Anda di halaman 1dari 13

MONITORING REPORT OF BANK MANDIRI - BTN

Printed and Online Media


Selasa, 20 Mei 2014
Name of Publication :
Suara Karya
Date : 20/05/14 Page : 10 Column Size : 3
Status of Publication :
National
Period : Daily Section : Keuangan

Circulation : -
JUDUL : Menko Diminta Lanjutkan Proses Konsolidasi
TONE : Positif
RESUME :
Chairul Tanjung dinilai harus mampu mempersiapkan proses konsolidasi perbankan di Tanah Air. Langkah
itu guna memudahkan pemerintahan baru nantinya dalam mengambil keputusan khususnya terkait
akuisisi Bank BTN oleh Bank Mandiri.

SUMBER :
1. Pengamat Ekonomi Dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Lipi), Latif Adam
2. Anggota APMPMI, Reagi Sukmana

PERNYATAAN :
-
ARTIKEL :














Name of Publication :
Indonesia Finance Today
Date : 20/05/14 Page : 21 Column Size : 5
Status of Publication :
National
Period : Daily Section : Banking News

Circulation : 65.000
JUDUL : Bank Tahan Diri Tumbuh Anorganik
TONE : Netral
RESUME :
Bank Mandiri berencana untuk melakukan akuisisi terhadap bank BTN. Akuisisi tersebut untuk
menunjang pertumbuhan anorganik Bank Mandiri.

SUMBER :
1. Direktur Utama Bank BNI, Gatot Suwondo
2. Direktur Keuangan BRI, Achmad Baequni
3. Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin
4. Ketua Dewan Komisioer OJK, Muliaman Hadad
5. Partner Konsultan Keuangan dan Kantor Akuntan Publik PwC Indonesia, Jusuf Wibisana

PERNYATAAN :
Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Bank Mandiri saat ini masih melihat
peluang pertumbuhan anorganik pada lembaga jasa keuangan baik bank maupun nonbank.

ARTIKEL :














Nama Media :
Kompas.com
Tanggal : 20/05/2014 Waktu 10:37 WIB Daily Visitor: 872.544
Status of Publication :
National
Period : Daily Section :
Bisniskeuangan
Daily Pageviews:
4.214.388
JUDUL : CT: Indonesia Perlu Bank Besar, (Tapi) Tak Harus Gabungkan Mandiri-BTN
TONE : Negatif
RESUME :
Menko Bidang Perekonomian Chairul Tandjung (CT) sepakat bahwa Indonesia memerlukan bank besar
dalam menghadapi persaingan di ASEAN Economic Community (AEC) 2015 mendatang. Namun, kata dia
itu bukan berarti harus menggabungkan Bank Mandiri dan Bank BTN.

SUMBER :
1. Menko Bidang Perekonomian, Chairul Tandjung (CT)
2. Sekretaris Kabinet RI, Dipo Alam
PERNYATAAN :
-
ARTIKEL :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/05/20/1037496/CT.Indonesia.Perlu.Bank.Besar.Tapi.Tak.
Harus.Gabungkan.Mandiri-BTN
CT: Indonesia Perlu Bank Besar, (Tapi) Tak Harus Gabungkan Mandiri-BTN
Selasa, 20 Mei 2014 | 10:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Menko Bidang Perekonomian Chairul Tandjung (CT) sepakat bahwa Indonesia
memerlukan bank besar dalam menghadapi persaingan di ASEAN Economic Community (AEC) 2015
mendatang. Namun, kata dia itu bukan berarti harus menggabungkan Bank Mandiri dan Bank BTN.

Dalam menghadapi AEC, itu bank yang besar di Indonesia itu penting. Kalau di bidang perbankan
misalnya, yang diundang (dalam pertemuan AEC) hanya 10 bank besar di ASEAN, tidak ada satupun dari
(bank milik) Indonesia, kata dia ditemui usai rakor, Senin malam (19/5/2014).

Namun, CT mengaku tidak membahas secara spesifik soal akuisisi Bank Mandiri atas Bank BTN dalam
rapat koordinasi yang dihadiri para menteri perekonomian tersebut. Kata dia, mereka hanya membahas
secara general kebijakan-kebijakan strategis yang kemungkinan bisa dilakukan dalam lima bulan
mendatang.

