Anda di halaman 1dari 7

Keluarga Mahasiswa Katolik atau KMK St Algonz bisa dibilang merupakan rumah kedua bagi

pribadiku. Banyak kenangan yang sulit dilupakan, baik itu suka dan duka. Namun sesuatu yang
terpenting dari semuanya, mereka selalu ada untukmu, itulah makna sebenarnya keluarga.

Bagaimana aku berkenalan dengan KMK?
Layaknya mahasiswa baru yang diperkenalkan universitas, aku tidak mengira bahwa perkenalan
dengan KMK dimulai ketika selesai registrasi. Awalnya aku tidak begitu tertarik tentang pembicaraan
KMK. Apa dipikirkan saat itu, UA (Universitas Airlangga) pasti mempunyai wadah untuk kebutuhan
mahasiswa katolik dan ingin segera kembali ke rumah. Sebelum kembali pulang, kakak KMK saat itu
memberikan sebuah selembar tulisan yang tidak kubaca selama perjalanan pulang dan baru dibaca
ketika sampai dirumah. Apa yang tertulis diselembar kertas tersebut cukup mengejutkan karena,
menceritakan perjuangan mahasiswa gerakan reformasi, Bimo Petrus. Bacaan tersebut sungguh
menggugah hati sebab, ia adalah mahasiswa UA, salah satu anggota keluarga besar KMK UA, dan
keturunan cina seperti aku.

Menjadi Bagian dari KMK.
Selama semester awal aku tidak pernah berhubungan dengan KMK, baik itu acara proker mereka
atau non-formal seperti cangkruk. Acara proker KMK selama menjalani masa orientasi adalah
Welcome Party 2010 yang aku tidak ikuti. Baru setelah melewati masa orientasi dan semester
pertama, dapat ikut diacara KMK. Acara pertama resmi yang aku ikuti adalah rapat kerja
kepengurusan 2011 di Komisi Kepemudaan Malang, dengan ketua umum Dominikus, fisip 2008.
Suasana yang dihadapi saat pertama kali berangkat adalah ketegangan diantara kami karena belum
terlalu saling mengenal. Dengan mencater truk TNI, duduk berhadapan dengan Herliunus
Mafranenda atau Nenda. Kami tidak saling menyapa maupun bercakap selama perjalanan ke
Malang.


bersama Nenda, WP 2011

Ketika kami sampai di Komisi Kepemudaan Malang, tidak mengira bahwa banyak teman mahasiswa
katolik yang hadir di acara raker tersebut. Mungkin momen itu yang tidak bisa terlupakan hingga
saat ini. Di kepengurusan KMK 2011 tergabung di Departemen Pendidikan dengan Ketua
Departemen, mas Ronny, FIB 2008. Suasasana raker berjalan hangat karena kami datang massa
cukup banyak dan membuat tempat tidur terasa tidak cukup. Di raker tahun ini sempat dibahas
Konstitusi KMK Algonz yang memakan waktu cukup lama dan berhenti di pasal 9 ayat 4. Namun aku
sendiri mengganggap pembentukan konstitusi ini latihan untuk berpikir logis dan melatih
kemampuan argumentasi. Satu hal yang masih menjadi pertanyaan hingga kini apakah KMK Algonz
selama berdiri berdiri secara sah sebagai UKMKK dengan dasar hukum SK Rektor tahun 1992 apakah
tidak mempunyai konsep AD/ART yang tersimpan.

Selama 3 hari, Jumat-Minggu raker, kami mulai mengenal karakter masing-masing anggota keluarga
dari yang mempunyai fobia anjing, kritis berpikir atau narsis didepan kamera. Saat kembali ke
Surabaya suasana beku sebelum keberangkatan mencair dengan sendirinya dan kali ini Nenda
kembali duduk berseberangan namun, dengan suasana lebih hangat. Program kerja yang mendesak
waktunya setelah raker adalah mempersiapkan Tablo Jalan Salib.

