A. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu menguasai hakekat pendidikan budi pekerti. B. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu 1. Memahami arti dan pentingnya pendidikan budi pekerti 2. Memahami ruang lingkup dan unsur-unsur pendidikan budi pekerti C. Indikator Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat 1. Menjelaskan latar belakang pendidikan budi pekerti 2. Menjelaskan pengertian pendidikan budi pekerti 3. Membedakan pendidikan budi pekerti dengan pendidikan afektif, pendidikan nilai, pendidikan moral dan pendidikan karakter. 4. Mendeskripsikan ruang lingkup pendidikan budi pekerti 5. Mendeskripsikan unsur-unsur pendidikan budi pekerti D. Maters I. Latar belakang pendidikan budi pekerti II. Pengertian pendidikan budi pekerti, pendidikan afektif, pendidikan nilai, pendidikan moral dan pendidikan karakter III. Ruang lingkup pendidikan budi pekerti IV. Unsur-unsur pendidikan budi pekerti
I. Latar belakang pendidikan budi pekerti Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya pendidikan moral atau penddikan budi pekerti atau pendidikan karakter dibangkitkan kembali. Hal ini bukan hanya dirasakan oleh bangsa dan masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara maju. Bahkan, di negara-negara Industri di mana ikatan moral menjadi semakin longgar, masyarakatnya mulai merasakan perlunya reviitalisasi pendidikan moral yang pada akhir-akhir ini mulai dilupakankan.Pendidikan moral harus ada di sekolah dengan merevisi materi maupun strategi pembelajarannya sesuai dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Munculnya tuntutan untuk menyelenggarakan pendidikan budi pekerti ataupun pendidikan nilai terutama didasarkan pertimbangan 3 (tiga) hal sebagai berikut : 1. Melemahnya ikatan keluarga. Keluarga yang secara tradisional merupakan guru pertama dari setiap anak, mulai kehilangan fungsinya. Kesibukan kedua orangtua mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga menyebabkan mereka lebih banyak menggunakan waktunya di luar rumah. Dengan demikian, terjadi sejenis kekosongan (vacuum) moral di dalam perkembangan hidup anak. Hancurnya keluarga menyebabkan hidup anak-anak menjadi terlantar. Perceraian menjadi sesuatu yang biasa dan akan sangat memukul kehidupan emosional anak serta menjadi perangsang bagi kelainan kelakuan seperti berbagai jenis kenakalan dan tawuran di kalangan remaja. Sudah terjadi sejenis disintegrasi keluarga yang menuntut sudah waktunya untuk menghidupkan kembali pendidikan watak atau pendidikan budi pekerti dan pendidikan nilai-nilai di lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Dengan demikian, sekolah telah berganti peran menjadi pengganti keluarga di dalam memperkenalkan nilai- nilai moral yang tidak Iagi diperoleh oleh anak dalam keluarga. Dalam hal ini, sekolah telah mempunyai tugas ganda selain tugas pokoknya mengaj ar, tetapi juga mendidik. Dalam kehidupan keluarga yang tidak tenteram, anak sukar untuk belajar. Oleh sebab itu, sekolah perlu memperhatikan atau mewujudkan suatu masyarakat moral dalam kehidupan sekolah yang membantu anak-anak, yang tidak memperolehnya lagi dalam lingkungan keluarganya. 2. Kecenderungan negatif di dalam kehidupan remaja dewasa ini, temtama di kota- kota besar sering terjadi perkelahian, tawuran di kalangan anak-anak SMA, perkelahian di kalangan mahasiswa bahkan telah merembet menjadi tawuran antar kampung. Kita dapat menyaksikan hal ini melalui siaran televisi atau mdia masa lainnya bagaimana maraknya tawuran antar warga di Jakarta pada bulan Juni 2011 yang lalu. Hal ini baru merupakan sebagian, dan perilaku menyimpang di kalangan remaja, pemuda, serta masyarakat yang sedang sakit, yang menurut hasil penelitian merupakan akibat dari disintegrasi keluarga seperti poor- parenting. Para generasi muda telah kehilangan pegangan dan keteladanan dalam meniru perilaku yang etis. Mereka kehilangan model orang dewasa yang dapat digugu dan ditiru. Gejala kehidupan pemimpin masyarakat yang diistilahkan di dalam gaya hidup KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) menunjukkan bahwa masyarakat itu sendiri juga telah kehilangan pegangan nilai-nilai moralnya. Tidak mengherankan apabila generasi muda yang kehilangan pegangan di dalam Iliigkuiigan primernya, yaitu keluarga dan menghadapi keadaan yang lebih parah di dalam masyarakat sekitarnya. Dengan demikian semakin terlihat fenomena meningkatnya tingkah laku kekerasan dari para remaja dan pemuda, ketidakjujuran, pencurian, krisis kewibawaan, kehidupan hura-hura , menurunnya etos dan etika kerja, penyelewengan seksual, meningkatnya egoisme dan menurunnya tanggung jawab warga negara (civil responsibzlity). Dengan singkat para remaja pemuda cenderung kepada tingkah laku yang self destructive dan kebutaan etika (ethical ilileracy). Kecenderungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba), penyelewengan seksual para remaja dan pemuda di sekitar kita, sangat mengkhawatirkan dan diambang kritis yang sangat meresahkan kalangan pendidik dan orang tua. Apalagi pada saat ini ( tahun 2009/2010) telah pula beredar rekaman prilaku asusila dari penyanyi terkenal yang digandrungi remaja dengan bintang film terkenal pula merupakan venomena baru yang muncul di masyarakat remaja. Dengan sifat ingin tahu yang sangat tinggi pasti mereka mencari rekaman itu, meskipun banyak remaja yang mengecam perbuatan itu.Perselingkuhan antar artis yang telah menikah yang disiarkan pada acara tertentu oleh Televisi swasta demikian juga dengan berita kawin cerai para artis seakan jadi hal yang wajar dan boleh dilakukan siapa saja. jika hal ini dianggap oleh masyarakat sebagai hal yang wajar apalagi oleh anak-anak yang tergolong remaja, apakah kita tidak perlu mencemaskannya. 3. Suatu kebangkitan kembali dan perlunya nilai-nilai etik, moral, dan budi pekerti dewasa ini telah timbul suatu kecenderungan masyarakat yang mulai menyadari bahwa dalam masyarakat terdapat suatu kearifan mengenai adanya suatu moralitas dasar yang sangat esensial dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, para orang tua dan pendidik yang lebih dewasa harus mendorong tumbuhnya moralitas dasar tersebut dengan jalan mengajar kepada generasi muda secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka menghormati nilai-nilai tersebut. Generasi muda perlu disadarkan akan tanggung jawabnya untuk hidup bersama dengan menghormati nilai-nilai dasar tersebut seperti saling mempercayai, kejujuran, rasa solidaritas sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan lainnya. Nilai-nilai tersebut bukanla nilai-nilai subjektif, tetapi nilai-nilai objektif yang merupakan dasar perekat dan pengikat dari nilai hidup bersama. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai hakikat kemanusiaan (hukum dignity) untuk meningkatkan kemakmuran hidup bersama.
II. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Afektif, Pendidikan Nilai Dan Pendidikan Karakter Pengertian pendidikan budi pekerti, pendidikan afektif pendidikan nilai, pendidikan moral dan pendidikan karakter seringkali mernbingungkan dan mengaburkan satu sama lain. Untuk itu, perlu dibahas secara rinci mengenai perbandingannya. Pengertian budi pekerti mengacu kepada pengertian dalam bahasa Inggris, yang diterjemahkan sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian aotara lain: (a) adat istiadat, (h) sopan santun, dan (c) perilaku. Namun, pengertian Budi Pekerti secara hakiki adalah perilaku. Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis kata etika sangat dekat dengan moral. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, jamak: ta etha) yang berarti adat kebiasaan. Adapun Moral berasal dari babasa latin mos (jamak: mores) yang juga mengandung arti adat kebiasaan. Etika ialah srudi tentang cara penerapan hal yang baik bagi hidup manusia, yang menurut Solomon (1984: 2) mencakup dua aspek, yaitu (1) Disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya; (2) Nilai-nilai hidup nyata dan hukum tingkah laku manusia yang menopang nilai- nilai tersebut, Bertens (1993;4) mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari adat kebiasaan, termasuk didalamnya moral yang mengandung nilai dan norma yang menjadi pegangan sekelompok orang bagi pengaturan tingkah lakunya. Dalam kaitannya dengan budi pekerti, etika membahasnya sebagai kesadaran seseorang untuk membuat pertimbangan moral yang rasional mengenai kewajiban memutuskan pilihan yang terbaik dalam menghadapi masalah nyata. Keputusan yang diambil seseorang wajib dapat dipertanggungjawabkan secara moral terhadap diri dan 1 ingkunganny a. Berdasarkan deskripsi bagian di atas, dapat diuraikan konsep utama budi pekerti sehingga dapat dikemukakan batasan pengertian masing-masing dilihat dari 3 (tiga) pendekatan utama, yaitu sebagai berikut. Program Sarjana (S-l) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan UNIMED 2012 a. Pendekatan Etika (Filsafat Moral) Budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan dan menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya. Sedangkan watak itu merupakan keseluruhan dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral seseorang yang baik, yang dicakup dalam satu istilah sebagai kebajikan.