Jadi saya cuma mau ngasih gambaran bahwa seperti itu. Kita belum bicara apapun. Saya belum bicara
apapun, tapi ini penting untuk melangkah kedepan. Bukan berarti harus menggabungkan BTN - Mandiri
atau lainnya, tapi ada hal-hal secara teknis saya belum bicara dan nanti dibahas, jelasnya.


Sebelumnya, pemerintah melalui Sekretariat Kabinet RI menyatakan rencana aksi korporasi berupa
akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) oleh PT Bank Mandiri Tbk ditunda terkait menjelang masa
pemilihan umum presiden (pilpres) hingga masa bakti kabinet Indonesia Bersatu II berakhir. Hal ini untuk
menghindari keresahan di masyarakat.

Sekretaris Kabinet RI Dipo Alam mengaku telah mengirimkan surat edaran yang ditujukan kepada
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan M Chatib Basri, dan Menteri
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Tak hanya itu, surat edaran juga ditujukan bagi Direktur
Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin dan Direktur Utama BTN Maryono.

Dalam surat edaran (SE) Nomor 5 tahun 2014 telah dikemukakan. Masalah rencana BTN dan Bank
Mandiri saya sudah tulis surat untuk tidak mengambil kebijakan strategis yang berdampak luas kepada
masyarakat dan membebani pemerintahan ke depan, kata Dipo.
























Nama Media :
Neraca.co.id
Tanggal : 19/05/2014 Waktu: - Daily Visitor: 2.913
Status of Publication :
National
Period : Daily Section : - Daily Pageviews: 6.409
JUDUL : CT Harus Mampu Konsolidasi Perbankan
TONE : Positif
RESUME :
Chairul Tanjung dinilai harus mampu mempersiapkan proses konsolidasi perbankan di Tanah Air. Langkah
itu guna memudahkan pemerintahan baru nantinya dalam mengambil keputusan khususnya terkait
akuisisi Bank BTN oleh Bank Mandiri.

SUMBER :
1. Pengamat Ekonomi Dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latif Adam
2. Pengamat Ekonomi Dari INDEF, Enny Sri Hartati

PERNYATAAN :
-
ARTIKEL :
http://www.neraca.co.id/article/41601/CT-Harus-Mampu-Konsolidasi-Perbankan
CT Harus Mampu Konsolidasi Perbankan
Senin, 19/05/2014

Jakarta - Chairul Tanjung (CT), yang baru saja ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi
Menteri Koordinator Perekonomian menggantikan Hatta Rajasa, dinilai harus mampu mempersiapkan
proses konsolidasi perbankan di Tanah Air. Pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Latif Adam di Jakarta, Minggu (18/5) mengatakan, langkah itu guna memudahkan
pemerintahan baru nantinya dalam mengambil keputusan khususnya terkait akuisisi Bank BTN oleh Bank
Mandiri.
Konsolidasi perbankan, menurut dia, penting dilakukan untuk meningkatkan daya saing perbankan
nasional, namun merupakan isu yang sangat strategis dan sulit untuk diputuskan dalam masa kerja
Chairul Tanjung yang relatif singkat. "Menurut saya yang paling masuk akal dari apa yang harus
dikerjakan oleh Pak CT (Chairul Tanjung) adalah mengawal agar kebijakan-kebijakan dari Pak Hatta bisa
dilanjutkan paling tidak sampai akhir pemerintahan ini," ujar Latif, seperti dikutip dari Antara.
Kendati keputusan akuisisi BTN oleh Bank Mandiri ditentukan oleh pemerintahan baru, CT diharapkan
dapat mengawal proses persiapan akuisisi tersebut dikarenakan kebijakan penggabungan kedua bank
plat merah itu akan masuk sebagai kebijakan publik dan harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

