Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat diaplikasikan ke dalam beberapa bidang, seperti ke dalam bidang kesehatan, forensik, dan juga penelitian. Berikut adalah penjabaran lebih lanjut mengenai aplikasi PCR. 8.1. Bidang Kesehatan 8.1.1. Deteksi Penyakit Dalam bidang kesehatan, PCR merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai penyakit. Hal ini dimungkinkan karena teknik PCR dapat mendiagnosis suatu penyakit dalam hitungan jam dengan hasil akurat, karena PCR dapat mengamplifikasi daerah tertentu DNA yang merupakan ciri khas suatu virus yang tidak dimiliki oleh virus atau makhluk lainnya. Prinsip dasar dari konseling genetik dan PCR yang digunakan sebagai bagian dari tes diagnostik untuk penyakit genetic adalah primer dapat dibuat yang hanya akan mengikat dan memperkuat alel tertentu gen atau mutasi gen. Beberapa contoh penyakit yang dapat dideteksi oleh PCR adalah Influenza A (H1N1), penyakit kelamin seperti gonorrhea; klamidia; dan trikomoniasis vaginal, Huntingtons Disease (HD), Cystic Fibrosis (CF), dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). DNA dari penderita penyakit tersebut dapat diteksi melalui PCR dan sequencing (teknik dimana urutan nukleotida yang tepat ditentukan). Pada penyakit HIV, Tes HIV mengandalkan PCR dengan primer yang hanya akan memperkuat bagian dari DNA virus yang ditemukan dalam cairan tubuh seseorang yang terinfeksi HIV. Oleh karena itu, jika terdapat produk PCR ketika pengujian dilakukan, berarti orang yang diuji cenderung positif HIV. Sementara itu, jika tidak ada produk PCR berarti orang yang diuji cenderung negatif HIV. PCR dapat PULA digunakan untuk tes genetic dimana sampel DNA dianalisis untuk diketahui keberadaan mutasi gen penyakit. Analisis PCR juga esensial terhadap diagnosis gen preimplantasi dimana sel individu dari embrio yang sedang berkembang diuji akan keberadaan mutasi. PCR dapat digunakan sebagai bagian dari tes pengelompokan jaringan yang bersifat sensitif karena sangat vital terhadap transplantasi organ. Selain itu, tes antibodi untuk golongan darah spesifik yang biasanya dilakukan bisa diganti dengan tes berdasarkan PCR. Karena kebanyakan bentuk kanker melibatkan perubahan oncogenes, tes berdasarkan PCR dapat digunakan untuk mempelajari mutasi tersebut. 8.1.2. Isolasi Gen Para ahli seringkali membutuhkan gen tertentu untuk diisolasi. Sebagai contoh, dulu kita harus mengekstrak insulin langsung dari pancreas sapi atau babi, kemudian menjadikannya obat diabetes, proses yang rumit dan tentu saja mahal serta memiliki efek samping karena insulin dari sapi atau babi tidak benar-benar sama dengan insulin manusia. Namun, berkat adanya teknologi rekayasa genetik, kini dapat dilakukan isolasi gen penghasil insulin dari DNA genome manusia, lalu menyisipkannya ke sel bakteri (dalam hal ini E. coli) agar bakteri dapat memproduksi insulin juga. Hasilnya insulin yang sama persis dengan yang dihasilkan dalam tubuh manusia, dan sekarang insulin tinggal diekstrak dari bakteri, lebih cepat, mudah, dan tentunya lebih murah daripada cara konvensional. Dalam keperluan mengisolasi gen, diperlukan probe yang memiliki urutan basa nukleotida sama dengan gen yang diinginkan. Probe ini bisa dibuat dengan teknik PCR menggunakan primer yang sesuai dengan gen tersebut. 8.1.3. DNA Sequencing Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA Sequencing, dimana metode yang umum digunakan saat ini adalah metode Sanger (chain termination method) yang sudah dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy terminator, dimana proses awalnya adalah reaksi PCR dengan pereaksi yang agak berbeda, yaitu hanya menggunakan satu primer (PCR biasa menggunakan 2 primer) dan adanya tambahan dideoxynucleotide yang dilabel fluorescent. Karena warna fluorescent untuk setiap basa berbeda, maka urutan basa suatu DNA yang tidak diketahui bisa ditentukan. 8.1.4. Transplantasi Organ PCR juga dapat digunakan sebagai bagian dari tes sensitif dalam tissue typing, yang merupakan bagian penting dalam transplantasi organ . Pada tahun 2008, bahkan ada usulan untuk menggantikan tes antibodi berbasis tradisional untuk jenis darah dengan berbasis tes PCR. 8.1.5. Terapi Sel Kanker Banyak bentuk kanker melibatkan perubahan terhadap onkogen. Dengan menggunakan tes berbasis PCR untuk mempelajari mutasi ini, regimen terapi terkadang dapat secara individual disesuaikan dengan pasien. 8.2.Bidang Forensik Identifikasi seseorang yang terlibat kejahatan (baik pelaku maupun korban), atau korban kecelakaan/bencana kadang sulit dilakukan. Jika identifikasi secara fisik sulit atau tidak mungkin lagi dilakukan, maka pengujian DNA adalah pilihan yang tepat. DNA dapat diambil dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan analisis PCR untuk mengamplifikasi bagian-bagian tertentu DNA yang disebut fingerprints alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik bagi setiap orang. Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari keluarganya yang memiliki pertalian darah, misalnya ibu atau bapak kandung. Jika memiliki kecocokan yang sangat tinggi maka bisa dipastikan identitas orang yang dimaksud (Paternity Test). DNA profilling dengan menggunakan teknik AMP-FLP (Amplified Fragment Length Polymorphism) memiliki beberapa keunggulan, yaitu lebih cepat dibandingkan dengan metode analisis dan biaya yang dibutuhkan lebih murah. Teknik ini berdasarkan pada polimorfisme VNTR untuk membedakan alel yang berbeda. Teknik ini menggunakan PCR untuk mengamplifikasi daerah VNTR dan kemudian hasil amplifikasi dipisahkan dengan gel poliakrilamid dan diwarnai dengan teknik silver stained . Salah satu locus yang sering digunakan dalam teknik ini adalah locus D1S80. 8.3. Bidang Arkeologi Sejarah kehidupan diketahui telah ada dari sekitar 3,6 milyar tahun yang lalu, dan sejarah manusia sendiri telah mulai terjadi sejak kurang lebih sekitar 100 ribu tahun yang lalu. Fosil manusia purba yang tersebar dan telah ditemukan merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang memungkinkan kita untuk menelusuri sejarah tentang kehidupan manusia secara hampir mendektai sempurna. Fosil-fosil yang ada mengandung DNA yang dapat memungkinkan peneliti untuk mengukur dan memperkirakan seberapa tua peradaban manusia dimulai. Selain manusia, DNA yang terdapat dalam fosil-fosil hewan dan tumbuhan yang tersebar di dunia juga memungkinkan peneliti untuk mengukur usia kehidupan dimulai. Metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini ada tiga, yakni metode penanggalan radiokarbon, metode termoluminisen, serta metode penanggalan argon-argon. Untuk tahapan ketiga metode tersebut secara umum dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 6. Proses Penanggalan Usia Fosil Sumber: Nagatomo, 2008
Dokumen Serupa dengan Polymerase Chain Reaction Application