Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, serta mencapai visi suatu
perusahaan untuk menjadi perusahaaan terbaik dalam kelasnya yang dapat dibanggakan oleh
seluruh pemangku kepentinganperusahaaan harus terus memperkuat tata kelola perusahaan,
termasuk struktur pengendalian internal dan manajemen risiko, serta penerapan standar baku
operasi yang lebih seragam dan transparan. Guna mencapai tingkat penerapan GCG secara
maksimal,perusahaan berpedoman pada prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan operasional
perusahaaan.
Prinsip-prinsip GCG yang secara umum dikenal di jabarkan antara lain: Transparency
Keterbukaan dalam mengemukakan inormasi yang material dan relevan dalam proses
pengambilan keputusan, Accountability Kejelasan ungsi dan pelaksanaan pertanggungja!aban
perusahaan sehingga pengelolaan berjalan eekti, Responsibility Kesesuaian pengelolaan
perusahaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan
perusahaan yang sehat, Independent Pengelolaan perusahaan secara proesional tanpa
pengaruh"tekanan dari pihak manapun. Fairness Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-
hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. DEFINISI
Sumber wikipedia : #ata kelola perusahaan $bahasa %nggris: corporate governance&
adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi
pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. #ata kelola
perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan $stakeholder& yang
terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan
adalah pemegang saham, manajemen, dan de!an direksi. Pemangku kepentingan lainnya
termasuk karya!an, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta
masyarakat luas.
#ata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. 'alah satu topik
utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung
ja!ab mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku
yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. (okus utama lain adalah eisiensi
ekonomi yang menyatakan bah!a sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk
mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang
saham. )da pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut
pandang pemangku kepentingan, yang menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap
pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karya!an atau lingkungan.
Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah meningkat
akhir-akhir ini, terutama sejak keruntuhan perusahaan-perusahaan besar )' seperti *nron
Corporation dan +orldcom. Di %ndonesia, perhatian pemerintah terhadap masalah ini
di!ujudkan dengan didirikannya Komite ,asional Kebijakan Governance $K,KG& pada akhir
tahun -../.
Good Corporate Governance $GCG& tidak lain pengelolaan bisnis yang melibatkan
kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber daya berprinsip keadilan, eisiensi,
2
transparansi dan akuntabilitas. 0al tersebut, dalam keberadaannya penting dikarenakan dua hal.
0al yang pertama, cepatnya perubahan lingkungan yang berdampak pada peta persaingan global.
'edangkan sebab kedua karena semakin banyak dan kompleksitas stakeholders termasuk struktur
kepemilikan bisnis. Dua hal telah dikemukakan, menimbulkan: turbulensi, stres, risiko terhadap
bisnis yang menuntut antisipasi peluang dan ancaman dalam strategi termasuk sistem
pengendalian yang prima.
Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan kepentingan antara
semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita. %dentiikasi keseimbangan dalam
keberadaannya memerlukan sebuah system pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi
strategis dan operasional bisnis serta berbasis inormasi. 'istem pengukuran tersebut, tidak lain
konsep 1'C. 1'C mampu mengukur kinerja komprehensi dan mengakomodasikan kepentingan
internal bersama kepentingan eksternal bisnis. Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan
kepada lima dasar,yaitu: perlindungan hak pemegang saham, persamaan perlakuan pemegang
saham, peranan stakeholders terkait dengan bisnis, keterbukaan dan transparansi, akuntabilitas
de!an komisaris. Pengukuran kinerja tersebut juga, berdimensi aktiitas operasional internal,
intelektual kapital dan pembelajaran, kapasitas untuk inovasi dan respon terhadap pasar, produk
dan penerimaan pasar, hubungan dengan pelanggan, hubungan dengan investor, hubungan
dengan partner dan stakeholders lainnya seperti Deperindag, hubungan dengan publik sasaran,
lingkungan, keuangan. Pendek kata, pengukuran kinerja yang berorientasi GCG dipandang
sebagai pengembangan dari pengukuran kinerja 1'C. Good Corporate Governance memebrikan
kontribusi dapat dijadikan alternati penting meningkatkan kualitas proses bisnis melalui
inormasi yang dihasilkan serta peranannya sebagai perormance driver, perormance
measurement. Karena, !alau bagaimana pun proses bisnis diperbaiki secara tepat dan akurat
apabila diperoleh inormasi yang akurat serta komprehensi tentang apa yang harus diperbaiki
termasuk apa yang harus ditingkatkan.
2.2. SEJARAH GOOD COORPORATE GOERNANCE
'umber : Pidato pengukuhan guru besar (Prof !rs " Arifin# $%om ("ons&# Akt#
Ph! & : %stilah %orporate 'overnance (%'& pertama kali diperkenalkan oleh %adbury
%ommittee tahun 233- dalam laporannya yang dikenal sebagai %adbury Report $#jager dkk.,
3
-..4&. #erdapat banyak deinisi tentang %' yang pendeinisiannya dipengaruhi oleh teori yang
melandasinya. Perusahaan"korporasi dapat dipandang dari dua teori, yaitu $a& teori pemegang
saham $shareholding theory&, dan $b& teori stakeholder $stakeholding theory&
Shareholding theory mangatakan bah!a perusahaan didirikan dan dijalankan untuk
tujuan memaksimumkan kesejahteraan pemilik"pemegang saham sebagai akibat dari investasi
yang dilakukannya. Shareholding theory ini sering disebut sebagai teori korporasi klasik yang
sudah diperkenalkan oleh )dam 'mith pada tahun 2556. Deinisi %' yang berdasar pada
shareholding theory diberikan oleh 7onks dan 7ino! $2338& yaitu hubungan berbagai
partisipan $pemilik"investor dan manajemen& dalam menentukan arah dan kinerja korporasi.
