease dan lipase (Melianawati , 2009).
Zooplankton ini memiliki kemampuan autolisis sekaligus membawa enzim eksogen bagi
proses pencernaan larva dalam pencernaan larva.
5.2. Pertumbuhan Larva
Pertumbuhan larva ikan kerap bebek yang diberi pakan buatan mulai umur 8 hari
memiliki ukuran panjang total (Gambar 5), berat tubuh (Gambar 6), panjang duri sirip
punggung (Gam bar 7) dan panjang duri sirip perut (Gam bar 8) yang lebih besar
dibandingkan larva yang diberi pakan buatan mulai imur 13 hari. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian pakan buatan pada larva kerapu bebek mulai umur 8 hari dapat
memacu pertumbuhan larva.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ikan secara
umum adalah aktivitas enzim. Bila dikaitkan dengan hasil analisis aktivitas enzim,
nampak adanya keterkaitan antara aktivitas enzim dan pertumbuhan larva. Peningkatan
aktivitas enzim pada larva yang diberi pakan buatan mulai umur 8 hari dapat
menunjukkan bahwa sistem perncernaan larva telah mampu menghidrolisis pakan
buatan yang diberikan dan hal tersebut nampak pada pertumbuhan larva yang lebih
besar dibandingkan dengan larva yang belum diberi pakan buatan pada umur tersebut.
Pakan buatan mengandung nutrien yang lebih lengkap dibandingkan
zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami. Larva yang diberi pakan buatan lebih
{ awal mendapat lebih dulu nutrien dengan komposisi yang lebih lengkap. Hal ini diduga
berpengaruh terhadap pertumbuhan larva selanjutnya. Oleh karenanya, larva yang
diberi pakan buatan lebih lambat, yaitu pada umur 13 hari , pertumbuhannya menjadi
terlambat , diduga karena kekurangan nutrien yang tidak terdapat dalam pakan buatan.
Pemberian pakan alami saja , sebagai satu-satunya sumber pakan, hingga larva
'2
-- ---- -
.. .
berumur 13 hari, nampaknya sudah tidak dapat mencukupi lagi kebutuhan nutrien larva.
Dengan demikian, perlu adanya penambahan pakan buatan mulai larva umur 8 hari.
Gambar 5. Panjang total larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada umur
berbeda
0.160
0,120
0,080
0,040
0,000
4 8 12 18 22 26 30
Umurlarva(hari)/Age of larvae (days)
oDiberipakan buatan pada umur8hari
Diberi pakan buatan pada umur13hari
Gambar 6. Berat tubuh larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada umur berbeda
20
15
10
5
o

ODiberi pakan buatan umur8 hari
Diberipakan buatan umur13 hari
4 8 12
UmurLarva (hari)/Age of Larvae (days)
18 22 26 30
.. .
. ......... .... ..
oDiberi pakan buatan umur8 hari ., . E"f
8
-SE
Diberi pakan buatan umur13 hari
.s
6
OJ""'-
OJ:::
OJm
e ~
4
:::J 0
0.-0
0._
.;::
iii C
m
2
i : : ~
:::J,,-
"DO
OJ..c:
0
e-
rn OJ
. ~ c:
e <lJ
~ - . J
-2
4 8 12 18 22 26 30
UmurLarva (hari)I Age of Larvae (days)
Gambar 7. Panjang duri sirip punggung larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan
padaumurberbeda
Gambar 8. Panjang duri sirip perut larva kerapu bebek yang diberi pakan buatan pada
umurberbeda
6
4
2
o
-2
DDiberipakan buatan umur8 hari
Diberipakan buatan umur13 hari
4 8 12 18 22 26 30
UmurLarva (hari)I Age of Larvae (days)
14
..
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Aktivitas enzim pencernaan yang meliputi protease, amilase dan lipase pada larva
ikan kerapu bebek umur 1 hingga 30 hari cenderung menunjukkan peningkatan
sejalan dengan pertambahan umurlarva.
