21 Maret 2014 pukul 4:51 Asean Econimic Community (AEC) yang akan diwujudkan tahun 2015 merupakan sebuah kesepakatan ekonomi negara-negara di ASEAN(Association of Southeast Asian Nations.) yang memiliki komitmen untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan dasar produksi internasional, kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, pengembangan ekonomi yang merata, dan terintegrasi penuh dengan perekonomian global. Untuk mencapai semua itu perlu koordinasi dari semua bidang yang tergabung dalam AEC Council, yaitu Dewan yang mengkoordinasi sektor ekonomi kementrian meliputi perdagangan, pertanian, kehutanan, telekomunikasi, dan lain-lain. Masalah ketahanan pangan Indonesia di bawah kewenangan Menteri Pertanian saat ini merupakan salah satu masalah pokok yang akan menyiapkan Indonesia untuk maju di komunitas tersebut. Pangan akan menentukan sumber daya manusia dan masalah turunannya yang menjadi tantangan Indonesia menghadapi AEC 2015.
Sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. UU yang sama juga menyebutkan bahwa kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Beberapa kalangan menyamakan pengertian swasembada dan ketahanan pangan. Ketahanan pangan hanya mencakup pemenuhan kebutuhan individual suatu wilayah dan lebih mengutamakan pada kemudahan akses setiap individu untuk mendapatkan pangan yang sehat dan bergizi agar tercapai sumber daya manusia yang sehat dan produktif. Sedangkan swasembada pangan adalah upaya pencapaian peningkatan ketersediaan sumber bahan pangan di wilayah nasional. Apakah Indonesia telah memiliki ketahanan pangan yang kuat? Beberapa tahun lalu Indonesia heboh membicarakan krisis pangan padahal Indonesia sendiri merupakan negara agraris dan negara maritim. Kelangkaan pangan terjadi mulai dari kelangkaan daging sapi, kacang kedelai, cabai, kemudian bawang merah dan bawang putih. Selama tahun 2013, Badan Pusat Statistik merinci bahwa Indonesia mengimpor beras sebanyak 472.000 ton. Dari peristiwa ini dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kesulitan mendapatkan pangan yang dibutuhkan sehingga Indonesia perlu mengimpor bahan pangan. Lalu, bagaimana caranya agar Indonesia memiliki ketahanan pangan yang lebih kuat?
Agency of Food Security (Badan Ketahanan Pangan) yang dibentuk oleh Kementrian Pertanian telah membentuk Pengembangan Program Diversifikasi Pangan yang merupakan salah satu dari empat kunci kesuksesan Kementrian Pertanian Indonesia 2010-2014. Program tersebut ditargetkan untuk komunitas miskin yang wilayahnya memiliki kerentanan terhadap masalah pangan. Strategi untuk program tersebut melalui empat cara, yaitu: 1) Kawasan Rumah Pangan Lestari 2) Desa Mandiri Pangan 3) Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat) dan 4) Lumbung Pangan Masyarakat. Untuk mengimplementasikan strategi-strategi tersebut, Kementrian Pertanian membutuhkan berbagai pihak untuk kerjasama nasional atau internasional.
Kawasan Rumah Pangan Lestari adalah sebuah kawasan yang memanfaatkan pekarangan rumah sebagai salah satu sumber pangan yang mudah diakses, seperti dengan holtikultura, kolam ikan, penanaman umbi-umbian berkarbohidrat, dan sebagainya. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2010 di 10.990 desa di 33 provinsi di Indonesia. Pada tahun ini, India tertarik mempelajari program ini untuk diterapkan di negaranya. Sedangkan Desa Mandiri Pangan menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan, pada prinsipnya mendorong masyarakat desa miskin memenuhi pangannya secara mandiri sesuai dengan potensi wilayahnya. Masyarakat tidak dibatasi untuk menanam komoditas apapun, selama dapat memberi manfaat secara ekonomi. Selain itu, program ini bertujuan untuk mendorong pengelolaan sumber pendanaan sendiri tanpa bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan cara membentuk koperasi atau instrumen lain yang disepakati bersama dengan bimbingan dari para penyuluh. Hingga saat ini 70.000 desa telah ikut melaksanakan sebagai desa yang mandiri pangan. Bahkan, Indonesia sukses melaksanakan program ini dan mendapatkan perhatian dari FAO, yang menerapkan program Desa Mandiri Pangan di negara lain, seperti di Bangladesh dan Pakistan. Pada tahun 2012, Desa Mandiri Pangan menang peringkat ke-3 dalam acara AGFUND (Arab Gulf Program for Development) untuk penghargaan program pemerintah yang berpotensi untuk diadopsi untuk mencapai ketahanan pangan bagi kalangan miskin.
Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat dibentuk untuk penyelenggaraan penyimpanan hasil panen petani pedesaan secara bersama-sama di daerah yang rentan terhadap krisis pangan. Program ini dibentuk oleh pemerintah sejak 2009 sebagai asuransi untuk harga beras dan jagung tingkat petani sebagai pertanggungjawaban harga beli pemerintah. Sedangkan Lumbung Pangan Masyarakat dibentuk sebagai pencegahan terhadap kegagalan panen dan harga tinggi yang menyebabkan kekurangan beras pada wilayah yang rentan terhadap krisis pangan.
