Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Asma
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan
oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-
lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing,
dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara
episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001)

2. Penyebab Terjadinya Asma
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma, yaitu:
1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan.. Gejala-
gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika,
berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat.
Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila
sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan
bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti: perubahan cuaca dan suhu
udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan, gangguan emosi, dan
olahraga yang berlebihan.
2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada
saluran pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan
(inflammation) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari
saluran pernafasan. Penyebab asma (inducer) dengan demikian mengakibatkan
gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit
diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger).
Umumnya penyebab asma (inducer) adalah alergen, yang tampil dalam bentuk:
ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan
dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah tepung sari
(serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.


3. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:
1. Intermiten
Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma
ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa
muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu 2x sebulan.
2. Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan
derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu,
tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan serangannya biasanya dapat
mengganggu aktifitas tidur di malam hari.
3. Persisten Sedang
Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada
tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan
hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di
malam hari.
4. Persisten Berat
Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya.
Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari,
terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan
serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.


4. Pengendalian Asma
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan
penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA,
2005).
2. Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani
penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin
terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta
memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).
3. Menghindari Faktor Resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi
gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala
asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan
sebagainya (GINA, 2005).
4. Pengobatan Medis Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan
berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita
asma intermitten, tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild
intermitten, menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung
oleh Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten,
menggunakan pilihan obat .

Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma (Controller):
Glukokortikosteroid Inhalasi
Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi
gejala inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi
hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup
(GINA, 2005).
Obat ini dapat menimbulkan kandidiasisorofaringeal, menimbulkan iritasi
pada bagian saluran napas atas dan dapat memberikan efek sistemik, menekan
kerja adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast (GINA, 2005).
Glukokortikosteroid Oral
Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat kortikosteroid
inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes, penekanan kerja
hipothalamus-pituitary dan adrenal, katarak, glukoma, obaesitas dan kelemahan
(GINA, 2005).
Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)
Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma. Obat
ini dapat menurunkan gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive pada
imun nonspecific. Obat ini dapat menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian
dengan bentuk formulasi powder (GINA, 2005).
2-Agonist Inhalasi
Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah
pemakaian. Obat ini dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam,
meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menimbulkan tremor pada
bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja cardiovascular dan hipokalemia
(GINA, 2005).
2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada
waktu malam. Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja jantung,
dan menimbulkan tremor pada bagianmuskuloskeletal (GINA, 2005).
Teofiline
Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma
bronkial dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh
darahpulmonal. Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah,
diare, sakit kepala, insomnia daniritabilitas. Pada level yang lebih dari 35
mcg/mL menyebabkan hperglisemia, hipotensi, aritmia jantung, takikardi,
kerusakan otak dan kematian.
Leukotriens
Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk
mengurangi gejala termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan
gejala asma (GINA, 2005).






Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:
2-Agonist Inhalasi
Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk
mengontrol gejala asma,variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan napas. Obat
ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor ototskeletal dan hipokalemia (GINA,
2005).
2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung,
tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).
Antikolinergic
Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru.
Obat ini dapat menyebabkan mulut kering dan pengeluaran mucus (GINA, 2005).

5. Metode Pengobatan Alternative
Metode pengobatan alternative ini sebagian besar masih dalam penelitian.
Buteyko merupakan salah satu pengobatan alternative yang terbukti dapat
menurunkan ventilasi alveolar terhadap hiperventilasi paru penderita asma, selain
itu memperbaiki gejala yang ditimbulkan asma. Buteyko ini merupakan tehnik
bernapas yang dirancang khusus untuk penderita asma dengan prinsip latihan
tehnik bernapas dangkal (GINA, 2005).
6. Terapi Penanganan Terhadap Gejala
Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan
kepada pasien yang mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan
dalam kondisi yang darurat. Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah
penderita asma dengan menggunakan obat bronkodilator seperti:
2
-agonist
inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).
7. Pemeriksaan Teratur
Penderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara
teratur kepada tim medis. Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat
perkembangan kemampuan fungsi paru (GINA, 2005).
Dalam penatalaksanaan asma, pola hidup sehat sangat dianjurkan. Pola
hidup sehat akan sangat membantu proses penatalaksanaan asma. Dengan
pemenuhan nutrisi yang memadai, menghindari stress, dan olahraga atau yang
biasa disebut latihan fisik teratur sesuai toleransi tubuh (The Asthma Foundation
of Victoria, 2002).
Pemenuhan nutrisi yang memadai dan menghindari stress akan menjaga
penderita asma dari serangan infeksi dari luar yang dapat memperburuk asma
dengan tetap menjaga kestabilan imunitas tubuh penderita asma (The Asthma
Foundation of Victoria, 2002).
Latihan fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar, sehingga tubuh
tidak menjadi lemas. Latihan fisik dapat merubah psikologis penderita asma yang
beranggapan tidak dapat melakukan kerja apapun, anggapan ini dapat
memperburuk keadaan penderita asma. Sehingga dengan latihan fisik, kesehatan
tubuh tetap terjaga dan asupan oksigen dapat ditingkatkan sejalan dengan
peningkatan kemampuan latihan fisik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002).


Sumber :
Global Initiative For Asthma (GINA). 2005. Global Strategy for Asthma
Management and
Prevention.http://www.ginasthma.com/GuidelineItem.asp?intId=1170

Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC

Asthma Foundation of Victoria, 2002

Anda mungkin juga menyukai