II.1 Intensifikasi berhasil Sumatera Barat terus melakukan intensifikasi pertanian guna mencapai produksi pangan secara maksimal. Provinsi tersebut menjadi salah satu dari 12 provinsi penyangga produksi beras nasional dengan cara bisa menyumbang 826.000 ton beras untuk mencapai target swasembada beras nasional yang membutuhkan pasokan produksi 10 juta ton. Langkah yang dilakukan dengan mengurangi konsumsi beras. Saat ini konsumsi beras di provinsi tersebut telah mencapai angka 117 kilogram per kapita per tahun. Adapun tahun 2012 konsumsi beras di Sumatera Barat mencapai 123 kilogram per kapita per tahun. Pada sambutan di Peringatan Hari Pangan Seduina di Padang (Kamis, 31 Oktober 2013), Gubernur Sumatera Barat telah melakukan percepatan dan perluasan teknologi serta hasil riset untuk peningkatan SDM, petani, dan penyuluh, serta upaya pengendalian hama penyakit.
II.2 Intensifikasi gagal Pulau Lombok salah satu kawasan pertanian sebagai penyumbang stok beras nasional, tetapi daerah ini tidak luput dari ancaman bencana kekeringan dan banjir sebagai akibat musim hujan yang tidak menentu, sehingga berpotensi terjadinya bahaya (hazard) berupa gagal tanam dan panen padi serta risiko penurunan produksi dan produktivitas yang mengganggu ketahanan pangan. Mengacu pada kebiasaan pola tanam dan rentang waktu periode tanam padi pada musim hujan (wet season) di Pulau Lombok NTB yang umumnya berlangsung dari pertengahan bulan November hingga bulan Februari/Maret, maka pada analisis ini ada dua hazard (bahaya) yang dikaji. Hazard yang pertama adalah potensi gagal tanam dan yang kedua adalah potensi gagal panen untuk komoditas padi. Potensi gagal tanam akan terjadi jika ketersediaan air yang terlalu sedikit, sedangkan pada periode tanam November Februari, masa tanam dilakukan pada awal November hingga pertengahan November. Oleh karena itu untuk mengetahui potensi gagal panen dilakukan analisis ekstrim untuk minimum ketersediaan air pada bulan November. Potensi bahaya ini akan menurunkan produktivitas padi. Potensi gagal bunting (premordial) akan terjadi jika ketersediaan air yang terlalu sedikit, sedangkan pada periode tanam November Februari, masa premordial terjadi pada pertengahan hingga akhir bulan Desember. Oleh karena itu, untuk mengetahui potensi gagal bunting dilakukan analisis ekstrim untuk minimum ketersediaan air pada bulan Desember. Potensi bahaya ini akan menurunkan hasil produktivitas padi.
Potensi gagal panen terjadi karena rebahnya batang padi akibat hujan lebat disertai angin kencang dan banjir. Namun dalam analisis ini tidak dilakukan analisis terhadap angin, hanya pada besarnya hujan yang terjadi. Periode tanam berlangsung pada akhir bulan Februari dan Maret, namun pada umumnya dilakukan pada bulan Februari. Oleh karena itu, analisis potensi kegagalan panen dilakukan untuk kondisi ekstrim basah pada total run off bulan Februari.
II.3 Ekstensifikasi gagal Upaya Pemkot Surabaya untuk menambah luasan Lahan Pembuangan Akhir (LPA) Benowo ada tahun 2009 ini gagal total. Kegagalan ini berakibat LPA Benowo dalam 4-5 tahun mendatang terancam ditutup karena sudah tidak mampu menampung sampah lagi. Sesuai rencana, perluasan lahan ini mengharuskan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya membebaskan lahan seluas 5, 5 hektar. Kepala Bidang Prasarana dan Sarana DKP Kota Surabaya Aditya Wasita mengakui hingga kini pihaknya belum bisa merealisasikan pembebasan lahan milik warga. Padahal, pihaknya sudah menganggarkan Rp 9 miliar dari APBD 2009. Pemilik lahan di sana mematok harga tanah yang cukup tinggi sehingga melebihi NJOP ( Nilai Jual Obyek Pajak). Sedangkan pihak terkait hanya mampu membeli dengan harga harga Rp 180 ribu per meter persegi.
Untuk itu pihaknya terus melakukan pendekatan terhadap warga. Mengingat kebutuhan lahan untuk perluasan TPA ini sangat mendesak. Karena untuk anggaran tahun 2009 ini tidak terealisasi, maka untuk tahun 2010 mendatang, sudah mengajukan lagi anggaran untuk pembebasan lahan di sana. Memang harga tanah di sana terus bergerak seiring dengan adanya pembangunan Surabaya Sport Centre (SSC).
