Anda di halaman 1dari 40

3

Prolog
T
ENTU SAJA, Alison tetap Alison. Ia-lah tempat untuk
curhat, satu-satunya yang kau inginkan menelepon
cowok yang kau taksir untuk mengetahui perasaan
cowok itu padamu, dan pendapat terakhir tentang itu padamu, dan pendapat terakhir tentang
apakah jeans barumu membuat bokongmu tampak
besar. Tetapi, gadis-gadis itu juga takut padanya. Ali
tahu lebih banyak tentang mereka daripada siapa pun,
termasuk hal-hal buruk yang mereka ingin pendam pendam
seperti tubuh. Mengerikan rasanya memikirkan bahwa
Ali mungkin sudah mati, tetapi... jika memang begitu,
setidaknya rahasia mereka aman.
Dan mereka memang aman. Setidaknya, selama
tiga tahun.
4
Untuk JSW
5
Tiga orang bisa menyimpan rahasia, jika dua di
antaranya mati.
BENJAMIN FRANKLIN BENJAMIN FRANKLIN
6
7
B
ayangkan bahwa saat ini beberapa tahun
yang lalu, musim panas antara kelas satu dan dua
SMP. Kulitmu cokelat karena berbaring di tepi kolam
renangmu yang dipagari bebatuan, kau memakai setelan
joging juicy sweat barumu (ingat saat semua orang
memakainya?), dan kau memikirkan cowok yang kau
taksir, cowok yang bersekolah di sekolah persiapan
kuliah yang satu lagi itu yang namanya tidak akan kami
sebut dan bekerja melipat jeans di Abercrombie di mal.
Kau menyantap Cocoa Krispies-mu persis seperti kau
menginginkannyadicelup di susu rendah lemakdan
kau melihat wajah cewek ini di sisi karton susu. HILANG.
Dia manismungkin lebih manis daripadamudan
matanya memancarkan sinar berani. Kau berpikir,
Hmm, mungkin dia juga suka Cocoa Krispies lembek.
Dan, kau bertaruh dia juga bakal menganggap si cowok
Abercrombie keren. Kau bertanya-tanya bagaimana
Bagaimana Semuanya
Berawal
8
seseorang yang begitu... well, begitu mirip dirimu hilang.
Kau mengira hanya cewek-cewek yang ikut kontes
kecantikan yang berakhir di sisi karton susu.
Well, pikirkan lagi.
Aria Montgomery mengubur wajahnya di lapangan
rumput di rumah teman baiknya, Alison DiLaurentis.
Sedap, gumamnya.
Apa kau sedang mencium rumput? panggil Emily
Fields dari belakangnya, sambil menutup pintu mobil
Volvo-wagon ibunya.
Baunya enak. Aria menyingkirkan rambutnya
yang dicat garis-garis pink dan menghirup udara sore
hari yang hangat. Seperti musim panas.
Emily melambai pada ibunya dan menarik jeans
kedodoran yang tergantung di pinggul kurusnya. Emily yang tergantung di pinggul kurusnya. Emily
sudah jadi perenang kompetisi sejak Liga Tadpole.
Dan meskipun ia tampak keren dalam pakaian renang
Speedo, ia tidak pernah memakai pakaian ketat atau yang
mendekati imut seperti cewek-cewek lain di kelasnya.
Itu karena orangtua Emily bersikeras bahwa karakter
dibangun dari dalam keluar (Meskipun Emily sangat
yakin bahwa dipaksa menyembunyikan T-shirt ketat
dengan tulisan IRISH GIRLS DO IT BETTER-nya di pojok laci
pakaian dalamnya tidak benar-benar mengembangkan
karakter).
9
Hei teman-teman! Alison menari berputar-putar
melintasi halaman depan. Rambutnya diikat ke atas
membentuk kuncir ekor kuda berantakan, dan ia masih
memakai rok hockey lapangannya yang digulung ke atas
dari pesta akhir tahun tim sore itu. Alison adalah satu-
satunya anak kelas satu SMP yang masuk ke tim JV dan
bisa pulang naik mobil dengan cewek-cewek Rosewood
Day School yang lebih tua, yang memutar musik Jay-Z
keras-keras dari jip Cherokee mereka dan menyemprot
Alison dengan parfum sebelum menurunkannya,
sehingga ia tidak berbau rokok yang telah mereka isap. ia tidak berbau rokok yang telah mereka isap.
Apa yang kulewatkan? sapa Spencer Hastings,
sambil menyelinap melalui sebuah celah di pagar
tanaman Ali untuk bergabung dengan yang lainnya.
Spencer tinggal di rumah sebelah. Ia menyibakkan
kuncir ekor kuda panjang dan halus berwarna pirang
gelapnya ke balik bahu dan menyesap air dari botol
Nalgene ungunya. Spencer tidak lolos seleksi tim JV
bersama Ali tahun lalu, dan harus bermain di tim kelas
satu. Ia bermain hockey lapangan gila-gilaan selama
setahun penuh untuk menyempurnakan permainannya,
dan gadis-gadis itu tahu ia sejak tadi berlatih dribble
di halaman belakang sebelum mereka sampai. Spencer
benci jika ada orang lain yang lebih baik daripada dirinya
dalam hal apa pun. Terutama Alison.
Tunggu aku!
10
Mereka menoleh untuk melihat Hanna Marin turun
dari mobil Mercedes ibunya. Ia tersandung tas kanvasnya
dan melambai-lambaikan kedua lengan gemuknya
dengan liar. Sejak orangtua Hanna bercerai tahun lalu,
ia perlahan-lahan bertambah gemuk dan tidak muat
lagi untuk baju-baju lamanya. Meskipun Ali memutar
bola matanya, gadis-gadis yang lain berpura-pura tidak
melihat. Itulah yang harus dilakukan teman baik.
Alison, Aria, Spencer, Emily, dan Hanna berteman
setahun yang lalu ketika orangtua mereka mengajukan
mereka untuk bekerja setiap Sabtu sore di gerakan amal
Rosewood Day Schoolwell, kecuali Spencer yang
mengajukan dirinya sendiri. Meskipun Alison bisa jadi
tidak mengenal keempat gadis itu, keempat gadis itu
mengenal Alison. Ia sempurna. Cantik, cerdik, cerdas.
