Anda di halaman 1dari 27

RANGKUMAN RADIOLOGI

TULANG



Disusun oleh :
Ainni Putri Sakih (08310016)
Alam Putra Sanjaya (08310020)
Feby Lispandan Wangi (08310114)
Meri Dian Sera (08310193)
Aprilio Feldi (09310306)
Ratna Miranda Fitriyani (09310338)


KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
RSUD DR.R.M.DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2014

I. ANATOMI TULANG
1. MACAM-MACAM TULANG DAN BAGIANNYA
Tulang dalam tubuh setiap makhluk memiliki bentuk yang beranekaragam termasuk tulang
manusia. Tulang pada tubuh manusia terdiri dari beberapa macam yaitu:
A. Tulang Pipa atau Tulang Panjang (Long Bone)
Sesuai dengan namanya tulang pipa memiliki bentuk seperti pipa atau tabung dan
biasanya berongga. Diujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan tulang lain. Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian
tengah disebut diafisis, kedua ujung disebut epifisis dan diantara epifisis dan diafisis
disebut cakra epifisis. Beberapa contoh tulang pipa adalah pada tulang tangan
diantaranya tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius) serta tulang kaki diantaranya
tulang paha (femur), dan tulang kering (tibia).

B. Tulang Pipih (Flat Bone)
Bentuk tulang yang kedua yaitu tulang pipih. Tulang pipih tersusun atas dua lempengan
tulang kompak dan tulang spons, didalamnya terdapat sumsum tulang. Kebanyakan
tulang pipih menyusun dinding rongga, sehingga tulang pipih ini sering berfungsi
sebagai pelindung atau memperkuat. Contohnya adalah tulang rusuk (costa), tulang
belikat (scapula), tulang dada (sternum), dan tulang tengkorak.

C. Tulang Pendek (Short Bone)
Dinamakan tulang pendek karena ukurannya yang pendek dan berbentuk kubus
umumnya dapat kita temukan pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang
belakang.

D. Tulang tak berbentuk (Irregular Bone)
Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tak termasuk ke dalam tulang pipa, tulang
pipih, dan tulang pendek. Tulang ini terdapat di bagian wajah dan tulang belakang.
Gambar tulang wajah (bagian mandibula) di samping termasuk tulang irreguler



2. KOMPOSISI TULANG
20% air
30% Organik (terutama protein)
45% Anorganik (densitas tulang radioopak)

3. JENIS-JENIS TULANG
A. Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf
kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena
tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu condroithin
sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang
rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.
Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna
yang berisi sel tulang rawan yaitu chondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
1) Tulang rawan hialin: tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan,
mengandung serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat
kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang,
tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.
2) Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis.
Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii
(pada telinga) dan laring.
3) Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundel-
bundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih
kaku. Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae
dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis. Pada orang dewasa tulang
rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan anak-anak. Pada
orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan beberapa tempat, yaitu cuping
hidung, cuping telinga, antar tulang rusuk (costal cartilage) dan tulang
dada, sendi-sendi tulang, antarruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.

b. Tulang Keras (Osteon)
Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang berfungsi menyusun
berbagai sistem rangka. Tulang tersusun atas:
(a). Osteoblas: sel pembentuk jaringan tulang
(b). Osteosit: sel-sel tulang dewasa
(c). Osteoklas : sel-sel penghancur tulang
b. Berdasarkan matriksnya tulang dibedakan menjadi 2, yaitu:
1). Tulang Kompak
Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiri dari
saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu
tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf.
Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis.
Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-
rongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar
menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan
dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di
antara sistem Havers terdapat lamela interstitial yang lamella-lamelanya tidak
berkaitan dengan sistem Havers. Pembuluh darah dari periostem menembus tulang
kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran
Havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak
mengandung sistem Havers.
2). Tulang Spons

4. STRUKTUR TULANG
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang
sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum.
Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung
osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan
berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.


b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini
teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih
banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang
menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung
kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki
tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan
namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh
sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari
kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang.
Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh
tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum
tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah
yang ada dalam tubuh.
5. LOKASI DAN FUNGSI 4 MACAM SEL-SEL TULANG
a. Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu
banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau
silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi
di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung
ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang
aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu
terlihat pula adanya lisosom. Osteoblast yang mensintesis dan menjadi perantara
mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan
jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling
berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.

b. Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok
terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang
bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh
osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan
M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat
adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari
osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang
berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi
sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit
lagi atau osteoklas. Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang.
Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara
membantu pemberian nutrisi pada tulang.

c. Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 m-
100m dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali
oleh Kllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel
osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan
keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan
Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya
microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border).
Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat
mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral
pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks
organic.
Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan
memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang
terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang
sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang.
Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka
panjang.Osteoklas merupakan sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis
tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama
osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.

d. Sel osteoprogenitor
Merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast selama
pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot
skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga
berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki
lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat.
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari
jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. Substansi interseluler tulang selalu
mengalami pengapuran.