Dengan kondisi lahan TPA Benowo yang seluas 30 hektar saat ini, memang jauh dari ideal. Sebab, dengan luasan tersebut, diprediksi TPA Benowo hanya bisa bertahan 4 hingga 5 tahun ke depan. Setelah itu tidak bisa dipakai untuk membuang sampah karena sudah penuh sesak.
Untuk itu, pihaknya terus melakukan pembebasan lahan di sana. Direncanakan, pihaknya melakukan pembebasan lahan secera bertahap setiap tahunnya hingga mencapai 100 hektar yang merupakan luasan yang ideal. Apalagi, rencananya, perluasan lahan ini juga akan dipakai untuk pendirian pabrik pengolahan sampah yang dibangun pemkot bekerja sama dengan investor.
Jika nanti lahannya TPA Benowo mencapai 100 hektar, maka umurnya bisa mencapai 10 hingga 15 tahun. Dengan demikian, kami tidak perlu mencari lahan pengganti TPA Benowo karena masih bisa dibuangi sampai hingga 15 tahun ke depan, tegasnya
4
Sementara itu Ketua Komisi C yang membidangi pembangunan Sachiroel Alim menyatakan kecewa dengan kinerja DKP yang tidak mampu merealisasikan pembebasan lahan di sekitar TPA Benowo meski anggaran sudah siap. Untuk itu, pihaknya meminta segera DKP bertindak aktif melakukan negoisasi dengan pemilik tanah, mengingat kebutuhan tanah untuk kebutuhan perluasan TPA sangat penting.
Jika memang Pemkot membutuhkan, ya harus mengalah terhadap pemilik lahan. Paling tidak menaikan harga beli karena memang tanah di sana harganya terus naik karena dekat dengan SSC, katanya.n edo http://www.surabayapagi.com/index.php?read~Perluasan-Lahan-Gagal- ;3b1ca0a43b79bdfd9f9305b8129829624e2c8ff59265eb9200d193ec9003dba6
II.4 Ektensifikasi berhasil Perluasan Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, sudah mendapat restu dari Kementerian Keuangan. Surat izin pemanfaatan lahan yang diajukan PT Angkasa Pura I, dalam waktu dekat akan dikeluarkan.
Direktur Utama AP I, Tommy Soetomo dalam acara Musrenbangnas 2014, Rabu 30 April 2014, mengatakan bahwa perbedaan pendapat, khususnya mengenai nilai jual objek pajak (NJOP) tanah milik TNI Angkatan Udara yang akan digunakan sudah mendapatkan titik temu.
"Saya pikir itu salah paham saja, sebab yang kami sampaikan sudah benar dan tim Kemenkeu sudah lihat lokasi sebenarnya. Kan, pada waktu itu tanahnya rawa dan kami sampaikan, mereka sudah cek dan melakukan koreksi," ujarnya.
Setelah surat itu keluar, perluasan bandara tersebut sudah bisa segera dilakukan. Investasi proyek sebesar Rp1,5 triliun tersebut, diperkirakan selesai dalam dua tahun.
"Langsung kami kerjakan, yang dibuat pertama pekerjaan jalan, kan masih rawa. Pintu masuk apron nanti, setelah itu baru terminal dan bangunan pendukung," ungkapnya. Dengan perluasan bandara tersebut, kapasitas yang ditingkatkan sekitar 2,5 kali lipat lebih besar dibandingkan saat ini. Kapasitas yang mampu ditampung Bandara 5
Ahmad Yani saat ini sebanyak tiga juta penumpang. "Kami bangun, mudah- mudahan jadi 10 juta penumpang," tambahnya. http://palingaktual.com/503592/lahan-beres-perluasan-bandara-ahmad-yani-segera- dimulai/read/
BAB III PENUTUP
III. 1 Kesimpulan 1. Intensifikasi merupakan usaha untuk meningkatan hasil dari suatu penggunaan lahan, sedangkan ektensifikasi merupakan perluasan yang dilakukan dalam hal penggunaan lahan tersebut. 2. Intensifikasi dan ekstensifikasi pada kenyataannya dapat berhasil ataupun gagal, sehingga ada langkah-langkah yang harus diambil untuk membuat usaha tersebut berhasil. III. 2 Saran 1. Pemerintah ataupun usaha yang akan melakukan ekstensifikasi maupun intensifikasi harus memiliki aturan dan target yang akan dicapai agar berhasil. Selain itu juga memiliki rencana apabila kegiatan tersebut gagal, serta mengevaluasinya agar pada kegiatan selanjutnya dapat berhasil.