Populer. Cowok-cowok ingin mencium Alison, dan
para cewekyang lebih tua sekalipuningin menjadi
dirinya. Jadi, pertama kali Ali tertawa mendengar salah
satu gurauan Aria, menanyakan sesuatu tentang renang
kepada Emily, mengatakan pada Hanna bahwa T-shirt-
nya lucu, dan berkomentar bahwa tulisan tangan Spencer
jauh lebih bagus daripada tulisan tangannya, keempat
gadis itu mau tidak mau... well, terpesona. Sebelum
bertemu Ali, gadis-gadis itu merasa seperti jeans ibu-ibu
yang berlipit-lipit dan berpinggang tinggicanggung
dan menonjol karena semua alasan yang salahtetapi
11
saat itu Ali membuat mereka merasa seperti gaun
Stella McCartney paling pas yang tidak bisa dibeli siapa
pun.
Sekarang, lebih dari setahun kemudian, pada
hari terakhir kelas satu SMP, mereka bukan saja
telah menjadi teman baik, tetapi telah menjadi cewek-
cewek terpopuler di Rosewood Day. Banyak hal telah
terjadi yang mewujudkan hal itu. Setiap acara menginap
bersama yang mereka lakukan, setiap darmawisata,
telah menjadi petualangan baru. Bahkan homeroom
*

tidak terlupakan saat mereka bersama-sama. (Membaca
pesan panas kapten tim olahraga sekolah kepada guru
matematikanya lewat pengeras suara sekarang menjadi
legenda Rosewood Day.) Tetapi, ada hal-hal lain yang
mereka semua ingin lupakan. Dan, ada satu rahasia yang
bahkan tidak sanggup mereka bicarakan. Ali berkata
bahwa rahasialah yang mengikat persahabatan erat
antara mereka berlima untuk selamanya. Jika itu benar,
mereka akan berteman seumur hidup.
Aku sangat senang hari ini sudah berakhir. Alison
mengerang sebelum perlahan mendorong Spencer kembali
melalui celah di pagar tanaman. Lumbungmu.
Aku sangat senang kelas satu SMP sudah berakhir,
ujar Aria sementara ia, Emily, dan Hanna mengikuti
Alison dan Spencer ke wisma-bekas-lumbung yang
* Aula sekolah tempat para siswa berkumpul setiap pagi untuk diabsen,
menerima pengumuman penting, dan lain-lain.
12
sudah direnovasi tempat kakak perempuan Spencer,
Melissa, tinggal selama tahun-tahun SMP dan SMA-
nya. Untungnya, ia baru lulus dan akan pergi ke Praha
musim panas ini, jadi lumbung itu akan menjadi milik
mereka malam itu.
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang sangat
mencicit. Alison! Hei, Alison! Hei, Spencer!
Alison menoleh ke jalan. Not it, bisiknya.
Not it, Spencer, Emily dan Aria buru-buru
mengikuti.
Hanna mengernyit. Sial.
Permainan itu dicuri Ali dari kakak lelakinya,
Jason, seorang murid senior di Rosewood Day. Jason
dan teman-temannya memainkannya di pesta kebun
antar-sekolah persiapan saat menilai cewek-cewek.
Menjadi yang terakhir menyebut not it atau tidak
keren berarti kau harus menemani cewek yang jelek
malam itu sedangkan teman-temanmu bisa berkencan
dengan teman-temannya yang cantikyang berarti,
pada dasarnya, kau sama payah dan tidak menariknya
dengan cewek itu. Dalam versi Ali, gadis-gadis itu
menyebut not it setiap kali ada orang jelek, tidak keren
atau tidak beruntung di dekat mereka.
Kali ini, not it-nya adalah Mona Vanderwaalsi
culun dari seberang jalan yang hobi favoritnya berusaha
berteman dengan Spencer dan Alisondan dua teman
13
anehnya, Chassey Bledsoe dan Phi Templeton. Chassey
cewek yang telah membajak sistem komputer sekolah
dan lalu memberi tahu kepala sekolah cara memperketat
keamanannya, dan Phi Templeton pergi ke mana-mana
membawa yo-yotidak perlu dijelaskan lagi. Tiga
serangkai itu menatap gadis-gadis itu dari tengah jalan
pinggiran kota yang tenang. Mona bertengger di atas
skuter Razor-nya, Chassey di atas sebuah sepeda gunung
hitam, dan Phi berjalan kakidengan yo-yo-nya, tentu
saja.
Kalian mau mampir dan nonton Fear Factor?
ajak Mona.
Sori, Alison tersenyum konyol. Kami agak
sibuk.
Chassey mengernyit. Masa kalian tidak mau
menonton saat mereka makan serangganya?
Jijay! bisik Spencer pada Aria, yang lalu mulai
pura-pura menjilat kutu tak tampak dari ubun-ubun
Hanna seperti monyet.
Yeah, seandainya bisa. Alison menelengkan
kepala. Kami sudah agak lama merencanakan acara
menginap ini. Tetapi mungkin lain kali?
Mona menatap trotoar. Yeah, oke.
Sampai ketemu. Alison berbalik, memutar bola
mata, dan teman-temannya menirukannya.
14
Mereka melintas melalui gerbang belakang Spencer.
Di sebelah kiri mereka terdapat halaman belakang Ali
yang letaknya bersebelahan, tempat orangtuanya sedang
membangun gazebo dengan dua puluh tempat duduk
untuk piknik luar ruangan mewah mereka. Syukurlah
para tukang tidak sedang di sini, ujar Ali, sambil
melirik sebuah buldoser kuning.
Emily menegang. Apa mereka bicara yang tidak-
tidak lagi padamu?
Tenang, Killer, ujar Alison. Yang lain terkikik.
Kadang-kadang mereka memanggil Emily Killer
seperti nama anjing pit bull Ali. Emily dulu mendapatinya
lucu juga, tetapi belakangan ia tidak ikut tertawa.
Lumbung itu berada tepat di depan. Tempatnya kecil
dan nyaman serta memiliki jendela besar yang meng-
hadap ke tanah pertanian Spencer yang luas dan tidak
beraturan, serta memiliki kincir anginnya sendiri. Di
Rosewood, Pennsylvania sini, sebuah daerah pinggiran
kecil yang terletak sekitar tiga puluh dua kilometer dari
Philadelphia, kau lebih berpeluang tinggal di rumah
pertanian dengan dua puluh lima kamar serta kolam
renang dan bak mandi air panas berubin mosaik, seperti
di rumah Spencer, daripada di rumah-rumah gedongan.