b. Pendekatan Psikologi Budi pekerti mengandung watak moral yang baku dan melibatkan keputusan berdasarkan nilai-niiai hidup. Watak seseorang dapat dilihat pada perilakunya yang diatur oleh usaha dan kehendak berdasarkan hati nurani sebagai pengendali bagi penyesuaian diri dalam hidup bermasyarakat (Hurlock, 1978: 8).
c. Pendekatan Pendidikan Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai- nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama (Banks, 1990: 429; Jarolimek, 1990: 53). Selanjutnya dalam Taksonomi Bloom, pendidikan budi pekerti menekan ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikii rasional) dan ranah skill psikomotorik (kerampilan, terampil mengolah data mengemukakan pendapat, dan kerja sama). Menurut Jarolimek (1990: 53-57) untuk mcnghindari kcrancuan pendidikai budi pekerti dengan jenis pendidikan afektif, pendidikan nilai, pendidikan moral, dai pendidikan karakter maka perlu dikemukakan pengertian masing-masing sebaga berikut. 1. Pendidikan Afektif Pendidikan ini berusaha mengembangkan aspek emosi atau perasaan yz umumnya terdapat dalam pendidikan humaniora dan seni, namun juga dihubungka dengan sistem nilai-nilai hidup, sikap, dan keyakinan untuk mengembangkan moral dan watak seseorang 2. Pendidikan Nilai-Nilai Pengembangan pribadi siswa tentang pola keyakinan yang terdapat dalam sistem keyakinan suatu masyarakat tentang haJ baik yang hams dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari. Dalam nilai-nilai ini terdapat pembakuan tentang hal baik dan hal buruk serta pengaturan perilaku. Nilai-nilai hidup dalam masyarakat sangat banyak jumlahnya sehingga pendidikan berusaha membantu untuk mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara konsisten dan menjadi kebiasaan dalam hidup bermasyarakat. 3. Pendidikan Moral Berusaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan kehendak masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi nilai- nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat. Karena menyangkut dua aspek milah, yaitu (a) nilai-nilai, dan b) kehidupan nyata, maka pendidikan moral lebih banyak membahas masalah dilema (sepcrti makan buah simalakama) yang berguna untuk mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri dan masyarakatnya. 4. Pendidikan Karakter Sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.Sa,at ini Pendidikan Karakter merupakan prioritas utama departemen pendidikan nasional yang dituangkan dalam Rencana aksi Nasional Pendidikan Karakter 2010.Pendidikan Karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menberikan keputusan baik-buruk, memelihara apayang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari deng scpenuh hati. 5. Pendidikan Budi Pekerti Pendldikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah ya bertujuaii aiengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-ni dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melal kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afek (perasaan dari sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional) dan ran skill/psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendap; dan kerja sama). Sementara itu, pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulu berbasis kompetensi dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional. a Pengertian Pendidikan Budi Pekerti secara konsepsional mencakup hal-hal sebag berikut. s (1) Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yai berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang ak; datang. (2) Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perilal peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupn; secara selaras, serasi, seimbang (lahir batin, material spiritual, dan individu sosial). (3) Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhn^ yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajan dan latihan serta keteladanan. b, Pengertian Pendidikan Budi Pekerti secara Operasional adalah upaya unti membekali para peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumhuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya, agar memili] hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalai
roela^ r^anakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian, lerbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berapa ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa. ID. Ruang Lingkup Materi Dan Substansi Pendidikan Budi Pekerti Ruang lingkup materi budi pekerti menurut Milan Rianlo, (2001: 4 10) secara garis besar dapat dikelompokkan dalam tiga hal nilal akhlak yaitu sebagai berikut. (1). Akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa (2) Akhlak terhadap manusia (3) Akhlak texhadap Iingkungan; yang masing-masing terdiri pula dari beberapa bagian. Selanjutnya dijelaskan bagian dari luang lingkup pendidikan budi pekerti di bawah ini. (1) Akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa a. Mengenal Tuhan 1) Tuhan Sebagai Pencipta Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan semua benda yang ada d sekeliling kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang Mahakuasa. Kita harus percaya kepada Tuhan yang rnencfptakan alam semesta ini, artinya kita wajib mengakui dan meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu memang ada. Kita harus beriman dan bertakwa kepada-Nya dengan yakin dan patuh serta taat dalam menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semua agama mempunyai pengertian tentang ketakwaan, secara umum takwa berarti taat melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jadi, kita harus ingat dan waspada serta hati-hati jangan sampai melanggar perintah-Nya. 2) Tuhan sebagai Pemberi (pengasih, penyayang) Tuhan Yang Maha Esa adalah maha pemberi. pengasih, dan penyayang. Asalkan kita meyakini akan keberadaannya dan akan kekuasaan dan kebesaranNya maka Tuhan akan memberikan apa pun yang kita minta. Dalam ajaran agama disebutkan "Mintalah kepada-Ku, Niscaya aku akan memberinya". Oleh karena itu, janganlah kita merasa bosan untuk berdoa dan memohon, jangan pula cepat menyerah, tetapi harus tetap berusaha dengan sekuat tenaga. Setiap akan melakukan suatu pekerjaan jangan lupa membaca doa agar mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan serta selamat. Setelah selesai sampaikan rasa syukur kita, misalnya dengan mcngucapkan alhamdulillah, terimakasih Tuhan. 3) Tuhan sebagai Pemberi Balasan (baik dan buruk) Selain Tuhan maha pemberi, juga akan selalu memberi balasan terhadap apa yang kita kerjakan di manapun dan kapanpun. Jika kita berbuat baik, pasti Tuhan akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala yang berlipat ganda; tetapi sebaliknya jika berbuat buruk/jahat, Tuhan pun akan membalasnya dengan siksa dan dosa. Menurut norma agama, jika kita melanggar perintah Tuhan maka kita akan mendapatkan hukuman dari Tuhan karena kita berdosa. Oleh karena itu, marilah kita berbuat baik dan beribadah sesuai dengan ajaran agama kita masing-masing. Sikap ini sangat baik bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keadaan kehidupan bermasyarakat akan lebih baik apabila semua umat beragama melaksanakan ajaran agamanya dengan penuh kesadaran, ketakwaan dan keikhlasan. b. Hubungan Akhlak kepada Tuhan Yang Maha Esa 1) Ibadah/Menyembah a) Umum Kita mengenal pencipta dan yang diciptakan (AI-Khalik dan makhluk). Manusia sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban terhadap Sang Pencipta dan kewajiban terhadap sesama manusia: Kewajiban terhadap Tuhan ialah melaksanakan perintah- Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Perbuatan yang dilakukan karena perintah- Nya disebut ibadah. Semua perbuatan baik yang kita lakukan merupakan ibadah, tentu, saja yang berada dalam bingkai