Anda di halaman 1dari 6

RI Perbesar Impor Sapi Bakalan Ketimbang Siap Potong

Pemerintah berencana mengurangi porsi impor sapi siap potong hingga 50% pada tahun ini. Jatah
sapi siap potong tersebut nanti akan dialikan untuk impor sapi bakalan. "Komposisinya nanti, sapi siap
potong berkurang 50% dari yang kita indikasikan. Itu larikan ke sapi bakalan," ujar Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (7/3/2014).
Dia mengatakan, pengalihan impor ini dilakukan agar proses penggemukan sapi bisa dilakukan di
Indonesia, sehingga para feedlotter bisa merasakan nilai tambah dari proses penggemukan tersebut.
"Jadi mereka punya waktu untuk melakukan penggemukan sehingga value added-nya ada di
Indonesia," lanjut dia. Bachrul menjelaskan, awalnya komposisi impor sapi bakalan sebesar 60% dan
40% siap potong. Namun dengan adanya pengalihan ini maka impor sapi bakalan akan menjadi 80%.
"Karena sapi siap potong dari Australia dianggap sudah tidak ideal, karena harganya cuma beda 5
sent dan dagingnya tidak memenuhi kriteria untuk dapat menjual daging potong segar yang kita targetkan
antara Rp 85 ribu-Rp 90 ribu," tutur Bachrul. Untuk itu, Bachrul mengaku makan berkoordinasi dengan
kementerian dan instansi terkait menyangkut pengalihan tersebut.
"Harus ada satu pemikiran kembali, kita minta instansi terkait untuk duduk bersama, kita perlu
sapi indukan dalam jumlah besar," tandas dia.

Sumber : http://bisnis.liputan6.com/read/2019598/ri-perbesar-impor-sapi-bakalan-ketimbang-siap
potong#sthash.XNLE0tld.dpuf













Stop Potong Sapi Betina Produktif

Menteri Pertanian, Dr. Ir. Suswono, MMA meminta kepada seluruh peternak agar melakukan
penyelamatan terhadap sapi betina produktif. Hal itu terkait dengan peran sapi betina sebagai mesin
produksi yang menjadi kunci keberhasilan swasembada daging 2014.
Pembibitan ini kan menjadi kunci program swasembada kita, karena itu harus dilakukan
penyelamatan agar tidak lagi terjadi pemotongan betina produktif, kata Mentan saat mengunjungi
Breeding Station PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) di Serang.
Menurut Mentan, di beberapa daerah, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) masih melakukan
pemotongan sapi betina produktif meskipun pemerintah pusat sudah berkali kali mengingatkan bahwa
tindakan tersebut melanggar Undang Undang. Melalui Pemda, kami sudah meminta agar
mengingatkan RPH di wilayahnya masing masing untuk tidak lagi melakukan pemotongan terhadap
sapi betina produktif hanya untuk mengejar restribusi. Karena memang, RPH ini kan ada di bawah
Pemda, jadi pengawasannya juga melalui Pemda, katanya.
Lebih lanjut Mentan mengatakan, untuk meningkatkan gairah para peternak berusaha, pemerintah
telah menyiapkan Skema kredit KUPS (Kredit Usaha Pembibitan Sapi) yaitu kredit investasi untuk usaha
pembibitan sapi dalam rangka produksi bibit sapi potong atau sapi perah yang memperoleh subsidi bunga
dari pemerintah. Adapun sasaran KUPS adalah perusahaan pembibitan, koperasi, dan koperasi peternak.
Selain itu, pemerintah juga menyediakan asuransi bagi peternak betina produktif. Untuk asuransi
peternak ini masih kita proses, namun akan segera direalisasikan, tegas Mentan.

Sumber : http://www.pertanian.go.id/news/detailarsip.php?id=1119
Sapi Pejantan di Jatim Minim, Betina Produktif Disembelih

Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim menemukan praktik pemotongan
sapi betina produktif di Surabaya yang terus terjadi. Ini karena langkanya stok sapi pejantan yang siap
potong di Jatim di pasar tradisional maupun dari program penggemukan.
Ketua PPSDS Jatim Muthowif mengatakan, Rabu (19/2/2014), setiap harinya ada sekitar 10 sapi betina
yang dipotong di seluruh Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Surabaya.
"Pedagang terpaksa memotong sapi betina, karena sapi jantan di pasaran sangat langka. Disnak
Jatim bilang stok yang ada di Jatim cukup, tapi nyatanya sampai saat ini sapi jantan sangat langka dan
harganya mahal," tegasnya.
Sedangkan terkait pemotongan sapi betina produktif, Muthowif menjelaskan, bahwa 60/70 persen
betina produktif masih dipotong. Padahal di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sudah disosialisasikan
terkait larangan untuk menyembelih sapi betina produktif. "Silahkan dicek di RPH, nanti malam pasti ada
sapi betina produktif yang disembelih," ungkapnya.
Dia mengatakan, target yang dicanangkan oleh Dinas Peternakan (Disnak) Jatim bahwa pada
tahun 2013 populasi sapi mencapai 5,3 juta ekor telah gagal. Menurunnya populasi sapi di Jatim
mengakibatkan harga daging segar terus meroket mencapai Rp 93 ribu sampai dengan Rp 98 ribu/kg.
"Dengan ada beberapa permasalahan itu, kami nilai apa yang dilakukan oleh Disnak Jatim (sidak)
hanya merupakan pengalihan isu, agar instansi yg dipimpinnya tidak lagi menjadi sorotan masyarakat dan
konsumsi masyarakat terhadap daging segar bisa menurun," imbuhnya.
Dia menegaskan, sampai saat ini tidak ada kebijakan yang konkrit untuk mengatasi mahalnya
harga daging sapi. Pihaknya mengkritik kebijakan Disnak Jatim yang melakukan sidak ke beberapa pasar
tradisional di Surabaya. "Sidak tersebut justru membuat masyarakat resah karena isu mengenai adanya
daging babi yang bersertifikat halal ternyata tidak benar. Sidak di beberapa pasar tradisional merupakan
langkah gegabah dan kurang strategis. Karena dengan adanya sidak tersebut, membuat masyarakat
(konsumen) resah dan waswas mengkonsumsi daging sapi," jelasnya.
Muthowif meminta agar pemprov Jatim menolak permintaan Jawa Barat dan DKI Jakarta agar
menyediakan sapi jantan siap potong. Untuk Jawa Barat permintaan sapi potong dari Jatim sebesar
104.252 ekor dan permintaan dari DKI Jakarta 119.000 ekor.
Pihaknya meminta agar Gubernur Jatim menolak permintaan tersebut. "Gubernur harus menolak
permintaan DKI Jakarta dan Jawa Barat," imbuhnya. Alasan menolak dikarenakan saat ini Jatim masih
kekurangan sapi. Pihaknya kemudian mempertanyakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang
menyebutkan bahwa jumlah sapi di Jatim masih lebih dengan jumlah sapi 4.727.298 ekor. Menurutnya,
BPS tidak melakukan pemilahan jenis sapi. "Apakah itu sapi bibit, sapi potong atau sapi perah, tidak ada
pemilahan," pungkasnya.

Sumber :
http://m.beritajatim.com/politik_pemerintahan/198955/sapi_pejantan_di_jatim_minim,_betina_produktif_
disembelih!.html#.U1S7u6hdXX8


