Anda di halaman 1dari 15

Aditya Bagus Utama

1011000076

Domain Sektor Publik KPK
Latar belakang lahirnya Lembaga
Pemberantas Korupsi di Indonesia
Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam
masyarakat.Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun,
baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan
negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin
sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan
masyarakat.
Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan
membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian
nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak
lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah
menjadi suatu kejahatan luar biasa. Begitu pun dalam upaya
pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi
dituntut cara-cara yang luar biasa
Penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi
yang dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami
berbagai hambatan. Untuk itu diperlukan metode penegakan hukum
secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan khusus yang
mempunyai kewenangan luas, independen serta bebas dari kekuasaan
manapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, yang
pelaksanaannya dilakukan secara optimal, intensif, efektif, profesional
serta berkesinambungan.

4 Era tentang sejarah terbentuknya lembaga
pemberantas korupsi di Indonesia
Orde Lama (Kabinet Djuanda)
Di masa Orde Lama, tercatat dua kali dibentuk badan pemberantasan
korupsi. Yang pertama, dengan perangkat aturan Undang-Undang Keadaan
Bahaya, lembaga ini disebut Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran).
Badan ini dipimpin oleh A.H. Nasution dan dibantu oleh dua orang anggota,
yakni Profesor M. Yamin dan Roeslan Abdulgani. Kepada Paran inilah semua
pejabat harus menyampaikan data mengenai pejabat tersebut dalam bentuk
isian formulir yang disediakan. Mudah ditebak, model perlawanan para pejabat
yang korup pada saat itu adalah bereaksi keras dengan dalih yuridis bahwa
dengan doktrin pertanggungjawaban secara langsung kepada Presiden, formulir
itu tidak diserahkan kepada Paran, tapi langsung kepada Presiden. Diimbuhi
dengan kekacauan politik, Paran berakhir tragis, deadlock, dan akhirnya
menyerahkan kembali pelaksanaan tugasnya kepada Kabinet Djuanda
Operasi Budhi
Pada 1963, melalui Keputusan Presiden No. 275 Tahun 1963, pemerintah
menunjuk lagi A.H. Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Menteri
Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kasab, dibantu oleh Wiryono
Prodjodikusumo dengan lembaga baru yang lebih dikenal dengan Operasi
Budhi. Kali ini dengan tugas yang lebih berat, yakni menyeret pelaku korupsi ke
pengadilan dengan sasaran utama perusahaan-perusahaan negara serta
lembaga-lembaga negara lainnya yang dianggap rawan praktek korupsi dan
kolusi


Orde Baru
Pada masa awal Orde Baru, melalui pidato kenegaraan pada 16
Agustus 1967, Soeharto terang-terangan mengkritik Orde Lama, yang tidak
mampu memberantas korupsi dalam hubungan dengan demokrasi yang terpusat
ke istana. Pidato itu seakan memberi harapan besar seiring dengan
dibentuknya Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), yang diketuaiJaksa Agung.
Namun, ternyata ketidakseriusan TPK mulai dipertanyakan dan berujung pada
kebijakan Soeharto untuk menunjuk Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh
tua yang dianggap bersih dan berwibawa, seperti Prof Johannes, I.J. Kasimo, Mr
Wilopo, dan A. Tjokroaminoto, dengan tugas utama membersihkan Departemen
Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, Pertamina, dan lain-lain.
Era Reformasi
Di era reformasi, usaha pemberantasan korupsi dimulai oleh B.J.
Habibie dengan mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru,
seperti Komisi Pengawas Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), KPPU atau
Lembaga Ombudsman
Presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid, membentuk Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2000. Namun, di tengah semangat menggebu-gebu untuk
memberantas korupsi dari anggota tim ini, melalui suatu judicial
review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan logika
membenturkannya ke UU Nomor 31 Tahun 1999. Nasib serupa tapi tak sama
dialami oleh KPKPN, dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi, tugas
KPKPN melebur masuk ke dalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan
menguap. Artinya, KPK-lah lembaga pemberantasan korupsi terbaru yang masih
eksis
Lahirnya KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat
menjadi KPK, adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada
tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan
memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Diawal berdirinya, KPK dipimpin oleh Taufiequrachman Ruki
yang dilantik pada tanggal 16 Desember 2003 bersama empat
Pimpinan KPK lainnya, yaitu Amien Sunaryadi, Sjahruddin Rasul,
Tumpak H. Panggabean, dan Erry Riyana Hardjapamekas.
Di masa awal berdirinya KPK, bisa dikatakan modalnya
adalah Nol Besar. Para Pimpinan KPKdilantik tanpa gedung
kantor untuk bisa bekerja dan tanpa karyawan. Mereka bahkan
membawa staf dari kantor lamanya masing-masing dan
menggajinya sendiri. Tak berapa lama, baru muncul tim
dari BPKP yang menjadi karyawan pertama di KPK. Waktu berlalu
dan tim tambahan dari Kejaksaan maupun Kepolisian, mulai
datang untuk bekerja di KPK
Selama 10 tahun terakhir KPK telah berhasil mengungkap
385 kasus korupsi di indonesia
Visi misi , tugas, dan wewenang
KPK
visi
Menjadi lembaga penggerak pemberantasan korupsi yang
berintegritas, efektif, dan efisien