II. ASPEK RADIOLOGI ORTHOPAEDI
Indikasi Pemeriksaan Radiologi :
1. Fraktur
2. Fissure
3. Corpus Alineum
4. Dislokasi
5. Kelainan Patologi

I. Infeksi dan Inflamasi pada Tulang dan Sendi
Inflamasi merupakan reaksi jaringan yang disebabkan oleh bahan iritan berupa
agen biologis, kimia maupun fisik (trauma), dengan manifestasi klinis:
1. Rubor (kemerahan) dan calor (panas) terjadi akibat dilatasi pembuluh darah sebagai
akibat respon vaskuler terhadap inflamasi.
2. Tumor (bengkak) terjadi karena adanya pembentukan eksudat sebagai akibat
peningkatan tekanan hidrostatik diantara kapiler dan peningkatan permeabilitas
kapiler, juga terdapat migrasi leukosit dari kapiler ke daerah inflamasi.
3. Dolor (nyeri) terjadi karena adanya peningkatan tekanan pada jaringan.
4. Functio laesa (gangguan fungsi) terjadi karena adanya nyeri dan bengkak, juga karena
adanya destruksi tulang rawan dan jaringan ikat lainnya.

1. Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis akut
terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya infeksi pada tulang panjang dimulai
pada metafisis. Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang seperti femur bagian
distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal,
serta vertebra.
Terbanyak disebabkan staphylococcus, terjadi pada 90% kasus acute
hemotogenous osteomyelitis, penyebab lain bisa streptococcus, pneumococcus,
salmonella, jamur, dan virus. Infeksi dapat terjadi secara:
a. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit dan tenggorok
b. Kontaminasi dari luar:
- Fraktur terbuka
- Tindakan operasi pada tulang
c. Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya
Diagnosis banding
Gambaran radiologik untuk osteomielitis dapat menyerupai tumor ganas
primer tulang (osteosarkoma dan Ewings sarkoma) karena dijumpai destruksi tulang,
reaski periosteal, pembentukan tulang baru, dan pembengkakan jaringan lunak.
Osteosarkoma stadium dini sangat sulit dibedakan dengan osteomielitis. Pada
osteosarkoma stadium yang lebih lanjut ditemukan pembentukan tulang yang lebih
banyak, infiltrasi tumor yang disertai penulangan patologik ke dalam jaringan lunak,
dan terdapat segitiga Codman.
Ewing sarkoma biasanya mengenai diafisis tulang panjang, tampak destruksi
tulang yang bersifat infiltratif, reaksi periosteal yang kadang-kadang menyerupai kulit
bawang yang berlapis-lapis dan massa jaringan lunak yang besar
2. Artritis Purulenta/Pyogenic Arthritis/Acute Septic Arthritis
Bila bakteri pyogenik masuk ke sendi maka akan terjadi artritis purulenta, dan
bila tidak diobati secara baik maka akan terjadi destruksi dari permukaan sendi.
Artritis purulenta dapat mengenai setiap sendi dan dapat ditemukan pada semua umur.
Cara infeksi dapat melalui perluasan dari osteomielitis terutama pada anak-
anak, hematogen dari fokus yang jauh, dan kontaminasi langsung pada penyuntikan ke
dalam sendi.
Gambaran Radiologik
Kelainan biasanya dimulai berupa reaksi inflamasi akut pada jaringan sinovia
dengan cairan serosa atau cairan seropurulen sehingga terjadi efusi pus di dalam sendi.
Tulang rawan kemudian akan mengalami erosi dan destruksi (kondrolisis). Pada tahap
selanjutnya timbul jaringan granulasi (panus) yang menutupi tulang rawan dan
menghambat nutrisi ke jaringan sinovia sehingga tulang rawan rusak dan terjadi
ankilosis. Kadang dapat terjadi subluksasi (bergesernya sebagian sendi) dan dislokasi
(bergesernya seluruh sendi).
Pada pemberian terapi, penyembuhan terlihat dengan adanya rekalsifikasi dan
densitas tulang kembali normal dan batas tulang yang mengalami destruksi menjadi
lebih tegas. Bila pengobatan terlambat, maka setelah sembuh, timbul ankilosis.
3. Tuberkulosis pada Tulang Belakang/Tuberculous spondylitis/Potts Disease
Tuberkulosis tulang adalah suatu proses peradangan yang kronik dan destruktif
yang disebabkan basil tuberkulosis yang menyebar secara hematogen dari fokus jauh,
dan hampir selalu berasal dari paru-paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada
waktu infeksi primer atau pasca primer. Penyakit ini sering pada anak-anak.
Frekuensi tuberkulosis tulang paling tinggi adalah pada tulang belakang,
biasanya terdapat pada vertebra torakal bagian bawah atau vertebra lumbal bagian
atas, jarang di daerah servikal.
Gambaran radiologi pada foto polos vertebra
Terdapat osteoporosis, osteolitik, dan destruksi korpus vertebra disertai
penyempitan spatium intervertebralis yang berada di antara korpus tersebut dan
mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral.
4. Arthritis Tuberkulosis
Arthritis tuberkulosis merupakan manifestasi lokal penyakit tuberkulosis dari
fokus di tempat lain. Kelainan ini umumnya bersifat monoartikuler (80%) dan hanya
20% bersifat poliartikuler. Sendi yang terserang terutama sendi panggul (koksitis
tuberculosis), sendi lutut (gonitis tuberkulosis), pergelangan kaki dan kadang sendi
bahu.
Gambaran radiologi
Pada stadium dini bukti adanya tuberkulosa hanyalah pelebaran celah sendi
akibat dari efusi dan osteoprosis periartikuler. Jika infeksi berkembang, osteoporosis
akan menyebar, muncul pusat perusakan tulang pada caput femoris dan acetabulum,
dan garis putih tulang subchondral akan rusak. Dengan berlanjutnya destruksi, caput
femoris pindah ke atas dan celah sendi menghilang.
5. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah gangguan sendi kronis disertai kerusakan tulang rawan
sendi berupa disintengrasi dan perlukaan progresif, diikuti peningkatan pertumbuhan
di tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dengan fibrosis di kapsul
sendi.
Kelainan ini terjadi karena mekanisme abnormal pada proses penuaan, trauma,
atau kelainan-kelainan yang menyebabkan tulang rawan sendi rusak. Tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi.
Klasifikasi, osteoarthritis dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Osteoarthritis primer
- Etiologi tidak diketahui
- Bisa mengenai > 1 sendi
- Terutama perempuan, kulit putih, usia pertengahan, umumnya poli-artikuler, nyeri
akut, panas di distal interphalangeal lalu tulang bengkak disebut nodus Heberden.