Empat cara tersebut adalah cara yang cukup efisien untuk penguatan ketahanan pangan pedesaan selain dapat meningkatkan pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan produktif. Dengan adanya sumber daya manusia yang produktif ini, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang makmur dan dapat bersaing dengan bangsa lain. Ketahanan pangan mampu mengurangi tingkat kemiskinan serta masalah-masalah turunan yang ditimbulkannya. Resume Jurnal Teknologi Pupuk dan Pemupukan
NARROW GRASS HEDGE EFFECTS ON NUTRIENT TRANSPORT FOLLOWING COMPOST APPLICATION
( EFEK PERSEMPITAN RUMPUT PAGAR PADA TRANSPORTASI NUTRISI BERDASARKAN APLIKASI KOMPOS ) Karya J. E. Gilley, B. Eghball, D. B. Marx Oleh : Nama : Sonia Tambunan Kelas : I NIM : 105040201111171 Dosen : Ir. Retno Suntari PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 PENDAHULUAN M enggunakan semak dengan rumput pagar sebagai hambatan telah terbukti efektif mengurangi kerugian tanah dari lahan pertania n. R umput bertangkai signifikan mengurangi limpasan dan kerugian tanah.I nfiltrasi ditingkatkan dalam sistem rumput berbatang membantu untuk mengurangi beban limpasan nutrisi . Endapan yang mengan dung serapan nutrisi dapat disimpan dalam kolam terbentuk tepat di atas pagar rumput. Ditemukan bahwa nutrisi terlimpas dari tanah lempung berliat di Kenya juga menurun dengan signifikan oleh rumput pagar. Rumput pagar menurunkan kehilangan nutrisi dengan efektif pada limpasan jika dilakukan pengaplikasian pupuk kandang. Pupuk kandang telah digunakan dengan efektif untuk tanaman produksi dan perbaikan tanah karena mengandung nutrisi dan bahan organic. Saat hujan segera tiba setelah pengaplikasian pupuk kand ang, nilai nutrisi tanah pada area pertanian mungkin tidak berdampak dengan signifikan pada limpasan kandungan nutrisi. METODE Karakteristik Tempat Lahan yang digunakan untuk studi berada di University of Nebraska Rogers Memorial Farm yang terletak 18 km ke barat Lincoln, Nebraska. Contoh tanah untuk studi karakteristik tempat diperoleh pada 7 July 2003 pada kedalaman sampai dengan 0 - 5 cm dan 5 - 15 cm. untuk tiap kenaikan kedalaman, contoh di kumpulkan pada tanah dengan kondisi berair dari beberapa l okasi pada tiap plot dan dikomposkan. Daerah plot dengan cepat diatas rumput pagar telah digunakan untuk mengumpulkan contoh tanah pada perlakuan yang dipagar. Persiapan Plot Tiga puluh plot dengan lebar 0 ,75 m x panjang 4 m telah ditetapkan dengan dimen si plot parallel yang lebih panjang ke lereng dalam arah aliran melalui darat. Perlakuan percobaan termasuk ada dan tidak adanya rumput pagar pengganti, tingkat pengaplikasian kompos, dan tingkat aliran. Keberadaan atau tidak hadiran dari rumput pagar adalah perlakuan plot utama, dan tingkat pengaplikasian kompos adalah perlakuan subplot. Prosedur Simulasi Hujan Air yang digunakan dalam uji simulasi hujan diperoleh dari sumur irigasi. Lapisan dari kain goni ditempatkan diatas plot untuk mengurangi gan gguan selama proses prapembasahan. Untuk memberikan keseragaman lebih mendahului kondisi air tanah antara perlakuann air yang pertama ditambahkan ke plot dengan selang hingga limpasan mulai. Kuantitas air yang dibutuhkan untuk memulai limpasan berbeda anta ra plot individu tergantung pada konten air tanah yang mendahului. Dengan menggunakan selah, memungkinkan untuh prapembasahan plot individu tanpa membasahi seluruh area. Ini juga jauh lebih mudah untuk mengamati saat plot individu menjadi jenuh saat simula si sedang tidak beroperasi. Ananlisis Statistika Tiga macam alanisis terpisah yang ditunjukan untuk menentukan efek dari (1) kedalaman contoh tanah, rumput pagar dan tingkat pengaplikasian kompos pada karakter tanah; (2) rumput pagar dan tingkat pengaplikasian pada beban limpasan nutrisi; dan (3) rumput pagar, tingkat pengaplikasian kompos, dan tingkat pemasukan pada tingkat transport nutrisi dalam pelimpasan. HASIL DAN DISKUSI Dikabarkan kenaikan konsentrasi P dengan dengan permuakaan tanah seba gai hasil dari aplikasi pupuk kandang atau kompos. Ini telah diasumsikan bahwa 10 tahun tanaman yang telah dipindahkan dibutuhkan untuk menurunkan konten P tanah ke tingkat keberadaan sebelum pengaplikasian pupuk kandang. KESIMPULAN Rumput pagar yang kaku dengan signifikan menurunkan transport DP dan TP dalam limpasan. Saat rata - rata melalui tingkat pengaplikasian kompos, 0,20kg nitrogen terkandung dalam limpasan dari perlakuan rumput pagar dengan signifikan berkuran