Deinisi lain diajukan oleh 'hleier dan 9ishny $2335& yang menyebutkan bah!a %' sebagai
cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh hasil $return&
yang sesuai dengan investasi yang ditanamkan.
Stakeholding theory, diperkenalkan oleh (reeman $23:/&, menyatakan bah!a perusahaan
adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada di dalam
maupun di luar perusahaan. Deinisi stakeholder ini termasuk karya!an, pelanggan, kreditur,
suplier, dan masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi. )dapun deinisi Good
%orporate 'overnance dari %adbury %ommittee yang berdasar pada teori stakeholder adalah
sebagai berikut :
(A set of rules that define the relationship between shareholders# managers# creditors#
the government# employees and internal and e)ternal stakeholders in respect to their
rights and responsibilities*
$'eperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemegang saham, manajer,
kreditur, pemerintah, karya!an, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal
maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan ke!ajiban mereka&.
Pengertian lain CG menurut 'urat Keputusan 7enteri ,egara"Kepala 1adan Penanaman
7odal dan Pembinaan 1;7, ,o. -4"7 P$+,-$.+/000 tentang Pengembangan Praktik GCG
dalam Perusahaan Perseroan $P*<'*<=&, 'ood %orporate 'overnance adalah prinsip korporasi
4
yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata
demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan.
1erdasarkan deinisi-deinisi tersebut, nampak dengan jelas bah!a %' merupakan upaya
yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan
usahanya secara baik sesuai dengan hak dan ke!ajibannya masing-masing.
2.!. PRINSIP DASAR GOOD CORPORATE GOVERNANCE
#ujuan '%' pada intinya adalah menciptakaan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi de!an komisaris,
direksi, karya!an, dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditur, pemerintah, masyarakat
dan pihak>pihak lain yang berkepentingan $stakeholders&. Dalam praktiknya %' berbeda di
setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur
kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang
menyangkut prinsip-prinsip %', namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan.
7enurut Cadbury <eport $233-&, prinsip utama GCG adalah: keterbukaan, integritas dan
akuntabilitas. 'edangkan menurut 1rgani2ation for 3conomic %orporation and !evelopment
atau =*CD, prinsip dasar GCG adalah: ke!ajaran (fairness&, akuntabilitas (accountability&#
transparansi (transparency&, dan responsibilitas (responsibility& Prinsip-prinsip tersebut
digunakan untuk mengukur seberapa jauh '%' telah diterapkan dalam perusahaan. Dalam
pidato saya ini, selanjutnya akan digunakan prinsip dasar menurut =*CD.
2.!.1. "e#a$aran (fairness)
Prinsip ke!ajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama
kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing
serta investor lainnya. Praktik ke!ajaran juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan
serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. 0al ini penting untuk melindungi
kepentingan pemegang saham dari praktik kecurangan (fraud& dan praktik-praktik insider
trading yang dilakukan oleh agen"manajer. Prinsip ke!ajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi
masalah yang timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara
kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda $conflict of interest&.
5
2.!.2. Ak%nta&'l'ta( (accountability)
Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan
antara unit-unit penga!asan yang ada di perusahaan. )kuntabilitas dilaksanakan dengan adanya
de!an komisaris dan direksi independen, dan komite audit. )kuntabilitas diperlukan sebagai
salah satu solusi mengatasi Agency Problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi
serta pengendaliannya oleh komisaris. Praktik-praktik yang diharapkan muncul dalam
menerapkan akuntabilitas diantaranya pemberdayaan de!an komisaris untuk melakukan
monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan
perlindungan kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.
2.!.!. Tran()aran(' (transparency)
Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas inormasi yang disajikan oleh
perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas inormasi yang
disampaikan perusahaan. =leh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan inormasi yang
jelas, akurat, tepat !aktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sarna. Prinsip
ini di!ujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasiskan standar
akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang
berkualitas, mengembangkan teknologi inormasi dan sistem inormasi akuntansi manajemen
untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan
yang eekti oleh de!an komisaris dan direksi? termasuk juga mengumumkan jabatan yang
kosong secara terbuka $#jager dkk, -..4 : 82&. Dengan kata lain prinsip transparansi ini
menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam penyajian $disclosure& inormasi yang dimiliki perusahaan.
2.!.*. Re()+n('&'l'ta( (responsibility)
<esponsibilitas diartikan sebagai tanggungja!ab perusahaan sebagai anggota masyarakat
untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-
kebutuhan sosial. <esponsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur
mekanisme pertanggungja!aban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. 0al tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai GCG yaitu
mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat,
pemerintah, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lainnya.
6
2.*. ,E"ANIS,E CORPORATE GOVERNANCE
7ekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan
yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan
kontrol"penga!asan terhadap keputusan tersebut. 7ekanisme governance diarahkan untuk
menjamin dan menga!asi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi $+alsh dan
'e!ard, 233.&.
+alsh dan 'e!ard $233.& menyatakan bah!a terdapat - mekanisme untuk membantu
menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka
penerapan '%'# yaitu: $2& mekanisme pengendalian internal perusahaan, dan $-& mekanisme
pengendalian eksternal berdasarkan pasar.
7ekanisme pengendalian internal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan
dengan membuat seperangkat aturan yang mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang
berupa keuntungan, return maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. 'alah
satu pilihan mekanisme pengendalian internal untuk menyamakan kepentingan pemegang saham
dan manajer adalah kontrak insenti jangka panjang $+alsh dan 'e!ard, 233.? @ensen, 2334&.