perintah-Nya. Perintah dan larangan-Nya ada dalam kitab suci yang diturunkan-Nya, selain itu juga contoh perbuatan yang diberikan oleh para Nabi dan Rasul. Banyak perbuatan baik yang merupakan ibadah yang bersifat umum yang diajarkan oleh agama yang ada di dunia ini, seperti tolong- menolong dalam kebaikan, kasih sayang, bersikap ramah dan sopan, bekerja keras dalam mencari nafkah, dan tolong-menolong dalam kebaikan. b) Khusus Selain dari ibadah umum, ada juga ibadah yang bersifat khusus. lbadah yang bersifat khusus adalah ibadah yang pelaksanaannya mempunyai tata cara tertentu. Dalam ajaran Islam, misalnya ajaran shalat, puasa, zakat dan haji ibadah ini. Ada petunjuk khusus dalam pelaksanaannya bila tidak diikuti maka ibadahnya tidak sah. 2) Meminta Tolong kepada Tuhan a) Usaha atau Upaya Tuhan tidak akan menurunkan sesuatu kepada manusia, seperti itu yang memberikan makanan kepada anaknya. Tuhan tidak akan menjatuhkan uang berkarung-karung dari langit karena kita dituntut berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Ajaran agama menyebutkan Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak mengubahnya. Ini menunjukkan bahwa kita harus berusaha untuk memperbaiki keadaan kita. Jika Bangsa Indonesia ingin sejahtera, adjl dan makmur maka bangsa Indonesia sendirilah yang harus mengubahnya. Melaksanakan perubahan harus sesuai dengan cara-cara yang benar, tidak korup, jujur, ikhlas dalam bekerja, serta berdoa dengan keras. Setiap agama mengajarkan kepada umatnya untuk berdoa "mintalah kepadaKu maka aku akan mengabulkan "Ingatlah padaku maka aku akan ingat padamu. (2). Akhlak terhadap Sesama Manusia a. Terhadap Diri Sendiri Setiap manusia harus mempunyai jati diri. Dengan jati diri, seeorang mampu menghargai dirinya sendiri; mengetahui kemampuannya, kelebihan dan kckurangannya; serta dapat menjawab beberapa pertanyaan: Siapakah saya ini? Apakah saya berguna atau tidak bagi orang lain? Mengapa saya harus berbuat lebih baik? Bagaimana caranya dapat berguna bagi diri sendiri atau orang lain dan masyarakat serta bangsa dan negara? Di mana saya harus berbuat baik, dan sebagainya. Jika kita dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan baik dan benar, kita akan mempunyai konsep diri yang positif. Kita harus berkelakuan dan berbuat baik setiap hari di mana saja. Kita pun harus berkarya demi kegunaan kita sendiri, keluarga dan masyarakat bahkan bangsa dan negara. b. Terhadap orang tua Orang tua adalah pribadi yang ditugasi Tuhan untuk melahirkan, membesarkan, memelihara, dan mendidik kita, maka sudah sepatutnya seorang anak menghormati dan mencintai orang tua serta taat dan patuh kepadanya. Beberapa sikap yang perlu kita perhatikan dan lakukan kepada orang tua adalah sebagai berikut. (1) Memohon izin, memberi salam pada waktu mau pergi dan pulang dari sekolah, lebih baik lagi jika mencium tangannya. (2) Memberitahukan jika kita mau pergi ke mana dan berapa lamanya. (3) Gunakan dan peliharalah perabot atau barang-barang yang ada di rumah b'ta yang menjadi milik orang tua kita. (4) Tidak meminta uang yang berlebihan dan jangan bersifat boros. (5) Harus membantu pekerjaan yang ada di rumah, misalnya mcmbersihkan rumah, memasak dan mengurus tanaman. (6) Kalau ada pembantu di rumah, kita harus memperlakukannya sebagai sesarna manusia yang sederajat dengan kita. Dan segi martabat kemanusiaan pembantu perlu diperlakukan sebagai bagian anggota keluarga yang perlu dijamin hak azasinya Bersikaplah hormat, menghargai, dan mintalah saran, pendapat, petunjuk, dan bimbingannya. Karena orang yang lebih tua dari kita, pengetahuannya, pengalamannya, dan kemampuannya lebih dari kita. Manapun kita berjumpa berikan salam dan datanglah ke tempat orang yang lebih tua dari kita. Jika kita mempunyai saran dan pendapat maka sampaikanlah dengan tenang, tertib, dan tidak menyinggung perasaannya. Lebih baik kita merendah daripada sombong. d. Terhadap sesama Melakukan tata krama dengan teman sebaya memang agak sulit karena mereka merupakan teman sederajat dan sehari-hari berjumpa dengan kita sehingga sering lupa memperlakukan mereka menurut tata cara dan sopan santun yang baik. Sikap yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut: (1) menyapa jika bertemu; (2) tidak mengolok-olok sampai melewati batas; (3) tidak berprasangka buruk; (4) tidak menyinggung perasaannya; (5) tidak memfitnah tanpa bukti; (6) selalu menjaga nama baiknya; (7) menolongnya jika mendapat kesulitan. Selain itu, kita pun hams bergaul dengan semua teman tanpa memandang asal-usul keturunan, suku bangsa, agama, maupun status sosial. Janganlah membentuk kelompok the beauties yang terdiri dari orang-orang yang merasa dirinya cantik atau kelompok file handsome yang terdiri atas orang-orang yang merasa diriny tampan atau ganteng atau kelompok anak-anak pejabat.Masuklah ke kelompok bisa membimbing diri kita ke arah yang lebih baik seperti kelompok keagamaan, kelompok olah raga, atau kelompok yang bersifat sosial, atau bentuk kelompok lainnya yang dapat mengembangkan pribadi ke arah yang lebih baik atau dapat menambah pengetahuan dan keterampilan.. c Terhadap orang yang lebih muda Yang lehih tua seharusnya melindungi, menjaga, dan membimbing yang lebih muda. Berilah mereka petunjuk, nasihat atau saran/pendapat yang baik sehingga akan berguna bagi kehidupannya yang akan datang. Perangai kita yang buruk atau jelek janganlah diperlihatkan kepada orang yang lebih muda dari kita, sebab khawatir mereka mencontoh dan mengikutinya.. (3) Akhlak terhadap Lingkungan a. Alam (1) Flora Manusia tidak mungkin bertahan hidup tanpa adanya dukungan lingkungan alam yang sesuai, serasi seperti yang dibutuhkan, Untuk itulah kita harus mematuhi aturan dan norma demi menjaga kelestarian dan keserasian hubungan antara manusia dengan alam sekitaniya. Tumbuh-tumbuhan (flora) sangat berguna bagi kehidupan manusia, misalnya sayuran, buah-buahan, dan padi. Bahkan tidak sedikit tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk obat. Hutan harus dapat dilestarikan sebab dari hutan pun banyak hasil yang didapatkan misalnya kayu, rotan, dan Iain-lain. Tidak sedikit pula perkebunan menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan penduduk, misalnya perkebunan teh, kopi, kelapa sawit, cokelat, dan Iain-lain. Oleh karena itu, jagalah dan peliharalah lingkungan kita dengan baik. (2) Fauna Bumi Indonesia dikaruniai Tuhan berbagai fauna. Hal ini memperkaya keindahan dan kemakmuran penduduk. Hewan-hewan ada yang dipelihara, diternakkan, ada juga yang masih liar. Peternakan yang banyak menghasilkan dan menguntungkan misalnya sapi, kerbau, kambing, sedangkan yang dipelihara untuk kunjungan wisata misahiya harimau, banteng, buaya, gajah, dan sebagainya. Flora dan fauna adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, wajib kita lestarikan. b. Sosial-Masyarakat-Kelompok Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Bagaimanapun keadaannya atau kemampuannya pasti memerlukan bantuan orang Iain, misalnya peristiwa melahirkan, khitanan, perkawinan, dan kematian. Hubungan antara manusia dengan manusia dalam masyarakat ataupun kelompok harus selaras, serasi, dan seirnbang. Kita harus saling menghormati, menghargai, dan tolong- menolong untuk mencapai kebaikan. Jika mampu bantulah orang miskin dan yatim piatu sesuai dengan ajaran agama kita. Jika masyarakat membangun nimah ibadah atau sarana keagamaan ikutlah berpartiaipasi. Jika ada tertangga yang inengalami musibah usahakan untuk mengunjunginya menyatakan turut berdukacita atau belasungkawa. IV. Unsur-Unsur Pendidikan Budi Pekerti Penekanan pendidikan budi pekerti dan pengetahuan di sekolah harus diseimbangkan. Pengertian keseimbangan di sini lebih menekankan pada kebutuhan dari aspek perkembangan manusia. Untuk membantu melihat hal tersebut kiranya reriu dilihat perkembangan kognitif, dan perkembangan moral. Dengan melihat abapan-tahapan perkembangan moral dan perkembangan kognitif, bisa dilihat faeseimbangan penekanan pendidikan budi pekerti dan pengetahuan. Pendidikan dasar fcaus ditekankan dan diprioritaskan pada penanaman nilai dibandingkan dengan Kogajaran nilai-nilai dasar penghargaan terhadap orang lain, religiusitas, sosialitas, gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang. tanggung jawab, penghargaan terhadap lingkungan, harus diberikan sesuai dengan tingkat pemahaman mak. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal, pengajaran akademik, semakin besar porsinya. Pada taraf pendidikan rendah nilai-nilai dasar dikenalkan dan proses penanamannya diulang terus-menerus sampai ke jenjang sekolah menengah. Tahap demi tahap ditingkatkan dan harus mampu mengantar anak pada proses kesadaran peaghayatan dan pembentukan nilai hidup. Semakin banyak guru memperkenalkan nilai-nilai (value) dan kesadaran ilmiahnva tinggi, akan semakin yakin bahwa apa yang dianut dan diyakini guru adalah sesuatu yang baik, berharga, dan pantas selalu cfiperjuangkan. Nilai-nilai tersebut baik berupa nilai kehidupan maupun nilai-nilai yang bersifat akademis (ilmiah). Selain memperhatikan perkembangan kognitif dan moral anak, perlu juga tfiperhatikan segi empati dan kecerdasan ernosional anak. Secara terperinci keempat unsur tersebut, yaitu perkembangan kognitif anak, perkembangan moral anak, empati, dan kecerdasan emosional dijelaskan sebagai berikut. 1. Perkembangan Kognitif menurut Piaget Piaget membagi perkembangan kognitif seseorang dalam empat tahap, yaitu sensori motor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Tahap sensori motor terjadi pada umur sekitar 0-2 tahun. Pada tahap ini anak dicirikan dengan tindakannya yang suka meniru dan bertindak secara refleks. Anak dalam tahap ini hanya memikirkan apa yang terjadi sekarang. Anak akan meniru apa yang diperbuat orang dewasa. Oleh karena itu, model penanaman nilai dilakukan dengan cara menirukan, dan orang dewasa sebagai teladan yang ditirukan. f k ) Pada tahap praoperasional yang terjadi pada umur 2-7 tahun, anak mulai \jy menggunakan simbol dan bahasa. Dengan penggunaan bahasa, anak mulai dapat memikirkan yang tidak terjadi sekarang, tetapi yang sudah lalu. Dengan adanya bahasa maka ia dapat mengungkapkan sesuatu hal lebih luas daripada yang dapat dijamah, yang sekarang dilihatnya. Dalam hal sikap pribadi, anak pada tahap ini bersikap egoentris, berpikir pada diri sendiri. Penanaman nilai mulai dapat menggunakan bahasa, dengan bicara dari sedikit penjelasan. Pada tahap operasional konkrit (7-11 tahun) anak sudah berpikir 'transformasi reversible (dapat dipertukarkan) dan kekelan. Dia dapat mengerti perpindahan benda, mulai dapat mmbuat klasifikasi, namun dasarnya masih pada hal yang konkrit. Anak sudah mulai dapat mengerti persoalan sebab akibat. Oleh sebab itupun dalam penanaman nilai sudah dapat dikenalkan suatu tindakan dengan akibat yang baik dan yang tidak baik. Misalnya perbuatan berbohong tidak ada baiknya demikian juga dengan mengambil milik orang lain tanpa ijin apa akibat tidak baiknya Pada tahap operasional formal (umur 11 tahun ke atas ) anak sudah dapal berpikir formal , abstrak. Ia juga sudah dapat berpikir secara deduktif induktif dan hipotesis. Ini berarti ia sudah dapat berpikir tentang apa yang datang ; sesuatu yanj diandaikan. Anak sudah dapat menyadari alasan dari suatu perbuatannya. Anak sudal dapat memahami rasional dari suatu perbuatannya. Dalam penanaman nilai anal sudah dapat diajak berdiskusi. Anak telah dapat memikirkan nilai yang baik. Justru penanaman nilai dengan paksaan orang tua atau guru pada saat ini da menimbulkan konflik. Hal ini menunjukkan tanda bahaya bagi perkembangan nilai pada diri anak untuk waktu berikutnya. Orangtua, guru, atau orang yang dianggap tua san gat perlu memahami keadaan anak pada sa'at ini.. Secara sederhana dalam perkembangan tahap pemikiran itu dapat dilihat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pendidikan nilai, yaitu sebagai berikut. 1. Perkembangan anak dari tahap meniru dan refleks, ke berbuat sendiri secara sadar. 2. Perkembangan dan pemikiran konkret ke abstrak. 3. Perkembangan dan pemikiran egosentris ke sosial. Dari sini dapat dimengerti bahwa dalam penanaman nilai budi pekerti pada anak perlu dimulai dan suatu yang konkret, nyata, baru pada pengertian yang abstrak. Pada usia yang Iehih dini, lebih ditekankan praktik dan pengalaman nyata, sedangkan pada usia selanjutnya dengan penyadaran kognitif dan pengertian. Pada anak kecil hams diberi banyak latihan, praktik, dan dihadapkan pada kenyataan konkret. Misalnya, melatih penghargaan terhadap orang lain melalui latihan memberikan pujian, memberikan hadiah, dan Iain-lain. Sedangkan pada umur yang lebih tua akan dijelaskan apa maksud memberikan pujian, hadiah dan penghargaan. Pada anak yang semakin besar, semakin ditanamkan nilai sosialitas. 2, Taraf Perkembangan Moral Kohlberg Lawrence Kohlberg seorang pakar dan praktisi dalam pendidikan moral mendasarkan pandangannya dan penelitian yang dilakukan bertahap terhadap sekelompok anak selama 12 tahun. Dan penelitian ini dapat dikatakan secara singkat bahwa perkembangan moral manusia tcrjadi dalam tahapan yang bergerak maju dan tarafhya semakin meningkat. KohJberg membagi perkembangan moral seseorang dalam tiga tingkat, yaitu tingkat prakonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat pascakonvensional. Dari ketiga tingkat tersebut Kohlberg membagi menjadi enam yailu sebagai berikut. a. Orientasi pada hukuman dan ketaatan Tahap ini penekanannya pada akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dan akibat tersebut. Anak menghindari hukuman lebih dikarenakan rasa takut, bukan karena rasa hormat atau kesadaran akan sesuatu yang salah. Kita bisa melihat contoh pada anak. Mereka patuh bukan karena ia menyadari bahwa ia patuh karena itu benar, tetapi karena la takut hukuman yang akan diterimanya bila tidak patuh ; terutama pada hukuman fisik. b. Tahap orientasi hedonis (kepuasan individu) Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang memuaskan kebutuhan individu sendiri, tetapi juga kadang mulai memerhatikan kebutuhan orang lain. Hubungan lebih menekankan unsur timbal balik dan kewajaran. c. Orientasi anak manis Pada tahap ini anak memenuhi harapan keluarga dan lingkungan sosialnye yang dianggap bemilai pada dirinya sendiri, sudah ada loyalitas. Unsur pujiai menjadi penting dalam tahap ini karena yang ditangkap anak adalah orang dipuj karena berlaku baik. Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atai yang membantu orang lain, dan yang disetujui oleh mereka. d. Orientasi terhadap hukum dan ketertiban s Menjalankan tugas dan rasa hormat terhadap otoritas adalah tindakan yan benar. Orang mendapatkan rasa hormat dengan berperilaku menurut kewajiban. e. Orientasi kontak sosial legalitas Perbuatan yang benar cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama d: ukuran- ukuran yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh masyarak; Terdapat suatu kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai dan pendapat pribz serta suatu tekanan pada prosedur yang sesuai untuk mencapai kesepakatan. Terlep dari apa yang disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal ni dan pendapat pribadi. f. Orientasi suara hati Orientasi pada keputusan suara hati dan prinsip etis yang telah dipilih send yang mengacu pada pemahaman logis menyeluruh, universal, dan konsiste: Sebaiknya prinsip-prinsip itu universal mengenai keadilan, timbal balik, persamaan hak asasi manusia, serta mengenai rasa hormat terhadap marts manusia.