2. Aktivitasenzim pencernaan larva dipengaruhi olehjenispakan yang diberikan.
3. Pertumbuhan larva ikan kerapu bebek yang diberi pakan buatan mulai umur 8 hari
lebih besardibandingkandengan larva yang diberi pakan buatan mulai umur13hari.
6.2. Saran
Pemberian pakan buatan bagi larva ikan kerapu bebek sudah dapatdilakukan sejak
larva umur8hari.
15
DAFTARPUSTAKA
Audesirk, T. and G. Audesirk. 1999. Nutritions and digestion. In: Biology, life on earth. 5
th
edition.International edition.Prentice-Hall. USA570-59 pp.
Bergmeyer, H.U., M. Grossi, H.E. Walter. 1983. Reagents for enzymatic analysis. In: H.U.
Bergmeyer (ed.) Methods in enzymatic analysis vol. II. 3
rd
eds. Weinheim. 274-275
pp.
Cahu, C. and J.Z. Infante. 1995. Maturation of the pancreatic and intestinal digestive
functions in sea bass (Oicentrarchus labrax): effect ofweaning with different protein
sources. Fish Phys. and Biochem.14(6):431-437.
Dabrowski, K.and J. Glogowski. 1977. Studieson the role ofexogenousproteolyticenzymes
in digestion processes in fish. Hydrobiologia 54(2) :129-134..
Diani , S., B. Siamet dan P.T. Imanto, 1991. Studi pendahuluan pemijahan alami dan
perkembangan awal larva ikan kerapu sunu, Plectropomus maculatus. J. penelitian
budidaya pantai ,terbitan khusus.7(2):10-19.
Eusebio, P.S., J.D. Toledo, R.E.P. Mamauag and M.J.G. Bernas. 2004. Digestive enzyme
activity in developing grouper (Epinephelus coioides) larvae. In: Rimmer, M.A et al. ,
2004. Advancesin grouperaquaculture.Canberra.35-40 pp.
Gawlicka, AB. Parent, M.H. Horn, N. Ross, I. Opstad and O.J. Torrissen. 2000. Activity of
digestive enzyme in yolk sac larvae ofAtlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus) :
indication ofreadinessforfirstfeeding. Aquaculture 184:303-314.
Handayani, S. 2006. Studi efisiensi pemanfaatan karbohidrat pakan bagi pertumbuhan ikan
gurame(Osphronemus gouramy Lac.) sejalan dengan perubahan enzim pencernaan
dan insulin.InstitutePertanian Bogor.
Heemstra, P.H and J.E. Randall. 1993. Grouper ofthe world. FAO species catalogue XVI.
Rome.63 p.
Hepher, B. 1988. Nutrition of pond fishes. Cambridge University press, Cambridge, New
York. 388 p.
Huet, M. 1971. Texbook offish culture: Breeding and cultivation offish. Fishing News Book
Ltd. England. 436 p.
Jayadi. 2004. Aspek biologi dan fisiologi serta kebutuhan lingkungan dan larva ikan kerapu
batik (Epinephelus microdon). Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Makassar. 105 p.
Kohno, H., P.T. Imanto, S. Diani, B. Siamet and P. Sunyoto, 1990. Reproductive
performance and early life history of the grouper, Epinephelus fuscoguttatus. Bull.
Penelitian perikanan,special edition 1:27-35.
Komarudin, U., A Prihaningrum dan Z. Arifin. 1998. Pemeliharaan larva kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) dengan multi-spesies zooplankton. Oalam Sudradjat et
al. (eds). SeminarTeknologi Perikanan Pantai.142-148pp.
Kurokawa, T. and T. Suzuki. 1996. Formation ofthe diffuse pancreas and the development
of digestive enzyme synthesis in larvae of the Japanese flounder Paralichthys
olivaceus. Aquaculture 141:267-276.
16
_____., T. Suzuki, H.Ohta, H.Kagawa, H.Tanaka and T. Unuma.2002. Expression
of pancreatic enzyme genes during the early larval stage of Japanese eel Anguilla
japonica. FisheriesScience68:736-744.
Linfield, W.M., RA Barangkas, L. Sivieri , S. Serota and RW. Stevenson. 1984. Enzymatic
fat and synthesis. JAOCS 18(2):78-87.