Kontrak jangka panjang ini dilakukan dengan memberikan insenti pada menajer apabila nilai
perusahaan atau kemakmuran pemegang saham meningkat, salah satunya dengan cara memberi
kepemilikan saham kepada manajer $@ensen dan 7eckling, 2356? (ama, 23:.&. Dengan
demikian, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan nilai peruahaan atau meningkatkan
kemakmuran pemegang saham karena hal tersebut juga akan meningkatkan kekayaan manajer
sendiri.
7ekanisme pengendalian eksternal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh
pasar. 7enurut teori pasar untuk pengendalian perusahaan (market for corporate control&, pada
saat diketahui bah!a manajemen berperilaku menguntungkan diri sendiri, kinerja perusahaan
akan menurun yang direleksikan oleh nilai saham perusahaan. Pada kondisi tersebut, kelompok
menajer lain akan menggantikan manajer yang sedang memegang jabatan. Dengan demikian
bekerjanya market for corporate control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri manajer
sendiri $@ensen dan 7eckling, 2356&.
7
7ekanisme pengendalian lain yang secara luas digunakan dan diharapkan dapat
menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah mekanisme melalui pelaporan keuangan.
7elalui laporan keuangan yang merupakan tanggungja!ab manajer, pemilik dapat mengukur,
menilai, sekaligus dapat menga!asi kinerja manajer untuk mengetahui sejauh mana menajer
telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik. 'elain itu pemilik dapat memberikan
kompensasi kepada manajer berdasarkan laporan keuangan. Aaporan keuangan yang dibuat
dengan berdasarkan angka-angka akuntansi diharapkan berperan besar dalam meminimalkan
konlik antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan $@ensen dan 7eckling,
2356? +atts dan Bimerman, 23:6&.
Dalam hubungannya dengan jenis inormasi yang disajikan dalam laporan keuangan
perusahaan, terdapat dua jenis siat inormasi yang diungkapkan. Penmann $23::& membagi siat
inormasi yang diungkapkan menjadi mandatory disclosure dan voluntary disclosure. %normasi
yang bersiat mandatory disclosure merupakan inormasi yang harus diungkapkan dalam laporan
keuangan karena memang di!ajibkan oleh peraturan atau undang-undang. 'edangkan voluntary
disclosure merupakan jenis inormasi yang secara sukarela diungkapkan di dalam laporan
keuangan yang bertujuan untuk menambah kegunaan inormasi mengenai kekayaan dan hasil
operasi suatu perusahaan kepada para pemakai laporan keuangannya. %normasi yang bersiat
voluntary disclosure ini berperan untuk melengkapi inormasi yang bersiat mandatory
disclosure yang diharapkan dapat meningkatkan kegunaan inormasi dalam laporan keuangan.
Dari hasil penelitian terdahulu diperoleh hasil bah!a praktik disclosure ternyata sangat
beragam antar negara. Cho! dan +ong-1oren $23:5& serta 7eek dan <obert $2338& menyatakan
bah!a di 7eksiko inormasi mengenai laba unit bisnis $profit by lines of business& adalah !ajib
diungkapkan $mandatory&, tetapi di '!edia dan Perancis, inormasi ini bersiat voluntary.
'ebaliknya, di '!edia dan Perancis inormasi tentang tanggungja!ab sosial $social
responsibility& perusahaan !ajib diungkapkan, tetapi di 7eksiko inormasi tersebut masih
bersiat sukarela. Perbedaan ini disebabkan peraturan tentang disclosure yang berbeda antara
negara yang satu dengan negara lainnya. 'elain hal tersebut, keragaman inormasi yang disajikan
juga disebabkan oleh perbedaan karakteristik pasar, khususnya pasar modal antara negara maju
8
dan negara yang masih berkembang. Penelitian 'audagaran dan Diga $2335& tentang
karakteristik dan isu-isu kebijakan pelaporan keuangan antar berbagai pasar modal di negara
maju dan berkembang menemukan hasil bah!a perbedaan tersebut didasari atas tiga kriteria
yaitu $2& availability of information $ketersediaan inormasi&, $-& reliability $keandalan&, dan $4&
comparability $daya banding&.
Dalam hubungannya dengan aktor yang mempengaruhi disclosure dalam laporan
keuangan, berbagai penelitian telah dilakukan, diantaranya oleh (irth $23:3&, Cooke $233-&, dan
)riin $-..2&. (irth $23:3& meneliti praktik voluntary disclosure perusahaan publik di %nggris.
Dia menyatakan bah!a perusahaan yang tergolong perusahaan berskala kecil di %nggris memiliki
kecenderungan untuk lebih meningkatkan voluntary disclosure dalam laporan keuangannya
dengan tujuan agar dapat memperoleh sumber dana di pasar modal. Cooke $233-& meneliti
laporan tahunan perusahaan publik di @epang. Dia menemukan bah!a voluntary disclosure
sangat dipengaruhi oleh besar $si2e& perusahaan. Perusahaan yang berskala besar secara
signiikan mengungkapkan lebih banyak inormasi daripada perusahaan yang berskala kecil. Di
%ndonesia, )riin $-..2& menemukan bah!a perusahaan yang berbasis asing $multinational
firms& ternyata memiliki level of voluntary disclosure yang lebih tinggi daripada perusahaan
domestik. 'elain itu, )riin $-..2& juga menemukan bah!a dari 6. item inormasi yang bersiat
voluntary disclosure dari persepsi pemakai $users&, -/ item memiliki derajat kepentingan yang
tinggi, sedangkan dari persepsi penyaji atau manajemen $preparers& hanya sejumlah 2- item.
Dari uraian di atas, baik mekanisme internal maupun eksternal keduanya mempunyai
tujuan untuk menyelaraskan hubungan antara prinsial dan agen dengan meminimalkan konlik
yang terjadi yang disebabkan oleh )symmetry %normation.
