Anda di halaman 1dari 2

Anda Perlu Tahu Tentang 'Azl

Ringkasan :
Diperbolehkan bagi suami meng-''azl, yaitu menumpahkan air mani di luar
kemaluan istri. Ada beberapa hadits yang menerangkan masalah ini.

Agama ini memang selalu membawa hikmah bagi pengikutnya, apa yang
diperintahkan dan dilarang semuanya baik bagi manusia.

Salah satunya adalah larangan bagi seorang suami melakukan jima disaat istri haid.
Rasulullah bersabda,

Barangsiapa mencampuri wanita haid, mencampuri wanita lewat duburnya, atau
mendatangi peramal lalu ia membenarkan perbuatannya maka dia telah kafir
terhadap apa2 yang diturunkan kepada Muhammad. (HR. Ashabus Sunan dan
lainnya, derajat shahih)

Selain hukumnya haram menurut tinjauan syar'i tersebut, ternyata kandungan
pelajarannya sangat besar ditinjau dari sisi kesehatan dan kedokteran. Inilah
beberapa hikmah yang patut kita petik dari larangan melakukan jima' dengan istri
saat ia haid. Dijelaskan bahwa....

Vagina yang biasanya dilumuri lendir pencegah terjadinya infeksi, ketika haid
tergantikan oleh aliran darah haid yang dikeluarkan. Nah, hubungan seks yang
dilakukan pada saat itu dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi. Hubungan seks
saat haid bisa menyebabkan aliran darah haid berbalik dan menimbulkan infeksi
pada rongga panggul, kondisi ini kemudian bisa menjalar ke bagian tubuh lainnya
melalui pembuluh darah yang terbuka di permukaan rahin saat haid.
1. Dari Jabir r.a yang berkata :
Kami melakukan ''azl sedangkan Al-Quran masih diturunkan. Dalam riwayat
lain:Kami melakukan ''azl pada zaman Rasulullah SAW, hal itu disampaikan kepada
nabi Allah dan beliau tidak melarangnya. (HR.Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Said Al Khudri yang berkata :
Seorang laki-laki dating kepada Rasulullah dan berkata:Sesungguhnya saya
memiliki seorang hamba sahaya, saya melakukan ''azl terhadapnya ketika saya ingin
melakukan apa yang biasa dilakukan oleh seorang laki-laki. Namu, orang-orang
Yahudi berkeyakinan bahwa pembunuhan kecil-kecilan adalah ''azl. Rasulullah
menjawab,Orang-orang Yahudi itu bohong ! Andaikata Allah menghendaki untuk
menciptakannya, maka kamu tidak bisa mengelakkannya. (HR. An-NasaI, Abu
Daud, dan lain-lain, sanad hasan)

3. Dari Jabir :
Bahwa seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan berkata,Sesungguhnya aku
mempunyai seorang hamba sahaya. Ia pembantu kami sekaligus saniyah kami. Saya
juga menggaulinya, akan tetapisaya tidak ingin dia hamil. Maka Rasulullah
bersabda,Lakukanlah azl terhadapnya jika engkau mau, karena akan dating
kepadanya apa yang telah ditakdirkan untuknya. Tidak lama kemudian, laki-laki
tersebut kembali datang kepada beliau. Ia berkata,Hamba sahaya tersebut telah
hamil ! Maka Nabi bersabda,Aku telah memberitahumu bahwa akan datang
kepadanya apa yang telah ditakdirkan untuknya. (HR. Muslim, Abu Daud, Al-Baihaqi
dan Ahmad)

Meninggalkan Azl Lebih Utama

Akan tetapi meninggalkan azl itu lebih diutamakan, disebabkan oleh beberapa hal :

1. Melakukan azl itu mengandung mudharat bagi isteri, karena mengurangi
kenikmatannya. Kalopun istri setuju melakukannya, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan.

2. Menghilangkan sebagian dari tujuan pernikahan yaitu memperbanyak keturunan
umat Nabi kita. Tujuan tersebut terdapat dalam sabdanya,

Nikahilah olehmu wanita yang penyayang dan banyak keturunan, karena aku akan
mengalahkan umat-umat terdahulu dengan jumlah kalian yang banyak. (HR. Abu
Daud, An-NasaI dan Al-Mahamili, sanad shahih)

Karena itulah Rasulullah menyifatinya dengan al-wadal-Khafi (pembunuhan
terselubung), ketika beliau ditanya mengenai azl. Beliau menjawab,

Itulah pembunuhan terselubung (HR. Muslim)

Karena itu, beliau mengisyaratkan bahwa lebih utama adalah meninggalkan azl.
Hadits Abu Said Al-Khudri, beliau berkata :

Masalah azl pernah diperbincangkan di hadapan Rasulullah, maka beliau bersabda,
Mengapa salah seorang dari kalian melakukan itu ? Beliau tidak
mengatakan,Janganlah salah seorang dari kalian melakukan hal itu. Sesungguhnya
tidaklah satu jiwa diciptakan kecuali Allah penciptanya. Dalam riwayat lain, Kalian
sunguh melakukan, kalian sungguh melakukan, kalian sungguh melakukan ?
Tidaklah satu jiwa (makhluk hidup) yang ditakdirkan ada hingga hari kiamat, kecuali
ia pasti ada. (HR. Muslim, An-NasaI dan lain-lain)

Sumber : Adabuz Zifaaf (Adab Santun Menuju Pelaminan) oleh Syaikh
Nashiruddin Al-Albani, Pustaka Amanah Solo.

Anda mungkin juga menyukai