"Kebijakan publik itu paling tidak ada empat prasyarat yang harus dipenuhi. Pertama adalah solid secara
teknis. Jadi perlu dipersiapkan, perlu ada kajian, perlu 'academic paper' yang mungkin bisa dipersiapkan
oleh Pak CT mengenai teknisnya, maksudnya misalkan apa keuntungannya, biaya yang akan muncul, dan
lainnya . Harus solid dulu secara teknis," kata Latif.
Selanjutnya, syarat kedua yakni kebijakan publik harus bisa dilakukan oleh birokrasi. Menurut Latif, ketika
Hatta menjabat Menko, ada ketidaksinkronan dan ada komunikasi yang terputus di mana di satu sisi
Kementerian BUMN melakukan atau mengambil kebijakan untuk melakukan konsolidasi, tetapi di sisi lain
menteri-menteri teknisnya belum mengetahui rencana tersebut. "Menteri keuangan mengatakan tidak
tahu, menko tidak tahu. Perlu ada komunikasi yang lebih intens di antara Pak CT sebagai menko dengan
kementerian-kementerian di bawahnya karena sebagai perbankan, itu kan atasannya banyak bukan
hanya kementerian BUMN tapi juga kementerian keuangan sebagai perwakilan pemerintah di sana," ujar
Latif.
Sedangkan syarat ketiga yang harus dipenuhi, lanjutnya, kebijakan akuisisi perlu mendapatkan dukungan
politis. CT diharapkan mampu untuk mengkomunikasikan isu konsolidasi perbankan dengan DPR karena
persetujuan DPR sebagai representasi masyarakat juga harus diperoleh. "Syarat terakhir, yakni harus
mendapat dukungan dari kedua belah pihak. Dari Mandiri dan BTN tidak hanya karyawan atau
manajernya tapi juga sampai ke level direkturnya. Jadi dalam kurun waktu lima bulan sampai Oktober
menurut saya yang masuk akal dan harus dilakukan oleh Pak CT ya empat langkah itu. Kalau keempat ini
sudah dipersiapkan, maka ini akan memudahkan menko baru nantinya akan bersikap, apakah
meneruskan konsolidasi atau membatalkan sama sekali," ujar Latif.
Latif menilai, Dahlan Iskan sebagai Menteri BUMN saat ini tentunya sudah mengkalkulasi biaya dan
manfaat dari konsolidasi perbankan atau dapat dikatakan sudah solid secara teknis, namun Dahlan
mengabaikan tiga syarat lain yang harus dipenuhi untuk sebuah kebijakan publik. "Jadi yang sudah
dilakukan (oleh Dahlan ) adalah mempersiapkan soliditas teknisnya, hitung-hitungan mengenai manfaat
dan biayanya, tetapi Pak Dahlan mungkin lupa untuk juga mendiskusikan mengenai tiga variabel lainnya
yakni pertimbangan bisa tidaknya dilakukan oleh birokrasi, dukungan politis, kemudian juga dukungan
dari para pekerja di antar kedua belah pihak," kata Latif.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny
Sri Hartati menyatakan, konsolidasi perbankan memang dapat menguatkan perbankan nasional, tetapi
tidak hanya sekedar menggabungkan bank-bank yang ada namun juga perencanaan strategis ke depan.
Selain itu, kebijakan penggabungan tersebut juga harus bebas dan lepas dari kepentingan-kepentingan
politik dan konflik kepentingan kelompok tertentu (conflict of interest). "Jadi kalau pertimbangannya
tidak ada kepentingan politis dan tidak ada konflik kepentingan, serta tidak ada ego sektor masing-
masing, tentu penggabungan ini masih bisa didiskusikan dan dioptimalkan untuk penguatan kemampuan
perbankan nasional," katanya.
Tapi, lanjutnya, kalau penggabungan tersebut lebih banyak kepentingan politis dan lebih banyak diwarnai
oleh kepentingan elit tertentu hal itu dapat menjadi "blunder". Terkait dengan akuisisi BTN oleh Bank
Mandiri, Enny menilai, kebijakan tersebut memerlukan kajian yang lebih komprehensif dan tidak bisa
dilakukan secara tergesa-gesa karena merupakan sektor yang sangat strategis dan banyak kontroversi.

