Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat
pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya
terjadi enam minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
kurang lebih 10 minggu (Winkjosastro, 2007, p.275).
Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh
berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi
darah kejaringan terlambat. Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan
makanan ke jaringan juga ikut barkurang. Kekurangan oksigen dan makanan
ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi
kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Pada kasus
semacam ini di perlukan penanganan yang serius (Hidayati, 2009, p.65).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum meningkat, pengaruh fisiologis ini belum
jelas, mungkin karena sistem syaraf pusat dan pengosongan lambung yang
berkurang (Wiknjosastro,2007, p.275).
Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan kedaan ini,
meskipun demikian dapat berlangsung berbulan- bulan. Keluhan ini
merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila tidak segera diatasi akan
menjadi hal yang patologis (Wiknjosastro,2007, p.275).
Faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya emesis
gravidarum terdiri dari stres, dukungan suami dan keluarga serta faktor
lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Perubahan bentuk tubuh yang terjadi
pada ibu dengan emesis yaitu berat badan cenderung turun atau ibu terlihat
lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung. Apabila ibu
hamil yang mengalami hal-hal tersebut tidak melakukan penanganan dengan
baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu peningkatan asam lambung dan
selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam lambung akan semakin
memperparah emesis gravidarum. (Maulana, 2008, p.31).
Untuk mengurangi gejala-gejala terjadinya mual dan muntah yaitu
dengan menghindari bau atau faktor-faktor penyebabnya, makan biskuit
kering atau roti bakar sebelum bangkit dari tempat tidur di pagi hari, makan
sedikit-sedikit tapi sering, duduk tegak setiap kali selesai makan, hindari
makanan yang berminyak dan berbumbu keras, memakan makanan kering
dengan minum di antara waktu makan, bangun dari tidur secara perlahan-
lahan dan jangan langsung bergerak, jangan menggosok gigi segera setelah
makan, minum teh herbal dan istirahat yang cukup (Hidayati, 2008, pp.52-
53).
Status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh
selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan mengakibatkan
keadaan yang buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga
suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan
terhambat. (Maulana, 2008, p.30).
Namun bila terus merasa sakit sepanjang hari dan selalu muntah
tiap kali makan, lambat laun akan mengalami dehidrasi, dan ini akan
mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Jika muntah lebih dari empat kali
sehari atau mual terus menerus terjadi selama 20 minggu terakhir kehamilan
ini akan berlanjut menjadi hyperemesis gravidarum. Untuk mengurangi gejala
mual dan muntah, seorang wanita penderita emesis gravidarum disarankan
untuk makan dalam porsi kecil saja tetapi sering, serta berhenti makan
sebelum merasa kenyang. Kadangkadang ibu dianjurkan untuk memilih
makanannya sendiri agar lebih berselera. (Smith, 2007, p.84).
Terdapat beberapa jenis makanan yang dapat dikonsumsi ibu pada
saat emesis. Beberapa makanan tersebut dapat dimakan agar kebutuhan gizi
ibu tercukupi. Sehingga walaupun ibu merasa mual dan muntah makanan
tersebut tetap dapat ibu konsumsi dengan baik. Beberapa contoh makanannya
yaitu: biskuit atau roti kering, kentang, ketela atau ubi, jahe dan olahanya,
ikan ,ayam tanpa kulit, telur, buah-buahan dan sayuran. Makanan yang
sebaiknya dikonsumsi adalah yang mengandung tinggi karbohidrat dan
protein serta buah dan sayur (maulana, 2008, p.189, 2009, p.109).
Saat penulis melakukan studi pendahuluan di Pondok Bersalin
Kusuma terhadap 10 ibu hamil Trimester I. Penulis menemukan terdapat 6
ibu hamil dengan usia kehamilan 12 minggu yang mengalami emesis
gravidarum, dan terdapat 4 wanita hamil yang tidak mengalami emesis
gravidarum. Ibu hamil mulai merasakan mual muntah yaitu dimulai pada
prtengahan pada bulan pertama kehamilan. Dari latar belakang tersebut,
peneliti ingin mengetahui ketepatan pemilihan jenis makanan ibu hamil
dengan emesis gravidarum di Pondok Bersalin Kusuma.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana ketepatan pemilihan jenis makanan pada ibu hamil
dengan emesis gravidarum ?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan ketepatan pemilihan jenis makanan pada ibu
hamil dengan emesis gravidarum.
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil.
b. Mendiskripsikan ketepatan pemilihan jenis makanan pada ibu hamil
dengan emesis gravidarum.