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI A. Standart Kompetensi Menguasai konsep pendidikan budi pekerti B. Kemampuan Dasar - Mampu meraahami visi, misi, tujuan dan sasaran pendidikan budi pekerti C. Indikator Setelah mempelajari materi perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan visi dan misi pendidikan budi pekerti 2. Menjelaskan tujuan dan sasaran pendidikan budi pekerti D. Materi I. Visi dan misi pendidikan budi pekerti II. Tujuan dan sasaran pendidikan budi pekerti Budi pekerti yang baik menurut pandangan masyarakat Indonesia adalah perilaku seseorang dalam kehidupan sehari - hari sesuai dengan norma - norma, aturan - aturan dan hukum yang berlaku di masyarakat, disamping taat menjalankan ajaran agama. Pendidikan budi pekerti sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia, karena dengan budi pekerti yang baik segala aspek kehidupan di masyarakat akan terasa aman, tenang, tentram dan damai. L Visi dan Misi Pendidikan Budi Pekerti Budi pekerti yang baik sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Perilaku hidup baik, tertib sopan santun, ramah tamah dan teladan sudah terangkum dalam pendidikan budi pekerti yang baik. Visi Pendidikan Budi Pekerti telah ifitetapkan pemerintah melalui Departmen Pendidikan Nasional adalah : Program Sarjana (S-I) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan UNIMED 2012 "mewujudkan pendidikan budi pekerti sebagai bentuk pendidikan nilai, moral, etil yang berfungsi menumbuh kembangkan individu warga negara Indonesia yan berakhlak mulia dalam pikir, sikap, dan perbuatannya sehari-hari, yang secara bena benar menjiwai dan memahami semua mata pelajaran yang relevan serta sistei sosial- kultural dunia pendidikan sehingga dan dalam diri setiap lulusan setiap jeni jalur, dan jenjang pendidikan terpancar akhlak mulia". Adapun misi adalah harapan pendidikan budi pekerti untuk mencapai tuju< pembelajaran. Berdasarkan pemahaman ini, antara visi dan misi merupakan kesatu; yang berurutan langkahnya. Lebih lanjut misi pendidikan budi pekerti menur Cahyato 2002 ( dalam Nurul Zuriah, 2007) adalah sebagai berikut: 1. Membantu siswa memahami kecenderungan masyarakat yang terbuka dalam e globalisasi, tuntutan kualitas dalam segala bidang, dan kehidupan yai demokratis dengan tetap berlandaskan norma budi pekerti warga nega Indonesia. 2. Membantu siswa memahami disiplin ilmu yang berperan mengembangkan bu pekerti sehingga diperoleh wawasan keilmuan yang berguna unt mengembangkan penggunaan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. 3. Membantu siswa memahami arti demokrasi dengan cara belajar dalam suasa demokratis bagi upaya mewujudkan masyarakat yang lebih demokratis. Bertolak dari visi yang ada dalam pendidikan budi pekerti menurut Buki Pedoman Umum dan Nilai Budi Pekerti untuk Pendidikan Dasar dan Meneng (2000: 4) maka misi pendidikan budi pekerti adalah sebagai berikut. 1. Mengoptimalkan substansi dan praksis mata pelajaran yang relevan, khususn Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), serta mata pelajai lainya yang relevan sebagai wahana pendidikan budi pekerti sehingga p; peserta didik bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas sec; emosional, sosial, dan spiritual. 2. Mewujudkan tatanan dan ildim sosial budaya dunia pendidikan yang seng dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak me luhur sebagai wahana bagi siswa, tenaga kependidikan, dan manajer pendidikan untuk membangun interaksi edukatif dan budaya sekolah yang juga memancarkan akhJak mulia, yang demokratis dengan tetap berlandaskan norma budi pekerti warga negara Indonesia. 3. Memanfaatkan media massa dan lingkungari masyarakat secara selektif dan adaptif guna mendukung keseluruhan upaya penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai budi pekerti luhur baik yang melalui mata pelajaran yang relevan maupun yang melalui pengembangan budaya pendidikan di sekolah. d. Membangun kerjasama antar keluarga, sekolah dan masyarakat dalam penerapan pendidikan budi pekerti. Melihat uraian visi dan misi pendidikan budi pekerti sebagaimana ditentukan Departernen Pendidikan Nasional diatas, maka pendidikan budi pekerti penting untuk dflaksanakan. Pentingnya pendidikan budi pekerti diselenggarakan baik disekolah, keluarga, maupun masyarakat diantaranya dalarn rangka: L Membantu meningkatkan kemampuan kita supaya berbudi pekerti baik dan mengembangkan lingkungan yang berbudi pekerti agar dalam kehidupan sehari-hari kepribadian kita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. 2. Mengajak kita dan keluarga serta masyarakat mengembangkan pola hidup dengan perilaku yang baik yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan lingkungan. 3. Berusaha membantu kita, keluarga, dan masyarakat beradaptasi yang efektif dengan pola hidup yang sesuai dengan norma, kaidah, dan aturan masyarakat. 4. Membantu kita, keluarga dan masyakarat untuk hidup secara teratur. bertatakrama dan menjauhi segala perbuatan tercela serta melakukan perbuatan terpuji.
II. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Budi Pekerti Menyadari pendidikan budi pekerti merupakan faktor utama dalam kesinambungan hubungan dalam kehidupan, maka derajat kita tergantung pada budi pekertinya. Kekayaan yang melimpah bagi kita tanpa dibarengi budi pekerti yang baik akan hilang maknanya dan bukan kebaikan yang akan terwujud, tetapi kebaHkannya seperti sikap merendahkan orang lain, sombong, bersikap sewenang-wenang, mengukur sesuatu berdasaikan uang, kekejaman, kebengisan terhadap yang pemah (seperti penculikan, pemerkosaan dan berbagai pelanggaran HAM lainnya) Kepandaian yang tinggi tanpa dibarengi budi pekerti yaug baik akan melahirkan kehancuran, karenanya dengan kepandaian itu akan lahirlah dari tangannya kejahatan yang canggih yang akan menyengsarakan kehidupan manusia seperti Bom Atom, atau di jaman sekarang yang sering kita dengar kejahatan di dunia maya. Internet yang seharusnya mempennudah kita dalam beberapa hal justru digunakan untuk kejahatan. Penguasaan teknologi tanpa dibarengi budi pekerti yang baik juga menambah kejahatan seperti pencurian uang melalui ATM dan kejahatan lainnya. Membangun budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari - hari berarti menegakan fitrah manusia yang berkedudukan tinggi. jika tidak berupaya menegakan budi pekerti yang baik, berarti kita menentang fitrah manusia sendiri. Kita sebagai manusia secara fitrah berkecendrungan untuk berbuat kebajikan dan mengakui adanya kekuasaan yang lebih tinggi dan kita. yattu Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berbudi pekerti yang baik dapat menciptakan manusia menjadi mahluk yang mulia dan sempurna serta membedakan dan mahluk - mahluk lain. Jadi bukan sekedar mempelajari pendidikan budi pekerti yang baik dan mana budi pekerti yang buruk, akan tetapi yang terpenting adalah mengamalkan dan memperaktekkan budi pekerti yang luhur yang sesuai dengan tuntutan agama dan norma dan budaya yang ada di masyarakat. Maka dan itu pendidikan budi pekerti sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari - hari yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahan dan teknologi. Kita bisa bayangkan apa jadinya jika ilmu pengetahan dan teknologi yang berkembang begitu pesat tanpa dibarengi dengan budi pekerti. Tujuan Pendidikan budi pekerti adalah seabagai berikut: 1. Tujuan Umum a. Memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang rnemungkinkan turnbuh dan berkembangnva dalam perilaku sehari -hari dalam berbagai konteks sosial budaya yang bhineka. b. Siswa mampu menggunakan pengetahuan, nilai, keterampilan mata pelajaran itu sebagai wahana yang rnemungkinkan tumbuh dan berkembangnya serta terwujudnya sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan ahlak mulia yang dipersyaratkan bagi manusia Indonesia seutuhnva. c. Membangun tatanan dan iklim sosial buadaya dunia persekolahan yang berwawasan dan memancarkan akhlak mulia sehingga lrngkungan dan budaya sekolah menjadi teladan atau model pendidikan budi pekerti secara utuh (Dep Dik Nas2001:6) 2. Tujuan Khusus Perbuatan yang kita lakukan dapat mengangkat derajat kita atau menjatuhkan derajat kita, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Karena itu kita harus mengetabui batas - batas dari budi pekerti yang baik dan mana budi pekerti yang buruk, mana terpuji dan mana