"Jangan sampai kita salah mengambil kebijakan seperti halnya kita mempunyai perbankan yang fokus di
beberapa sektor lalu kita gabung menjadi bank mandiri. Sekarang orang rindu lagi supaya ada bank
pertanian , pembangunan, dan sebagainya," ujarnya.
Menurut dia, perlu dirumuskan oleh kedua belah pihak (Mandiri dan BTN) fokus bisnis yang akan
dikembangkan jika memang proses akuisisi dilakukan, dan juga formulasi biaya dan manfaat dari akuisisi
itu sendiri, sehingga tidak ada kesan ego masing-masing perusahaan yang ditonjolkan. Selain itu, kedua
belah pihak juga harus menemukan bentuk pengelolaan yang tepat sehingga tidak terjadi kegagalan
manajemen yang justru dapat memperlemah perbankan itu sendiri, bukan malah saling menguatkan.
"Sesungguhnya semuanya bisa dihitung dan bisa diformulasikan, sekarang regulator ini berada di posisi
yang objektif, tidak memihak kepentingan apapun. Yang ada kepentingn untuk memperkuat perbankan
nasional, nanti pasti ada titik temu," katanya.
Enny menilai, Chairul Tanjung sebagai menko yang baru harus memiliki objektivitas dalam mengawal
proses akuisisi antara kedua bank besar tersebut di tengah kontroversi dan resistensi oleh sejumlah
pihak, serta juga transparan dalam proses persiapan kebijakan itu sendiri. "Kita kan inginnya ini tidak
terlepas kepada satu keputusan saja, tapi harus dibuka ke publik, jadi bukan Pak CT-nya yang harus
memutuskan, tapi Pak CT-nya yang harus obyektif dengan mendengar berbagai macam pendapat dan
masukan dari publik, nah beliau yang memutuskan secara objektif . Maka yang diuji nanti adalah
objektivitas dan profesionalisme dari Pak CT sendiri," ujar Enny.
Dalam proses transisi ke pemerintahan baru, lanjut Enny, yang terpenting adalah menjaga stabilitas
perekonomian di dalam negeri. Ia juga yakni publik juga tidak berharap CT akan banyak melakukan
reformasi dan terobosan-terobosan kebijakan ekonomi, karena masa jabatannya relatif singkat, yang jika
salah memutuskan kebijakan justru akan menimbulkan kontroversi dan biaya besar bagi ekonomi
Indonesia. "Selama transisi itu belum mampu mengantarkan ke situasi yang kondusif sampai tercapainya
nanti proses peralihan rezim yan baru, itu sudah cukup, yang penting stabilitas. Karena kalaupun beliau
(CT) akan memunculkan ide baru atau program baru , tidak akan cukup waktunya," tandasnya. [ant/ardi]












Nama Media :
Republika.Co.Id
Tanggal : 19/05/2014 Waktu: 20:44 WIB Daily Visitor: 197.268
Status of Publication :
National
Period : Daily Section : - Daily Pageviews: 694.385
JUDUL : Tanpa Konsolidasi Bank BUMN Tergerus Bank Asing
TONE : Positif
RESUME :
Meski saat ini posisi bank BUMN masih kuat dari gempuran bank-bank asing, pangsa pasar mereka bisa
terancam, apabila bank-bank asing memasuki segmen yang telah digeluti bank BUMN, seperti kredit
pemilikan rumah (KPR). Untuk itu, diperlukan konsolidasi seperti wacana kemarin, akuisisi BTN oleh Bank
Mandiri. Supaya pasarnya lebih besar, struktur permodalannya kian kuat, sehingga bunga KPR BTN yang
tinggi bisa turun.