Awal Kepengurusan.
Tablo Jalan Salib sendiri merupakan perayaan Jumat Agung dan Paskah sekaligus mengenang Bimo
Petrus. Karena ini merupakan Jalan Salib maka, kami mencari salib yang cukup besar untuk dapat
dibawa dengan cara dipikul. Hal ini tidak mudah sehingga diputuskan untuk merakit salib sendiri dari
kayu. Dibelilah 2 batang kayu dengan panjang 2 meter. Namun, ketika akan mengangkat kayu terasa
berat sehingga timbul pertanyaan jenis kayu apakah yang dipakai. Ternyata kayu yang dibelikan
adalah kayu jenis Meranti. Aku, Nenda, Yonar (FKM,2009), Indra/Iphe (FEB,2008), Andreas
(FH,2008), Domi (Fisip,2008), dan Ronny mulai merakit salib tersebut. Perakitan salib berlangsung
hingga berhari-hari bahkan perakitan bisa berlangsung hingga tengah malam. Persiapan begitu
mepet hanya 1 minggu namun, akhirnya salib tersebut dapat diselesaikan. Jadi salib kayu besar yang
terpasang di dinding sekretariat KMK, merupakan hasil karya kami.

Perakitan Salib
Di hari acara ada sedikit keributan tentang siapa yang harus menurunkan salib dari sekret KMK di
lantai 3 menuju Auditorium (sekarang, UACC). Ketika itu salib diletakan di sekret KMK dan hanya ada
saya dan Sandro (FKG,2009) dihubungi Nicoli (FKM,2009).
"Dro, salib ndukno!!"
"Aku dewean ning SC karo agung, mreneo ngewangi ngedukno salib"
"Gak iso aku, jogo pos." Sungguh lucu sekaligus menyebalkan momen tersebut.
Acara Tablo jalan salib dimulai dari Auditorium dan diakhiri dengan pemberhentian ke-12 di depan
rektorat. Tablo Jalan Salib berjalan lancar dan keesokan harinya acara ini dimuat di Jawa Pos sebagai
bentuk protes terhadap rektorat.

Masa Sulit KMK.
Setelah acara tablo jalan salib, KMK mendapat undangan dari SKK Fkg untuk melakukan drama kisah
sengsara Yesus pada acara paskah SK3 FKG. Namun setelah undangan acara tersebut, KMK mulai
ditinggalkan pengurus dan anggota perlahan-lahan. Hingga acara KMK menjadi vakum dan hanya
diisi dengan kegiatan display UKM, Pesta Nama, Welcome Party 2011 dan rosario dibulan oktober
namun, sedikit yang datang. Masa-masa itu sangat sulit terutama bagi angkatan 2010 karena kami
mahasiswa baru yang tidak mengerti apa penyebabnya dan kami tidak memiliki ikatan kuat. Hal sulit
aku rasakan ketika menjalani kehidupan dikeluarga kecil di Fakultas. Beberapa teman seiman bahkan
menjaga jaraknya. Sungguh muramnya bagi kami pengurus yang bertahan pada saat itu. Aku hanya
berkata dalam hati "Yesus pun dulu pernah tidak diterima di rumah sendiri, di Nazaret. Mungkin
inilah jalan dan salib yang harus aku bawa." Dari angkatan 2010 yang bertahan hanya Aku, Nenda,
Edwin (FH), Lussy (Farmasi), dan Eva (FKM). Namun ditengah masa kesulitan tersebut ada momen-
momen yang tidak dapat dilupakan. Salah satu momen yang tidak bisa kulupakan adalah makan
bersama ditengah kekurangan. Terkadang kami makan dari bungkusan nasi penyetan karmen
dengan lauk tempe,tahu dan telur dadar. Kemudian seluruh bungkusan itu diletakan bersama dan
kamipun makan bersama. Meski hanya tersedia 4 bungkus untuk 6 orang, itu adalah makanan yang
terenak didalam hatiku.

