Anda di halaman 1dari 58

BENTANG ALAM

VOLKANIK


Bentang alam volkanik adalah bentang alam
yang pembentukannya dikontrol oleh proses
keluarnya magma dari dalam bumi

Bentang alam volkanik umumnya dihubungkan
dengan gerak tektonik, gunungapi-gunungapi
sebagian besar dijumpai di depan zona
penunjaman (subduction zone)

Gunungapi
Menurut MacDonald (1972), gunungapi adalah
tempat atau lubang keluarnya bahan pijar
atau gas yang berasal dari dalam bumi ke
permukaan bumi.
Matahelemual (1982, pada Azwar, dkk, 1987)
mengartikan gunungapi sebagai bentuk
timbulan kumpulan bahan bahan letusan di
muka bumi yang berasal dari magma yang
tersebar secara mandiri, berkelompok atau
berantai.
Sementara itu Montgomery (1989, pada Azwar,
dkk, 1987), menyatakan bahwa gunung api
adalah tempat keluarnya magma, abu dan
gas hasil erupsi atau struktur yang dibentuk
disekitar pusat lubang volkan karena
aktivitas erupsi.

Gunungapi memiliki ciri yang khas meliputi
bentuk, tipe erupsi dan material yang dihasilkan.

Perbedaan ini berhubungan erat dengan
komposisi magma dan letak gunungapi tersebut
terhadap kedudukan tektonik lempeng.

Tipe Erupsi Gunungapi
Escher (1952, pada Azwar, dkk, 1987) membuat
suatu klasifikasi letusan gunungapi berdasarkan
tekanan gas, derajat kecairan magma dan
kedalaman wadah magma itu sendiri.

Klasifikasi itu uraiannya adalah sebagai berikut :
Tipe Hawaii
Tipe gunungapi ini dicirikan oleh lava cair dan tipis
yang dalam perkembangannya akan membentuk
tubuh gunungapi tipe perisai. Sifat magma yang
sangat cair memungkinkan terbentuk lava pijar yang
disebabkan oleh arus konveksi pada danau lava dan
akan mancur, dimana lava banyak mengandung gas,
sehingga yang ringan akan terlempar ke atas
sedangkan yang berat setelah gas hilang akan
tenggelam lagi. Tipe ini banyak ditemukan di Hawaii,
seperti di Gunung Kilauea dan Gunung Maunaloa.
Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk Gunung Stromboli
dan beberapa gunungapi lainnya yang sedang
meningkat kegiatan volkanismenya. Magmanya
sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai
letusan pendek disertai ledakan. Bahan yang
dikeluarkan berupa abu, bom, lapili dan
setengah padatan bongkah lava.
Tipe Volkano
Tipe ini dicirikan oleh awan debu membentuk
bunga kol karena gas yang ditembakkan ke atas
meluas hingga jauh di atas kawah. Tipe ini
memiliki tekanan gas relatif sedang dan lavanya
tidak begitu cair. Berdasarkan kekuatan
letusannya, tipe ini dibedakan menjadi tipe
volkano kuat, contohnya Gunung Vesusius dan
Gunung Etna dan tipe volkano lemah, sebagai
contohnya Gunung Raung dan Gunung
Bromo.
Gunung Batok di Kompleks Pegunungan Tengger
Tipe Merapi
Tipe ini dicirikan oleh lavanya yang kental, dapur
magma relatif dangkal dan tekanan gas yang agak
rendah. Karena sifat magmanya tersebut, maka
terbentuk sumbat atau kubah lava, sementara bagian
bawah dari sumbat lava tersebut akan cenderung dalam
keadaan masih cair. Kubah lava yang gugur akan
menyebabkan terjadinya awan panas guguran. Jika
semakin tinggi tekanan gas karena pipa kepundan
tersumbat, maka akan menyebabkan terjadinya letusan
dan akan membentuk awan panas letusan.
Tipe Pelee
Tipe ini memiliki kekentalan magma hampir
sama dengan tipe Merapi, tetapi memiliki
tekanan gas yang cukup besar. Ciri khasnya
adalah adanya letusan gas ke arah lateral.
Tipe Vincent
Tipe Vincent ini memiliki lava yang agak kental,
tekanan gas sedang dan terdapat danau kawah
yang pada waktu meletus akan dimuntahkan
membentuk lahar letusan dengan suhu sekitar
100o C kemudian akan disusul oleh pelontaran
bahan lepas berupa bom, lapili dan awan pijar.
Tipe Perret atau Plinian
Tipe ini dicirikan oleh tekanan gas yang sangat
kuat dan lava cair. Sifat letusannya merusak
diduga ada kaitannya dengan perkembangan
pembentukan kaldera.
Morfologi Gunung Api
Morfologi gunung api dapat dibedakan menjadi
3 zone dengan ciri-ciri jenis litologi dan asosiasi
morfologi yang berlainan.