2.-. PERAN A"UNTAN DALA, ,ENEGA""AN PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
Accounting is a language of business. )kuntansi adalah bahasa bisnis. 'ebagai suatu
bahasa, akuntansi harus mengandung suatu inormasi $yang dalam hal ini adalah inormasi
bisnis& yang mampu memberikan sesuatu yang bermanaat dari penyampai $manajemen& kepada
penerima $stakeholders&. %normasi ini disampaikan melalui komunikasi verbal dalam bentuk
laporan. Pengungkapan inormasi keuangan dalam laporan keuangan merupakan cara dari pihak
9
perusahaan $sebagai sender& untuk memberikan inormasi atas hasil operasinya selama satu
periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan $sebagai receiver& untuk pengambilan
keputusan ekonomi. 'ebagai suatu bahasa bisnis, inormasi yang diungkapkan dalam laporan
keuangan harus dapat berguna dan tidak membingungkan para pemakainya. Dalam konteks
Agency Theory# laporan keuangan disajikan oleh manajer"agen sebagai salah satu !ujud
pertanggungja!aban pengelolaan kekayaan pemilik"prinsipal yang diamanahkan kepadanya.
Dengan demikian, penyaji laporan keuangan adalah agen dan pemakai laporan keuangan adalah
prinsipal.
)kuntan adalah salah satu proesi yang terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan.
Keterlibatan akuntan mencakup dua pihak, yaitu internal dan eksternal. Keterlibatan internal
terjadi bila akuntan menjadi salah satu bagian dari manajemen untuk melaksanakan ungsi
sebagai penyedia inormasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan.
'elaku akuntan manajemen, akuntan adalah bagian dari manajemen perusahaan sehingga dia
terlibat langsung dalam aktivitas-aktivitas perusahaan. 7enurut perspekti teori keagenan, dalam
hal ini akuntan adalah bagian dari agen sehingga perilaku akuntan boleh dikatakan sama dengan
perilaku agen.
Keterlibatan eksternal akuntan adalah bila akuntan menjalankan proesinya sebagai
auditor yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas ke!ajaran laporan keuangan. Proesi
auditor dari para akuntan memainkan peran yang penting $crucial& karena mereka memveriikasi
ke!ajaran inormasi yang mendasari dilakukannya berbagai macam transaksi bisnis pemakai
laporan keuangan. #anpa kepercayaan terhadap kebenaran kondisi keuangan suatu perusahaan,
para investor akan ragu untuk membeli saham suatu perusahaan terbuka dan pasar akan sulit
tercipta $#jager dkk, -..4&.
Dalam hubungannya dengan prinsip '%', peran akuntan secara signiikan terlibat dalam
berbagai aktivitas penerapan masing-masing prinsip GCG sebagai berikut :
2.-.1. Pr'n(') "e#a$aran .fairness/
10
Aaporan keuangan dikatakan !ajar bila laporan keuangan tersebut memperoleh opini atau
pendapat !ajar tanpa pengecualian $un4ualified opinion& dari akuntan publik. Aaporan keuangan
yang !ajar berarti laporan keuangan tersebut tidak mengandung salah saji material, disajikan
secara !ajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di %ndonesia $dalam hal ini adalah
'tandar )kuntansi Keuangan&. Peran akuntan independen $akuntan publik& adalah memberikan
keyakinan atas kualitas inormasi keuangan dengan memberikan pendapat yang independen atas
ke!ajaran penyajian inormasi dalam laporan keuangan. )danya ke!ajaran laporan keuangan
dapat mempengaruhi investor untuk membeli atau menarik sahamya pada sebuah perusahaan.
@elaslah bah!a kegunaan inormasi akuntansi dalam laporan keuangan akan dipengaruhi oleh
adanya ke!ajaran penyajian. Ke!ajaran penyajian dapat dipenuhi jika data yang ada didukung
oleh adanya bukti-bukti yang syah dan benar serta penyajiannya tidak ditujukan hanya untuk
sekelompok orang-orang tertentu.
1agi akuntan manajemen, meskipun dia bekerja untuk pihak manajemen, mereka tetap
harus memegang proesionalisme mereka karena akuntan sebagai proesi dalam melaksanakan
tugasnya dibatasi oleh kode etik dan mereka harus tetap menjaga public trust dari masyarakat.
7emang sering terjadi konlik dalam diri akuntan yang bekerja pada perusahaan karena di satu
pihak mereka harus tetap memegang kode etik proesi namun di lain pihak kadangkala mereka
harus menuruti keinginan manajemen perusahaan tempat mereka bekerja untuk melakukan suatu
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kode etik. 1ila terjadi hal yang demikian, keputusan uantuk
berdiri pada pihak yang mana ada pada diri akuntan. 1ila akuntan tersebut memiliki integritas
dalam melaksanakan tugasnya, tentu dia tetap memegang etika proesi untuk mengungkapakan
inormasi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan secara fair sesuai dengan prinsip dan
standar yang berlaku. Dengan ditegakkannya prinsip fairness ini, paling tidak akuntan berperan
membantu pihak stakeholders dalam menilai perkembangan suatu perusahaan dan membantu
mereka untuk membandingkan kondisi perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. ;ntuk itu,
laporan keuangan yg disajikan harus memiliki daya banding $comparability&. Daya banding
dapat diperoleh jika inormasi akuntansi disajikan secara konsisten, baik konsisten dalam
pemakaian metode akuntansi maupun konsisten dalam pengukurannya. @ika penggunaan metode
dan prinsip penyajian setiap tahunnya berbeda, akan sulit kiranya para pemakai untuk melakukan
perbandingan atau melakukan penilaian terhadap perkembangan usaha perusahaan.
