Anda di halaman 1dari 6

1.

Piutang Umum
1.1 Pengertian Piutang
Piutang merupakan komponen aktiva lancar dalam neraca perusahaan dan juga aktiva lancar
paling besar setelah kas yang timbul akibat adanya transaksi penjualan barang dan jasa atau
pembelian secara kredit terhadap debitur. Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap
pihak lain yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa yang dijual secara kredit. Piutang bagi
kegunaan akuntansi lebih sempit yaitu untuk menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar
perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai.
Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan pendapat para ahli :
Menurut Haryono Yusuf (2005 : 52)
Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual pada si pembeli yang
timbul karena adanya suatu transaksi.
Menurut M.Munandar (2006:77)
Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan
pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo.
Menurut Lukman Syamsudin (2007:255)
Piutang merupakan tagihan yang timbul karena adanya transaksi secara kredit oleh perusahaan
kepada langganannya.
Menurut Slamet Sugiri (2009:43)
Piutang adalah tagihan baik kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang
akan diterima dalam bentuk kas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari penjualan kredit adalah timbulnya
piutang. Dengan adanya piutang berarti perusahaan mempunyai hak klaim atau tuntutan dalam
bentuk keuangan terhadap perseorangan.

1.2 Klasifikasi Piutang
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi. Berikut
klasifikasi piutang menurut para ahli :
Menurut Keiso, weygandt, warfield (2008:346), dalam oleh Emil Salim piutang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Piutang lancar (piutang jangka pendak)
b. Piutang tak lancar (piutang jangka panjang).

Menurut Michell Suherli, (2006 :202) klasifikasi piutang sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
2. Wesel tagih
3. Piutang Lain-lain
Berikut ini uraian atas :
Piutang dagang/usaha adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena penjualan
barang atau jasa. Umumnya piutang dagang memiliki jangka waktu pelaksanaan 30-60 hari.
Dokumen pendukung piutang dagang biasanya berupa dokumen jual beli : faktur penjualan
dan surat pengiriman tanpa perjanjian tertulis dari yang berhutang.
Piutang wesel adalah surat pernyataan yang berhutang atau janji pelunasan secara tertulis.
Wesel tagih biasanya memberi jangka waktu 60-90 hari atau lehih lama serta menuntut
debitur membayar bunga atas wesel tersebut.
Piutang lainnya adalah piutang yang berasal dari bukan pelanggan. Contohnya piutang
bunga, piutang karyawan, piutang deviden dan piutang pemegang saham. Piutang jenis ini
belum tentu memiliki tanggal jatuh tempo yang ditetapkan.
Berdasarkan pendapat diatas maka, dapat disimpulkan bahwa piutang mempunyai beberapa
jenis diantaranya piutang usaha, piutang wesel dan piutang lain-lain.

1.3 Penggolongan Piutang dan Umur Piutang
Menurut Muslich, (2004 :115) Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan
ke dalam 4 jenis, yaitu :
1. Piutang Lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun.
2. Piutang yang dihapuskan adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka
waktu 1 tahun.
3. Piutang macet adalah piutang tidak lancar yang berkembang terus dan setelah jatuh tempo
ditambah dengan masa kesempatan mengusahakan perbaikan selama tiga bulan setelah
jatuh tempo tersebut, piutang tidak dapat dilunasi juga piutang tersebut tergolong dalam
kategori diragukan atau macet.
4. Piutang yang harus dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi
dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/ bangkrut (tidak tertagih).
5. Piutang yang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari
piutang tidak tertagih.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa piutang merupakan hak yang muncul dari penyerahan
jasa atau penyerahan uang, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan yang mewajibkan untuk
melunasi pembayaran atas jasa yang telah diterimanya atau utangnya setelah jangka waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan.

1.4 Risiko Kerugian Piutang
Setiap kebijakan yang dilakukan perusahaan pasti akan mempunyai dampak dan pengaruh
yang ditimbulkan, baik itu yang menguntungkan atau merugikan perusahaan itu sendiri.

Menurut Budi Prijanto, (2005 : 6) mengemukakan bahwa :
Jumlah piutang yang disajikan dalam neraca hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang
diperkirakan dapat direalisir, untuk itu harus dilakukan prediksi terhadap jumlah piutang yang
mungkin tidak akan tertagih, piutang yang tidak tertagih diakui sebagai kerugian piutang.

Menurut Muslich, (2004 :116) menyatakan risiko yang mungkin terjadi dalam piutang adalah
sebagai berikut :
1. Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang
2. Risiko keterlambatan dalam pelunasan piutang
3. Risiko tidak diterimanya sebagai piutang
4. Risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang.

Berikut ini uraian atas :
Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang merupakan risiko yang terjadi apabila jumlah
risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganannya yang
tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi karena adanya stabilitas ekonomi
dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.
Risiko keterlambatan dalam pelunasan piutang merupakan risiko yang terjadi karena bagian
penagihan kurang efektif dalam menagih piutang sehingga menyebabkan keterlambatan dalam
penerimaan piutang. Hal ini juga menyebabkan timbulnya tambahan biaya penagihan. Oleh
karena itu, untuk menanggulangi semua piutang yang macet maka manajemen perusahaan
dapat memberikan sanksi atau denda kepada pelanggan sehingga dapat menekan risiko piutang
yang macet.
Risiko tidak diterimanya sebagai piutang merupakan risiko yang dapat menyebabkan
berkurangnya pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian jika jumlah
piutangnya berkurang dari yang seharusnya atau kurang dari harga pokok barang yang dijual
secara kredit. Tentu saja perusahaan tidak akan mendapatkan laba dari hasil pendapatan yang
berkurang.
Risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang merupakan risiko yang terjadi karena rendahnya
tingkat perputaran piutang, sehingga jumlah modal kerja yang ditanam dalam piutang terlalu
besar dan mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif yang akan mengakibatkan
kinerja perusahaan menjadi menurun.