2. Osteoarthritis sekunder karena penyakit yang menyebabkan sinovia rusak:
a. Trauma/instabilitas:
1. Fraktur sendi
2. Post meniscectomy
3. Tungkai bawah tak sama panjang
4. Hipermobilitas sendi
5. Instabilitas sendi
6. Permukaan sendi tak sejajar/tak serasi

b. Gen/perkembangan
1. Displasia epifisis
2. Displasia asetabuler
3. Congenital hip dislocation
4. Legg-Calve-Perhes disease
5. Slipped (tergelincir) sendi

c. Kelainan endokrin:
1. Okronosis
2. Akromegali
3. Deposisi kristal
4. Mukopolisakaridosis
5. Pasca inflamasi sendi

d. Osteonekrosis caput femoris karena Caisson disease, Sickle cell disease
Foto Polos:
1. Densitas tulang: normal/menyempit
2. Ruang/celah sendi menyempit asimetris karena hilangnya tulang rawan sendi
3. Tulang subcondral: sclerosis
4. Kista tulang di permukaan sendi terutama subkondral
5. Osteosit di tepi sendi terutama sendi-sendi besar
Gradasi berdasar perubahan-perubahan radiologis:
A. Sendi normal, kemungkinan ada osteofit minimal
I. Osteofit di 2 titik dengan sklerotik subkondral dan kista
Osteofit di 2 titik dengan sklerotik subkondral yang minimal
Celah sendi masih baik, tidak ada deformitas
II. Osteofit sedang, celah sendi sempit, beberapa deformitas ujung-ujung tulang
III. Osteofit besar, celah sendi hilang, deformitas ujung-ujung tulang, sklerosis dan kista
subkondral

6. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis adalah inflamasi non bakteri sistemik, progresif,
cenderung kronik, mengenai sendi dan jaringan ikat sendi secara simetris.
Etiologi:
1. Infeksi Streptococcus (non) hemolitik
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Gen dan lingkungan
Patologi:
1. Kelainan daerah artikular di sinovia, tulang, tendon. Stadium
1) Stadium sinovitis:
- Kongesti vaskular, proliferasi sinovia
- Infiltrasi lapisan subsinovia oleh sel-sel polimorfonuklear, limfosit, dan
plasmosit
- Lalu terjadi penebalan struktur kapsul sendi disertai pembentukan vili di
sinovium dan efusi di sendi dan pembungkus sendi