11

2.-.2. Pr'n(') Ak%nta&'l'ta( .accountability/
)kuntabilitas adalah merupakan tanggung ja!ab manajemen melalui penga!asan yang
eekti yaitu dengan dibentuknya komite audit. 1)P*P)7 mensyaratkan bah!a anggota komite
audit minimum sebanyak 4 orang dan salah satu anggotanya harus akuntan. Komite audit
mempunyai tugas utama untuk melindungi kepentingan pemegang saham ataupun pihak-pihak
lain yang berkepentingan dengan melakukan tinjauan atas reliabilitas dan integritas inormasi
dalam laporan keuangan dan laporan operasional lain beserta kriteria untuk mengukur,
melakukan klasiikasi dan penyajian dari laporan tersebut. ;ntuk alasan itulah proesi akuntan
sangat diperlukan dan mempunyai peranan yang penting untuk menegakkan prinsip
akuntabilitas. )kuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang
timbul antara pemegang saham $prinsipal& dan manajemen $agen&. Dengan adanya independensi
dari komite audit tersebut akan mempengaruhi investor dalam melakukan pilihannya untuk
membeli atau melepas suatu saham yang bisa dilihat dari adanya abnormal return $'teven @.
Carlson, et at, 233:&.
2.-.!. Pr'n(') Tran()aran(' .transparency/
Prinsip transparansi berhubungan dengan kualitas inormasi yang disampaikan
perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas penyajian inormasi
yang disampaikan perusahaan. =leh karena itu akuntan manajemen $yang bekerja pada
perusahaan& dituntut untuk menyediakan inormasi yang jelas, akurat, tepat !aktu dan dapat
dibandingkan dengan indikator-indikator yang sarna. ;ntuk itu inormasi yang ada dalam
perusahaan harus diukur, dicatat, dan dilaporkan oleh akuntan sesuai dengan prinsip dan standar
akuntansi yang berlaku. Prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian yang lengkap
$disclosure& atas semua inormasi yang dimiliki perusahaan. Peran akuntan manajemen, internal
auditor, dan komite audit menjadi penting terutama dalam hal penyajian inormasi akuntansi
dalam laporan keuangan perusahaan secara transparan kepada pemakainya. %ni sesuai dengan
salah satu aturan 1)P*P)7 yang menyatakan bah!a laporan keuangan perusahaan publik harus
mengandung unsur keterbukaan $tranparansi& dengan mengungkapan kejadian ekonomis yang
bermanaat kepada pemakainya. Praktik yang dikembangkan dalam rangka transparansi
12
diantaranya perusahaan di!ajibkan untuk mengungkapkan transaksi-transaksi penting yang
berkait dengan perusahaan, risiko yang dihadapi dan rencana"kebijakan perusahaan (corporate
action& yang akan dijalankan. 'elain itu, perusahaan juga perlu untuk menyampaikan kepada
semua pihak tentang struktur kepemilikan perusahaan serta perubahan-perubahan yang terjadi.
2.-.*. Pr'n(') Re()+n('&'l'ta( .responsibility)
Prinsip ini berhubungan dengan tanggungja!ab perusahaan sebagai anggota masyarakat
yaitu dengan cara mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan
seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan sebagainya. Prinsip ini berkaitan juga dengan
ke!ajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. 'eiring
dengan perubahan sosial masyarakat yang menuntut adanya tanggungja!ab sosial perusahaan,
proesi akuntan juga mengalami perubahan peran. Pandangan pemegang saham dan stakeholder
lainnya saat ini tidak hanya memokuskan pada perolehan laba perusahaan tetapi juga
memperhatikan tanggungja!ab sosial dan lingkungan perusahaan. 'elain itu kelangsungan hidup
perusahaan tidak hanya ditentukan oleh pemegang saham tetapi juga oleh stakeholder yang lain
$misalnya masyarakat dan penmerintah&. Kasus P#. %nti %ndorayon di 'umatera ;tara yang
ditutup karena dianggap bermasalah dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya adalah
contoh suatu perusahaan yang melalaikan tanggungja!ab sosialnya dengan tidak mencantumkan
aktivitas pengelolaan lingkungan sosial dalam laporan tahunannya. Pelaporan inormasi non-
keuangan ini secara umum telah terakomodasi dalam Pernyataan 'tandar )kuntansi Keuiangan
$P')K& nomor 2 tentang Penyajian Aaporan Keuangan. Dalam P')K nomor 2 ini dinyatakan
bah!a perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan, khususnya bagi industri dimana
aktor lingkungan hidup memegang peranan penting. ;ntuk itulah sudah saatnya akuntan
manajemen mengungkapkan inormasi tentang aktivitas perusahaan yang menyangkut aspek
'** $Social# 3thical# dan 3nvironment&. Peran akuntan untuk menegakkan prinsip ini semakin
berkembang dengan adanya Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA& yang
diselenggarakan oleh %katan )kuntan %ndonesia, 1apepam, 1*@, Kementerian ,egara
Aingkungan 0idup, dan Forum for %orporate 'overnance in %ndonesia pada bulan @uni -..8.
#ujuan %'<) ini adalah memberikan award kepada perusahaan yang telah menerapkan dan
membuat Sustainability Reporting (SR& dengan baik guna mendorong perusahaan untuk lebih
peduli terhadap lingkungan dan masyarakat. '< adalah pengungkapan $disclosure& tentang
13
kegiatan perusahaan yang menyangkut aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan yang
merupakan tanggungja!ab sosial perusahaan $'atyo, -..8&. Dalam proses penyiapan %'<) ini,
peran akuntan menajemen sangat besar. )kuntan yang menjadi top management, dapat membuat
kebijakan-kebijakan yang mendorong penyajian Sustainability Reporting, sedangkan akuntan
yang berada pada middle management dapat berperan dalam penilaian dan pengukuran aktivitas
'** perusahaan serta dampak yang dipengaruhinya.