SUMBER :
1. Pengamat Perbankan, Fadli
2. Anggota Aliansi Profesional Muda Pasar Modal Indonesia (APMPMI), Reagy Sukmana
PERNYATAAN :
-
ARTIKEL :
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/14/05/19/n5tq5t-tanpa-konsolidasi-bank-bumn-
tergerus-bank-asing
Tanpa Konsolidasi Bank BUMN Tergerus Bank Asing
Senin, 19 Mei 2014, 20:44 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pangsa pasar bank BUMN terancam kian tergerus jika tidak cepat
mengonsolidasikan struktur permodalan dan aspek regulasinya, apalagi saat ini semakin banyak bank-
bank asing berskala global yang mengakuisisi bank-bank swasta. Pengamat Perbankan Fadli di Jakarta,
Senin, mengatakan saat ini bank-bank BUMN masih bisa bertahan dari gempuran bank-bank asing,
namun, eksistensi bank-bank BUMN bisa terancam, jika pemerintah tidak terus memperkuat struktur
permodalan dan regulasi. "Peringatan hari Kebangkitan Nasional mengingatkan kita semua untuk
menyadari pentingnya konsolidasi perbankan guna menghadapi gencarnya gempuran bank-bank asing,"
kata dia.
Menurut Fadli, bank-bank asing banyak mengincar bank-bank nasional dan menjalankan bisnis perbankan
di Indonesia, karena pangsa pasar yang masih luas dan marjin yang besar. "Pasar di Indonesia ini sangat
disukai oleh bank-bank asing, karena bunganya besar. Apalagi penetrasi kredit terhadap PDB masih
sangat kecil," katanya. Dia menambahkan, meski saat ini posisi bank BUMN masih kuat dari gempuran
bank-bank asing, pangsa pasar mereka bisa terancam, apabila bank-bank asing memasuki segmen yang

telah digeluti bank BUMN, seperti kredit pemilikan rumah (KPR). "Untuk itu, diperlukan konsolidasi
seperti wacana kemarin, akuisisi BTN oleh Bank Mandiri. Supaya pasarnya lebih besar, struktur
permodalannya kian kuat, sehingga bunga KPR BTN yang tinggi bisa turun," katanya.
Menurut Fadli, jika posisi BTN semakin kuat dan bunganya bisa turun, maka akan sulit bagi bank-bank
asing untuk merebut nasabah BTN. "Selama ini kan bunga KPR BTN sangat mahal. Jadi, kalau ada bank
swasta yang dimiliki asing menawarkan bunga sedikit lebih rendah saja, nasabahnya akan pindah,"
ujarnya. Sementara itu, Anggota Aliansi Profesional Muda Pasar Modal Indonesia (APMPMI) Reagy
Sukmana mengatakan, pemerintahan baru mendatang wajib menjalankan konsolidasi perbankan.
Pasalnya, bank-bank BUMN akan menghadapi persaingan berat, ketika pasar bebas Asean diberlakukan
tahun depan dan liberalisasi perbankan pada 2020. "Dari segi aset, bank-bank nasional masih kalah jauh
dari DBS, OCBC, UOB. Apalagi aset bank-bank BUMN jika digabungkan keempatnya, masih jauh dari DBS,"
kata dia. Menurut Reagy, pihaknya yakin tim ekonomi calon presiden Joko Widodo, yang akan diisi penuh
dari kalangan profesional, akan menilai penting konsolidasi perbankan untuk dijalankan.
Dia menilai, jika konsolidasi tidak dijalankan, bank-bank nasional ke depannya akan berat bersaing
dengan bank-bank asing. Konsolidasi perbankan juga akan memperkuat bank-bank nasional, karena akan
bisa lebih efisien, seperti halnya BUMN semen, yang kini telah menjadi pemain regional yang kuat,
tangguh, dan diperhitungkan.


















Nama Media :
Wartaekonomi.co.id
Tanggal : 19/05/2014 Waktu: 23:02:00 WIB Daily Visitor: -
Status of Publication :
National
Period : Daily Section : - Daily Pageviews: -
JUDUL : Tanpa Konsolidasi Bank BUMN Terancam Tergerus Asing
TONE : Positif
RESUME :
Meski saat ini posisi bank BUMN masih kuat dari gempuran bank-bank asing, pangsa pasar mereka bisa
terancam, apabila bank-bank asing memasuki segmen yang telah digeluti bank BUMN, seperti kredit
pemilikan rumah (KPR). Untuk itu, diperlukan konsolidasi seperti wacana kemarin, akuisisi BTN oleh Bank
Mandiri. Supaya pasarnya lebih besar, struktur permodalannya kian kuat, sehingga bunga KPR BTN yang
tinggi bisa turun.

