http://nitanitott.blogspot.com/2012/01/rumah-adat-kalimantan.html 1/5
Sekarang, saya ingin membuat artikel tentang rumah adat Kalimantan. Seperti yang kita
tahu, Kalimantan itu terbagi atas empat provinsi. Yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. Dan berhubung saya ingin membahas tentang rumah
adat Kalimantan, jadi keempat provinsi tersebut akan saya bahas tentang rumah adatnya.
Pada dasarnya, rumah adat Kalimantan itu sama, yaitu rumah panjang. Hanya saja yang
membuatnya berbeda adalah model bentuk bangunannya dan namanya saja. Untuk lebih jelasnya,
akan saya jelaskan satu per satu di bawah sini. ;)
1. Rumah Betang (Kalimantan Tengah)
Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru
Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak,
dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai
mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya
jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak
biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil
ladang, kebun maupun ternak).
Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang
mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam
bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah
Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang
mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa memiliki
rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian
tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah
Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah
tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan
karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.
Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku dayak, sebenarnya rumah Betang adalah
jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan mengenai
kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan
individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama
yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi
makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang
menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para
warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita
mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak
menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial.
Rumah Adat Kalimantan
13/9/2014 Rumah Adat Kalimantan | Nita's Mine
http://nitanitott.blogspot.com/2012/01/rumah-adat-kalimantan.html 2/5
2. Rumah Panjang (Kalimantan Barat)
Rumah panjang terdiri lebih dari 50 ruangan dengan banyak dapur. Rumah ini dihuni oleh
beberapa keluarga, termasuk keluarga inti. Bahkan rumah panjang di dataran tinggi sungai Kapuas
Putussibau memiliki 54 bilik yang dihuni oleh beberapa keluarga.
Rumah panjang biasanya dibangun di atas tiang setinggi 5 sampai 8 meter seperti
panggung dan ada yang panjangnya sampai 186 meter serta lebar 6 meter. Untuk masuk ke
dalamnya pun harus melewati anak tangga atau yang dikenal dengan nama tangka.
13/9/2014 Rumah Adat Kalimantan | Nita's Mine
http://nitanitott.blogspot.com/2012/01/rumah-adat-kalimantan.html 3/5
3. Rumah Lamin (Kalimantan Timur)
Rumah Lamin merupakan rumah adat dayak, khusunya yang berada di Klaimantan timur.
Kata Rumah Lamin memililki arti rumah panjang kita semua, di mana rumah ini digunakan untuk
beberapa keluarga yang tergabung dalam satu keluarga besar. Ciri dari rumah ini berbentuk panggung
degan ketinggian kolong sampai 3 meter. Denahnya berbentuk segi empat memanjang dengan atap
pelana. Bagian gevel diberi teritis dengan kemiringan curam. Tiang-tiang rumah terdiri dari dua
bagian, bagian pertama menyangga rumah dari bawah sampai atap, bagian kedua merupakan tiang
kecil yang mendukung balok-balok lantai panggung. Baik tiang utama maupun pendukung yang
berada di bagian kolong terkadang diukir dengan bentuk patung-patung untuk mengusir gangguan roh
jahat.
Ukuran rumah lamin dapat memiliki lebar 25 meter, sedang panjangnya sampai 200 meter.
Karena panjangnya dapat terdapat beberapa pintu masuk yang dihubungkan oleh beberapa tangga
pula. Pintu masuk rumah berada pada sisi yang memanjang.Ruang dalam rumah lamin terbagi
menjadi dua bagian memanjang di sisi depan dan belakang. Sisi depan merupakan ruangan terbuka
untuk menerima tamu, upacara adat dan tempat berkumpul keluarga. Bagian belakangnya terbagi
menjadi kamar-kamar luas, di mana satu kamar dapat dihuni oleh 5 keluarga.
Rumah lamin dihias dengan ornamentasi dan dekorasi yang memilik makna filosofis khas
adat dayak. Ornamentasi yang khusus dari rumah lamin milik bangsawan adalah hiasan atap yang
memiliki dimensi sampai 4 meter dan terletak di bubungan. Warna-wara yang digunakan untuk rumah
lamin juga memiliki makna tersendiri, warna kuning melambangkan kewibawaan, warna merah
melambangkan keberanian, warna biru melambangkan loyalitas dan warna putih melambangkan
kebersihan jiwa. Pada halaman depan juga terdapat tonggak-tonggak kayu yang diukir berbentuk
patung. Tiang patung kayu yang terbesar dan tertinggi berada di tengah-tengah, bernama sambang
13/9/2014 Rumah Adat Kalimantan | Nita's Mine
http://nitanitott.blogspot.com/2012/01/rumah-adat-kalimantan.html 4/5
lawing yang dipergunakan untuk mengikat binatang korban yang digunakan dalam upacara adat.
4. Rumah Banjar (Kalimantan Selatan)
Rumah adat Banjar, biasa disebut juga dengan Rumah Bubungan Tinggi karena bentuk
pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45. Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan
telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang
kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar
Panembahan Batu Habang. Sebelum memeluk agama Islam, Sultan Suriansyah tersebut menganut
agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 1596 1620.
Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini mempunyai konstruksi berbentuk segi
empat yang memanjang ke depan. Namun perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang
tersebut mendapat tambahan di samping kiri dan kanan bangunan dan agak ke belakang ditambah
dengan sebuah ruangan yang berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut
disumbi. Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tampak menempel (dalam bahasa Banjar:
Pisang Sasikat) dan menganjung keluar. Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga
anjung; sehingga kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah Ba-
anjung.
Sekitar tahun 1850 bangunan-bangunan perumahan di lingkungan keraton Banjar,
terutama di lingkungan keraton Martapura dilengkapi dengan berbagai bentuk bangunan lain. Namun
Rumah Ba-anjung adalah bangunan induk yang utama karena rumah tersebut merupakan istana
tempat tinggal Sultan. Bangunan-bangunan lain yang menyertai bangunan rumah ba-anjung tersebut
ialah yang disebut dengan Palimasanemas dan perak sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan
kesultanan. Balai Laki adalah tempat tinggal para menteri kesultanan, Balai Bini tempat tinggal para
inang pengasuh, Gajah Manyusu tempat tinggal keluarga terdekat kesultanan yaitu para Gusti-Gusti
dan Anang. Selain bangunan-bangunan tersebut masih dijumpai lagi bangunan-bangunan yang
disebut dengan Gajah Baliku, Palembangan, dan Balai Seba.
Pada perkembangan selanjutnya, semakin banyak bangunan-bangunan perumahan
yang didirikan baik di sekitar kesultanan maupun di daerah-daerah lainnya yang meniru bentuk
bangunan rumah ba-anjung. Sehingga pada akhirnya bentuk rumah ba-anjung bukan lagi hanya
merupakan bentuk bangunan yang merupakan cirikhas kesultanan (keraton), tetapi telah menjadi ciri
khas bangunan rumah penduduk daerah Banjar.
13/9/2014 Rumah Adat Kalimantan | Nita's Mine
http://nitanitott.blogspot.com/2012/01/rumah-adat-kalimantan.html 5/5
Nah that's my article about Borneo's Traditional House. Next time I'll make article about traditional
dance of Central Borneo. :)
Selamat Membaca! :D