Rosewood beraroma seperti bunga lilac dan rumput baru
dipangkas di musim panas dan salju bersih serta perapian
kayu di musim dingin. Tempat itu penuh dengan pohon-
15
pohon cemara tinggi dan lebat, berhektar-hektar tanah
pertanian keluarga bergaya pedesaan, dan rubah serta
kelinci paling lucu. Daerah itu juga memiliki tempat
perbelanjaan dan berbagai tanah milik era Kolonial
yang mengagumkan serta taman-taman untuk pesta
ulang tahun, pesta kelulusan, dan pesta suka-suka. Dan
cowok-cowok Rosewood ganteng dalam arti berseri-seri,
sehat dan seperti-baru-keluar-dari-brosur-Abercrombie.
Inilah jalur kereta api utama Philadelphia. Daerah itu
penuh dengan keturunan keluarga tua dan berdarah
biru, keluarga kaya, dan boleh dibilang skandal kuno.
Ketika mencapai lumbung, gadis-gadis itu mendengar mendengar
suara cekikikan dari dalam. Seseorang memekik,
Kubilang, hentikan!
Oh, Tuhan, erang Spencer. Apa yang dia lakukan
di sini?
Ketika Spencer mengintip melalui lubang kunci, ia
bisa melihat Melissa, kakaknya yang santun dan serba-
bisa, dan Ian Thomas, pacarnya yang keren, tengah
bergulat di atas sofa. Spencer menendang pintu dengan
tumit sepatunya, membukanya paksa. Lumbung itu
tercium seperti lumut dan popcorn setengah hangus.
Melissa berbalik.
Apa-apaan? tanyanya. Lalu ia melihat yang lain
dan tersenyum. Oh, hei semua.
16
Gadis-gadis itu mengamati Spencer. Ia selalu
mengeluh bahwa Melissa cewek berengsek beracun,
sehingga mereka selalu heran ketika Melissa tampak
ramah dan manis.
Ian berdiri, meregangkan tubuh, dan menyeringai
pada Spencer. Hei.
Hei, Ian, jawab Spencer dengan suara jauh lebih
ceria. Aku tidak tahu kau di sini.
Ya, kau tahu. Ian tersenyum menggoda. Kau
sedang memata-matai kami.
Melissa merapikan kembali rambut pirang panjang
dan bando sutra hitamnya, sambil menatap adiknya.
Jadi, ada apa? tanyanya agak menuduh.
Cuma... aku tidak bermaksud menerobos masuk...,
ujar Spencer terputus-putus. Tetapi kami semestinya
menginap di sini malam ini.
Ian dengan main-main memukul lengan Spencer.
Aku cuma menakut-nakutimu, candanya.
Secercah rona merah menjalari leher Spencer.
Ian mempunyai rambut pirang berantakan, mata
berwarna hazelnut sayu dan otot perut yang benar-benar
menggiurkan.
Wow, ujar Ali dengan suara agak terlalu
keras. Semua menoleh padanya. Melissa, kau dan Ian
pasangan paling iiiii-mut sedunia. Aku tidak pernah
17
bilang begitu, tetapi aku selalu berpikir begitu. Kau
setuju kan, Spencer?
Spencer mengerjap. Um, ujarnya pelan.
Melissa menatap Ali sejenak, kebingungan, dan
lalu kembali menoleh pada Ian. Bisakah aku bicara
denganmu di luar?
Ian menurunkan Corona-nya sementara para gadis
itu mengawasi. Mereka hanya pernah minum diam-diam
dari botol-botol di lemari minuman keras orangtua
mereka. Ian menaruh botol kosong itu dan melayangkan
cengiran perpisahan pada mereka sembari mengikuti
Melissa keluar. Sampai nanti, Ladies. Ia mengedip
sebelum menutup pintu di belakangnya.
Alison membersihkan kedua tangannya. Satu
masalah lagi dibereskan oleh Ali D. Apa kau akan
berterima kasih padaku sekarang, Spencer?
Spencer tidak menjawab. Ia terlalu sibuk memandang
keluar jendela depan lumbung. Percik-percik kilat telah
mulai menerangi langit yang keunguan.
Hanna menghampiri mangkuk popcorn yang
terlupakan dan meraup segenggam penuh. Ian cakep
banget. Dia, kayak, lebih cakep dari Sean. Sean Ackard
adalah salah satu cowok tercakep di tingkat mereka dan
merupakan objek fantasi tetap Hanna.
18
Kau tahu apa yang kudengar? tanya Ali, sambil
mengempaskan diri ke sofa. Sean benar-benar suka
cewek dengan selera makan sehat.
Hanna berbinar. Benarkah?
Tidak. Alison mendengus.
Hanna pelan-pelan menjatuhkan segenggam popcorn
itu kembali ke mangkuk.
Jadi, Girls, ujar Ali. Aku tahu hal terbaik yang
bisa kita lakukan.
Kuharap kita tidak bertelanjang-ria lagi, kikik
Emily. Mereka melakukan itu sebulan laludalam
cuaca yang luar biasa dingindan meskipun Hanna
menolak melepas baju dalam dan celana dalam untuk-
setiap-hari-dalam-seminggu-nya, yang lain telah berlari
melintasi ladang jagung gundul di dekat sana tanpa
sehelai benang pun.
Kau agak terlalu menyukai itu, gumam Ali. Senyum
itu memudar dari bibir Emily. Tetapi tidakaku sengaja
menyiapkan ini untuk hari terakhir sekolah. Aku sudah
belajar cara menghipnotis orang.
Hipnotis? ulang Spencer.
Adik Matt yang mengajariku, jawab Ali, sambil
menatap foto berbingkai Melissa dan Ian di rak atas
perapian. Cowok Ali minggu ini, Matt, mempunyai
rambut berwarna pasir sama seperti Ian.
Bagaimana kau melakukannya? tanya Hanna.
19
Maaf, dia menyuruhku bersumpah tidak meng- meng-
atakannya, ujar Ali, sambil berpaling kembali. Kalian , ujar Ali, sambil berpaling kembali. Kalian
ingin lihat apakah itu berhasil?
Aria mengerutkan dahi, sambil duduk di sebuah
bantal lantai berwarna lavender. Entahlah...
Kenapa tidak? Mata Ali sejenak melirik boneka
babi yang mengintip dari tas besar Aria yang terbuat dari
rajutan bahan sweter ungu. Aria selalu membawa-bawa
berbagai barang anehboneka binatang, halaman yang
dirobek acak dari novel-novel tua, dan kartu pos dari
berbagai tempat yang belum pernah dikunjunginya.
Bukankah hipnosis membuatmu mengucapkan
hal-hal yang tidak ingin kau katakan? tanya Aria.
Adakah sesuatu yang tidak bisa kau katakan pada
kami? jawab Ali. Dan kenapa kau masih membawa
boneka babi itu kemana-mana? Ia menunjuk boneka
itu.