SUMBER :
1. Pengamat Perbankan, Fadli
2. Anggota Aliansi Profesional Muda Pasar Modal Indonesia (APMPMI) Reagy Sukmana

PERNYATAAN :
-
ARTIKEL :
http://wartaekonomi.co.id/read/2014/05/19/29597/tanpa-konsolidasi-bank-bumn-terancam-tergerus-
asing.html
Tanpa Konsolidasi Bank BUMN Terancam Tergerus Asing
19 Mei 2014 23:02:00 WIB

WE Online - Pangsa pasar bank BUMN terancam kian tergerus jika tidak cepat mengonsolidasikan
struktur permodalan dan aspek regulasinya, apalagi saat ini semakin banyak bank-bank asing berskala
global yang mengakuisisi bank-bank swasta. Pengamat Perbankan Fadli di Jakarta, Senin, mengatakan
saat ini bank-bank BUMN masih bisa bertahan dari gempuran bank-bank asing, namun, eksistensi bank-
bank BUMN bisa terancam, jika pemerintah tidak terus memperkuat struktur permodalan dan regulasi.
"Peringatan hari Kebangkitan Nasional mengingatkan kita semua untuk menyadari pentingnya
konsolidasi perbankan guna menghadapi gencarnya gempuran bank-bank asing," kata dia.
Menurut Fadli, bank-bank asing banyak mengincar bank-bank nasional dan menjalankan bisnis perbankan
di Indonesia, karena pangsa pasar yang masih luas dan marjin yang besar. "Pasar di Indonesia ini sangat
disukai oleh bank-bank asing, karena bunganya besar. Apalagi penetrasi kredit terhadap PDB masih
sangat kecil," katanya.

Dia menambahkan, meski saat ini posisi bank BUMN masih kuat dari gempuran bank-bank asing, pangsa
pasar mereka bisa terancam, apabila bank-bank asing memasuki segmen yang telah digeluti bank BUMN,
seperti kredit pemilikan rumah (KPR). "Untuk itu, diperlukan konsolidasi seperti wacana kemarin, akuisisi
BTN oleh Bank Mandiri. Supaya pasarnya lebih besar, struktur permodalannya kian kuat, sehingga bunga
KPR BTN yang tinggi bisa turun," katanya.
Menurut Fadli, jika posisi BTN semakin kuat dan bunganya bisa turun, maka akan sulit bagi bank-bank
asing untuk merebut nasabah BTN. "Selama ini kan bunga KPR BTN sangat mahal. Jadi, kalau ada bank
swasta yang dimiliki asing menawarkan bunga sedikit lebih rendah saja, nasabahnya akan pindah,"
ujarnya.
Sementara itu, Anggota Aliansi Profesional Muda Pasar Modal Indonesia (APMPMI) Reagy Sukmana
mengatakan, pemerintahan baru mendatang wajib menjalankan konsolidasi perbankan. Pasalnya, bank-
bank BUMN akan menghadapi persaingan berat, ketika pasar bebas Asean diberlakukan tahun depan dan
liberalisasi perbankan pada 2020. "Dari segi aset, bank-bank nasional masih kalah jauh dari DBS, OCBC,
UOB. Apalagi aset bank-bank BUMN jika digabungkan keempatnya, masih jauh dari DBS," kata dia.
Menurut Reagy, pihaknya yakin tim ekonomi calon presiden Joko Widodo, yang akan diisi penuh dari
kalangan profesional, akan menilai penting konsolidasi perbankan untuk dijalankan.
Dia menilai, jika konsolidasi tidak dijalankan, bank-bank nasional ke depannya akan berat bersaing
dengan bank-bank asing. Konsolidasi perbankan juga akan memperkuat bank-bank nasional, karena akan
bisa lebih efisien, seperti halnya BUMN semen, yang kini telah menjadi pemain regional yang kuat,
tangguh, dan diperhitungkan. (Ant)
















Nama Media :
Skalanews.com
Tanggal : 20/05/2014 Waktu: 06:27 WIB Daily Visitor: -
Status of Publication :
National
Period : Daily Section : - Daily Pageviews: -
JUDUL : Tanpa Konsolidasi Bank BUMN Terancam Tergerus Asing
TONE : Positif
RESUME :
Meski saat ini posisi bank BUMN masih kuat dari gempuran bank-bank asing, pangsa pasar mereka bisa
terancam, apabila bank-bank asing memasuki segmen yang telah digeluti bank BUMN, seperti kredit
pemilikan rumah (KPR). Untuk itu, diperlukan konsolidasi seperti wacana kemarin, akuisisi BTN oleh Bank
Mandiri. Supaya pasarnya lebih besar, struktur permodalannya kian kuat, sehingga bunga KPR BTN yang
tinggi bisa turun.