Setitik cahaya dan bahaya didepan.
Hal membuat aku bersemangat di tahun 2011 adalah kegiatan tahunan Display UKM yang
diselenggarakan untuk memperkenalkan UKM khususnya KMK ke mahasiswa baru katolik seperti
masih menjadi maba. Apalagi Display UKM adalah salah satu acara untuk mengundang maba katolik
2011 ke acara Welcome Party 2011. Aku tidak tahu persis bagaimana KMK mengatur stand display
karena, hanya diberitahu untuk segera datang pagi-pagi untuk menyambut maba 2011. Display
selama 2 hari tersebut hanya kuikuti selama hari pertama karena, bertubrukan dengan jadwal ospek
jurusan.

Welcome Party 2011 merupakan acara penting yang sayangnya tidak banyak membantu di masa-
masa awal kepanitiaan. Mengapa tidak masuk sejak awal? entahlah karena saat itu masa-masa
liburan semester. Yang cukup mengejutkan saat itu adalah banyak panitia bukan berasal dari
pengurus dan pengurus yang mundur ditengah jalan. Banyak pertayaan yang melintas dipikiran
waktu itu. Seperti, Bagaimana mereka mengenalkan KMK jika mereka sendiri tidak dekat dengan
KMK. Setidaknya ada belasan panitia yang tidak ku kenali ketika bergabung pertama kali terutama,
teman-teman dari FK sebagai tuan rumah tempat acara. Hal yang sesali adalah jadwal WP terpaksa
terus menerus diundur hingga bulan November karena berhalangan dengan jadwal ospek fakultas.
WP 2011 akhirnya dilaksanakan setelah mahasiswa menjalani UTS, dan jumlah maba yang datang
"cukupan" . Bagiku berapapun maba yang datang harus disyukuri karena KMK sendiri belum
melewati masa sulitnya. Namun, sayang karena feedback yang masih sedikit angkatan 2011 jarang
berkumpul meski ikatan persaudaraan mereka lebih kuat dibanding 2010.

Acara setelah WP 2011 tidak banyak kegiatan bahkan KMK terkesan tenggelam. Aku mengamati
KMK sesungguhnya pada saat itu seperti dinahkodai 3 orang, yang sayangnya ketiga orang tersebut
sulit disatukan. Domi, Ronny, dan Andreas sepertinya memang ditakdirkan tidak bisa satu visi. Aku
mengetahui bahwa ketiga senior ini memang mencintai KMK namun, bahasa cinta mereka sungguh
berbeda. Tidak mungkin disatukan dan sulit menerima bahasa cinta tiap orang. Terutama beban
terberat adalah milik Mas Domi karena ia merupakan ketua umum. Persaingan mereka baik disadari
atau tidak, juga merambat pada sendi-sendi kehidupan KMK sebagai keluarga dan organisasi.
Beberapa senior 2008 seperti Mbak Felli (FKM) dan Mas Indra/Iphe (FEB) memilih menjaga jarak
dengan mereka bertiga agar tidak terjebak konflik. Konflik ini semakin membesar dan seperti bom
waktu, konflik mereka juga mengancam eksistensi KMK.