Aria mengangkat bahu dan menarik keluar boneka
babi itu dari tasnya. Ayahku membelikanku Pigtunia di
Jerman. Dia menasihatiku tentang kehidupan cintaku.
Dimasukkannya tangannya ke dalam boneka itu.
Kau memasukkan tanganmu ke pantatnya! Ali
memekik dan Emily mulai cekikikan. Lagi pula,
kenapa kau mau membawa-bawa sesuatu yang diberikan
ayahmu kepadamu?
20
Itu tidak lucu, bentak Aria, sambil berbalik
menghadap Emily.
Semua orang terdiam selama beberapa detik, dan
gadis-gadis itu saling berpandangan kosong. Hal ini
sering terjadi akhir-akhir ini: seseorangbiasanya
Alimengatakan sesuatu, dan orang lain menjadi
jengkel, tetapi semua orang terlalu malu untuk bertanya
apa yang terjadi.
Spencer memecah keheningan. Dihipnotis, um,
memang agak kedengaran aneh.
Kau tidak tahu apa-apa tentang itu, ujar Alison
cepat. Ayolah. Aku bisa melakukannya pada kalian
semua sekaligus.
Spencer mencubit-cubit ikat pinggang roknya. Emily
mengembuskan udara lewat giginya. Aria dan Hanna
bertukar pandang. Ali selalu mengusulkan berbagai ide
untuk mereka cobamusim panas lalu, idenya adalah
merokok biji dandelion untuk melihat apakah mereka
akan berhalusinasi, dan musim gugur kemarin ini
mereka berenang di Pecks Pond, meskipun sesosok mayat
pernah ditemukan di sanatetapi masalahnya adalah
mereka sering kali tidak mau melakukan hal-hal yang
Alison paksa mereka lakukan. Mereka semua mencintai
Ali, tetapi kadang-kadang membencinya jugakarena
memerintah-merintah mereka dan karena sihir yang
ditebarkannya pada mereka. Kadang-kadang jika Ali
21
ada, mereka tidak merasa benar-benar nyata. Mereka
merasa seperti boneka, dengan Ali yang mengatur setiap
gerakan mereka. Masing-masing ingin, sekali saja,
sanggup mengatakan tidak pada Ali.
Pliiiiiiiiisss? tanya Ali. Emily, kau mau melakukan-
nya kan?
Um... suara Emily bergetar. Well...
Aku akan melakukannya, Hanna menyela.
Aku juga, ujar Emily sesaat kemudian.
Spencer dan Aria dengan enggan mengangguk.
Puas, Alison mematikan semua lampu dan menyalakan
lilin-lilin nazar beraroma vanila manis yang terletak
di atas meja kopi. Lalu ia melangkah mundur dan
bersenandung.
Oke, semua, santai saja, gumamnya, dan gadis-
gadis itu duduk membentuk lingkaran di atas karpet.
Detak jantungmu sekarang melambat. Pikirkan pikiran-
pikiran menenangkan. Aku akan menghitung mundur
dari seratus, dan begitu aku menyentuh kalian semua,
kalian akan berada dalam kekuasaanku.
Seram. Emily tertawa gemetar.
Alison mulai menghitung. Seratus... sembilan puluh
sembilan... sembilan puluh delapan...
Dua puluh dua...
Sebelas...
Lima...
22
Empat...
Tiga...
Ia menyentuh dahi Aria dengan bagian paling tebal
ibu jarinya. Spencer melepaskan lipatan kakinya. Aria
menggerakkan kaki kirinya.
Dua... Ia perlahan menyentuh Hanna, lalu Emily,
dan lalu bergerak ke arah Spencer. Satu.
Mata Spencer membuka sebelum Alison bisa
menjangkaunya. Ia melompat bangun dan berlari ke
jendela.
Apa yang kau lakukan? bisik Ali. Kau merusak
momennya.
Terlalu gelap di sini. Spencer menjangkau ke atas
dan membuka gorden.
Tidak. Alison menurunkan kedua bahunya.
Memang harus gelap. Begitulah caranya.
Yang benar saja, bukan begitu caranya. Kerainya ter-
sangkut; Spencer menggerung untuk melepaskannya.
Tidak. Memang begitu caranya.
Spencer berkacak pinggang. Aku ingin ruangan
lebih terang. Mungkin semuanya juga.
Alison memandang yang lainnya. Mereka semua
masih memejamkan mata.
Spencer tidak mau menyerah. Semua tidak harus
selalu seperti keinginanmu, kau tahu, Ali?
Alison terbahak. Tutup kerainya!
23
Spencer memutar bola matanya. Ya ampun, minum
obat sana.
Menurutmu, aku harus minum obat? tuntut
Alison.
Spencer dan Alison saling bertatapan beberapa saat
lamanya. Perdebatan itu termasuk salah satu perdebatan
konyol yang bisa saja tentang siapa yang lebih dulu
melihat gaun polo Lacoste baru di Neiman Marcus atau
apakah highlight warna madu tampak terlalu nakal,
tetapi hal itu benar-benar tentang persoalan yang sama
sekali berbeda. Jauh lebih besar.
Akhirnya, Spencer menunjuk pintu. Pergi.
Oke. Alison melangkah panjang-panjang keluar.
Bagus! Tetapi setelah beberapa detik, Spencer
mengikutinya. Udara malam yang kebiruan tenang, dan
tidak ada lampu menyala di rumah utama keluarganya.
Rumah itu juga heningbahkan jangkrik pun tidak
bersuaradan Spencer bisa mendengar napasnya sendiri.
Tunggu sebentar! serunya sejenak kemudian, sambil
membanting pintu menutup di belakangnya. Alison!
Tetapi, Alison sudah pergi.
Saat ia mendengar pintu terbanting, Aria membuka
matanya. Ali? panggilnya. Teman-teman? Tidak
ada yang menjawab.
24
Ia memandang berkeliling. Hanna dan Emily duduk
seperti gundukan di karpet, dan pintu terbuka. Aria
keluar ke beranda. Tidak ada orang di sana. Ia berjingkat-
jingkat ke ujung halaman Ali. Hutan terbentang di
hadapannya dan semuanya hening.
Ali? bisiknya. Tidak ada jawaban. Spencer?
Di dalam, Hanna dan Emily menggosok-gosok
mata. Aku baru bermimpi sangat aneh, ujar Emily.
Maksudku, kukira itu mimpi. Terjadinya cepat sekali.