SUMBER :
1. Pengamat Perbankan, Fadli
2. Anggota Aliansi Profesional Muda Pasar Modal Indonesia (APMPMI) Reagy Sukmana

PERNYATAAN :
-
ARTIKEL :
http://skalanews.com/berita/detail/178091/Tanpa-Konsolidasi-Bank-BUMN-Terancam-Tergerus-Asing
Tanpa Konsolidasi Bank BUMN Terancam Tergerus Asing
Selasa , 20 Mei 2014 06:27 WIB

Skalanews - Pangsa pasar bank BUMN terancam kian tergerus jika tidak cepat mengonsolidasikan
struktur permodalan dan aspek regulasinya, apalagi saat ini semakin banyak bank-bank asing berskala
global yang mengakuisisi bank-bank swasta. Pengamat Perbankan Fadli di Jakarta, Senin (19/5),
mengatakan saat ini bank-bank BUMN masih bisa bertahan dari gempuran bank-bank asing, namun,
eksistensi bank-bank BUMN bisa terancam, jika pemerintah tidak terus memperkuat struktur permodalan
dan regulasi. "Peringatan hari Kebangkitan Nasional mengingatkan kita semua untuk menyadari
pentingnya konsolidasi perbankan guna menghadapi gencarnya gempuran bank-bank asing," kata dia.
Menurut Fadli, bank-bank asing banyak mengincar bank-bank nasional dan menjalankan bisnis perbankan
di Indonesia, karena pangsa pasar yang masih luas dan marjin yang besar. "Pasar di Indonesia ini sangat
disukai oleh bank-bank asing, karena bunganya besar. Apalagi penetrasi kredit terhadap PDB masih
sangat kecil," jelasnya. Dia menambahkan, meski saat ini posisi bank BUMN masih kuat dari gempuran
bank-bank asing, pangsa pasar mereka bisa terancam, apabila bank-bank asing memasuki segmen yang
telah digeluti bank BUMN, seperti kredit pemilikan rumah (KPR). "Untuk itu, diperlukan konsolidasi

seperti wacana kemarin, akuisisi BTN oleh Bank Mandiri. Supaya pasarnya lebih besar, struktur
permodalannya kian kuat, sehingga bunga KPR BTN yang tinggi bisa turun," katanya. Menurut Fadli, jika
posisi BTN semakin kuat dan bunganya bisa turun, maka akan sulit bagi bank-bank asing untuk merebut
nasabah BTN. "Selama ini kan bunga KPR BTN sangat mahal. Jadi, kalau ada bank swasta yang dimiliki
asing menawarkan bunga sedikit lebih rendah saja, nasabahnya akan pindah," ujarnya.
Sementara itu, Anggota Aliansi Profesional Muda Pasar Modal Indonesia (APMPMI) Reagy Sukmana
mengatakan, pemerintahan baru mendatang wajib menjalankan konsolidasi perbankan. Pasalnya, bank-
bank BUMN akan menghadapi persaingan berat, ketika pasar bebas Asean diberlakukan tahun depan dan
liberalisasi perbankan pada 2020. "Dari segi aset, bank-bank nasional masih kalah jauh dari DBS, OCBC,
UOB. Apalagi aset bank-bank BUMN jika digabungkan keempatnya, masih jauh dari DBS," kata dia.
Menurut Reagy, pihaknya yakin tim ekonomi calon presiden mendatang akan diisi penuh dari kalangan
profesional, akan menilai penting konsolidasi perbankan untuk dijalankan.
Dia menilai, jika konsolidasi tidak dijalankan, bank-bank nasional ke depannya akan berat bersaing
dengan bank-bank asing. Konsolidasi perbankan juga akan memperkuat bank-bank nasional, karena akan
bisa lebih efisien, seperti halnya BUMN semen, yang kini telah menjadi pemain regional yang kuat,
tangguh, dan diperhitungkan. (bus/ant)

Anda mungkin juga menyukai