Pada bulan Desember, dimulai wacana siapakah menjadi ketua penerus KMK 2012 karena masa
jabatan Mas Domi sebentar lagi akan berakhir. Angkatan 2009 menjadi ketua periode 2012 namun,
hingga tengah Desember nama-nama Yonar (FKM), Nicoli (FKM) dan Sandro (FKG) yang diperkirakan
sebagai kandidat kuat calon ketua belum juga bersuara tentang kesanggupannya. Sementara
angkatan 2009 lainnya seperti mulai tidak ingin menjadi bagian pengurus KMK 2012. Mendekati
bulan Januari nama-nama kepengurusan 2012 belum ditentukan dan waktu yang dimiliki KMK
semakin sedikit karena Rektorat meminta nama-nama pengurus 2012. Mas Domi sampai-sampai
melobi agar KMK diberi waktu ekstra untuk mencari mengumpulkan berkas tersebut sekaligus
mencari calon ketua. Belum sempat membicarakan pemilu untuk 2012 ketiga kandidat yang akan
diajukan Yonar, Nicoli, dan Sandro justru mengundurkan diri dan menyatakan ketidaksanggupan
mereka. Mereka bertiga memiliki alasan yang sama yaitu kuliah yang tidak bisa ditinggal terutama
FKM, dengan pemadatan jadwal kuliah. Sampai kapapun aku menganggap sikap ketiga senior 2009
tidak boleh ditiru oleh angkatan selanjutnya. Memang tanpa disadari waktu akan berjalan cepat dan
tiba saatnya tiap angkatan untuk memimpin KMK dan organisasi kampus lainnya. Dengan semakin
singkatnya waktu, di akhir bulan Desember Domi, Ronny dan Andreas duduk satu meja dan
memutuskan melakukan musnyawarah besar luar biasa.

Menuju Periode 2012.
Aku masih ingat tanggal itu, 30 Desember 2011. Ketika kami dikumpulkan di acara Musnyawarah
Besar Luar Biasa. Tema musnyawarah tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata karena
kelangsungan KMK kedepan. Domi dan Ronny menjadi pimpinan sidang, tidak banyak basa-basi
mereka langsung to the point bahwa KMK 2012 belum memiliki ketua dan sesuai regulasi UKM yang
tidak mengirim kepengurusan 2012 akan dibekukan selama 1 tahun. Ada beberapa opsi untuk
mempertahankan KMK salah satunya adalah Mas Domi mengajukan kembali sebagai ketua namun,
usulan itu ditentang habis-habisan karena mematikan kaderisasi. Aku tidak bisa berkata apapun
sepanjang acara berlangsung. Hanya memikirkan mengapa 2009 meninggalkan kewajiban mereka
yang memang sudah datang pada waktunya. Berutung ada alumni yang datang Mas Toni, Mas
Sanjaya. Mereka pun mengutarakan keprihatinan kondisi KMK. Mereka juga bercerita soal
bagaimana kondisi KMK ditiap masa. Di masa reformasi, masa dimulainya SKK ditahun 2003 dan
sudut pandang KMK saat ini. Musnyawarah besar tersebut juga sebenarnya membawa kebingungan
bagi teman angkatan 2011 yang masih baru dan belum mengerti permasalahan yang sebenarnya
terjadi. Sayangnya musnyawarah besar itu juga tidak menghasilkan poin-poin yang berarti. Seperti
siapakah penerus tongkat kepengurusan 2012 yang paling krusial.

Ketika bulan Januari 2012, aku menduga dengan tidak adanya 2009 sebagai ketua maka, angkatan
2010 yang menjadi penerusnya. Namun, tetap berharap agar 2009 kembali sadar akan waktu
mereka yang telah datang. Ketika sedang menikmati liburan semester dan belum pulang ke rumah.
Mas Domi dan Edwin datang bertamu. Tujuan mereka sungguh mengejutkan, datang membawakan
berita angkatan 2010 terpaksa mengisi kekosongan 2009 dari ketua KMK namun Yonar akan
bertindak sebagai sektaris jenderal, tidak hanya itu 2010 juga maju maju sebagai kepala
departemen. Lebih mengejutkan lagi karena ditunjuk sebagai kepala departemen Humas Kominfo.
Ketika aku bertanya mengapa memimpin departemen Humas Kominfo.
"Kamu lak aktif di media sosial seh gung, jadi itu pertimbangannya." jawab Mas Domi. Sebuah alasan
logis namun juga, tak bisa dibenarkan. Pikiranku bertanya "Apakah aku sanggup membawa KMK
lewat Departemen Humas?" Ya aku tahu humas pasti berhubungan bagaimana komunikasi KMK
dengan keluarganya dan bukan hanya sekadar soal komunikasi tapi, seperti poster. Itu sama sekali
bukan keahlianku bahkan belum pernah kulakukan sebelumnya. Tidak sampai 5 menit walaupun,
masih dibayangi pikiran tersebut kuterima tugas tersebut.