Mansyur, A, Utojo dan F. Rasjid, 1995. Pemeliharaan ikan kerapu lumpur (Epinephe/us
tauvina Forsk.) pada beberapa tingkat salinitas dalam kondisi laboratorium. J.
penelitian perikanan Indonesia 1(4 ):1 00-105.
McBride, S. 2004. The activity of digestive enzymes in larval grouper and live feed. In:
Rimmer, M.A et a/., 2004. Advances in grouperaquaculture. Canberra. 41-46 pp.
McFadden, C. Hand W. T. Keeton. 1995. Nutrient procurement in heterotrophic organism.
In: Biology, an exploration oflife. Cornell University. W.W. Norton and Company. 343-
372 pp.
Melianawati, R dan K. Suwirya. 2006. Pengaruh perbedaan frekuensi pemberian pakan
terhadap pertambahan bobotyuwana kakap merah Lutjanus argentimacu/atus. Jurnal
RisetAkuakultur1(2):151-159.
____, R 2009. Aktivitas enzim pencernaan larva ikan kerapu macan (Epinephe/us
fuscogutattus Forsskal, 1775) terkait dengan perbedaan jenis pakan. Program
Pascasarjana UniversitasGadjah Mada. 64-65 pp.
Overmire,T. G. 1986. Nutrition.In: The world ofbiology. John Wiley and Sons. Inc. 149-168
pp.
Purves, W.K., G.H. Orians, H.C. Heller. 1992. Animal nutrition. In: Life: the science of
biology. SinauerAssc.935-961 pp.
Siamet, B. dan Tridjoko, 1997. Pengamatan pemijahan alami, perkembangan embrio dan
larva ikan kerapu batik, Epinephe/us microdon dalam bak terkontrol. J. penelitian
perikanan Indonesia3(4):40-50.
Suryanti, Y. dan A Priyadi. 2002. Penentuan saat awal pemberian pakan buatan dan
hubungannya dengan perkembangan aktivitas enzim pencernaan pada benih ikan
baung (Mystus nemurus CV.).Jurnal Penelitian Perikanan IndonesiaVIII(5):37-42.
Suwirya, K, A. Prijono, A Hanafi, R Andamari, R Melianawati ,M. Marzuqi, K.Sugama, N.A
Giri. 2006. Pedomanteknis pembenihan ikan kerapu sunu (P/ectropomus /eopardus).
PusatRisetPerikanan Budidaya. Jakarta.18 p.
Tridjoko,B.Siamet, T. Aslianti ,Wardoyo,S Ismi, J. H. Hutapea, K. M. Setiawati, I. Rusdi, D.
Makatutu,A Prijono, T. Setiadharma, M. Hirokazu and K. Shigeru. 1999. Research
and development: The seed production technique ofhumpback grouper, Cromileptes
a/tive/is. JICAand Gondol research stationforcoastalfisheries. 55 p.
Zonneveld, N., E.A Huisman and J.H. Boon. 1991 . Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT
Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.318 p.
.,
Lampiran 3.a
LAPORAN HASIL PENELITAN DAN PENGEMBANGAN
(Laporan ringkas Hasil Litbang sesuai PP No. 20 TH 2005)
Identitas Lembaga Penelitan dan Pengembangan
Nama Lembaga Penelitan dan
Pengembangan
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol
Pimpinan Dr. I N Adiasmara Giri , MS
Alamat Banjar Dinas Gondol, Desa Penyabangan , Kec. Gerokgak,
Kab. Buleleng , Bali. Kotak Pos 140 Singaraja 81101
Telepon: 0362 - 92278, Fax. 0362-92272 I 92271
E-mail : rimgdl@indosat.netid
Identitas Kegiatan
Judul
Identifikasi Profil Aktivitas Enzim Pencernaan untuk Optimasi
Pemanfaatan Pakan Dalam Usaha Budidaya Ikan Kerapu
Bebek (Cromilepfes a/five/is)
Abstraksi
Ikan kerapu bebek merupakan komoditas yang bernilai
ekonomis tinggi sehingga kegiatan budidaya terhadap ikan
kerapu ini mutlak perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya
eksploitasi penangkapan yang berlebih dari alam serta untuk
dapat memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat.