Ketiga zone tersebut adalah :
Zona pusat erupsi (Central Zone). Zona ini
dicirikan oleh :
Banyak radial dike / sill.
Adanya sumbat kawah (plug) dan crumble breccia.
Adanya zona hidrothermal
Sifat piroklastiknya kasar.
Bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi.
Zona proksimal , zona ini dicirikan oleh :
Material piroklastik agak terorientasi.
Terjadi pelapukan pada lava dan material
piroklastik yang dicirikan oleh soil yang tipis.
Sering dijumpai parasitic cone.
Banyak dijumpai ignimbrite dan welded tuff.
Zona Distal, dicirikan oleh :
Material piroklastik berukuran halus.
Banyak dijumpai lahar.

Zona Proksimal
Zona Distal
Zona Pusat Erupsi
Macam-Macam
Bentang Alam Volkanik
Bentang alam volkanik dibedakan menjadi
beberapa macam dengan dasar klasifikasi
kenampakan morfologinya. Srijono (1984, dalam
Widagdo, 1984), menggambarkan klasifikasi
bentang alam volkanik berdasarkan bentuk
morfologinya. Klasifikasi tersebut dapat
diuraikan menjadi :
Kubah Volkanik
Merupakan morfologi gunung api yang
mempunyai bentuk cembung ke atas. Morfologi
ini dibedakan atas dasar asal kejadiannya menjadi
Kerucut semburan dan kerucut perisai
Morfologi ini terbentuk oleh erupsi lava yang
bersifat encer basaltis. Sedang lava yang bersifat
granitis menghasilkan morfologi kubah sumbat
(plug dome).
Kerucut parasit (Parasitic Cone)
Morfologi ini terbentuk sebagai hasil erupsi
gunung api yang berada pada lereng gunung api
yang lebih besar.
Kerucut sinder (Cinder Cone)
Merupakan kubah yang terbentuk oleh letusan
kecil yang terjadi pada kaki gunung api, berupa
kerucut rendah dengan bagian puncak tampak
cekung datar.

Kerucut
Sinder
Kerucut Parasit
Kerucut Semburan
Depresi Volkanik
Depresi volkanik adalah morfologi bagian
volkan yang secara umum berupa cekungan.
Berdasarkan material pengisinya, depresi
volkanik dibedakan menjadi :
Danau Volkanik, yaitu depresi volkanik yang
terisi oleh air sehingga membentuk danau
Danau Volkanik di Gunung Galunggung
Kawah, depresi volkanik yang terbentuk oleh
letusan dengan diameter maksimum 1,5 km, dan
tidak terisi oleh apapun selain material hasil
letusan.

Kawah Gunung Bromo
Kaldera, yaitu depresi volkanik terbentuknya
belum tentu oleh letusan, tetapi didahului oleh
amblesan pada kompleks volkan, dengan ukuran
lebih dari 1,5 km. Pada kaldera ini sering muncul
gunung api baru.

Dataran Volkanik

Secara relatif, dataran volkanik dicirikan oleh
topografi yang datar, dengan variasi beda tinggi
(relief) tidak menyolok. Macam-macam dataran
volkanik diantaranya adalah : dataran rendah
basal, plato basal, dan dataran kaki volkan

Dataran Volkanik
Volkan Semu
Volkan semu adalah morfologi mirip kerucut gunung
api, bahan pembentuknya berasal dari volkan yang
berdekatan. Dapat pula terbentuk oleh erosi lanjut
terhadap suatu volkan yang sudah lama tidak
menunjukkan kegiatannya (mati/dorman).
Contoh morfologi volkan semu ini adalah Gunung
Gendol di daerah Muntilan, Jawa Tengah pada dataran
kaki volkan gunungapi Merapi.

Volkan semu jenis lain adalah leher volkanik
(volcanic neck), yaitu morfologi yang terbentuk bila
suatu kubah volkanik tererosi sehinggga tinggal
berbentuk kolom. Biasanya, di sekitar lajuran
volkanik tersebut sering dijumpai retas yang
memanjang (radial dike)
Volkan Semu berupa leher volkanik
Dampak Lingkungan Gunungapi
Gunung api dapat mempengaruhi lingkungan,
baik pengaruh baik (sesumber), maupun
pengaruh buruk (bencana) bagi manusia.
Dampak positif dengan adanya gunung api
adalah :
Panas bumi, sebagai sumber listrik dari proses
hidrotermal yang terjadi di daerah gunung api seperti
yang diusahakan di pegunungan Dieng dan Lahendong.
Sebagai taman wisata, dikembangkan dari potensi
keindahan alam dan suasana alam yang masih asri dan
sejuk seperti di Kaliurang, Puncak dan Sarangan.
Sebagai daerah pertanian yang subur seperti banyak
dijumpai di seluruh Indonesia. Contohnya : Batu,
Kaliurang, Dieng, Wonosobo.
Sebagai daerah pengisian (recharge) air tanah bagi daerah-
daerah sekitar gunung api seperti gunung Merapi untuk
daerah sekitarYogyakarta.
sebagai daerah penyeimbang / pembagi hujan di daerah
sekitarnya.
Selain berpotensi sebagai daerah yang
menguntungkan, gunung api juga berpotensi
sebagai sumber bencana. Secara garis besar
bahaya akibat erupsi gunung api dapat dibagi
menjadi 2 yaitu ; bahaya langsung (primer) dan
bahaya setelah terjadinya letusan (sekunder).
Bahaya primer akibat erupsi gunung api meliputi
:
Aliran lava
Aliran lava yaitu terjadinya aliran batu cair yang
pijar dan bersuhu tinggi (sampai 1200 0 C ).
Alirannya menuruni lereng yang terjal dan
dapat mencapai beberapa kilometer. Semua
benda yang dilaluinya akan hangus dan
terbakar. Apabila melongsor akan
menimbulkan awan panas.
Bom gunung api
Bom gunung api berujud batuan yang panas dan
pijar berukuran 10 cm 2 m. batuan ini dapat
terlempar dari pusat erupsi sejauh hingga 10 km.
Bom ini dapat menimbulkan kebakaran hutan,
pemukiman dan lahan pertanaian. Bila tiba di
tanah bom ini akan mengeluarkan letusan dan
akan hancur.