Beberapa hari selanjutnya Kepengurusan KMK 2012 telah terbentuk dengan struktur, Nenda sebagai
Ketua Umum, Yonar sebagai Sekretaris Jenderal, Bernadetha Desi, Bendahara. Sedangkan
departemen, Edwin, Sosial; Eva, PSDM; Fanny(2009), Jurnalistik; Sandro, Kerohanian; Grace(2009),
Pendidikan; dan aku sendiri, Humas. Beberapa teman fakultas hadir disana. Tentu saja, setelah
periode Mas Domi kondisi KMK belum sepenuhnya pulih. Ada teman yang masih sentimen dengan
KMK. Setelah itu aku diajak Nenda dan Mas Domi makan di angkringan. Suasana sangat nyaman
hingga memudahkan bagi kami untuk bertukar pendapat. Kemudian atas masalah keuangan yang
terus menghambat kegiatan KMK, kami bertiga setuju agar dibentuk satu divisi lagi yaitu, Danus
(Dana dan Usaha) sebagai solusi atas krisi keuangan tiap kegiatan. Kemudian Lussy, diangkat sebagai
kepala divisi Danus. Rasa senang karena bisa berkontribusi pada KMK lewat pemikiran.








HIDUPKATOLIK.com - ..Ingatlah bahwa rasul itu adalah orang Katolik jang sadar. Mereka insjaf betul
bahwa mereka telah menerima kurnia dari Tuhan jang banjak djumlahnja itu tiada hanja untuk
menghibur hati mereka belaka, akan tetapi pun djuga untuk membakar djiwanja dengan semangat
jang berkobar, dalam menguduskan hati sendiri dan orang lain...

(Mgr Soegijapranata)

Johann Baptist Metz, salah satu pencetus konsep teologi politik, menjelaskan sebuah definisi
tersingkat tentang agama. Menurutnya, agama adalah interupsi (unterbrechung). Ya, pada dasarnya
agama berangkat dari interupsi Allah ke tengah dunia yang kerap disalah-urus manusia. Agama hadir
sebagai suatu interupsi di tengah dunia yang terpusat hanya pada dirinya. Bukankah agama-agama
mengkhianati panggilannya bila berhenti membuat interupsi? Bukankah ketika berhenti membuat
interupsi, agama tidak lagi menjadi anjing yang menyalak dan duri yang menusuk, tetapi
sebaliknya, merupakan obat tidur yang sangat mujarab? Di sinilah interupsi K.H. Mustofa Bisri baik
kita ingat, Rasanya baru kemarin, padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka Rasanya baru
kemarin Hari ini ingin rasanya aku bertanya kepada mereka, bagaimana rasanya merdeka?

Di sinilah, dalam intensi 65 tahun Proklamasi NKRI, saya hendak mengingat-kenang sepenggal
semboyan populer, 100% Katolik, 100% Indonesia. Semboyan ini merupakan sebuah interupsi dari
Mgr Soegijapranata , yang kerap dijuluki: Bung Karno-nya Gereja Indonesia. Dalam bahasa Latin,
semboyan ini juga dikenal dengan nama, Pro Patria et Ecclesia, yang berarti, Demi Tanah Air dan
Gereja.

Soegijapranata adalah imam Yesuit, yang hidup dalam masa revolusi kemerdekaan. Beliau diangkat
sebagai Uskup Agung pribumi pertama, secara khusus untuk wilayah Semarang. Situasi negara yang
sedang bergolak-gelak saat itu menuntutnya untuk tidak hanya melakukan kegiatan altar, tetapi
juga berani melakukan interupsi bagi kehidupan di pasar dengan segala carut-marutnya. Tahun
1955, Mgr Soegija pernah mengungkap-kembangkan sebuah interupsi kepada peserta Kongres Umat
Katolik Indonesia (KUKSI): Apakah umat Katolik sungguh mempunyai manfaat bagi masyarakat
Indonesia?