2) Stadium destruksi:
- Inflamasi menjadi kronik, destruksi sendi dan tendon
- Tulang rawan sendi rusak, terbentuk jaringan granulasi di permukaan sendi yang
disebut panus
- Erosi tulang di tepi sendi karena invasi jaringan granulasi dan resorbsi
osteoclast, terjadi tenosivitis
- Invasi kolagen yang menyebabkan ruptur tendon (partial/total)
3) Stadium deformitas
- Kombinasi: destruksi sendi, ketegangan selaput sendi dan ruptur tendon
menyebabkan instabilitas dan deformitas sendi
- Ankilosis mulai dari jaringan kemudian tulang
2. Kelainan jaringan ekstra artikular
1) Otot : myopathy atrophy
2) Nodul sub cutan : 25% pasien
3) Vasa perifer : gangguan respon terhadap suhu
4) Kelenjar limfe : pembesaran KGB, splenomegali
5) Saraf : nekrosis fokal-neuropathy
6) Viscera : kelainan di jantung, paru, ren
Gambaran radiologis:
1. Stadium awal: kelainan kurang/tidak menyolok
2. Stadium selanjutnya:
1) Rarefaksi korteks sendi yang difus
2) Trabekulasi tulang turun
3) Obliterasi ruang sendi
4) Permukaan sendi irreguler
5) Spurring marginal
3. Selanjutnya:
1) Destruksi tulang rawan
2) Penyemptan ruang sendi
3) Erosi joint surface

II. Neoplasma Jaringan Muskuloskeletal
Pemeriksaan radiologis merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting
dalam menegakkan diagnosis tumor tulang. Dilakukan foto polos lokal pada lokasi lesi
atau foto survei seluruh tulang (bone survey) apabila dicurigai adanya tumor yang
bersifat metastasis atau tumor primer yang dapat mengenai beberapa tulang. Diagnosis
pasti didasarkan pada hasil pemeriksaan patologi anatomik. Pada beberapa tumor,
diagnosis pasti dapat juga ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik, misalnya
osteokondroma.
Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:
1. Lokasi lesi yang lebih akurat apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis atau paa
organ-organ tertentu.
2. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple
3. Jenis tulang yang terkena
4. Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor yaitu:
a. Bagian mana dari tulang yang terkena:
- Osteosarkoma biasanya di daerah metafisis
- Sarkoma Ewing kebanyakan pada diafisis
b. Batas: apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak
Umumnya tumor jinak berbatas tegas, korteks menipis, dan tidak ada reaksi
periosteal. Sedangkan tumor ganas batasnya tidak tegas, korteks mengalami
destruksi dan ada reaksi periosteal (terbentuknya tulang baru di bawah periost
jika terjadi suatu proses dalam tulang (radang, neoplasma) sehingga periost
mengalami iritasi atau terangkat).
c. Sifat-sifat tumor: apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikan
reaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak sekitarnya terinfiltrasi
d. Sifat lesi: apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun
- Kebanyakan tumor tulang primer soliter
- Bila multiple kemungkinan metastasis

1. Enchodroma
Terdapat banyak pada phalanges, metacarpal, metatarsal umumnya soliter, bila
terjadi di banyak tempat disebut enchondromatosis (Olliers dyschondroplasia),
terdapat pertumbuhan lesi absorsi bagian dalam dari korteks dan terdapat reaksi
periosteal. Bisa berubah jadi chondrosarcoma.
Gambaran radiologi tulang rawan adalah radiolusen, sehingga tumor ini akan
terlihat sebagai bayangan radiolusen yang berbatas tegas di daerah medula. Kadang-
kadang tampak pelebaran tulang karena ekspansi dan tampak penipisan korteks,
kadang-kadang terlihat perkapuran.
2. Osteochodroma (Osteocartilaginous Exostoses)
Merupakan tumor jinak, suatu pertumbuhan yang abnormal pada daerah
metafisis di tulang panjang dari anak yang sedang tumbuh, di sini terjadi kegagalan
remodeling dari tulang. Terdapat pertumbuhan yang abnormal dari tulang dan tulang
rawan, gejala klinis terdapat tumor dengan pembengkakan lokal. Biasanya tumor
mulai dari metafisis dari tulang panjang terutama sekitar lutut, tetapi karena tulang
tumbuh, makin lama makin bergeser ke diafisis. Biasanya soliter, kadang-kadang
multiple dan terjadi di banyak tempat sehingga disebut diaphyseal aclasis (multiple
osteocartilaginous exostoses). Dengan tumbuh panjangnya tulang maka tangkai tumor
ini dekat epiphyseal plate sedang ujungnya didaerah diaphyse. Bisa berubah jadi
malignant kira-kira pada 1% dari kasus osteochondroma dan 10% pada diaphyseal
aclasis. Gejala klinis biasanya terdapat benjolan tanpa rasa nyeri didaerah metafisis
tulang panjang.
Pada gambaran radiologi tampak penonjolan tulang dengan korteks dan
spongiosa yang normal. Komponen tulang rawan seringkali tidak kelihatan karena
berada di luar tulang. Dengan bertambahnya umur pasien terlihat kalsifikasi pada
tulang rawan yang makin lama makin banyak.
3. Osteoma
Osteoma adalah tumor jinak yang paling sering ditemukan dari seluruh tumor
jinak tulang, terutama pada usia 20-40 tahun. Bentuknya kecil namun dapat menjadi
besar. Kelainan ini ditemukan terutama pada tulang tengkorak seperti maksila,
mandibula, palatum, sinus paranasalis dan dapat pula pada tulang-tulang panjang
seperti tibia, femur, dan phalanges.
Gambaran radiologis
Pada foto rontgen osteoma biasanya terlihat sebagai bayangan opak bundar
atau lonjong berbatas tegas tanpa adanya destruksi tulang, jarang lebih besar dari 2,5
cm.

