(PENGARUH PENAMBAHAN GULA BERKALORI RENDAH DAN PENGOLAHAN PRODUK COKLAT TRUFFLE SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL) Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Pangan dengan dosen pengampu Mustika.N.H,S.TP,M.Pd
Disusun oleh : Kelompok 6 Ayuni Damayanti Rahayu ( 1203211) Dina Sonia (1203210) Redha Regina Mirdan (1204290) Tantri Yulianti (1200145) Veinka Saffanah (1204443)
PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 i
KATA PENGANTAR Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki segala keagungan dan kesempurnaan, yang menciptakan sekaligus menjadi penguasa tunggal alam semesta beserta isinya berkat hidayah dan inayahnya makalah paper ini dapat diselesaikan dengan judul Pengaruh Penambahan Gula Berkalori rendah dan Pengolahan Produk Coklat Truffle Sebagai Pangan Fungsional. Untuk itu saya mohon ridhomu semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tidak lupa shalawat serta salam selalu kita limpahkan kepada panutan Muhammad SAW. Disadari bahwa makalah ini jauh dari sifat kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan penyusun untuk menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu masukan dan kritik dari pihak dosen maupun dari teman-teman yang kami harapkan demi perbaikan kami di masa depan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga segala kebaikannya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii BAB I .................................................................................................................................. 1 BAB II ................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3 BAB III ............................................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Produk kakao baik itu berupa bubuk kakao, lemak kakao ataupun pasta kakao merupakan sumber bahan baku dari semua produk berbasis coklat. Komposisi bubuk coklat atau pasta coklat antara lain polifenol dan flavonoid yang bersifat sebagai antioksidan dan bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan metil santin (kafein, theobromin dan teofilin) dalam produk kakao merupakan stimulan system saraf pusat dan memperkuat aktivitas jantung. Beberapa penelitian tentang polifenol melaporkan bahwa polifenol menunjukkan anti- karsinogenik), meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan resiko pengerasan arteri, penyakit jantung dan tekanan darah tinggi . Buah kakao memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan manusia, maka diperlukan alternatif pengolahan tanaman ini menjadi suatu pangan yang dikenal oleh masyarakat luas. Salah satu cara pemanfaatan buah kakao adalah dengan membuat coklat truffle. Seperti pada kebanyakan produk pangan manis (sweet foods), nilai citarasa merupakan karakteristik dasar yang sangat penting pada produk coklat. Penggunaan gula yang banyak dan susu bubuk full cream serta mentega dalam produk coklat umumnya merupakan komponen yang tidak diinginkan oleh konsumen yang menghindari masalah obesitas.Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya kualitas hidup yang tinggi. Kesadaran dalam diri masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang mulai timbul. Salah satu indikatornya adalah semakin tingginya permintaan produk pangan rendah kalori. Pengaturan komsumsi kalori yang mulai diterapkan masyarakat melalui diet yang rendah kalori, diharapkan risiko terkena penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus dapat dihindari.
Coklat truffle rendah kalori merupakan jenis coklat dimana seluruh komponen gula (sukrosa) diganti dengan gula semut bernilai gizi yang terbuat 2
dari nira kelapa yang dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis, dengan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula (sukrosa). Disamping itu penggunaan susu kedelai bubuk menggantikan susu hewan yang kaya kandungan isoflavon, membantu mempertahankan kualitas khas yang dimiliki produk coklat pada umumnya (tekstur, kepadatan dan citarasa) dan penggunaan produk olahan kakao berupa lemak kakao, pasta kakao ataupun bubuk kakao yang memiliki kandungan polifenol dan flavanoid yang tinggi merupakan sumber bahan baku pembuatan coklat truffle sebagai makanan fungsional.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang mempengaruhi tekstur, aroma dan rasa pada formula coklat truffle ? 2. Apakah gula semut berpengaruh terhadap tekstur coklat truffle ? 3. Berapakah kandungan kalori dalam produk coklat truffle ? 4. Bagaimana proses pengolahan coklat truffle ?