Alison jatuh ke dalam sumur yang sangat dalam, dan
ada banyak tanaman raksasa.
Mimpiku juga begitu! ujar Hanna.
Masa? tanya Emily.
Hanna mengangguk. Well, seperti itulah. Ada
tanaman besar di dalamnya. Dan kurasa aku melihat
Alison juga. Mungkin itu bayangannyatetapi itu jelas
dia.
Whoa, bisik Emily. Mereka saling bertatapan
dengan mata membelalak.
Teman-teman? Aria kembali melangkah masuk
melalui pintu. Ia tampak sangat pucat.
Kau tidak apa-apa? tanya Emily.
Di mana Alison? Aria mengerutkan dahi. Dan
Spencer?
Kami tidak tahu, ujar Hanna.
25
Tepat pada saat itu, Spencer menerobos kembali
ke dalam rumah. Gadis-gadis itu terlompat. Apa?
tanyanya.
Di mana Ali? tanya Hanna pelan.
Aku tidak tahu, bisik Spencer. Kukira...
entahlah.
Gadis-gadis itu terdiam. Yang bisa mereka dengar
hanya ranting-ranting pohon yang meluncur melintasi
jendela. Kedengarannya seperti orang yang menggoreskan
kuku-kuku jarinya yang panjang di permukaan piring.
Kurasa aku ingin pulang, ujar Emily.
Pagi berikutnya, mereka masih belum mendengar dari
Alison. Keempat gadis itu saling menelepon untuk
bicara, kali ini empat arah alih-alih lima.
Menurutmu dia marah pada kita? tanya Hanna.
Dia tampak aneh semalaman.
Mungkin dia di rumah Katy, ujar Spencer. Katy
adalah salah satu teman hockey Ali.
Atau mungkin dia bersama Tiffanycewek dari
perkemahan itu? komentar Aria.
Aku yakin dia bersenang-senang di suatu tempat,
ujar Emily pelan.
Satu per satu, mereka menerima telepon dari Mrs.
DiLaurentis, bertanya apakah mereka mendengar dari Ali.
26
Awalnya, mereka mengarang-ngarang alasan untuknya.
Itu sudah aturan tak tertulis: mereka mengarang-ngarang
alasan untuk Emily saat ia menyelinap masuk setelah
lewat jam malam akhir pekannya pukul 11 malam;
mereka berbohong untuk Spencer ketika ia meminjam
mantel duffel Ralph Lauren Melissa dan tidak sengaja
meninggalkannya di tempat duduk kereta SEPTA; dan
seterusnya. Tetapi ketika mereka masing-masing
memutuskan pembicaraan dengan Mrs. DiLaurentis,
perasaan tidak enak mengembang di perut mereka. Ada
sesuatu yang rasanya sangat tidak beres.
Sore itu, Mrs. DiLaurentis menelepon lagi, kali
ini dengan suara panik. Saat malam tiba, keluarga
DiLaurentis telah menelepon polisi, dan pagi berikutnya
sudah banyak mobil polisi dan van berita yang parkir
di halaman depan keluarga DiLaurentis yang biasanya
rapi. Berita itu bagaikan mimpi basah saluran berita
setempat: gadis kaya cantik, hilang di salah satu kota
kelas atas teraman di negara itu.
Hanna menelepon Emily setelah menonton laporan
berita malam tentang Ali yang pertama. Apakah polisi
mewawancaraimu hari ini?
Yeah, bisik Emily.
Aku juga. Kau tidak memberi tahu mereka
tentang... Ia terdiam sejenak. Tentang Peristiwa Jenna,
kan?
27
Tidak! kesiap Emily. Kenapa? Kau kira mereka
mengetahui sesuatu?
Tidak... tidak mungkin mereka tahu, bisik
Hanna sedetik kemudian. Hanya kita yang tahu. Kita
berempat... dan Alison.
Polisi mewawancarai semua gadis itubersama
hampir semua orang dari Rosewood, mulai dari
guru senam kelas dua Ali sampai cowok yang pernah
menjual rokok Marlboro padanya di Wawa. Saat itu
musim panas sebelum kelas dua SMP dan gadis-gadis
itu seharusnya sedang bermain mata dengan cowok-
cowok yang lebih tua di pesta kolam renang, makan
jagung rebus di pekarangan belakang satu sama lain,
dan belanja seharian di King James Mall. Malah,
mereka menangis sendirian di tempat tidur berkanopi
mereka atau menatap kosong ke dinding mereka yang
dipenuhi foto. Spencer gila-gilaan membersihkan kamar,
meninjau ulang alasan sesungguhnya pertengkarannya
dengan Ali, dan memikirkan hal-hal yang diketahuinya
tentang Ali yang tidak diketahui teman-temannya yang
lain. Hanna menghabiskan berjam-jam di lantai kamar
tidurnya, menyembunyikan kantong-kantong Cheetos
kosong ke bawah ranjangnya. Emily tidak bisa berhenti
memikirkan surat yang dikirimnya kepada Ali sebelum
gadis itu menghilang. Apakah Ali pernah menerimanya?
Aria duduk di mejanya dengan Pigtunia. Lambat-laun,
28
mereka mulai jarang saling menelepon. Pikiran yang
sama menghantui mereka berempat, tetapi tidak ada lagi
yang bisa mereka katakan kepada satu sama lain.
Musim panas itu berganti menjadi tahun ajaran,
yang berganti ke musim panas berikutnya. Ali masih
menghilang. Polisi terus mencaritetapi secara diam-
diam. Media kehilangan minat mereka, beralih pada
obsesi tentang tiga pembunuhan di Center City. Bahkan,
keluarga DiLaurentis pindah dari Rosewood hampir dua
setengah tahun setelah Alison hilang. Sedangkan bagi
Spencer, Aria, Emily dan Hanna, sesuatu juga berubah di
dalam diri mereka. Sekarang jika mereka lewat di jalan
tempat tinggal lama Ali dan memandang rumahnya,
tangis mereka tidak meledak. Malah, mereka mulai
merasakan sesuatu yang berbeda.
Rasa lega.
Tentu saja, Alison tetap Alison. Ia-lah tempat untuk
curhat, satu-satunya yang kau inginkan menelepon co-
wok yang kau taksir untuk mengetahui perasaan cowok
itu padamu, dan pendapat terakhir tentang apakah
jeans barumu membuat bokongmu tampak besar. Tetapi
gadis-gadis itu juga takut padanya. Ali tahu lebih banyak
tentang mereka daripada siapa pun, termasuk hal-hal
buruk yang mereka ingin pendamseperti tubuh.