yang tercela. Dengan demikian tujuan pendidikan budi pekerti adalah sebagai berikut I. Agar kita mampu menjalankan sifat - sifat terpuji, yakni a. Pribadi yang selalu menjaga harga diri dan perbuatan buruk, kotor dan keji b. Pribadi yang selalu menjaga kesucian diri dan perbuatan yang dilarang oleh agama c. Pribadi yang selalu rajin dalam belajar dan bekerja, tidak menjadi orang pemalas A Pribadi yang selalu jujur dan terbuka, jauh dan prilaku yang berpura-pura atau bersandiwara e. Pribadi yang selalu sabar, tawakal, tidak cepat emosi dan frustasi bila mendapat suatu masalah Pribadi yang selalu berani menentang kemungkianan dan membela kebenaran g. Pribadi yang selalu sopan santun dalam pergaulan sehari - hari, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun dilingkungan masyarakat h. Pribadi yang selalu cepat mempunyai rasa bersalah dan rasa malu jika berbua dosa dan kesalahan i. Pribadi yang selalu taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamj masing masing j. Pribadi yang mensyukuri hikmat Tuhan Yang Maha atas karunia yang telal diberikan k. Pribadi yang selalu menghormati antar sesama, antarkawan, maupun lawan 1. Pribadi yang selalu teliti dalam mengerjakan sesuatu, agar tidak menyesa dikemudian hari m. Pribadi yang selalu hemat untuk kesejahteraan hidup n. Pribadi yang selalu ikhlas o. Pribadi yang selalu bertanggung jawab dalam berbagai hal, baik dalam bidanj pekerjaan maupun kegiatan - kegiatan lain yang menjadi tugas dan bebannya p. Pribadi yang mandiri dan tidak selalu menggantungkan pada orang lain dalan menjalankan kehidupan sehari - hari q. Pribadi yang tawakal tabah mengahadapi berbagai cobaan dan Tuhan r. Pribadi yang giat, tidak menjadi orang pemalas s. Pribadi yang berdisiplin, selalu tertib, teratur, dan tepat waktu t. Pribadi yang berbakti untuk nusa, bangsa dan agamna u. Pribadi yang suka silaturahmi, tidak memutuskan tali persaudaraan v. Pribadi yang suka bersedekah w. Pribadi yang teladan, menjadi contoh masyarakat x. Pribadi yang selalu kerjasama, tidak ingin menang sendini y. Pribadi yang selalu mawas diri z. Pribadi yang ramah tarnah terhadap sesama 2. Agar kita mampu menjauhkan sifat-sifat tercela dalam kehidupan sehari-hari yakni: a. Pribadi yang tidak pernah menghujat orang lain b. Pribadi yang tidak pernah berkata kotor, jorok dan menyakiti orang lain dengan perkataannya c. Pribadi yang tidak pemah mengumpat, karena mengumpat itu perbuatan yang tidak baik d. Pribadi yang tidak pernah berbuat yang tidak baik e. Pribadi yang tidak suka rnemfitnah, karena memfitnah itu adalah perbuatan yang sangat keji f. Pribadi yang tidak pernah berbuat baik, atau berkelakuan buruk dan menyekutukan Tuhan g. Pribadi yang tidak pemalas h. Pribadi yang tidak penakut, tapi pernberani dalain memperjuangkan segala kebenaran i. Pribadi yang tidak pernah berputus asa, walaupun ujian dan cobaan selalu menderu j. Pribadi yang tidak pernah ujub, riya, takabur, besar kepala, dan angkuh walaupun serba ada k. Pribadi yang tidak suka bohong dan selalu berkata berbuat benar 1. Pribadi yang selalu tidak ingin kesohor walaupun pintar dan tinggi ilmu m. Pribadi yang tidak pernah melakukan kedzaliman n. Pribadi yang tidak pernah itihad, atau dengki walaupun orang lain berhasil dan kita sendiri tertinggal o. Pribadi yang tidak pernah berkhianat walaupun kita terdesak p. Pribadi yang tidak tamak atau serakah walaupun hidup miskin q. Pribadi yang tidak pernah memutuskan talisilaturahmi walaupun hidup kita jauh r. Pribadi yang tidak pernah mengadu domba orang demi kepentingan pribadi atau golongan s. Pribadi yang tidak suka tergesa - gesa dalam berbuat t Pribadi yang tidak pernah berburuk sangka walaupun mencelakai kita.
BAB III PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI A. Standart Kompetensi Mahasiswa mampu menguasai pendekatan dan strategi pendidikan budi pekerti B. Kompetensi Dasar 1. Mahasiswa mampu memahami pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti 2. Mahasiswa mampu memahami strategi yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti C. Indikator Setelah mempelajari mated perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti 2. Menjelaskan strategi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti D. Materi I. Pendekatan pendidikan budi pekerti II. Strategi pendidikan budi pekerti I. Pendekatan pendidikan budi pekerti Budi pekerti berisi nilai-nilai prilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma yang berlaku di masyarakat. Norma-norma tersebut adalah norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan saetun, serta norma budaya atau adat istiadat. Untuk dapat memiliki budi pekerti yang baak tidaklah mudah tetapi melalui berbagai proses, setiap individu menjalani proses- leeebut dan proses yang paling efektif adalah proses pendidikan. Pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenapnya sekarang dan masa yang akan datang. Untuk dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi pendidikan budi pekerti dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari, perlu dipertimbangkan pendekatan yang digunakan. Pendekatan tersebut adalah: a. Pendekatan penanaman nilai (inclucation approach) b. Pendekatan perkembangan moral kognitif (Cognitive moral development epproach) c. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) d. Pendekatan klarifikasi nilai (Values clarification approach) e. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) 1. Pendekatan penanaman nilai Pendekatan ini mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri. Cara yang digunakan pada pendekatan ini antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi dan bermain peran. Adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar menurut Paul Supamo, dkk., 2002, adalah sebagai berikut. I) Religiusitas Dalam menanamkan nilai-nilai religiusitas pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, kebiasaan berdoa yang telah ditanamkan mulai TK harus tetap dijaga. Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan dengan hari-hari besar agama, dan diajak untuk menjalankannya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan ajaran agamanya masing- masing. Melalui kegiatan mendongeng dan bercerita dapat diperkenalkan nilai-nilai agama yang ada di negara Indonesia tercinta ini. Anak anak diajak untuk mengenal bermacam-macam agama dan ditumbuhkan sikap saling menghormati satu sama lain antar pemeluk agama yang berbeda-beda. Melalui kegiatan berdoa, sebelum melaksanakan suatu kegiatan, anak-anak dibiasakan dan diperkenalkan akan adanya kekuatan dan kekuasaan yang melebihi manusia dan ini semua ada pada Tuhan Yang Mahakuasa yaitu Allah SWT. Di samping iru, juga perlu ditanamkan pada anak didik, keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya, karena segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup ada dalam alam semesta dan itu berasal dari Tuhan. Tersedianya segala kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan, tanah yang subur dan indah, kekayaan alam yang melimpah ruah, dan berguna bagi kehidupan ini harus selalu dijaga dengan baik, dan semua berasal dari Tuhan Yang Maha kuasa, Tuhan Yang Maha pengasih dan Tuhan Yang Maha pemurah, 2) Sosialilas Nilal sosialitas dapat ditanamkan pada anak-anak SD melalui kegiatan baris-berbaris untuk masuk kelas. Ada beberapa anak yang tidak tertib, tidak mau berbaris, dan tidak mau masuk sesuai urutan, tetapi nyelonong masuk begitu saja. Hal ini akan membuat suasana gaduh karena teman-teman Iain yang terlewati berteriak dan berkomentar macam-macam. Begitu juga dalam kehidupan bersama ada aturan, tatanan yang perlu untuk diperhatikan dan ditaati bersama agar semua dapat berjalan dengan tertib dan baik. Melalui kegiatan ini, anak-anak sudah dibiasakan untuk hidup bersama sccara benar, baik, dan tertib. Untuk membantu membiasakan hidup bersama dengan baik dapat dipilih berbagai macam kegiatan yang dapat dilaksanakan bersama. Misalnya dengan tugas kdompok bersama, olahraga bersama dan tugas-tugas kelompok yang menjunjung nnggi nilai- nilai kerja sama dan sosialitas yang tinggi, Dengan aktivitas dan kegiatan kelompok semacam ini anak dapat diperkenalkan pada sikap saling menghargai, saling membantu, saling memerhatikan, dan saling menghormati satu sama lain. Melalui seniangat kerja sama, komitmen yang dibutuhkan dalam hidup bersama dapat semakin ditingkatkan.