C. Tujuan Makalah 1. Untuk mengetahui pengaruuh tekstur , aroma dan rasa pada formula coklat truffle 2. Untuk mengetahui gula semu berpengaruh terhadap tekstur coklat truffle 3. Untuk mengetahui kandungan kalori yang terdapat dalam coklat truffle 4. Untuk mengetahui pengolahan coklat truffle D. Manfaat Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar tentang pengaruh penambahan gua semut terhadap produk coklat truffle dengan berbagai variasi bahan-bahan yang digunakan, menjadi bahan informasi, dan bahan pertimbangan bagi industri pangan dan masyarakat dalam pemanfaatannya. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kakao (Theobroma cacao) Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif . Sistematika tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dapat disebutkan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : dicotyledoneae Sub class : dialypetalae Ordo : malvales Family : sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Jenis kakao dibagi atas 3 jenis, yakni jenis kakao criolo (kakao mulia), jenis kakao forestero (kakao lindak) dan jenis kakao trinitario. Kakao jenis criolo menghasilkan mutu biji yang memiliki mutu yang baik, buahnya berwarna merah/hijau, kulitnya tipis berbintik-bintik kasar dan lunak, bijinya berbintik bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Jenis forestero menghasilkan biji kakao yang mutunya sedang, buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis dan gepeng. Kotiledon berwarna ungu pada waktu basah. Jenis trinitario bentuknya heterogen, buahnya berwarna hijau merah dan 4
bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah (Hatta, 1992). Beberapa macam produk dapat dihasilkan dari kakao, baik yang berasal dari kulit, pulp maupun dari biji. Kulit kakao dapat dijadikan kompos, pakan ternak, substrat budidaya jamur, ekstraksi theobromin, dan bahan bakar. Secara garis besar, biji kakao dapat diolah menjadi tiga olahan akhir, yaitu lemak kakao, bubuk kakao dan permen atau makanan cokelat yang dalam pengolahannya saling tergantung satu dengan yang lainnya (Wahyudi, T., dkk, 2008) 2. Kandungan Gizi Coklat Zat gizi Coklat susu Coklat pahit (dark) Energi (kal) 381 504 Protein (g) 9 5,5 Lemak (g) 35,9 52,9 Kalsium (mg) 200 98 Fosfor (mg) 200 446 Vit A (SI) 30 60
Antioksidan dalam Cokelat Pengolahan biji kakao menghasilkan cocoa liquor (cocoa mass), cocoa butter dan cocoa powder. Biji kakao dan turunannya ini merupakan sumber antioksidan polifenol senyawa yang dapat mengurangi resiko penyakit jantung dengan cara mencegah oksidasi Low Density Lipoproteins (LDL) atau yang sering disebut lemak jahat, sehingga dapat mencegah sumbatan pada dinding-dinding pembuluh darah arteri. Kandungan antioksidan bervariasi pada setiap cokelat, tergantung pada berbagai faktor di antaranya kandungan cocoa dan proses pengolahan. Secara umum, cocoa powder dan dark chocolate mengandung antioksidan dalam jumlah yang lebih tinggi daripada milk chocolate. Berikut kandungan antioksidan polifenol dalam beberapa produk 5
* Milk chocolate (50g) 100 mg polifenol * Dark chocolate (50g) 300 mg polifenol * Red wine (140mL) 170 mg polifenol * Tea (240mL) 400 mg polifenol * Cocoa powder (16g) 200 mg polifenol 3. Gula Semut (gula berkalori) Gula pasir mempunyai posisi penting dalam tata gizi masyarakat Indonesia, karena gula merupakan sumber kalori yang efektif dan sekaligus memberikan rasa manis yang sangat diperlukan manusia. Rasa manis itu memberikan rangsangan bagi peningkatan konsumsi bahan lain yang diperlukan tubuh manusia, karena umumnya manusia sangat menyukai rasa tersebut. Fungsi gula akhir-akhir ini banyak digantikan bahan pemanis buatan, seperti siklat, sakarin, aspartam dan sebagainya. Kebanyakan orang kurang menyadari bahwa penggunaan bahan pemanis tak berkalori seperti pemanis buatan itu mengurangi jumlah kalori yang diserap tubuh dan beberapa jenis pemanis buatan dapat mempunyai efek sampingan yang merugikan kesehatan. B. METODE Alat dan Bahan : Pasta, lemak dan bubuk kakao Prosedur : Pasta, lemak, bubuk kakao, dan gula semut merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan coklat truffle. Perlakuan yang diberikan yaitu menentukan metabolit sekunder (konsentrasi yang terbaik dari tiap bahan dan pengaruh 6
interaksi konsentrasi bahan yang ditambahkan, aktivitas antioksidan dan total polifenol) dari coklat truffle. Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik dan rangking hedonik. Uji ini dilakukan terhadap 10 panelis dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk yang diuji. Parameter yang diuji pada uji hedonik meliputi uji kesukaan terhadap warna, aroma, dan rasa. Skala hedonik yang digunakan mempunyai rentang dari sangat tidak suka (skala numerik = 1) sampai dengan skala sangat suka (skala numerik = 7). Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH dan Penentuan Total Polifenol Folin-Ciocalteu C. HASIL PENELITIAN Hasil pengujian penelitian pendahuluan terhadap tekstur menunjukkan bahwa respon terhadap tekstur formula D (pasta coklat 50% : lemak :30%, gula semut : 15%, susu kedelai bubuk 5%) lebih disukai oleh panelis, formulayang lain yang memiliki respon agak disukai oleh panelis sementara formula E ( pasta : 40%, lemak : 40%, gula semut : 15%,) respon panelis biasa. Tekstur Berdasarkan pengujian sensori terhadap interaksi konsentrasi gula semut terhadap tekstur pada gambar 1 menunjukkan bahwa nilai tingkat kesukaan tekstur coklat truffle berdasarkan uji hedonik dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur coklat truffle berkisar antara 5.25 - 5.85 (agak suka - disukai). Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan a2b3 (perbandingan gula semut 37,5% dengan 25% susu kedelai bubuk), sedang nilai terendah pada perlakuan a1b1 (perbandingan gula semut 18,75% dengan 12,5 % susu kedelai bubuk).