4. Osteosarcoma
Osteosarcoma dalah tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan
prognosis yang buruk. Kebanyakan penderita berusia antara 10-25 tahun. Jumlah
kasus meningkat lagi setelah umur 50 tahun yang disebabkan oleh adanya degenerasi
maligna, terutama pada penyakit Paget. Terbanyak terletak pada femur distal, tibia
proksimal, humerus proksimal dan pelvis. Lebih dari 50% ditemukan di sekitar lutut.
Nyeri merupakan gejala utama yang pertama muncul yang bersifat konstan
dan bertambah hebat pada malam hari. Penderita biasanya datang dengan tumor yang
besar atau oleh karena terdapat gejala fraktur patologis. Gejala umum lainnya dapat
ditemukan anemia, penurunan berat badan serta nafsu makan berkurang. Pada 50%
dari kasus bisa metastase ke paru. Prognosis jelek karena kebanyakan sudah metastase
ke paru pada stadium awal.
Gambaran radiologi
Tampak tanda-tanda destruksi tulang yang berawal pada medula dan terlihat
sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium yang
masih dini terlihat reaksi periosteal yang gambarannya dapat lamelar atau seperti
garis-garis tegak lurus pada tulang (sunray appearance). Dengan membesarnya tumor,
selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor yang meluas ke luar
tulang. Dari reaksi periosteal itu hanya sisanya yaitu pada tepi yang masih dapat
dilihat, berbentuk segi tiga yang dikenal sebagai segi tiga Codman (elevasi dari
periosteum pada foto rontgen). Pada kebanyakan tumor ini terjadi penulangan
(ossifikasi) dalam jaringan tumor sehingga gambaran radiologinya bergantung pada
sedikit banyaknya penulangan yang terjadi.
5. Osteoclastoma (Giant Cell Tumor of Bone)
Tumor ini biasanya dijumpai pada usia 30-40 tahun. Tumbuh didaerah epifisis
tulang panjang, setelah epiphyseal plate menutup, terdapat pada radius distal, tibia
proksimal, femur distal. Tumor ini cenderung untuk berubah menjadi ganas. Gejala
utama berupa nyeri serta pembengkakan terutama pada lutut dan mungkin ditemukan
efusi sendi serta gangguan gerakan sendi. Pada 10% pasien datang dengan gejala
fraktur.
Gambaran radiologi
Tampak daerah radiolusen pada ujung tulang panjang dengan batas yang tidak
tegas. Ada zona transisi antara tulang normal dan patologik, biasanya kurang dari 1
cm. Lesi kistik biasanya eksentrik, bersifat ekspansif sehingga korteks menjadi tipis.
Tidak ada reaksi periosteal. Tumor yang sudah besar dapat mengenai seluruh lebar
tulang dan sering terjadi fraktur patologik. Bayangan tumor berupa destruksi lokal
yang radiolusen di daerah epiphyse seperti gelembung sabun dengan adanya
trabekulasi.
6. Ewings Sarcoma
Sarkoma Ewing merupakan tumor ganas primer yang berasal dari sumsum
tulang, terjadi pada usia 10-20 tahun. Tumor ini paling sering mengenai tulang
panjang, kebanyakan pada diafisis, sering juga pada tulang pipih seperti pelvis,
skapula, dan kosta.
Gejala utama berupa nyeri dan pembengkakan pada daerah tumor. Tumor
biasanya sangat ganas dan 95% pasien meninggal pada tahun-tahun pertama.
Metastasis terjadi cepat secara hematogen ke paru-paru atau tulang-tulang lainnya
dimana gambaran metastasisnya mirip dengan tumor primer.
Gambaran radiologi
Tampak lesi destruktif yang bersifat infiltratif yang berawal di medula, pada
foto terlihat sebagai daerah-daerah radiolusen. Tumor cepat merusak korteks dan
tampak reaksi periosteal. Kadang-kadang reaksi periostealnya tampak sebagai garis-
garis yang berlapis-lapis menyerupai kulit bawang dan dikenal sebagai onion skin
appearance. Tumor dapat meluas sampai ke jaringan lunak dengan garis-garis
osifikasi yang berjalan radier disertai dengan reaksi periosteal tulang yang
memberikan gambaran yang disebut sunray appearance serta terdapat segitiga
Codman sehingga tumor dapat disalah interpretasikan sebagai osteosarkoma.
7. Metastasis pada Tulang
Pada umumnya tumor primer berasal dari karsinoma mammae, prostat, paru,
dan ginjal. Tumor menyebar melalui aliran darah, limfe, atau secara langsung. Tulang-
tulang yang sering ditempati metastasis adalah pelvis, kolumna vertebra, kosta, femur
bagian proksimal, humerus bagian proksimal, dan tengkorak. Distribusi ini sesuai
dengan daerah sumsum tulang merah. Metastasis jarang dijumpai pada tulang distal
dari sendi siku dan sendi lutut. Gambaran radiologi metastasis antara lain osteolitik,
osteoblastik, atau campuran. Keluhan penderita dapat berupa rasa nyeri dan kadang
terdapat fraktur patologis dari tulang. Juga bisa terdapat kenaikan dari serum alkaline
phosphatase.
III. Fraktur (Trauma pada Tulang)
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang dan tulang rawan (sendi dan
epifisis) baik total maupun parsial.
Klasifikasi:
1. Etiologi 1. Traumatik
2. Patologik
3. Stress