Pasokan Langka, Sapi Betina Produktif Kerap Dipotong

Pedagang dan rumah pemotongan hewan di Jawa Timur kerap memotong sapi betina akibat
kesulitan mendapatkan pejantan siap sembelih. Tindakan itu melanggar peraturan daerah tentang larangan
memotong sapi betina. Selain itu, UU No18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juga
melarang tindakan serupa. Kepala Rumah Pemotongan Hewan Krian Toni Hartono menguraikan 70%-
80% sapi di pasar merupakan betina sehingga pedagang terpaksa membeli untuk dipotong.
"Kami menurut Perda memang diminta selektif, tapi karena kondisi lapangan seperti itu kami
tidak bisa berbuat banyak," jelasnya, Jumat (20/9/2013).
Toni menjelaskan pengendalian pemotongan sapi betina memang seharusnya mulai dari pasar
hewan. Petugas pemantau harus tegas atau setidaknya memberikan rekomendasi pertimbangan serta
alasan kenapa sapi betina boleh disembelih.
"Kalau semua diserahkan ke RPH kami serba salah, pedagang daging juga mencari makan,"
tuturnya. Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jawa Timur Munthowif membenarkan
bahwa mayoritas sapi yang dipotong merupakan betina. Meski demikian harga sapi itu setara dengan sapi
jantan.
"Walaupun sapi betina harganya sudah naik dari Rp38.000 menjadi Rp40.000. Biasanya harga
sapi betina lebih murah dengan pertimbangan yang dijual sudah tidak produktif," urainya. Paguyuban
menilai pemotongan sapi betina akibat kelangkaan pasokan pejantan siap potong harus dicarikan solusi.
Selain merusak harga daging, pembiaran bisa menyebabkan kelangkaan pasokan semakin menjadi-jadi.
Dinas Peternakan Jawa Timur menilai sosialisasi pengendalian pemotongan hewan produktif
dilakukan sepanjang tahun ini. Sehingga bila ditemukan pelanggaran belum akan dikenakan sanksi. Di
sisi lain, data sapi di Jawa Timur masih berbeda-beda antarinstansi.
Angka sementara Sensus Pertanian 2013 Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan populasi sapi
dan kerbau di Jatim per Mei 2013 3,83 juta ekor. Jumlah itu turun 1,22 juta ekor dibanding hasil
pendataan Juni 2011 yang mendapati sapi potong, perah dan kerbau 5,06 juta ekor.
Adapun Dinas Peternakan Jawa Timur, pada Juni 2011 terdapat 5,06 juta sapi dan 4,72 juta di
antaranya sapi potong. Sedangkan sisanya sapi perah dan kerbau. Hingga akhir 2012 sapi potong yang
lahir 992.085 ekor. Sapi yang dijual ke luar daerah 169.706 ekor dan pemotongan untuk konsumsi
520.188 ekor serta 72.011 ekor mati. (ra)

Sumber : http://news.bisnis.com/read/20130921/78/164352/pasokan-langka-sapi-betina-produktif-kerap-
dipotong
Banyak RPH Belum Memenuhi Syarat

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan bahwa hingga saat ini masih banyak
penduduk memiliki Rumah Potong Hewan (RPH) secara perorangan tetapi belum memenuhi syarat. Saat
ini permintaan daging sapi terus meningkat. Permintaan meningkat khususnya datang dari Jakarta, tetapi
RPH belum memenuhi syarat sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Harapan saya ada
RPH yang memenuhi syarat sehingga permintaan dari Jakarta bisa terpenuhi, harapnya.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan disela persiapan
kunjungan Presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono ke Kelompok Tani Ternak Wahyu Utama di Desa
Sukalilo, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur (13/03/14). Pengembangan peternakan sapi
tersebut merupakan usaha kelompok dari para petani sederhana yang mengembangkan dari hulu
(pembibitan) sampai ke hilir dimana mempunyai rumah potong hewan dan restoran.
Pada kunjungan kerja tersebut Wamentan mendapat penjelasan dari Joko Utomo pemimpin
kelompok tani ternak, yang menerangkan bahwa untuk menunjang kebutuhan pakan ternak, kelompok
peternak memanfaatkan limbah untuk membuat pakan konsentrat. Pakan di sini memanfaatkan limbah-
limbah pertanian mulai dari kulit kacang dan jagung, kangkung. Ini semua kami sajikan pagi. Konsentrat
siangnya kami ganti dengan jerami, tidak harus rumput segar, lanjut Joko. Peternak juga mampu
memanfaatkan kotoran sapi untuk membuat pupuk organik yang memenuhi standar dan ramah
lingkungan.
Dalam kesempatan tersebut juga Joko menjelaskan mengenai sejarah kelompok tani ternak yang
dipimpinnya tersebut dalam mengembangkan sapi potong. Kelompok Ternak Wahyu Utama merupakan
binaan Pusat Pelatihan dan Pedesaan Swadaya (P4S) kelompok peternak sapi potong bumi peternakan
wahyu utama dimana terdapat pula koperasi peternakan Wahyu Mitra Utama. Saat didirikan 8
Desember 2003, anggota peternakan ini hanya berjumlah 30 orang, kini jumlah anggota kelompok tani
yang dipimpin Joko Utomo itu telah berkembang, demikian juga dengan sapi yang dikembangkan.
Populasi mencapai 2.017 ekor sapi sehingga menjadi salah satu peternakan sapi terbesar di Jawa Timur
dimana produksi daging sapi melibatkan kelompok peternak sapi di Tuban.

Sumber : http://www.pertanian.go.id/news/detail.php?id=1167&awal=0&page=&kunci=sapi%20potong

Anda mungkin juga menyukai