1.5 Piutang Tak Tertagih
1.5.1 Pengertian Piutang tak tertagih
Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih menarik pembeli, sehingga
volume penjualan meningkat dan menaikkan pendapatan perusahaan. Dipihak lain penjualan secara
kredit sering kali mendatangkan kerugian yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak mampu
melaksanakan kewajibannya. Piutang tak tertagih timbul karena adanya resiko piutang yang tidak
dapat dibayar oleh debitur
Menurut Herry (2002:269) jika perusahaan tidak mampu menagih piutang dari pelanggan
sehingga menciptakan beban maka disebut dengan beban piutang yang tidak tertagih.
Menurut James D.Stice (2009:417) yang diterjemahkan oleh Syam Setya piutang tak tertagih adalah
sebagai berikut :
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih karena penjualan secara kredit, yang merupakan
kerugian bagi kreditur

Maka penulis menyimpulkan bahwa piutang tak tertagih adalah piutang yang tidak dibayarkan oleh
konsumen. Piutang yang telah ditetapkan sebagai piutang tak tertagih bukan merupakan aktiva lagi,
oleh karena itu harus dikeluarkan dari pos piutang dalam neraca. Piutang tak tertagih merupakan
kerugian, dan kerugian ini harus dicatat sebagai beban (expense), yaitu beban piutang tak tertagih
(bad debt expense) yang disajilan dalam laporan rugi laba.

1.5.2 Metode penghapusan piutang tak tertagih
Dalam pencatatan piutang tak tertagih ada dua metode akuntansi untuk mencatat piutang
yang diperkirakan tidak akan tertagih yaitu menurut Werren Reeve Fess (2005:407) yang
diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan metode pencatatan
piutang adalah :
Terdapat dua metode untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih yaitu
metode penyisihan (Allowance Methode), membuat akun beban piutang tak tertagih sebelum
piutang tersebut dihapus dan metode penghapusan langsung (Direct Write-off Methode) mengakui
beban bahwa hanya pada saat piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi.
Menurut Soemarso (2005:345) menyatakan bahwa metode penghapusan langsung adalah :
Metode yang mencatat kerugian karena tidak tertagihnya piutang pada saat piutang
yang bersangkutan diputuskan untuk dihapuskan.
Metode penghapusan langsung (direct write method) merupakan metode yang digunakan
untuk mencatat kerugian akibat adanya piutang tak tertagih. Dalam hal ini piutang tak tertagih
merupakan jumlah piutang yang benar-benar tak tertagih dalam suatu periode akuntansi.
Metode Penyisihan (Allawance method) Metode ini menggunakan penyisihan atau cadangan
(allowance) dalam mencatat kerugian yang timbul akibat adanya piutang tak tertagih. Dalam
hal ini pihak manajemen tidak menunggu sampai suatu piutang benar-benar tidak dapat
ditagih melainkan membuat suatu perkiraan jumlah kemungkinan piutang tidak dapat tertagih.
Jumlah kemungkinan piutang tak tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu.
Salah satu cara untuk menghitung penyisihan piutang tak tertagih adalah dengan
menerapkan presentase berbeda terhadap kelompok umur piutang tertentu. Setiap akhir periode
akuntansi, misalnya akhir bulan atau akhir tahun dibuat daftar piutang, agar dapat diketahui berapa
lama piutang suatu pelanggan telah berlalu, daftar piutang biasanya dikelompokkan menurut umur.
Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat
dibuatnya daftar piutang.
Menurut Indriyo dan Basri (2006:209) dengan diketahui umur piutang maka akan dapat
diketahui :
1) Piutang-piutang mana yang sudah dekat dengan jatuh tempo dan harus ditagih.
2) Piutang-piutang yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu dihapuskan karena sudah tidak
dapat ditagih kembali.
Dengan menggunakan umur piutang , perusahaan dapat mengetahui posisi piutang pada
periode tertentu sehingga dapat mengambil kebijakan keuangan yang tepat serta untuk
menggambarkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan.

1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang
Bambang Riyanto (2008:85-87), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya investasi dalam piutang adalah sebagai berikut :
a. Volume penjualan kredit
b. Syarat penbayaran Fpenjualan kredit.
c. Ketentuan tentang pembatasan kredit
d. Kebijakan dalam pengumpulan piutang
e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan.

Berikut ini uraian atas :
Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah
piutang dan sebaliknya makin kesil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan
memperkecil jumlah piutang
Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya
dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil
besarnya jumlah piutang.
Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar
maka besarnya piutang juga semakin besar.
Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau
pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan secara aktif dalam pengumpulan piutang
akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain
yang menjalankan kebijakannya secara pasif.
Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasikan menjadi kas dalam setahun di neraca
disajikan dalam pada bagian aktiva lancar.

Anda mungkin juga menyukai