2. Klinis 1. Tertutup/simple fracture
2. Terbuka/compound fracture
3. Komplikasi

3. Radiologis 1. Lokasi 1. Diafisieal
2. Metafiseal
3. Intra artikular
4. Dengan dislokasi

2. Konfigurasi 1. Transversal
2. Oblique
3. Spiral
4. Segmental
5. Kominutif
6. Baji
7. Avulsi
8. Depresi
9. Impaksi
10. Pecah/burst
11. Epifisis

3. Ekstensi 1. Total
2. Tidak total/crack
3. Buckle/torus
4. Green stick (pada anak)
5. Garis rambut (fissure/retak, sering tak tampak terutama
kosta, tunggu 10 hari agar tampak kalus)

4. Hubungan antara fragmen
1. Undisplaced/tak bergeser
2. Displaced/bergeser 1. Bersampingan
2. Angulasi
3. Rotasi
4. Distraksi
5. Over-riding
6. Impaksi

Tujuan foto polos pada fraktur:
1. Melihat gambaran normal tulang dan sendi
2. Melihat konfigurasi fragmen dan pergerakan
3. Melihat fraktur intra/ekstra artikular
4. Melihat kelainan patologis lain di tulang
5. Melihat benda asing (logam, peluru, dll)
6. Menentukan terapi
7. Menentukan fraktur baru/lama
8. Konfirmasi adanya fraktur
Prinsip Dua
1. Dua posisi proyeksi: dilakukan sekurang-kurangnya antero-posterior dan
lateral/oblique
2. Dua sendi: pada foto rontgen harus terlihat sendi bagian atas dan bawah dari anggota
gerak yang fraktur
3. Dua ekstremitas: dekstra dan sinistra. Kadang perlu dibuat foto anggota gerak yang
normal sebagai pembanding dengan anggota gerak yang mengalami kelainan
4. Dua trauma: trauma hebat umumnya menyebabkan fraktur multiple (kalkaneus atau
femur perlu dilakukan foto pada panggul dan vertebra)
5. Dua kali foto: pada fraktur tertentu bisanya foto pertama kali belum tampak garis
fraktur sehingga diperlukan foto berikutnya 10 hari kemudian.
Komplikasi pada fraktur yang dapat dilihat pada foto rontgen antara lain:
1. Osteomielitis: terutama pada fraktur terbuka
2. Nekrosis avaskular: hilangnya/terputusnya asupan darah pada suatu bagian tulang
sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut. Sesuai dengan anatomi vaskular,
maka nekrosis avaskular pasca trauma sering terjadi pada kaput femoris yaitu pada
fraktur kolum femoris, navikulare manus, dan talus
3. Mal union
Mal union adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya tetapi
terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, pemendekan, atau
union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.
Etiologi:
1) Fraktur tanpa pengobatan
2) Pengobatan yang tidak adekuat
3) Reduksi dan imobilisasi yang tidak baik
4) Pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan
5) Osifikasi prematur pada lempeng epifisis karena adanya trauma.
Gambaran klinis:
1) Deformitas dengan bentuk yang bervariasi
2) Gangguan fungsi anggota gerak
3) Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi


Gambaran radiologis
Pada foto rontgen terdapat penyambungan fraktur tetapi dalam posisi yang
tidak sesuai dengan keadaan normal.
4. Delayed union
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 3 bulan untuk
ekstremitas superior, dan 5 bulan untuk ekstremitas inferior.
Gambaran radiologi:
1. Tidak ada gambaran tulang baru di ujung daerah fraktur
2. Gambaran kista di ujung-ujung tulang karena dekalsifikasi
3. Gambaran callus kurang di sekitar fraktur