2.0. PENTINGN1A PENERAPAN GCG
'umber : (Indrawati 5uhertiana/006): Pentingnya %mplementasi 'ood %orporate
'overnance Penelitian yang dilakukan oleh 7cKinsey menunjukkan bah!a pada dasarnya para
investor dalam mengevaluasi potensi sebuah perusahaan sebagai investasi. aktor governance
perusahaan tidak kalah pentingnya dengan masalah keuangan " kinerja perusahaan. Aebih
daripada itu investor bersedia membayar premium pada perusahaanperusahaan yang telah
menerapkan good corporate governance dibandingkan kepada perusahaan dengan kinerja setara
tetapi dengan praktik corporate governance yang buruk. Penelitian tersebut mengungkapkan
bah!a bagi perusahaan %ndonesia yang berkarakteristik good corporate governance, investor
bersedia membayar premium rata-rata sebesar -5,2C . 'ebagai perbandingan ratarata premium
terendah yang bersedia dibayarkan oleh investor adalah untuk perusahaan di ;') dan ;K yang
mengimplementasikan praktik good corporate governance masing-masing rata-rata sebesar
2:,4C dan 25,3C. #ingginya premium yang bersedia dibayar oleh investor bagi perusahaan di
%ndonesia tersebut mereleksikan tuntutan investor yang sangat mendasar berkaitan dengan
keakuratan dan ketepatan !aktu pengungkapan inormasi-inormasi yang material dan
penegakan atas hak-hak pemegang saham perusahaan di %ndonesia.
(akta lain menunjukkan bah!a hingga saat ini tidak ada perusahaan di %ndonesia yang
mendapatkan pinjaman dari %D1 secara stand7alone tanpa jaminan dari Pemerintah, padahal di
7alaysia, misalnya, %D1 telah menyalurkan pinjaman semacam itu ke banyak perusahaan. 0al
ini terjadi karena akuntabilitas dan keakuratan pelaporan keuangan perusahaan di %ndonesia
masih diragukan oleh %D1. @elaslah bah!a ketidakpercayaan tersebut menyebabkan perusahaan-
perusahaan %ndonesia kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan dana pinjaman
14
berbunga rendah yang sangat dibutuhkan justru di saat penyaluran kredit dari perbankan national
terkendala.
2.2. PEDO,AN U,U, GOOD CORPORATE GOERNANCE DI INDONESIA
'umber : Tim Studi kementerian keuangan republik indonesia ,adan pengawas pasar
modal !an lembaga keuangan Tahun /080# ka9ian tentang Pedoman good corporate
governance di negara7negara anggota A%$F
Pedoman ;mum 'ood %orporate 'overnance di %ndonesiakan disusun oleh Komite nasional
Kebijakan Governance. Pedoman yang diterbitkan pada tahun -..6 ini merupakan revisi atas
Pedoman 'ood %orporate 'overnance yang diterbitkan pada tahun -..2. 7eskipun Pedoman
;mum 'ood %orporate 'overnance %ndonesia -..6 ini tidak memiliki kekuatan hukum yang
mengikat, namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan 'ood %orporate
'overnance.
2.2.1. ,et+3e )enera)an Pe3+4an G++3 C+r)+rate G+5ernan6e
Pelaksanaan Pedoman ;mum 'ood %orporate 'overnance oleh perusahaan-perusahaan
di %ndonesia baik perusahaan terbuka $*miten"Perusahaan Publik& maupun perusahaan tertutup
pada dasarnya bersiat comply and e)plain. Di mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh
aspek Pedoman 'ood %orporate 'overnance ini. )pabila belum seluruh aspek pedoman ini
dilaksanakan maka perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut
beserta alasannya dalam laporan tahunan. ,amun demikian mengingat Pedoman ini hanya
merupakan acuan sedangkan pelaksanaannya diharapkan diatur lebih lanjut oleh otoritas masing-
masingindustri maka penerapan ini bersiat voluntary dan tidak terdapat sanksi hukum apabila
perusahaan tidak menerapkan pedoman ini.
'aat ini, 1apepam-AK sebagai otoritas pasar modal tidak me!ajibkan *miten dan
Perusahaan Publik untuk menerapkan Pedoman ini, namun beberapa substansi yang terdapat
dalam pedoman ini diadopsi oleh 1apepam-AK ke dalam peraturan-peraturan 1apepam-AK yang
siatnya mandatory seperti ke!ajiban pembentukan komite audit dan keberadaan komisaris
independen dalam perusahaan. Dengan cara demikian, 1apepam-AK dapat memberikan sanksi
atas ketidakpatuhan terhadap peraturan tersebut. Aebih lanjut, 1apepam-AK juga me!ajibkan
15
*miten dan Perusahaan Publik untuk mengungkapkan pelaksanaan tata kelola perusahaan dalam
laporan tahunan seperti rekuensi rapat de!an komisaris dan direksi, rekuensi kehadiran
anggota de!an komisaris dan direksi dalam rapat tersebut, rekuensi rapat dan kehadiran komite
audit, pelaksanaan tugas dan pertanggungja!aban de!an komisaris dan direksi serta remunerasi
de!an komisaris dan direksi.
2.2.2. Sank(' ata( ket'3ak)at%7an ter7a3a) Pe3+4an G++3 C+r)+rate G+5ernan6e
7engingat Pedoman ;mum Good Corporate Governance ini bersiat voluntary maka
tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan pedoman tersebut.