7
Aroma Berdasarkan pengujian sensori terhadap interaksi konsentrasi gula semut menunjukkan bahwa nilai tingkat kesukaan aroma coklat truffle berdasarkan uji hedonik dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma coklat truffle berkisar antara 5,7 6,45 (disukai). Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan a2b3 (perbandingan gula semut 31,25% dengan nilai 6,45 sedang nilai terendahterdapat pada perlakuan a3b1 (perbandingan gula semut 37,5%.
Uji Aktivitas Antioksidan
Diantara ketiga sampel yang diuji a2b2 (perbandingan gula semut 31,25% merupakan coklat truffle yang paling kuat aktivitas penangkapannya terhadap radikal bebas DPPH. Hal ini dapat dilihat rendahnya nilai EC50nya yaitu 0,017 mg/ml. selanjutnya kemampuan aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH diikuti oleh a2b3 (perbandingan gula semut 31,25% dengan 25% susu kedelai bubuk) sebesar 0,032 mg/ml dan a2b1 (perbandingan gula semut 31,25% dengan 12,5% susu kedelai bubuk) sebesar 0,039 mg/ml.
Total Kalori
Hasil analisis kalori pada coklat truffle adalah 203,4 kkal/ 100g pada coklat truffle dengan penambahan gula semut31,25% (25g pada coklattruffle dengan penambahan gula semut 31,25% (25g) dengan susu kedelai bubuk 18,75% (15g) dan 262,7 kkal/ 100 g dengan penambahan gula semut 31,25% (25g) dengan susu kedelai bubuk 25% (20g).
8
D. PEMBAHASAN Dari hasil yang diperoleh diatas menemukan bahwa tekstur, aroma dan rasa formula coklat truffle sangat dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusunnya. Lemak kakao sangat berpengaruh terhadap kelembutan produk. Pemberian lemak kakao dalam jumlah sedikit akan menghasilkan tekstur yang kurang lembut dan memiliki karakteristik pencairan yang lambat pada suhu tubuh saat dikomsumsi. Pemberian lemak kakao dalam jumlah besar menghasilkan tekstur yang mudah meleleh sebelum dikomsumsi,sementara pemberian lemak dalam jumlah yang sesuai (tepat) akan menghasilkan tekstur yang lembut, memberikan pencairan yang cepat pada suhu tubuh saat dikonsumsi. Penambahan gula semut tidak berpengaruh terhadap tekstur coklat truffle, demikian pula interaksinya. Tekstur coklat truffle yang padat, lembut dan lumer disebabkan karena adanya pasta dan lemak kakao serta proses conching yang memberikan karakteristik tekstur coklat truffle yang baik. Penambahan gula semut dalam jumlah yang sesuai akan menghasilkan rasa manis, dengan sedikit rasa pahit. Hal ini disebabkan karena penambahan gula semut yang sesuai dapat larut lebih baik dalam lemak kakao sehingga komponen rasa dari gula semut berinteraksi dengan komponen rasa dari pasta dan lemak kakao, mengakibatkan peningkatan intensitas rasa yang lebih tinggi. Aroma khas coklat sangat dipengaruhi oleh kualitas biji kakao dan proses roasting atau penyangraian. Selama penyangraian, senyawa-senyawa calon pembentuk citarasa bereaksi satu sama lain melalui reaksi maillard, menghasilkan komponenkomponen mudah menguap dan beraroma khas coklat. Biji kakao yang digunakan dalam pembuatan pasta dan lemak kakao dalam penelitian ini adalah biji kakao fermentasi. Proses penyangraian biji kakao dilakukan pada suhu maksimal 150Oc selama 10-35 menit. Komponen cita rasa khas coklat terbentuk selama roasting atau penyangraian dari calon-calon pembentuk citarasa seperti asam amino, peptida, gula pereduksi dan kuinon bereaksi satu sama lain melalui reaksi maillard. 9
Kalori adalah standar pengukuran energi yang sering digunakan dalam pengertian energi potensial yang terkandung dalam makanan. Penghitungan nilai kalori bahan penting untuk mendapat gambaran umum mengenai jumlah kalori/gram bahan pangan. Coklat truffle dikatakan memiliki standar rendah kalori karena menghasilkan kalori dengan jumlah dibawah 300 kkal/100 g. Sedangkan pangan yang dikatakan tinggi kalori yaitu apabila pangan tersebut dapat memberikan minimum 300 kkal/100 g per hari.