5. Non union
Non union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan, tidak ada
konsolidasi, namun terbentuk pseudoarthrosis (sendi palsu dengan/tanpa arthrosis).
Jenis berdasar ujung-ujung fragmen tulang:
1. Hypertrofik:
a. Garis-garis fraktur tampak jelas
b. Ujung-ujung tulang sklerotik, lebih besar dari normal disebut Elephants foot
c. Ruang antara tulang terisi tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa
d. Vaskularisasi baik, terapi lebih mudah
2. Atrofik/oligotrofik
a. Tidak ada aktifitas seluler di ujung fraktur
b. Ujung tulang lebih kecil, bulat, osteoporosis, dan avaskular, sehingga terapi
lebih sulit
Gambaran radiologi:
1. Pada ujung-ujung tulang:
a. Terdapat gambaran sklerotik
b. Berbentuk bulat dan halus
c. Ruangan medular menghilang
2. Salah satu ujung tulang bisa berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung
(pseudoarthrosis)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada foto polos tulang:
1. Densitas tulang (baik lokal/menyeluruh) apakah berkurang/mengalami penipisan
(rarefaksi) atau justru bertambah (sklerosis) baik secara lokal maupun menyeluruh
2. Korteks dan medula tulang diperhatikan secara teliti
3. Hubungan antara kedua tulang diperhatikan apakah ada dislokasi atau tidak
4. Kontinuitas tulang dinilai untuk melihat apakah terdapat fraktur
5. Kontur umum tulang untuk melihat adanya deformitas
6. Melihat adanya penebalan tulang rawan sendi dan besarnya ruangan sendi
7. Perubahan jaringan lunak dinilai apakah ada pembengkakan atau atrofi
8. Pada penyakit-penyakit tertentu sering dilakukan pemeriksaan foto polos seluruh
tulang yang disebut bone survey yang terutama digunakan untuk melihat adanya
penyebaran/metastasis pada tulang seperti pada kasus-kasus tumor tulang primer
misalnya myeloma multiple
Fraktur Pada Orang Dewasa
1. Penilaian pada foto vertebrae
1. Foto vertebrae cervical
Pada foto vertebrae cervical proyeksi antero-posterior dan lateral harus
tampak dasar tengkorak, ketujuh vertebrae cervicales dan vertebrae torakal.
Penilaian foto vertebrae cervicalis meliputi:
1. Kurva: kurva vertebrae cervical normal adalah lordotik, kurva yang lurus
menunjukkan adanya spasme otot.
2. Alignment:
1. Kedudukan corpus vertebra satu dengan yang lain, bergeser/tidak
2. Adakah: subluksasio, rotasi, fraktur
3. Vertebral mal-alignment > 3 mm: dislokasi
3. Corpus vertebrae cervicalis:
1. Kontur: besar dan bentuk normal/tidak
2. Height anterior < 3 mm height posterior fraktur kompresi
4. Pedikel
5. Spatium intervertebralis: normal/menyempit, osteofit
6. Postero-lateral facet joint
7. Soft tissue: normal/ada soft tissue swelling prevertebral: ada cedera cervical

2. Foto vertebrae thoracal dan lumbal
1. Kurva (processus spinosus): kurva vertebrae lumbalis normal adalah lordotik,
kurva yang lurus menunjukkan adanya spasme otot.
2. Alignment: pergeseran menunjukkan adanya spondilolistesis
3. Korpus vertebrae lumbalis: besar dan bentuk normal/tidak
4. Pedikel : bilateral simetris
5. Spatium intervertebralis: normal/menyempit, terdapat osteofit (spondilosis).
6. Soft tissue: normal/ada pembengkakan
7. Titik berat badan (Fergusons weight bearing line): titik berat badan diukur
dengan menarik dua garis diagonal yang saling bersilangan dari sudut corpus
vertebrae lumbalis III. Dari titik persilangan dua garis diagonal tersebut, ditarik
garis vertikal ke arah promontorium os sacrum. Garis vertikal (titik berat
badan) yang normal akan jatuh pada promontorium os sacrum. Garis vertikal
yang jatuh di depan promontorium menyebabkan low back pain dan
menunjukkan unstable pelvic.
Sudut lumbosakral (sudut Ferguson) merupakan sudut yang terbentuk
oleh pertemuan bidang horizontal dan bidang yang melalui batas atas sakrum,
dalam keadaan normal antara 34-48. Sudut Ferguson yang meningkat
mengindikasikan kemungkinan adanya kekuatan yang menekan pada facet
(facies articularis) lumbal dan diskus posterior yang menyebabkan perubahan
degeneratif dini. Sementara itu sudut Ferguson yang menurun mempengaruhi
titik berat badan.
2. Penilaian pada foto pelvis
1. Fraktur pelvis: bisa terjadi banyak perubahan dan menyebabkan kematian
karena dapat terjadi banyak perdarahan.
2. Dislokasi sendi panggul: dislokasi sendi terbanyak ke arah posterior, posisi
kaki memendek, adduksi dan endorotasdi, bisa disertai lesi nervus Ischiadicus
sehingga secara klinis terdapat drop foot. Dislokasi merupakan kasus kegawat
daruratan maka harus cepat direposisi sebab bisa terjadi nekrosis avaskular
dari tulang rawan artikuler. Garis Shenton merupakan garis yang melewati arcus
antara tepi atas foramen obturator dan bagian medial leher femur. Garis ini akan
terpotong bila terdapat dislokasi panggul.