2.2.!. R%ang l'ngk%) Pe3+4an G++3 C+r)+rate G+5ernan6e
Pedoman ;mum Good Corporate Governance %ndonesia memuat prinsip dasar dan
pedoman pokok pelaksanaan Good Corporate Governance yang merupakan standar minimal
yang mencakup:
a. Peran negara, dunia usaha dan masyarakat dalam menciptakan situasi kondusi untuk
melaksanakan Good Corporate Governance
b. )sas-asas Good Corporate Governance yang meliputi transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi dan ke!ajaran dan kesetaraan
c. *tika 1isnis dan Pedoman Perilaku
d. <apat ;mum Pemegang 'aham
e. Komposisi, persyaratan, pengangkatan"pemberhentian, tugas dan ungsi, komite penunjang
dan pertanggungja!aban De!an Komisaris
. Komposisi, persyaratan, pengangkatan"pemberhentian, tugas dan ungsi, dan
pertanggungja!aban Direksi
g. 0ak dan tanggungja!ab Pemegang saham
h. Pemangku kepentingan yang meliputi karya!an, mitra bisnis dan masyarakat serta pengguna
produk atau jasa perusahaan
i. Pernyataan tentang penerapan Pedoman Good Corporate Governance
j. Pedoman Praktis Penerapan Good Corporate Governance
2.2.*. "+4)+('(' 3an )er(8aratan "+4'(ar'( In3e)en3en
1erdasarkan Pedoman Good Corporate Governance, komposisi atau jumlah Komisaris
%ndependen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau komposisi
komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme penga!asan berjalan secara eekti
16
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. )dapun kriteria yang ditetapkan yaitu salah
satu dari Komisaris %ndependen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan.
7eskipun Pedoman Good Corporate Governance tidak menentukan jumlah Komisaris
%ndependen, dalam Peraturan 1apepam-AK, *miten atau Perusahaan Publik !ajib memiliki
sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan 1ursa *ek %ndonesia
me!ajibkan sekurang-kurangnya 4.C dari De!an Komisaris adalah Komisaris %ndependen.
Kriteria Komisaris %ndependen secara rinci diatur dalam peraturan 1apepam-AK yaitu :
a. 1erasal dari luar *miten atau Perusahaan Publik
b. #idak mempunyai saham *miten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak
langsung
c. #idak mempunyai hubungan )iliasi dengan Komisaris, Direksi dan Pemegang saham ;tama
*miten atau Perusahaan Publik
d. #idak mempunyai hubungan usaha dengan *miten atau Perusahaan Publik baik langsung
maupun tidak langsung
2.2.-. "+4)+('('9$%4la7 D'rek('
Dalam Pedoman Good Corporate Governance tidak dinyatakan secara kuantitati jumlah
atau komposisi dari direksi, namun demikian jumlah anggota direksi harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan eektiitas dalam pengambilan keputusan.
2.2.0. "+4'te 8ang 3'&ent%k "+4'(ar'(
Dalam melaksanakan tugas penga!asannya, de!an komisaris dapat membentuk komite
yang akan membantu tugas-tugas de!an komisaris. 1agi perusahaan yang sahamnya tercatat di
bursa eek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola
dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya
harus membentuk Komite )udit, sedangkan komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
1erikut ini dijelaskan secara rinci mengenai tugas dari komite-komite penunjang Komisaris.
2.2.2. "+4'te A%3't
17
Komite )udit bertugas membantu de!an komisaris untuk memastikan bah!a: $i& laporan
keuangan disajikan secara !ajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, $ii&
struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, $iii& pelaksanaan audit
internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan $iv& tindak
lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Disamping itu, Komite )udit juga
bertugas memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan
kepada De!an Komisaris.
Pedoman Good Corporate Governance tidak mengatur banyaknya anggota Komite )udit
dalam suatu perusahaan namun harus disesuaikan dengan kompleksitas Perusahaan dengan tetap
memperhatikan eektiitas dalam pengambilan keputusan. 1agi perusahaan yang sahamnya
tercatat di bursa eek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat
luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite
)udit diketuai oleh Komisaris %ndependen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau
pelaku proesi dari luar perusahaan. 'alah seorang anggota memiliki latar belakang dan
kemampuan akuntasi dan atau keuangan.
Pengaturan mengenai jumlah Komite )udit bagi *miten dan Perusahaan Publik diatur
dalam peraturan 1apepam-AK ,o.%D.%.8 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite )udit. Dalam peraturan tersebut *miten dan Perusahaan Publik di!ajibkan membentuk
Komite )udit yang berjumlah sekurang-kurangnya tiga orang dimana salah satunya merupakan
Komisaris %ndependen Perusahaan dan bertindak sebagai ketua Komite )udit.
)dapun persyaratan anggota Komite )udit sebagai berikut :
2. 7emiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang memadai
sesuai latar belakang pendidikannya
-. 7empunyai kemampuan komunikasi yang baik
4. 7emiliki kemampuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan
/. 7emiliki pengetahuan yang memadai mengenai peraturan perundang-undangan dibidang
pasar modal
8. 'alah satu anggota memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan
18
6. 1ukan merupakan orang dalam Kantor )kuntan Publik, Konsultan 0ukum mapupun Pihak
lain yang memberikan jasa audit, non audit maupun jasa konsultasi lain kepada *miten atau
Perusahaan Publik dalam !aktu enam bulan terakhir sebelum diangkat
5. #idak mempunyai hubungan keluarga karena perka!inan dan keturunan sampai derajat
kedua dengan Direksi, Komisaris dan Penegang saham ;tama *miten maupun Perusahaan
Publik
:. #idak mempunyai hubungan usaha baik langsung mapun tidak langsung dengan kegiatan
usaha *miten maupun Perusahaan Publik
3. #idak memiliki saham *miten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung
2.. 1ukan merupakan orang yang ber!enang dan bertanggungja!ab merencanakan, memimpin
dan mengendalikan kegiatan *miten maupun Perusahaan Publik dalam !aktu enam bulan
terakhir sebelum diangkat
2.2.:. "+4'te N+4'na(' 3an Re4%nera('
Komite ,ominasi dan <emunerasi bertugas membantu De!an Komisaris dalam
menetapkan kriteria pemilihan calon anggota De!an Komisaris dan Direksi serta sistem
remunerasinya? membantu De!an Komisaris mempersiapkan calon anggota De!an Komisaris
dan Direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya. De!an Komisaris dapat mengajukan
calon tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan <;P' dengan cara yang sesuai
ketentuan )nggaran Dasar. 1agi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa eek, perusahaan
negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,
perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite ,ominasi dan <emunerasi
diketuai oleh Komisaris %ndependen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku
proesi dari luar perusahaan. 'elanjutnya, keberadaan Komite ,ominasi dan <emunerasi serta
tata kerjanya dilaporkan dalam <;P'.