Mengerikan rasanya memikirkan bahwa Ali mungkin
29
sudah mati, tetapi... jika memang begitu, setidaknya
rahasia mereka aman.
Dan mereka memang aman. Setidaknya, selama
tiga tahun.
*
30
S
eseorang akhirnya membeli rumah lama
keluarga DiLaurentis, ujar ibu Emily Fields. Saat
itu Sabtu sore, dan Mrs. Fields sedang duduk di meja
dapur, kacamata jauh-dekat bertengger di hidungnya,
dengan tenang menghitung tagihannya.
Emily merasakan Vanilla Coke yang sedang
diminumnya mendesis naik ke hidungnya.
Kurasa anak perempuan lain seumurmu pindah ke
sana, lanjut Mrs. Fields. Aku tadinya mau menaruh
keranjang itu hari ini. Mungkin kau mau melakukannya
untukku? Ia menunjuk gundukan raksasa aneh
berselotip di atas konter.
Ya ampun, Mom, tidak, jawab Emily. Sejak
pensiun dari mengajar sekolah dasar tahun lalu, ibu
Emily telah menjadi wanita Penyambut Tamu tak
resmi di Rosewood, Pennsylvania. Ia mengumpulkan
jutaan barang beraneka-ragambuah-buahan kering,
1
Jeruk, Persik dan Limun,
oh Astaga!
31
barang-barang karet pipih yang kau gunakan untuk
membuka stoples, hiasan ayam keramik (ibu Emily
terobsesi ayam), pedoman penginapan di Rosewood, apa
sajake dalam satu keranjang anyaman selamat datang
besar. Ia adalah tipe ibu-ibu pinggiran kota, hanya tanpa
SUV. Menurutnya SUV terlalu pamer dan boros bensin,
sehingga ia mengemudi wagon Volvo yang sangat praktis
sebagai gantinya.
Mrs. Fields berdiri dan menyisirkan jari-jarinya
menembus rambut Emily yang rusak dengan klorin.
Apakah terlalu menyedihkan bagimu untuk pergi
ke sana, Sayang? Mungkin aku sebaiknya menyuruh
Carolyn?
Emily melirik kakaknya Carolyn, yang setahun lebih
tua dan sedang berselonjor nyaman di kursi La-Z-Boy di La-Z-Boy di di
ruang santai sambil menonton Dr. Phil. Emily menggeleng.
Tidak, tidak apa-apa. Aku saja yang melakukannya.
Tentu saja, Emily kadang-kadang mengeluh dan
sesekali memutar bola matanya. Tetapi sebenarnya, jika
ibunya meminta, Emily akan melakukan apa pun yang
harus dilakukannya. Ia siswa dengan nilai-nilai nyaris
sempurna, juara empat kali gaya kupu-kupu senegara
bagian, dan putri yang sangat penurut. Menuruti aturan
dan permintaan terasa mudah baginya.
Selain itu, di dasar hatinya ia agak menginginkan
alasan untuk melihat rumah Alison lagi. Meskipun
32
tampaknya penduduk Rosewood lain sudah mulai me- penduduk Rosewood lain sudah mulai me-
lupakan lenyapnya Ali tiga tahun, dua bulan dan dua belas
hari yang lalu, Emily belum melupakannya. Sekarang
pun, ia tidak bisa melirik buku tahunan kelas 1 SMP-nya
tanpa ingin meringkuk menjadi bola. Kadang-kadang di
hari berhujan, Emily masih membaca pesan-pesan lama
Ali, yang disimpannya di kotak sepatu kets Adidas di
bawah tempat tidurnya. Ia bahkan menyimpan celana
korduroi Citizens yang dipinjamkan Ali kepadanya di
gantungan baju kayu di dalam lemari bajunya, meskipun
sekarang celana itu sangat kekecilan untuknya. Ia telah
menghabiskan beberapa tahun terakhir yang sepi di
Rosewood mendambakan teman lain seperti Ali, tetapi
itu mungkin tidak akan terjadi. Ali bukan teman yang
sempurna, tetapi terlepas dari semua kekurangannya, ia
sangat sulit digantikan.
Emily berdiri dan mengambil kunci Volvo dari
gantungan di sebelah telepon. Aku akan kembali
sebentar lagi, ujarnya sambil menutup pintu depan di
belakangnya.
Hal pertama yang dilihatnya saat menghampiri
rumah gaya Victoria lama Alison di ujung jalan penuh
pepohonan rindang itu adalah setumpuk sampah di rindang itu adalah setumpuk sampah di
pinggir jalan dan papan tanda besar dengan tulisan
33
GRATIS! Sambil menyipitkan mata, ia sadar bahwa
sebagian barang-barang itu adalah milik Alisonia
mengenali kursi kamar tidur korduroi putih Ali yang
lama dan terlalu tebal. Keluarga DiLaurentis sudah
pindah hampir sembilan bulan lalu. Rupanya mereka
meninggalkan beberapa barang.
Emily memarkir mobil di belakang sebuah van
pindahan Bekins raksasa dan keluar dari Volvo. Whoa, Bekins raksasa dan keluar dari Volvo. Whoa,
bisiknya, sambil berusaha menjaga bibir bawahnya tidak
bergetar. Di bawah kursi itu, ada beberapa tumpuk
buku kotor. Emily menjangkau ke bawah dan melihat
punggung-punggung bukunya. The Red Badge of
Courage. The Prince and the Pauper. Ia ingat membaca
buku-buku ini di kelas Bahasa Inggris Mr. Pierce di kelas
1 SMP, yang membahas tentang simbolisme, metafor
dan penyelesaian. Ada lebih banyak buku di bawahnya,
termasuk beberapa buku yang tampaknya cuma buku-
buku catatan tua. Kotak-kotak tergeletak di sebelah
tumpukan buku itu, ditandai dengan tulisan BAJU-BAJU
ALISON dan KERTAS-KERTAS LAMA ALISON. Sebuah pita biru-
merah tersembul keluar dari sebuah peti kayu. Emily
menariknya sedikit. Barang itu adalah medali renang
kelas enam yang ditinggalkannya di rumah Alison suatu
hari ketika mereka menciptakan permainan bernama
Dewi-dewi Seks Olimpiade.
Kau menginginkannya?
34
Emily langsung menegakkan badan. Ia berhadapan
dengan seorang cewek jangkung kurus dengan kulit
berwarna kecoklatan dan rambut keriting berantakan
berwarna cokelat kehitaman. Cewek itu memakai
tank-top kuning yang salah satu talinya merosot ke
bahu dan memperlihatkan tali bra berwarna oranye dan
hijau. Emily tidak yakin, tetapi ia mengira ia punya bra
yang sama di rumah. Bra itu dari Victorias Secret dan
memiliki motif buah jeruk, persik dan limun kecil-kecil
di seluruh, eh, bagian dada.