3. Penilaian pada foto genu antero-posterior/lateral
1. Besar dan bentuk tulang: femur distal, tibia dan fibula proksimal
2. Garis fraktur, osteofit
3. Eminentia intercondylaris medial dan lateral: terdapat perkapuran
4. Patella: fraktur, dislokasi, terdapat perkapuran
5. Celah sendi: normal, menyempit
6. Soft tissue: pembengkakan/normal

4. Penilaian pada foto extremitas
Proyeksi foto:
AP: Shoulder
AP/Lateral: humerus, elbow, antebrachii, manus, femur, cruris, pedis, ankle
joint
Penilaian pada foto extremitas meliputi:
1. Soft tissue: normal/terdapat pembengkakan
2. Besar dan bentuk tulang
3. Celah sendi: menyempit, melebar/normal
4. Garis fraktur, dislokasi, dan osteofit

1) Fraktur klavikula: tersering di 2/4 medial, sedangkan 1/4 medius, dan 1/4
lateral lebih jarang.
2) Dislokasi sendi bahu: terbanyak kearah anterior dimana caput humeri keluar
dari fossa glenoidalis dan berada di bawah processus korakoid.
3) Fraktur costae
Biasanya tidak perlu dibuat foto thorax bila dicurigai ada fraktur costa,
kecuali terdapat indikasi klinis akan adanya kerusakan pada paru atau pleura.
Untuk melihat fraktur costa, biasanya diperlukan foto oblik. Perlu diingat bahwa
foto oblik iga hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal
pembengakakan lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa
diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa. Bahkan
dengan foto oblik yang bagus pun, fraktur iga bisa tidak terlihat.
Fraktur iga bisa tidak terlihat pada foto thorax rutin. Foto oblik costa
memperlihatkan fraktur lebih jelas dibandingkan dengan foto thorax biasa atau
foto lateral, tetapi meskipun terbukti ada fraktur costa jarang mempengaruhi
pengobatan.
Untuk mencari fraktur costa, lihat dengan seksama masing-masing costa
meliputi seluruh panjangnya, tidak hanya pada tempat dimana terasa nyeri. Fraktur
akan sulit dilihat bila tidak ada perubahan letak (displacement), tetapi carilah juga
adanya cairan pleura pada sinus phrenicocostalis, pneumothorax dan kolaps paru
yang mungkin menyertainya.
Kalus di sekitar fraktur yang menyembuh atau deformitas dari suatu
fraktur lama, dapat menyerupai suatu kelainan costa dan bahkan bisa diperkirakan
sebagai suatu tumor.
4) Fraktur Humerus:
1) Fraktur collum chirurgicum (tersering),
2) Fraktur tuberkulum mayus
3) Fraktur diafisis
4) Fraktur suprakondiler
5) Fraktur kondiler
6) Fraktur epikondilus medialis
5) Dislokasi Cubitti
6) Fraktur Montega: fraktur ulna bagian proximal dan disertai dislokasi caput
radii
7) Fraktur antebrachi: tulang radius dan ulna keduanya fraktur. Dapat terjadi di
bagian proximal, medius, distal.
8) Fraktur Galleazi: fraktur radius bagian distal disertai dislokasi radio ulna joint
bagian distal.
9) Fraktur Colle: fraktur radius satu inchi dari sendi pergelangan tangan fragmen
distal displacement ke postero lateral, bisa disertai atau tidak fraktur procecus
styloideus ulna. Terjadi Dinnerfork Deformity (garpu makan malam).
10) Fraktur Smith: fraktur radius distal satu inchi dari sendi pergelangan tangan,
fragmen distal displacement ke anterior.
11) Fraktur Bennet: fraktur basis mecarpal satu.
12) Fraktur Boxer: fraktur dari neck metacarpal ke lima.
13) Fraktur Mallet: ujung jari berbentuk seperti kepala burung (flexi distal
interphalangeal joint), ini karena terjadi avulsi dari tendon extensor atau ruptur
tendon extensor jari yang bersangkutan.
14) Fraktur tulang skafoid: sering garis fraktur tidak terlihat pada foto pertama
sehingga diperlukan foto berikutnya setelah 2 minggu.
15) Fraktur metacarpal dan fraktur phalanx
16) Fraktur femur: dapat terjadi banyak perdarahan bahkan sampai dua liter. Bisa
terjadi shock, dan emboli lemak. Fraktur dapat terjadi pada collum femoris,
trochanter mayor/minor, diafisis, supracondiler, dan condiler.
17) Fraktur patela, cruris, ankle, metatarsal, dan phalanx.















DAFTAR PUSTAKA
Palmer, P. E. S., dkk. 1995. Petunjuk Membaca Foto untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC.
Rasad, Sjahriar, dkk. 2010. Radiologi Diagnostik Sjahriar Rasad Edisi 2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Edisi 2. Makassar: Penerbit
Bintang Lamumpatue.

Anda mungkin juga menyukai