10
BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan bahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tekstur, aroma dan rasa formula coklat truffle sangat dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusunnya. Coklat truffle memilikki kandungan gizi diantaranya protein, lemak, kalsium, fospor, vitamin A, dan energi. Penambahan gula semut atau gula kalori tidak berpengaru terhadap tekstur, melaikan berpengaruh terhadap rasa dan aroma.
B. Saran Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan kepada para pembaca agar mencari tahu lebih banyak lagi mengenai pengaruh penambahan gula semut terhadap produk coklat truffle. Selain itu, kamipun mengharapkan sebaiknya dalam proses pembuatan coklat truffle digunakan penambahan gula semut karena gula semut memiliki standar kalori yang rendah.
11
DAFTAR PUSTAKA Argawal, R., dan Mukhtar, H. (1996). Cancer Chemoprevention by Polyphenols in Green Tea and Artichoke. In N. Back, I.R.Cohen, D. Lajtha, A. Lajtha, dan R.Paoletti, Dietary phytochemicals in cancer prevention and treatment (pp.35-50). New York: Plenum Press. Bixler, R.G dan Morgan, J.N. (1999). Cacao bean and chocolate processing. Di dalam : Knight I, editor. Chocolate and Cocoa, Health and Nutrition. USA: Blackwell Science Ltd.43-60. Brito, E.S., N. Narain, Pezoa Garca N.H, L.P. Antonio, Valente, G.F. Pini. 2002. Effect of Glucose and Glycine Addition to Cocoa Mass Before Roasting on Maillard 12 Precusor Consumption and Pyrazine Formation. Journal of The Science of Food and Agriculture 0022-5142. Direktorat Standardisasi Produk Pangan BPOM. 2004. Pedoman Pangan Fungsional Edisi I. Direktorat Standardisasi Produk Pangan BPOM. Jakarta. Ferlina, S., 2009. Khasiat Susu Kedelai. www.khasiatku.com (7 Oktober 2009) Goutara dan Wijandi. (1985). Dasar-dasar Pengolahan Gula II. Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Fateta IPB, Bogor. Lee, K.W., Y.J. Kim, H.J. Lee, and C.Y. Lee. 2003. Cocoa has more phenolic phytochemical and higher antioxidant capacity than teas and red wine. J Agric Food Chem 51:7292-7295. Misnawi,. (2005). Pemanfaatan biji kakao sebagai sumber antioksidan alami. Laporan Penelitian RUT tahap I Tahun 2005. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 12
Minifie, W. Beinard, (1999). Chocolate, Cocoa, and Confectionery Sains Technology. An Aspen Publication. London.
Molyneux P. 2004. The use of the free radical diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci. Technol 26 (2): 211-219.
Perego, P., B. Fabiano, M. Cavicchioli dan M. Del Borghi. 2004. Cocoa Quality and rocessing : A Study by Solid-Phase Microextraction and Gas Chromatography Analysis of ethylpyrazines, Institution of Chemical Engineers.
Siregar, T.H.S., S. Riyadi dan L. Nuraeni. 2007. Pembudiyaan, Pengolahan, dan Pemasaran Cokelat. Cetakan ke-19. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Widyotomo, S dan Sri-Mulato. (2004). Rekayasa Proses dan Alat Mesin Pengolahan Produk Hilir Kakao untuk Skala Usaha Kecil Menengah. Simposium Kakao 2004. Jogjakarta 4-5 Oktober 2004.