Jelas, merupakan sebuah kepastian bahwa setiap orang Katolik diajak menjadi seorang gunawan:
berguna dan menawan, yang berani melakukan interupsi: terlibat-tentunya tanpa terlipat dalam
suka duka hidup bermasyarakat. Keterlibatan orang Katolik bukan melulu milik Romo Mangun, para
Yesuit, Frans Seda, Benny Moerdani bukan? Sebuah informasi: sejak dulu, Gereja sudah
menyumbang-kembang beberapa anak terbaiknya bagi bangsa: Agustinus Adisucipto di Angkatan
Udara, Yosafat Sudarso di Angkatan Laut, juga Ignatius Slamet Riyadi di Angkatan Darat.

Mengapa perlu interupsi? Mengacu pada Surat Gembala 12 Februari 1952, Mgr Soegija mengatakan,
ada dua prima causa, semacam alasan dasarnya. Pertama, kewajiban kerasulan berasal dari keadaan
hidup kita: Sedjak kita dipermandikan, berkat kemurahan Tuhan, kita merasa senang dan tenang,
merasa selamat bahagia, sedjahtera dan sentosa dalam iman kita...maka dengan sendirinja kita
merasa terdorong tuk berdoa, berkorban dan berusaha supaja sesama kita pun ambil bagian dalam
kesedjahteraan dan kebahagiaan jang kita alami dalam djiwa kita dari anugerah Tuhan jang berupa
iman dan kepertjajaan itu.

Kedua, kewajiban kerasulan berasal dari sifat sosial kita: Sebagai makluk sosial kita ta mampu
hidup tiada dengan sesama kita. Sepandjang hidup kita harus pergaulan dengan orang lain.
Banjaklah keuntungan jang kita terima dari masjarakat jang kita duduki, banjak pulalah djasa jang
harus kita lakukan kepada chalajak ramai sekitar kita... Mencandra pelbagai interupsi Mgr Soegija,
wajarlah jika Romo Mangun memandang Mgr Soegija sebagai seorang Gerejawan besar dalam
Gereja dan bangsa Indonesia: Saya tidak dapat menggambarkan bagaimana akan jadinya Gereja
Katolik Indonesia seandainya dulu Mgr. Soegijapranata tidak ada.

John Sobrino, seorang teolog pembebasan, merumuskan perbedaan pertanyaan mengenai Allah di
kedua belahan bumi: Di Utara (Eropa dan Amerika Serikat/Utara), orang bertanya, Apakah Allah
ada - Di Selatan, orang bertanya, Di mana Allah. Jelaslah, dalam konteks Indonesia, setiap orang
Katolik diajak setia melakukan interupsi: menghadirkan Allah, terlebih bagi setiap korban-rakyat
tersalib. Tapi, keenyataannya, banyak orang Katolik Indonesia kadang mengalami syndrome
minority, bukan? Nah, di sinilah interupsi Mgr Soegija mendapatkan konteksnya: Orang Katolik
memang bukan bagian yang lebih besar (pars major), tetapi orang Katolik harus berusaha menjadi
bagian yang lebih baik (pars sanior). Dengan kata lain, menjadi orang Katolik Indonesia yang mau
terlibat di tengah masyarakat dewasa ini sudah merupakan satu bentuk interupsi. Kiranya le-wat
momentum tujuh-belasan ini, kita juga berani menghidupi iman kristiani sebagai sebuah interupsi.

Akhirnya, ingatlah sebuah interupsi mini Mgr Soegija, yang diambilnya dari Rupertus Meldenius dan
Augustinus dari Hippo, In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas: Dalam
kegentingan - bersatu, dalam keraguan - merdeka, dalam segala hal - cinta. - See more at:
http://www.hidupkatolik.com/2012/09/10/interupsi-atau-mati#sthash.1VJA2GrR.dpuf

Anda mungkin juga menyukai