Evolusi Morfologi Laba-laba Diprediksi dari Mekanika Ayunan
(Morphological Evolution of Spiders Predicted by Pendulum Mechanics) Jordi Moya-Larao mail, Dejan Vinkovi, Eva De Mas, Guadalupe Corcobado, Eulalia Moreno Published: March 26, 2008
Pendahuluan Cara bergerak memainkan peran utama dalam evolusi sifat morfologi, karena sifat- sifat ini mempengaruhi beberapa komponen yang sesuai dengan tingkah laku. Pada kebanyakan hewan darat, cara yang paling umum dari gerak yaitu berdiri di atas kaki mereka pada permukaan horisontal, di mana hewan-hewan ini bisa berjalan, berlari atau bahkan melompat. Untuk mendaki pada permukaan vertikal atau menggantung di cabang perlu cara gerak khusus yang kemungkinan merupakan evolusi sebagai adaptasi terhadap habitat tertentu atau penggunaan mikrohabitat, dan sifat-sifat morfologi khusus umumnya terkait dengan mereka. Dari sudut pandang biomekanik, spesialisasi morfologi untuk berjalan terbalik adalah suatu kasus kebetulan yang mempelajari tentang mekanisme dasar berjalan karena terjadi kemungkinan adanya penggabungan komponen morfologi bila dibandingkan dengan berjalan horisontal. Hal ini berarti, karena berjalan normal mirip dengan ayunan terbalik, torsi dan energi yang diperlukan untuk mengangkat tubuh dapat membatasi tebal atau panjang kaki, situasi yang tidak terjadi selama berjalan terbalik (dengan demikian terjadi penggabungan komponen morfologi). Gerakan menggantung telah dipelajari terutama pada primata dan terdapat pendapat bahwa selama bernafas, primata bergerak entah bagaimana caranya mengambil keuntungan dari getaran ayunan, sehingga menghemat sejumlah besar energi selama bergerak. Namun, tidak jelas apakah cara gerak ini lebih mudah daripada berjalan dan berlari di tanah, dan juga apakah bentuk tubuh pada primata ini memerlukan adaptasi sesuai dengan getaran ayunan. Secara khusus, mekanika ayunan berpengaruh terhadap lengan depan yang dapat meningkatkan kecepatan sehingga tercapai kecepatan maksimum, dan dengan demikian prediksi yang penting adalah bahwa jika panjang kaki adalah target seleksi alam, hewan menggantung harus berevolusi dengan kaki relatif tidak proporsional lagi terhadap ukuran tubuh mereka bila dibandingkan dengan hewan yang berjalan berdiri. Argianti Wahyu Apsari 24020111130058
Laba-laba (Araeneae) adalah kelompok predator terestrial yang sangat beragam merupakan organisme yang biasa digunakan untuk menguji hipotesis evolusi tentang mekanika ayunan karena hewan ini hidupnya terbalik (yaitu, tergantung dari jaring mereka) atau hidup berdiri pada kaki mereka (yaitu, di atas jaring mereka atau berkeliaran) yang telah hilang dan diperoleh secara bebas beberapa kali selama evolusi laba-laba. Beberapa laba-laba menggantung menunjukkan cara penyebaran yang telah diabaikan dalam literatur, yang terdiri dalam membuat sebuah garis sutra yang melawan arah angin, tegang garis sutra ketika menempel pada ujung titik rilis dan berjalan terbalik (yaitu, tergantung dari garis) dari satu ujung ke ujung, sehingga melintasi sebuah jembatan yang sebenarnya. Selama menghubungkan jaring-jaring mereka (dan mungkin sambil berburu mangsa pada jaring- jaring mereka), laba-laba bergerak menggantung dengan cara yang dapat disejajarkan dengan penyangga tubuh pada primata, dengan perbedaan utama bahwa selama menghubungkan, tubuh laba-laba selalu di belakang kaki depan.