Medali renang itu tergelincir dari tangannya dan
jatuh berdenting ke tanah. Um, tidak, ujarnya, sambil
buru-buru mengambilnya lagi.
Kau bisa mengambil yang mana saja. Lihat
papannya?
Tidak, sungguh, tidak apa-apa.
Cewek itu mengulurkan tangannya. Maya St.
Germain. Baru pindah kemari.
Aku... Kata-kata Emily tersangkut di tenggorokan.
Aku Emily, ujarnya akhirnya, sambil meraih tangan
Maya dan menjabatnya. Rasanya formal sekali menjabat
tangan seorang cewekEmily tidak yakin pernah
melakukannya sebelumnya. Ia merasa agak merinding.
Mungkin ia belum makan cukup banyak Honey Nut
Cheerios untuk sarapan?
35
Maya mengunjuk barang-barang di tanah. Percaya-
kah kau semua rombengan ini ada di kamar baruku? Aku
harus mengeluarkan semuanya sendiri. Menyebalkan.
Yeah, semua ini milik Alison, Emily praktis
berbisik.
Maya membungkuk untuk memeriksa beberapa
buku bersampul tipis itu. Ia menarik tali tank-top-nya
kembali ke bahunya. Apa dia temanmu?
Emily terdiam sejenak. Teman? Mungkin Maya
belum mendengar tentang hilangnya Alison? Um, dia
dulu temanku. Dulu sekali. Bersama beberapa cewek lain
yang tinggal di sekitar sini, jelas Emily, tidak menyebut
penculikan atau pembunuhan atau apa pun yang mungkin
telah terjadi yang tidak sanggup dibayangkannya. Di
kelas 1 SMP. Aku sekarang mulai masuk kelas 2 SMA
di Rosewood Day. Sekolah akan mulai setelah akhir
pekan ini. Begitu pula dengan latihan renang musim
gugur, yang berarti tiga jam berenang bolak-balik setiap
hari. Emily bahkan tidak ingin memikirkannya.
Aku akan masuk Rosewood juga! Maya nyengir.
Ia menjatuhkan diri ke kursi korduroi putih lama Alison,
dan pernya berderit. Yang dibicarakan orangtuaku
dalam penerbangan ke sini cuma betapa beruntungnya penerbangan ke sini cuma betapa beruntungnya
aku bisa masuk Rosewood dan betapa berbedanya
sekolah itu nantinya dari sekolahku di California.
Maksudku, aku bertaruh kalian tidak punya makanan
36
Meksiko, kan? Atau, kayak, makanan Meksiko yang
benar-benar enak, seperti makanan Cali-Mexican.
Kami dulu suka menyantapnya di kafetaria kami dan,
mmm, rasanya sangat enak. Aku harus membiasakan
diri dengan Taco Bell. Gordita-nya membuatku ingin
muntah.
Oh, Emily tersenyum. Cewek ini jelas banyak
bicara. Yeah, makanan di sini agak payah.
Maya bangun dari kursi. Ini mungkin pertanyaan
aneh karena aku baru bertemu denganmu, tetapi
maukah kau membantuku membawa sisa kotak-kotak
ini ke kamarku? Ia menunjuk beberapa kotak Crate &
Barrel yang terletak di dasar truk.
Mata Emily melebar. Pergi ke kamar lama Alison?
Tetapi sangat tidak sopan jika ia menolak, kan? Um,
tentu saja, ujarnya gemetar.
Ruang depan rumah masih berbau seperti sabun
Dove dan bunga rampaipersis seperti ketika keluarga
DiLaurentis masih tinggal di sini. Emily berhenti di
pintu dan menunggu Maya memberinya arahan,
meskipun ia tahu ia bisa menemukan kamar lama Ali di
ujung koridor atas dengan mata tertutup. Kotak-kotak
pindahan tersebar di mana-mana, dan dua greyhound
abu-abu tinggi kurus menyalak-nyalak dari balik pagar
di dapur.
37
Jangan pedulikan mereka, ujar Maya sambil
menaiki tangga ke kamarnya dan mendorong pintu
terbuka dengan pinggulnya yang terbalut handuk.
Wow, kelihatannya masih sama, pikir Emily ketika
memasuki kamar tidur. Tetapi masalahnya adalah,
kamar itu tidak tampak sama: Maya telah meletakkan
tempat tidur ukuran queen-nya di sudut berbeda, ia
mempunyai monitor komputer raksasa berlayar datar di
meja tulisnya, dan ia menempelkan poster di mana-mana,
menutupi kertas dinding bunga-bunga Alison yang dulu.
Tetapi sesuatu terasa sama, seolah-olah kehadiran Alison
masih mengambang di sini. Emily merasa pening dan
bersandar ke dinding untuk menopang dirinya.
Letakkan di mana saja, ujar Maya. Emily berusaha
berdiri, meletakkan kotaknya di kaki tempat tidur, dan
memandang berkeliling.
Aku suka poster-postermu, katanya. Sebagian
besar adalah poster band: M.I.A, Black Eyed Peas,
Gwen Stefani dengan seragam pemandu sorak. Aku
suka Gwen, tambahnya.
Yeah, ujar Maya. Pacarku terobsesi dengannya.
Namanya Justin. Dia dari San Fran, tempat asalku.
Oh, aku punya pacar juga, ujar Emily. Namanya
Ben.
Yeah? Maya duduk di tempat tidurnya. Seperti
apa dia?
38
Emily berusaha membayangkan Ben, cowoknya
selama empat bulan ini. Ia baru melihatnya dua hari
lalumereka menonton DVD Doom di rumah Emily.
Ibu Emily ada di ruangan lain, tentu saja, sambil sesekali
muncul, bertanya apakah mereka butuh sesuatu. Mereka
sudah agak lama berteman baik, di tim renang tahunan
yang sama. Semua rekan setim mereka memberi tahu
mereka bahwa mereka sebaiknya berkencan, jadi mereka
melakukannya. Dia keren.
Jadi, kenapa kau tidak berteman lagi dengan cewek
yang dulu tinggal di sini? tanya Maya.
Emily menyingkirkan rambut pirang kemerahannya
ke balik telinga. Wow. Jadi, Maya benar-benar tidak tahu
tentang Alison. Tetapi jika Emily mulai bicara tentang
Ali, ia mungkin akan mulai menangisyang bakal
aneh. Ia nyaris tidak kenal cewek bernama Maya ini.