D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi pendidikan
Menambah referensi dan bahan informasi, mengenai
kehamilan dan keluhan yang terjadi pada kehamilan terutama dalam
mengatasi emesis gravidarum.
2. Bagi profesi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
rangka upaya mengatasi emesis gravidarum.
3. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan penulis khususnya tentang
emesis gravidarum dan jenis makanan yang dapat dikonsumsi pada ibu
hamil yang emesis.
4. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan
informasi dan menambah wawasan masyarakat terutama ibu hamil dalam
mengatasi emesis dalam pemilihan jenis makanan.

E. Keaslian Penelitian
Dalam tabel keaslian dapat menjelaskan adanya perbedaan
penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yang berjudul Ketepatan
Pemilihan Jenis Makanan Ibu Hamil dengan Emesis Gravidarum, sebagai
berikut:
Dari penelitian oleh Minerva mengenai studi deskriptif usia, paritas
dan sebagai faktor predisposisi kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil
trimester I. Sedangkan oleh Susanti mengenai hubungan pengetahuan ibu
hamil tentang keluhan mual muntah pada masa kehamilan trimester I dengan
upaya dalam mengatasi keluhan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya yaitu dari variabel bebas sasaran metode dan tempat penelitian.
Penjelasan dapat dilihat dari tabel 1. 1
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variasi yang diteliti Metode Hasil
1
Studi Diskriptif Usia,
Paritas, dan
sebagai Faktor
Predisposisi
kejadian Emesis
Gravidarum pada
ibu hamil Trimester
I di RB YKWP
Minerva Ridawanti
Kusumasari,
2010

32 ibu hamil
trimester I
dalam 2 bulan

Kejadian emesis
gravidarum pada
ibu hamil trimester I
ditinjau dari faktor
usia, faktor paritas,
dan faktro
pekerjaan






Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
penelitian
diskriptif
dengan
metode
pendekatan
cross
sectional

Kejadian Emesis
Gravidarum pada ibu hamil
Trimester I ditinjau dari
faktor usia kebanyakan
dialami pada kelompok usia
20 tahun 35 tahun
sebanyak 19 orang atau
sebesar 76 %, dari faktor
paritas kebanyakan dialami
dari kelompok paritas
primigravida yaitu sebanyak
16 orang atau 64 %, pada
kelompok ibu pekerja berat
yaitu sebanyak 15 orang
atau sebesar 60 %.

2
Hubungan
Pengetahuan ibu
Hamil Tentang
Keluhan Mual
Muntah pada masa
Kehamilan
Trimester I dengan
upaya dalam
Mengatasi Keluhan
di BPS Ny Sri
28 ibu hamil
yang
mengalami
keluhan mual
muntah pada
masa
kehamilan
trimester I.

Variabel dependent:
upaya ibu dalam
mengatasi keluhan .
Variabel
independent:
pengetahuan ibu
hamil tentang
keluhan mual
muntah pada masa
kehamilan trimester
Jenis
penelitian:
Analitik
dengan
pendekatan
cross
sectional.

Ada hubungan yang
signifikan antara
pengetahuan ibu hamil
tentang mual muntah
dengan upaya ibu dalam
mengatasi mual muntah.

Susanti, Am. Keb
Wulan Puspitarini,
2009
I.

Anda mungkin juga menyukai