Pembahasan Laba-laba telah berevolusi mengikuti harapan mekanika ayunan. Pertama, laba-laba yang bergerak menangguhkan tubuh mereka, kakinya telah berevolusi tidak proporsional lagi dibandingkan dengan laba-laba yang berkeliaran. Kedua, dalam spesies laba-laba yang menggantung menunjukkan kaki mereka lebih panjang yang memungkinkan gerakan menggantung yang lebih cepat dan laba-laba ini jauh lebih cepat daripada ayunan-ayunan terbalik. Ketiga, seluruh spesies laba-laba, menunjukkan bahwa laba-laba menggantung yang bertambah besar menjadi kurang efisien dalam menjalankan aktivitasnya di lapangan. Hal ini dikarenakan kaki mereka tidak proporsional lagi sehingga memberi energi gabungan yang relatif sedikit. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa bentuk laba-laba sesuai dengan hipotesis yaitu mekanika ayunan menjelaskan evolusi morfologi adaptif dari laba-laba. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa panjang kaki ditentukan oleh seleksi alam, karena laba-laba besar yang menggantung dari jaring mereka memiliki kaki depan tidak proporsional dibandingkan dengan laba-laba yang lebih kecil; yaitu, alometri positif, dan efek ini secara signifikan lebih kuat dalam laba-laba (MAslope = 2.22, 95% CIS: [1,91-2,62]) dibandingkan dengan laba- laba yang berdiri di atas kaki mereka untuk sebagian besar hidup mereka (MAslope = 1,28, 95% CI : [1,09-1,53]). Dengan demikian, sesuai dengan mekanisme gerak ayunan, laba-laba Argianti Wahyu Apsari 24020111130058
yang berdiri dan menggantung keduanya telah berevolusi dengan kaki relatif tidak proporsional lagi terhadap ukuran tubuh, dan laba-laba menggantung telah melakukannya di tingkat yang lebih tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan kaki laba-laba yang memungkinkan untuk berjalan lebih cepat di jaring. Laba-laba menggantung, Anelosimus aulicus, menunjukkan alometri ontogenetic kuat positif dari panjang kaki dengan ukuran tubuh (MAslope = 4,2, 95% CI: [2,9-7,4]), menunjukkan bahwa bahkan dalam spesies yang sama, kaki yang lebih panjang juga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan instar yang kecil. Selain itu, terdapat bukti lain, yaitu bentuk laba-laba lebih mungkin merupakan suatu adaptasi untuk bergerak terbalik daripada bergerak pada permukaan datar. Pertama, kecepatan di mana laba- laba ini berjalan adalah 1,5tinggi ketika mereka menjembatani seperti ketika mereka berjalan di permukaan yang datar (paired t-test, T36 = 7,4, P <0,0001). Kedua, residual OLS panjang kaki adalah kecepatan prediktor lebih sulit untuk berjalan di jaring (AIC = 20,8) dibandingkan dengan kecepatan lari di tanah (AIC = 63,0). Efek positif gabungan dari panjang kaki relatif dan ukuran tubuh bisa menunjukkan bahwa alometri panjang kaki dengan ukuran tubuh dengan sendirinya bertanggung jawab dari pola jaring yang diamati. Hal ini dikonfirmasi oleh penggunaan residu alometrik (yaitu, perbedaan antara panjang kaki yang diamati dan panjang kaki yang diprediksi dari hubungan sempurna isometrik antara panjang kaki dan lebar karapas, b = 1), yang menunjukkan lebih cocok dengan kecepatan penghubung (R2 = 0,63, P <0,0001, AIC = 12,7). Selain itu, masuknya mereka dalam regresi ganda bersama dengan lebar karapas diprediksi kecepatan penghubung menghasilkan efek non- signifikan terhadap ukuran tubuh (P = 0.411). Dengan demikian, kedua kaki yang relatif lebih panjang (OLS residual) dan kaki tidak proporsional lagi (residual alometrik) mendukung kecepatan penghubung yang lebih besar. Jika laba-laba yang menggantungkan tubuh mereka untuk sebagian besar hidup mereka berukuran relatif besar, dan memiliki kaki proporsional yang sangat panjang, mereka menjadi pelari canggung ketika di tanah (yaitu, sebagai ayunan terbalik). Hal ini karena torsi yang diperlukan untuk mengangkat tubuh mereka memerlukan segmen yang relatif lebih pendek (seperti pada laba-laba yang biasanya berjalan) atau output daya yang lebih tinggi dari otot-otot kaki. Jadi, karena diameter kaki relatif tetap konstan terhadap ukuran tubuh, kecepatan laba-laba besar yang menggantung terbalik lebih lambat dari laba-laba yang beradaptasi tanah. Seperti yang diharapkan, laba-laba besar yang menggantung bukan pelari yang efisien kalau tidak sebagai ayunan terbalik. Selain ukuran tubuhnya melebihi ambang Argianti Wahyu Apsari 24020111130058
batas, laba-laba yang berjalan menggantung memiliki kecepatan jauh lebih rendah daripada laba-laba dengan ukuran hampir sama yang biasanya berdiri di atas kaki mereka.
Penutup Temuan tersebut memiliki implikasi ekologi dan evolusi yang berpotensi penting karena bisa menjelaskan terjadinya plastisitas mencari makan dan kendala penyebaran serta evolusi ukuran dimorfisme seksual dan sosialitas. Laba-laba yang menggantung terbalik dari jaring mereka, kaki mereka telah berevolusi secara relatif tidak proporsional lagi terhadap ukuran tubuh mereka bila dibandingkan dengan laba-laba yang bergerak berdiri di atas kaki mereka. Selain itu, ketidakproporsionalnya kaki memungkinkan laba-laba untuk berjalan lebih cepat selama bergerak mengayun dan laba-laba yang menggantung akan berjalan dengan kecepatan yang lebih lambat di tanah (yaitu, ayunan terbalik). Laba-laba menggantung yang diinduksi untuk berjalan di tanah, memiliki kecenderungan yang jelas dimana laba-laba menggantung yang lebih besar cenderung untuk berjalan lebih lambat dari laba-laba yang mirip-ukuran yang biasanya bergerak di permukaan tanah.