Pengamatan pad a aspek biologis berperan penting dalam
mendukung keberhasilan usaha budidaya. Profil enzim
pencernaan merupakan salah satu aspek biologis yang penting
untuk diamati karena berkorelasi dengan pemanfaatan pakan
dan pertumbuhan ikan. Pemanfaatan pakan yang efisien dan
efektif serta pertumbuhan yang cepat merupakan indikator
dalam keberhasilan budidaya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas enzim pencernaan yang meliputi protease,
amilase dan lipase pada larva ikan kerapu bebek umur 1 hingga
30 hari cenderung menunjukkan peningkatan sejalan dengan
pertambahan umur larva. Aktivitas enzim pencernaan larva
dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan. Pertumbuhan
larva ikan kerapu bebek yang diberi pakan buatan mulai umur 8
hari lebih besar dibandingkan dengan larva yang diberi pakan
buatan mulai umur 13 hari. Dari hasil penelitian ini maka
pemberian pakan buatan bagi larva ikan kerapu bebek sudah
dapat dilakukan sejak larva umur 8 hari.
Tim Peneliti
Regina Melianawati , S.Pi, M.Sc (bidang keahlian biologi
!
\
Peneliti Utama (PU)
1. Nama Koordinatorl
perikanan)
Banjar Dinas Gondol , Desa Penyabangan, Kec. Gerokgak,
Kab. Buleleng , Bali. Kotak Pos 140 Singaraja 81101
Ir. Retno Andamari, M.Sc., (bidang keahlian biologi perikanan)
2. Alamat Koordinator/(PU)
3. Nama Anggota Peneliti
Ir. Irwan Setyadi , (bidang keahlian budidaya perikanan)
Mei - November 2010
Publikasi (Isilah dengan nama
publikasi, tahun dan tempat
publikasi dilakukan)
Waktu~ e l k s n n
Lampiran 3.b
LAPORAN HASIL PENELITAN DAN PENGEMBANGAN
(Laporan ringkas hasil Litbang sesuai PP No. 20 TH 2005)
Identitas Kekayaan Intelektual dan Hasil Litbang
Ringkasan Kekayaan Intelektual
A. Perlindungan Kekayaan Intelektual
1. Paten Waktu Pendaftaran: -
2. Hak Cipta Waktu Pendaftaran: -
3. Merek Waktu Pendaftaran: -
4. Desain Industri Waktu Pendaftaran: -
5. Desain Tata letak Sirkuit Terpadu Waktu Pendaftaran: -
6. Varietas Tanaman Waktu Pendaftaran: -
B. Nama Penemuan Baru
c. Nama penemuan baru Non Komersial
D. Cara Alih Teknologi
Ringkasan Hasil Penelitian dan Pengembangan
1. Hasil Penelitan dan Pengembangan
Dari hasil penelitian ini diperoleh informasi data biologis berupa profil enzimatis
pencernaan larva ikan kerapu bebek. Berdasarkan data terse but maka pemberian
pakan buatan adalah umur 8 hari karena hal tersebut sudah sesuai dengan
enzimatis pencernaan larva sehingga pemanfaatan pakan buatan dapat efisien dan
efektif.
2. Produk, Spesifikasi, dan Pemanfaatannya.
3. Gambar/Photo Produk Hasil penelitian dan pengembangan
..
Lampiran 3.e
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pengelolaan
A. Sumber Pembiyaan penelitan dan Mitra Kerja
1. APBN : Rp. -
2. APBD : Rp. -
3. Mitra Kerja : Rp. -
- Mitra Dalam Negeri : Rp. -
- Mitra Luar l\Iegeri : Rp. -
B. Pemanfaatan sarana dan Prasarana Penelitian
1. Saran a Laboratorium Biologi dan Kimia BBRPBL
2. Prasarana Bak penelitian di BBRPBL
C. Pendokumentasian
Foto, Log Book dan Laporan Teknis

Anda mungkin juga menyukai