2.2.;. "+4'te "e&'$akan R'('k+
Komite Kebijakan <isiko bertugas membantu De!an Komisaris dalam mengkaji sistem
manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil
oleh perusahaan. )nggota Komite Kebijakan <isiko terdiri dari anggota De!an Komisaris,
namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku proesi dari luar perusahaan.
19
2.2.1<. "+4'te "e&'$akan C+r)+rate G+5ernan6e
Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu De!an Komisaris dalam
mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai konsistensi
penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggung ja!ab sosial
perusahaan (corporate social responsibility&. )nggota Komite Kebijakan Corporate Governance
terdiri dari anggota De!an Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku
proesi dari luar perusahaan. 1ila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate Governance
dapat digabung dengan Komite ,ominasi dan <emunerasi.
2.2.11. F%ng(' Internal A%3't
'ebagaimana dijelaskan di atas, Pedoman Good Corporate Governance mensyaratkan
perlunya pengendalian internal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta
memenuhi peraturan perundang-undangan. 1agi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa
eek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus memiliki
satuan kerja penga!asan internal. 'atuan kerja atau ungsi penga!asan internal bertugas
membantu Direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha dengan:
2. melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan
-. memberikan saran dalam upaya memperbaiki eektiitas proses pengendalian risiko
4. melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perusahaan, pelaksanaan GCG
dan perundangundangan
/. memasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal
'atuan kerja atau pemegang ungsi penga!asan internal bertanggung ja!ab kepada
Direktur ;tama atau Direktur yang memba!ahi tugas penga!asan internal. 'atuan kerja
penga!asan internal mempunyai hubungan ungsional dengan De!an Komisaris melalui Komite
)udit. 'ejalan dengan Pedoman tersebut, 1apepam-AK mengatur secara khusus mengenai
keberadaan unit internal audit bagi *miten dan Perusahaan Publik. Dalam peraturan ,o.%D.%.5
tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam ;nit )udit %nternal dinyatakan bah!a
*miten dan Perusahaan Publik !ajib membentuk ;nit )udit %nternal yang menjalankan ungsi
)udit %nternal, yaitu memberikan keyakinan (assurance& dan konsultasi yang bersiat
independen dan obyekti, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional
20
perusahaan, melalui pendekatan yang sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan
eektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan. @umlah auditor
dalam unit tersebut disesuaikan dengan besaran dan kompleksitas kegitan usaha perusahaan
dimana sekurang-kurangnya berjumlah satu orang.
2.2.12. Et'ka B'(n'( 3an Pe3+4an Per'lak%
;ntuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan prinsip-prinsip 'ood
%orporate 'overnance perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. =leh karena itu, diperlukan
pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karya!an dalam
menerapkan nilai-nilai (values& dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya
perusahaan. Prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah:
2. memiliki nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam
pelaksanaan usahanya.
-. ;ntuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus
memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karya!an.
Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang
merupakan maniestasi dari nilai-nilai perusahaan.
4. ,ilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.
2.2.1!. Re4%nera(' De#an "+4'(ar'( 3an D'rek('
Pedoman ;mum 'ood %orporate 'overnance tidak mengatur keterbukaan inormasi
mengenai remunerasi bagi de!an komisaris dan direksi. ,amun bagi *miten dan Perusahaan
Publik, 1apepam-AK me!ajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan mengenai prosedur
penetapan dan besarnya remunerasi anggota de!an komisaris dan direksi. Ke!ajiban ini diatur
dalam peraturan 1apepam-AK ,o.D.K.6 tahun -..6 tentang Ke!ajiban Penyampaian laporan
tahunan bagi *miten dan Perusahaan Publik.
BAB
21
"ESI,PULAN
#ata Kelola Perusahaan yang 1aik $GCG& merupakan komponen yang penting dari visi
dan misi Perusahaan.7anajemen berkeyakinan bah!a mekanisme akuntabilitas yang kuat
kepada semua stakeholder akan menguntungkan kinerja Perusahaan secara keseluruhan.
Keberhasilan penyelesaian pena!aran Penukaran =bligasi $1ond *Echange =er& adalah salah
satu contoh dari rasa saling percaya antara manajemen dan 'takeholder kami,yang didukung oleh
pendekatan GCG yang transparan dan jelas. Dalam melaksanakan prinsip-prinsip GCG,
manajemen Perusahaan telah mengambil langkah-langkah berkelanjutan untuk mempromosikan
dan memelihara GCG sebagai bagian penting dari budaya dan nilai-nilai yang akan diadopsi oleh
seluruh karya!an di semua tingkat organisasi.
22

Anda mungkin juga menyukai