Pasir lapilli
Pasir dan lapilli adalah campuran material
letusan yang ukurannya lebih kecil dari bom (
lebih besar 2 mm).Sedangkan lapilli lebih besar
daripada pasir hingga mencapai beberapa cm.
Apabila terjadi letusan pasir dan lapilli ini dapat
terlempar hingga puluhan km. Pasir dan lapilli
ini dapat menghancurkan atap rumah, karena
bebannya juga dapat merusak lahan pertanian
hingga dapat membunuh tanaman.
Awan Pijar
Awan pijar adalah suspensi dari material halus yang
dihasilkan oleh erupsi gunungapi dan dihembus oleh
angin hingga mencapai beberapa kilometer. Awan pijar
ini merupakan campuran yang pekat dari gas, uap dan
material halus yang bersuhu tinggi (hingga 1200 0C).
Suspensi ini berat sehingga mengalir menuruni lereng
gunungapi dan seolah-olah meluncur, luncurannya
dapat mencapai 10 20 km dan membakar apa yang
dilaluinya seperti yang terjadi pada Gunungapi Merapi
pada tanggal 22 November 1994 yang memakan korban
60 orang terbakar hidup-hidup dan tak terhitung lagi
ternak yang mati terpanggang akibat letusan awan panas
ini.

Abu Gunungapi
Abu ini merupakan campuran material yang paling
halus dari suatu letusan gunungapi. Suhunya bisa
tidak panas lagi. Ukurannya kurang dari 1 mikron
0,2 mm. Bahaya yang ditimbulkan antara lain bisa
mengganggu penerbangan seperti yang terjadi pada
saat letusan Gunungapi Galunggung, dapat
menimbulkan sesak napas apabila terlalu banyak
menghisap abu gunung api dan menimbulkan
penyakit silikosis. Yaitu penyakit yang diakibatkan
oleh penggumpalan silika bebas pada paru-paru yang
diakibatkan oleh terisapnya abu gunungapi yang
mengandung silika bebas.
Gas beracun
Kadar gas yang tinggi dapat menimbulkan kematian.
Gunungapi biasanya mengeluarkan gas CO, CO2,
H2S, HCN, H3As, NO2, Cl2, dan gas lain yang
jumlahnya sedikit. Nilai batas ambang untuk gas CO
50 ppm (part per milion), CO2 5,00 ppm, sedangkan
gas H3S yang sangat mematikan pada 0,05 ppm. Gas
yang dikeluarkan saat erupsi tidak begitu berbahaya
karena gas tersebut langsung terbakar pada saat terjadi
letusan gunungapi. Yang paling berbahaya adalah
apabila gas tersebut dikeluarkan pada sisa-sisa
gunungapi seperti yang terjadi di Pegunungan Dieng.
Gas tersebut BJ-nya lebih besar dari udara bebas
sehingga letaknya berada pada daerah-daerah yang
rendah seperti di lembah-lembah, dekat permukaan
tanah.

Bahaya yang tidak kalah berbahayanya adalah bahaya
setelah terjadi letusan yaitu bahaya sekunder. Bahaya
tersebut berupa bahaya aliran lahar. Lahar terbentuk
dari batuan yang dilemparkan dari pusat erupsi baik
block, bom, lapilli, tuff, abu, maupun longsoran kubah
lava, apabila terjadi hujan lebat yang turun bersamaan
atau setelah erupsi maka endapan material hasil erupsi
tersebut akan terangkut oleh aliran air membentuk
aliran bahan rombakan yang biasa disebut aliran lahar.
Aliran lahar ini mempunyai kekuatan merusak yang
besar dan akan melalui apa saja yang ada di depannya
tanpa kecuali baik pemukiman, hutan, tanah pertanian
maupun tanggul sungai yang dilaluinya.


Untuk menghindari bencana yang diakibatkan
oleh letusan gunungapi ini maka di setiap daerah
gunungapi dibuat peta daerah bahaya yang
didasarkan pada potensi bencana yang ada baik
primer maupun sekunder. Seperti yang dilakukan
oleh Dinas Volkanologi pada G. Merapi.

Anda mungkin juga menyukai