Misi
a. Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan TPK.
b. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan TPK.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap TPK.
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK.
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Tugas KPK menurut pasal 6 Undang Undang No 30 tahun 2002 ialah
a. Melakukan koordinasi dengan intansi yang berwenang melakukan
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
b. Melakukan supervisi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan Tindak Pidana Korupi
c. Melakukan penyidikan, penyelidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah negara

Dalam rangka melaksanakan tugas koordinasi sebagaimana dimaksud
pasal 6 huruf a Komisi
Pemberantas Korupsi berwenang ( pasal 7) ;
a. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan Tindak
Pidana Korupsi
b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi kepada Instansi terkait
d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
e. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan Tindak
Pidana Korupsi

Struktur Organisasi KPK
Daftar nama dan tahun jabatan
No Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan
1 Taufiequrachman Ruki 2003 2007
2 Antasari Azhar 2007 2009
3 Tumpak Hatorangan Panggabean 2009 2010
4 Busyro Muqoddas 2010 2011
5 Abraham Samad 2011 2015
KPK dibawah Abraham Samad
( 2011-2015)
DR. Abraham Samad SH. MH menggantikan Busyro
Muqoddas sebagai ketua KPK selanjutnya. Pada tanggal 3
Desember 2011 melalui voting pemilihan Ketua KPK oleh 56
orang dari unsur pimpinan dan anggota Komisi III asal sembilan
fraksi DPR, Abraham mengalahkan Bambang Widjojanto
dan Adnan Pandu Praja. Abraham memperoleh 43 suara, Busyro
Muqoddas 5 suara, Bambang Widjojanto 4 suara, Zulkarnain 4
suara, sedangkan Adnan 1 suara. Ia dan jajaran pimpinan KPK
yang baru saja terpilih, resmi dilantik diIstana Negara oleh
Presiden SBY pada tanggal 16 Desember 2011. Lima pimpinan
KPK periode 2011-2015 adalah Abraham Samad, Bambang
Widjodjanto, Zulkarnaen, Adnan Pandu Pradja, dan Busyro
Muqoddas. Beberapa kasus yang mencuat saat Abraham samad
memimpin adalah Kasus Korupsi Wisma Atlet, Kasus Korupsi
Hambalang, Kasus Gratifikasi Impor Daging Sapi, Kasus
Gratifikasi SKK Migas, Kasus Pengaturan Pilkada Kabupaten
Lebak. Beberapa orang yang ditangkap/ditahan/dituntut KPK
diantaranya adalah: Andi Malarangeng, Muhammad
Nazaruddin, Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Akil
Mochtar, Ratu Atut Chosiyah, Ahmad Fathanah, Luthfi Hasan
Ishaq, Rudi Rubiandini, dll.


1. 13 Agustus KPK menahan mantan bendahara
umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin sebagai tersangka kasus suap proyek
Wisma Atlet SEA Games setelah ditangkap
di Cartagena, Colombia pada tanggal 6 Agustus
2011 dan tiba di Jakarta, pada 13 Agustus 2011.
Dalam upaya untuk menangkap Muhammad
Nazaruddin yang buron, KPK melayangkan
permohonan penerbitanRed Notice pada tanggal 5
Juli 2011 kepada Kepolisian RI yang diteruskan
kepada Interpol. Sebelumnya KPK telah melakukan
permintaan pencegahan terhadap Muhammad
Nazaruddin kepada Kementerian Hukum dan HAM
pada tanggal 24 Mei 2011
2. Komisi Pemberantasan Korupsi hari Kamis (22/5)
menetapkan Menteri Agama Suryadharma Ali
sebagai tersangka terkait kasus dugaan korupsi
pengadaan barang dan jasa haji sebesar Rp 1
triliun yang dipakai pada tahun anggaran 2012-2013
di Kementerian Agama.



Laporan keuangan yang telah diaudit

Anda mungkin juga menyukai