Aku sudah tidak dekat lagi dengan semua teman kelas
1 SMP-ku. Semua orang banyak berubah, kurasa.
Itu benar-benar jauh dari kenyataan. Dari teman-
teman baik Emily yang lain, Spencer sudah menjadi
versi lebih berlebihan kepribadian kelewat-sempurna-
nya; keluarga Aria tiba-tiba pindah ke Islandia pada
musim gugur setelah Ali menghilang; dan Hanna yang
culun-tetapi-menggemaskan telah menjadi sangat tidak
culun dan sangat tidak menggemaskan dan sekarang
benar-benar menyebalkan. Hanna dan teman baiknya
39
yang sekarang, Mona Vanderwaal, telah berubah total
pada musim panas antara kelas dua dan tiga SMP. Ibu
Emily baru-baru ini melihat Hanna pergi ke Wawa,
toserba setempat, dan memberi tahu Emily bahwa Hanna
tampak lebih jalang daripada cewek Paris Hilton itu.
Emily belum pernah mendengar ibunya mengucapkan
kata jalang.
Aku tahu seperti apa rasanya tidak lagi akrab, ujar
Maya, sambil melambung-lambungkan diri di tempat
tidurnya ketika ia duduk. Seperti pacarku? Dia begitu
takut aku bakal mencampakkannya sekarang setelah
kita berada di negara bagian berbeda. Dia cengeng
sekali.
Pacarku dan aku ikut tim renang, jadi kami sering
bertemu, jawab Emily, sambil mencari tempat untuk
ikut duduk. Mungkin terlalu sering, pikirnya.
Kau berenang? tanya Maya. Ia menatap Emily
dari atas sampai bawah, yang membuat Emily merasa
sedikit aneh. Pasti kau benar-benar mahir. Kau punya
bahu perenang.
Oh, entahlah. Emily merona dan bersandar di
meja kayu putih Maya.
Betul kok! Maya tersenyum. Tetapi... kalau kau
atlet besar, apa itu berarti kau bakal membunuhku kalau
aku mengisap sedikit ganja?
40
Apa, sekarang? Mata Emily melebar. Bagaimana
dengan orangtuamu?
Mereka di toko bahan makanan. Dan kakak
cowokkudia ada di sekitar sini, tetapi dia tidak akan
peduli. Maya menjangkau ke bawah ranjangnya untuk
mengambil kotak Altoids dari timah. Ia mengangkat
daun jendela, yang terletak tepat di sebelah tempat
tidurnya, menarik selinting ganja, dan menyalakannya.
Asapnya berpilin ke halaman dan menciptakan kabut
samar-samar di sekeliling sebatang pohon ek besar.
Maya membawa ganja itu kembali ke dalam. Mau
coba?
Emily belum pernah mengisap narkoba seumur
hidupnyaia selalu mengira orangtuanya entah
bagaimana akan tahu, misalnya dengan mencium
rambutnya atau memaksanya buang air kecil di cangkir
atau semacamnya. Tetapi ketika Maya menarik lintingan
itu dengan anggun dari bibir merah cerinya, kelihatannya
seksi. Emily juga ingin kelihatan seseksi itu.
Um, oke. Emily bergeser mendekati Maya dan
mengambil lintingan itu darinya. Tangan mereka ber-
singgungan dan tatapan mereka bersirobok. Mata Maya
hijau dan agak kekuningan, seperti mata kucing. Tangan
Emily gemetar. Ia merasa gugup, tetapi memasukkan
lintingan itu ke mulutnya dan mengisap sedikit, seolah-
olah sedang menyeruput Vanilla Coke lewat sedotan.
41
Tetapi rasanya tidak seperti Vanilla Coke. Rasanya
seperti baru mengisap satu stoples penuh rempah-rempah
busuk. Ia terbatuk seperti kakek tua.
Whoa, ujar Maya, sambil mengambil kembali
lintingan itu. Pertama kali ya?
Emily tidak bisa bernapas dan hanya menggeleng,
tersengal-sengal. Ia menarik napas pendek-pendek lagi,
berusaha memasukkan udara ke dadanya. Akhirnya ia
bisa merasakan udara mengisi paru-parunya lagi. Ketika
Maya membalik lengannya, Emily melihat parut panjang
berwarna putih dari bawah pergelangan tangannya.
Whoa. Tampaknya agak seperti ular albino di kulit
cokelatnya. Ya ampun, dia mungkin sudah sakaw.
Tiba-tiba ada suara berkelontang keras. Emily
terlompat. Lalu ia mendengar kelontangan itu lagi. Apa
itu? ujarnya tercekik.
Maya mengisap ganja lagi dan menggeleng. Tukang-
tukang. Kami baru di sini sehari dan orangtuaku sudah
mulai merenovasi. Ia nyengir. Kau cuma ketakutan,
kayak mengira polisi bakal datang. Sudah pernah
tertangkap sebelumnya?
Tidak! Emily terbahak; bayangan itu benar-benar
konyol.
Maya tersenyum dan mengembuskan napas.
Aku harus pergi, ujar Emily parau.
Maya kelihatan kecewa. Kenapa?
42
Emily bergeser turun dari tempat tidur. Aku bilang
pada ibuku aku cuma akan mampir sebentar. Tetapi aku
akan menemuimu di sekolah hari Selasa.
Asyik, ujar Maya. Mungkin kau bisa mengajakku
berkeliling?
Emily tersenyum. Tentu saja.
Maya nyengir dan melambaikan tangan dengan tiga
jari. Kau tahu caranya keluar?
Kurasa begitu. Emily sekali lagi memandang
berkeliling kamar Alieh, Mayadan lalu berlari
menuruni tangga yang terlalu dikenalnya.
Barulah setelah Emily menggeleng-gelengkan
kepala di udara terbuka, melewati semua barang
lama Ali di pinggir jalan, dan kembali naik ke mobil
orangtuanya, ia melihat keranjang Selamat Datang di
tempat duduk belakang. Masa bodohlah, pikirnya,
sambil menancapkan keranjang itu di tengah kursi lama menancapkan keranjang itu di tengah kursi lama keranjang itu di tengah kursi lama
Alison dan kotak-kotak bukunya. Siapa pula yang perlu
pedoman ke penginapan di Rosewood? Maya kan sudah
tinggal di sini.
Dan Emily tiba-tiba senang gadis itu tinggal di
sana.
*

Anda mungkin juga menyukai