dimana
1 0,56 0,53 0,54
2 1,46 1,48 1,47
3 1,85 1,87 1,86
4 2,14 2,13 2,13
5 2,41 2,39 2,40
6 2,63 2,61 2,62
7 2,75 2,78 2,76
8 3,01 3,00 3,00
9 3,16 3,20 3,18
10 3,34 3,31 3,32
11 3,50 3,50 3,50
12 3,67 3,66 3,66
13 3,79 3,81 3,80
14 3,96 3,99 3,97
15 4,09 4,12 4,10
16 4,22 4,24 4,23
17 4,35 4,39 4,37
18 4,49 4,50 4,49
19 4,56 4,57 4,56
20 4,72 4,72 4,72
5 Hasil dan Pembahasan
Cincin Newton merupakan pola interferensi gelap terang, pola ini
diakibatkan adanya superposisi dua gelombang atau lebih. Dalam percobaan
yang telah dilakukan bahwa pola interferensi terjadi karena adanya pemantulan
cahaya oleh dua permukaan, yaitu pemantulan dari lengkung lensa plan
konveks (cembung), dan pemantulan dari lensa plan parallel (gelas datar)
sehingga memberikan beda fase atau beda lintasan optik. Keadaan ini terjadi di
rongga yang terletak antara lengkung lensa plan konveks dan lensa plan
parallel.
Prinsip kerja hingga terbentuknya pola interferensi yaitu berkas sinar
monokromatis (Na) dipancarkan mengenai beamspeter yang berfungsi sebagai
pemecah berkas, selanjutnya sinar sebagian ditransmisikan dan sebagian akan
jatuh pada lensa plan konveks. Kemudian sinar yang jatuh pada lensa plan
konveks, sebagian sinar akan dipantulkan dan sebagian lain akan dibias
melewati lapisan tipis udara dan akan jatuh pada lensa plan parallel. Berkas
yang jatuh pada lensa plan parallel selanjutnya akan dipantulkan kembali ke
lapisan tipis udara. Gabungan berkas pantulan langsung dari lensa plan konveks
dan berkas pantulan setelah mengalami pembiasan akan membentuk pola
interferensi berbentuk cincin gelap terang yang disebut dengan fringes
Pada eksperimen ini dilakukan pengambilan data dengan menentukan pola
gelap pusat, kemudian mencatat skala yang ditunjukkan oleh micrometer
sebagai r
0
. Gelap pusat (
diperoleh sebesar 560 mm. Kemudian dari hasil yang diperoleh
ditentukan pula grafik regresi linear r
m
2
terhadap m. Berikut grafik hubungan r
m
2
dan m
Apabila dibandingkan panjang gelombang hasil analisis dan literatur untuk
gelombang cahaya Na bernilai 589,5924 nm. Terjadi presentase kesalahan
sebesar 4,9%. Adanya kesalahan ini dipengaruhi oleh besar sudut pembelah
berkas cahaya oleh beamspeter, sehingga menghasilkan fringes yang berbeda
untuk jari-jarinya. Kurang telitinya praktikan saat membaca mikrometer, atau
menggeser dari orde ke orde berikutnya juga dapat mempengaruhi.
6 Kesimpulan
1. Adanya inteferensi cahaya gelap terang dimana diperoleh pada gelap pusat
(
( )
2. Diperoleh nilai panjang gelombang sumber cahaya sebesar 560 mm.
dengan presentase kesalahan sebesar 4,9% terhadap literature.
7 Daftar Pustaka
Jenkins and White, 1984, Fundamental of Optics , John Wiley and Sons, New
York
Tjia,M.O, 1993. Gelombang. Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Tipler, P A, 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid Kedua, Edisi Tiga. Jakarta :
Erlangga.
http://id.wikipedia.org
http://www.google.com
http://www.wordpress.com
y = 1.1211x - 0.0681
R = 0.9986
0
5
10
15
20
25
0 5 10 15 20 25
j
a
r
i
-
j
a
r
i
p
o
l
a
f
r
i
n
g
e
r
m
2
(
m
m
2
)
orde m
Grafik hubungan antara r
m
2
dengan
orde m
Grafik hubungan antara
rm dengan orde m
Linear (Grafik hubungan
antara rm dengan orde
m)