3) Gender Pendidikan jasmani dan kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan olahraga] di Sekolah Dasar, pada umumnya masih berupa olahraga dasar. Hal ini merupakan peluang dan kesempatan terbuka untuk memberi kesempatan kepada anak perempuan untuk mengikuti setiap kegiatan olahraga yang dilaksanakan di sekolah. Selain untuk pembentukan fisik, olahraga dapat digunakan untuk membentuk gambaran hahwa perempuan pun dapat mengikuti berbagai macam kegiatan olahraga, termasuk kegiatan sepak bola sekalipun. Anak perempuan bermain sepak bola bukanlah sebuah pantangan atau kendala yang perlu ditabukan keberadaannya. Melalui olahraga anak perempuan dibentuk untuk tidak mengkristalkan pandangan bahwa perempuan adalah makhluk lemah, lembek, dan hanya bisa melakukan kegiatan yang ringan-ringan belaka. Pandangan yang berkembang dalam masyarakat dapat diubah dengan menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender dengan baik dan benar sejak dini. Laki-laki dan pereinpuan memang beda dalam hal jenis kelamin (seks), tetapi dalam hal peran gender jangan dibeda-bedakan, yang membedakan satu sama lain adalah soal kemampuan saja. Oleh karena itu, semangat kesetaraan gender harus dilakukan sejak dini dan dimulai dari lingkungan yang paling kecil, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat secara terus- menerus dan berkesinambungan. 4) Keadilan Pada kelas bawah (kelas I, 2, dan 3) jenjang sekolah dasar (SD), pengertian keadilan sebaiknya Iebih ditekankan pada hal-hal yang sifatnya fisik lahiriah dan kasat mata (konkret), belum pada konsep yang luas dan mendalam. Dorongan dan pemberian kesempatan untuk maju berpartisipasi di depan kelas, menjawab soal, menjalankan tugas merupakan bagian dari keadilan awal yang perlu ditanamkan pada diri siswa pada jenjang ini. Keadilan dalam kondisi dan konteks seperti ini perlu dipertegas dengan sikap guru yang menjauhkan diri dari sikap dan penilaian senang (like) dan tidak senang (dislike) atau pilih kasih terhadap seseorang atau sekelompok siswa. Pada kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) jenjang sekolah dasar (SD), pengertian keadilan sudah mulai pada perbedaan hakiki antara laki-laki dan perempuan. Budaya dan kebiasaan berpakaian dan berperilaku yang "pantas dan baik" bagi laki-laki dan perempuan yang mempunyai perbedaan fisik dan fungsi fisik yang berbeda mulai ditanamkan dalam konsep yang agak luas dan rinci, Perbedaan fisik antara laki-laki dan pcrempuan yang menyebabkan perlakuan lahiriah yang berbeda dipahamkan pada anak didik di jenjang kelas ini. Narnun demikian, juga perlu diimbangi pada sikap dasar dan prinsip hidup bahwa keadilan tetap bcrlaku pada semua orang tanpa membedakan jenis kelamin. Perlakuan dan pemberian kesempatan serta hak dan kewajiban yang sama bagi laki- laki dan perempuan secara wajar merupakan bagian dari pendidikan keadilan pada anak. Pada jenjang sekolah dasar ini anak belum diajak untuk mengkaji konsep keadilan secara mendalam, namun lebih rinci dibanding konsep pada kelas rendah. 5) Demokrasi Melalui pendidikan IPS dan PKn, nilai-nilai demokrasi dapat ditanamkan secara tepat dan akurat. Melalui wahana bidang studi sosial tersebut penanaman jiwa dan nilai demokrasi dapat ditumbuhkan sejak dini pada anak didik. Sikap menghargai adanya perbedaan pendapat secara wajar, jujur, dan terbuka merupakan dasar sikap demokratis yang perlu ditanamkan pada anak didik di jenjang pendidikan dasar. Di samping itu, anak didik juga perlu diajak dan dididik untuk membuat kesepahaman dan kesepakatan bersama secara terbuka dan saling menghormati. Sikap demokratis berarti juga mengakui keberagaman dan perbedaan satu sama lain. Melalui sikap demokratis anak didik diajak untuk terbuka dan berani menerima dan mengakui bahwa pendapatnya belum tentu atau tidak dapat digunakan pada saat itu, atau dengan kata lain anak didik dalam demokrasi tidak dapat memaksakan kehendak satu sama lain. Masing-masing pihak hams menjalin komunikasi yang baik dan mencari win-win solution serta kesepakatan bersama demi tujuan bersama yang telah dicita-citakan. Kesepakatan dalam konteks ini bukan berarti jumlah yang besar (pihak mayoritas) yang menang atau yang kuat bersuara yang menang, tetapi juga menghargai suara minoritas dan lebih menjunjung tinggi prinsip kebenaran dan keadilan serta kebaikan bersama. Prinsip-prinsip di atas dapat diterapkan pada saat pemilihan pengurus kelas. pemilihan regu pramuka, atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Pemilihan yang digelar bukan berdasar senang atau tidak senang, namun berdasar pada prinsip mam yang terbaik untuk perkembangan kelas dari kelompok-kelompok di masa depan Dalam alam demokrasi berarti juga masyarakat mempunyai tujuan bersama, harapai bersama, dan keprihatinan bersama, Prinsip dari siswa, oleh siswa, dan untuk sisw< perlu dijunjung tinggi dan ditegakkan dalam kelas-kelas yang demokratis, 6) Kejujuran Nilai dan prinsip kejujuran dapat ditanamkan pada diri siswa di jenjanj pendidikan dasar melalui kegiatan mengoreksi hasil ulangan secara silang dalan kelas. Dalam konteks ini peranan guru sangat penting dalam mencerrnati prose koneksi tersebut. Cara koreksi ini bukan semata-mata untuk meringankan tugas gun atau memanfaatkan anak untuk membantu tugas guru, melainkan bertujuan secan sungguh-sungguh untuk menanamkan kejujuran dan tanggungjawab pada diri siswa Setelah kegiatan koreksi yang dilakukan oleh siswa selesai, guru perlu melakukai koreksi ulang pekerjaan siswa satu per satu. Bendasarkan coretan dan hasil tulisai yang tertera dalam lembarjawaban anak, akan terlihat kejujuran dari anak. Setelah it berdasarkan basil pengamatannya guru dapat menyampaikan nilai kejujuran dai tanggungjawab pada anak dan dampaknya bagi kehidupannya kelak. 7) Kemandirian Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana dan wadah yang tepat unni melatih kemandirian siswa. Melalui kegiatan ini anak dilatih dan diberi kesempata untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan mengembangkannya seoptima mungkin. Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu proses pengembangan in Untuk anak yang berbakat diberi kesempatan untuk mengembangkannya, baik dari sisi akademis maupun nonakademis. Kegiatan nonakademis yang cukup menarik dan dikenal secara universal adalah melalui kegiatan pramuka atau gerakan kepanduan Iainnya seperti Palang Merah Indonesia atau Palang Merah Remaja. Kegiatan pramuka yang terencana akan membuat anak senang dan terlatih untuk dapat menyelesaikan persoalan, baik secara pribadi maupun kelompok. Anak juga diberi kesempatan yang luas untuk dapat mengambil keputusan pribadi maupun bersama. Kemandirian bukan berarti tidak butuh orang lain, namun justru di dalam kebersamaan dengan orang lain. 8) Daya Juang Melalui kegiatan olahraga, nilai daya juang anak dapat ditumbuhkan secara konkret. Pertumbuhan fisik merupakan perkembangan proses tahap demi tahap dan ontuk mencapai perkembangan yang optimal dibutuhkan daya dan semangat juang. Selain menumbuhkan semangat dan daya juang yang tinggi, kegiatau oiahraga juga merupakan wahana untuk mengembangkan sikap sportivitas (kejujuran) yang tinggi pada anak. Berani bersaing secara wajar, namun juga berani untuk menerima kekalahan dan mengakui kemenangan orang lain dengan setulus hati. 9) Tanggung Jawab Pembagian tugas piket kelas secara bergiliran merupakan wahana penanaman nilai akan tanggung jawab di lingkungan kelas atau persekolahan. Kebersihan dan kenyamanan kelas bukan hanya tugas karyawan kebersihan sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama. Untuk keperluan kelas maka keterlibatan anggota kelas sangat penting. Dalam proses pengembangan tanggung jawab ini perhatian dan pendampingan guru sangat penting agar apabila anak yang tidak mau bertugas segera oiendapat perhatian. Demikian juga apabila ada anak yang selalu menjadi korban kemalasan temannya dapat dilindungi sehingga tanggung jawab dan kebersamaan dalam kelas dapat tejalin dengan baik. 10) Penghargaan terhadap Lingkungan Alam Pelaksanaan tugas kerja bakti mengandung kegiatan proses pembelajaran jang sangat baik di lingkungan persekolahan. Melalui kegiatan kerja bakti terkandung proses penanaman nilai yang berkaitan dengan semangat kerja sama ai gotong royong dan penghargaan terhadap lingkungan alam. Dalam kerja bakti tic hanya berbicara tentang menyapu dan mernbersihkan halaman, tetapi juga menja tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah agar tetap asri d terjag dengan baik. Lingkungan alam yang hijau dan asri sangat membantu kesehal dan kenyamanan hidup manusia, membuat seluruh siswa kerasan dan nyaman bera dan belajar di sekolah. Pelaksanaan kerja bakti membutuhkan pcrencanaan yang baik karena a unsur penanaman nilai yang akan disampaikan terutama berkaitan dengan tanggu jawab, kerja sama, gotong-royong, kecintaan, serta penghargaan terhadap lingkung alam. Selain perencanaan yang baik, juga dibutuhkan pengamatan dalam pros pelaksanaannya yang akan menjadi titik pijak pendampingan selanjutnya, baik sec< personal, kelompok, maupun klasikal di lingkungan sekolah dasar. 2. Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive Moral Development Approach) Pendekatan ini mengkajikan pada berbagai ungkapan dan pemikiran mor Guru dapat mengarahkan anak dalam menerapkan proses pemikiran moral mela diskusi masalah moral sehingga peserta didik dapat membuat keputusan tenta pendapat moralnya. Mereka akan menggambarkan tingkat yang lebih tinggi dak pemikiran moral, yaitu takut hukuman, melayani kehendak sendiri, menuruti peran yang harapkan, menuruti dan menta'ati otoritas, berbuat untuk kebaikan orai banyak, bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang universal. Cara yang dar, digunakan dalam penerapan budi pekerti dengan pendekatan ini antara la melakukan diskusi kelompok dengan topik dilema moral, baik yang faktual maupi yang abstrak (hipotetikal). Banyak topik yang dapat dipilih guru seperti topik "hukuman terhadap sis\ terlambat" mengapa siswa yang terlambat harus dihukum, apa yang terlambat har dihukum, apa hukuman yang pantas untuk siswa yang terlambat dst. Topik berikutnya mengapa siswa tidak boleh melawan guru? Bagaimana kalau siswa tidak mau mengerjakan PR? Jika guru marah dan memukul siswa, apa yang harus dilakukan siswa? Jika siswa tidak membayar uang buku sampai pada batas waktu yang telah ditentukan, apakah boleh guru tidak mengijinkan siswa belajar di kelas? 3 Pendekatan Analisis Nilai Pendekatan ini menekankan agar peserta didik dapat menggunakan kemampuan berpikir logis dan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu. Selain itu, peserta didik dalam menggunakan proses berpikir rasional dan analitik dapat menghuhung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai mereka sendiri. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini, anlara lain diskusi terarah yang menuntut argumentasi, penegasan bukti, penegasan prinsip, analisis terhadap kasus, debat, dan penelitian. Guru dapat menjadi pemimpin diskusi kelas untuk membahas topik tentang berbagai masalah pelanggaran nilai yang ada di masyarakat. Misalnya masalah tentang yang ditemukakannya heroin yang diseludupkan disalah satu bandara di Indonesia. Heroin tersebut dimasukkan dalam perut bayi . Petugas bandara curiga ketika melihat bayi yang sangat pucat digendong oleh seorang v/anita. Dan ketika diperiksa bayi tersebut adalah mayat. Pemeriksaan selanjuiiya ditemukan heroin didalam perut bayi tersebut. Betapa kejamnya pelaku tersebut untuk memperoleh uang yang banyak dia rela menghilangkan nyawa seorang bayi. Siswa dapat diminta tanggapannya dari berbagai sudut pandang. 4. Pendekatan Klarifikasi Nilai Pendekatan ini bertujuan untuk rnenumbuhkan kesadaran dan aaengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain. Selain itu pendekatan ini juga membantu peserta adik untuk mampu mengomunikasakan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai ereka sendiri kepada orang lain dan membantu peserta didik dalam menggunakan kemampuan berpikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka sendiri. Cara yang dapat dimanfaatkan dalam pendekatan ini, antara lain bermain peran., simulasi, analisis mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang mengembang Sensitivitas, kegiatan di luar kelas, dan diskusi kelompok. Bermain peran dapat meningkatkan kemampuan anak didik dalam mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain. Disamping mereka mendapat kesempatan untuk mengekspresikan nilai yang mereka yakini, merekapun dapat mengembangkan kemampuan bepikir secara rasional dalam menilai perasaan, nilai dan perilaku mereka. Guru dapat membuat skenario sederhana tentang topik tertentu, yang menyangkut kehidupan di rumah maupun di sekolah. Kemudian membuat kartu peran yang harus dilakoni oleh siswa. Siapa yang mendapat kartu peran harus memainkan skenario yang telah dibuat guru. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi terhadap peranan dan dialog dari masing-masing pemeran, Mereka diminta menanggapi perannya dan dialognya se.telah ditanggapi terlebih dahulu oleh teman-teman mereka. 5. Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach) Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai. Selain itu, pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial serta mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk yang senantiasa berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini, selain cara-cara pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai, adalah metode proyek kegiatan di sekolah, hubungan antarpribadi, praktik hidup bermasyarakat dan berorganisasi. Alangkah baiknya jika setiap anak dapat berpartisipasi pada kegiatan di sekolah. Menghias kelas untuk memperingati hari kemerdekaan merupakan penerapan metode proyek yang pasti terlaksana yang di sekolah. Namun demikian perlu direncanakan kegiatan seperti itu untuk dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih banyak agar anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya. Mengunjungi panti asuhan dengan melakukan berbagai kegiatan merupakan kegiatan yang baik dilaksanakan. Demikian juga untuk berbagai kegiatan amal lainnya atau kegiatan sosial lainnya seperti gotong royong membersihkan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Mereka juga dapat merencanakan dan merayakan hari ulang tahun di sekolah dengan panitia pelaksana teman-teman mereka sekelas. Perayaan Ulang tahun tersebut dapat dirayakan secara bersama , misalnya acara perayaan ulang tahun bersama untuk anak-anak yang lahir di bulan Maret atau bulan lainnya. II. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti a. Upaya Pembinaan Untuk menjadikan seorang anak didik memiliki budi pekerti luhur atau akhlaqul karimah (akhlak mulia) diperlukan pembinaan terus-menerus dan berkesinambungan di sekolah. Untuk mewujudkan budi pekerti luhur pada diri anak didik tidaklah mudah karena menyangkut kebiasaan hidup. Pembinaan akan berhasil hanya dengan usaha keras dan penuh kesabaran dan para guru, selain itu harus didukung oleh peran serta dan orang tua murid dan masyarakat. Dalam pembinaan atau penanaman budi pekerti luhur terhadap para siswa di sekolah diperlukan upaya ^er?s dari semua guru secara bersama-sama, secara konsisten dan berkesinambungan dengan pendekatan yang tepat, yaitu sebagai berikut. 1) Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau yang mendukung terwujudnya budi pekerti luhur pada diri siswa. Situasi yang kondusif tersebut dapat terwujud dengan pendekatan: (a) Dialogis, antara guru dengan siswa, antara orang tua dan guru, dialog dapat dilakukan secara pribadi, kelompok, atau dengan seluruh siswa dalam kegiatan upacara bendera. (b) Komunikatif, apa saja yang ingin kita laksanakan, dan kalau ada hal- hal penting yang perlu disampaikan, maka sampaikanlah kcpada para siswa dengan kelompok kelas oleh wali kelas, dan seluruh siswa oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah. Demikian juga komunikasi antara guru dan siswa, dapat pula dilakukan dengan guru pembina kegiatan ekstrakurikuler dalam berbagai kesempatan. (c) Keterbukaan, dialog ataupun komunikasi yang dilakukan harus terbuka, para siswa diberi keserapatan untuk mengembangkan pendapatnya. Situasi kondusif antara lain dapat tercermin dengan adanya suasana damai, sejuk, penuh kekeluargaan, dan kebersamaan. Situasi yang kondusif ini, akan dapat tercipta apabila situasi sekolah tertib, aman, dan teratur. Para siswa disiplin dalam melaksanakan tata tertib sekolah, para guru melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. Sementara itu kepala sekolah selalu memberi petunjuk dan pembinaan kepada guru maupun para siswa untuk dapat melaksanakan tugas masing-masing. 2) Mengoptimalkan Pendidikan Budi Pekerti pada mata pelajaran agama dan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegamaan (PKn). Guru agama diharapkan mampu memilih materi pendidikan agama yang mengandung materi yang berkaitan dengan budi pekerti. Contohnya adalah : (a) materi yang berkaitan dengan akhaqul karimah (akhlak mulia)berkaitan pula dengan materi budi pekerti luhur. (b) materi yang berkaitan dengan rasa syukur atas hikmat di dalam pelajaran agama dapat dikaitkan dengan materi pandai bersyukur dalam materi budi j pekerti luhur. Materi PendidikanKewarganegaraan (PKn) yang mengandung materi budi pekerti j luhur harus dikaitkan antara keduanya. Semua pokok bahasan PKn mengandung materi budi pekerti. hanya saja dalam penyampaiannya guru PKn harus dengan cermat melihat materi PKn untuk menyampaikan materi tersebut kepada para siswa. 3) Mengintegrasikan budi pekerti ke dalam mata pelajaran lainnya. Pada dasarnya semua mata pelajaran mengandung unsur yang berkaitan dengan budi pekerti. Kejelian para guru mata pelajaran sangat diharapkan dalam mengintegmasikan budi pekerti ke dalam mata pelajaran yang diajarkannya. Oleh karena itu, perlu diadakan pelatihan dan sosialisasi serta penataran agar guru benar- benar memahami cara mengintegrasikannya. 4) Peningkatan kerja sama dengan orang tua murid dan masyarakat Pada dasarnya tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab Tri pusat pendidikan, yaitu - orang tua; - sekolah/pemerintah; - masyarakat. Oleh karena iru, guna mendukung terwujudnya pelaksanaan budi pekerti di sekolah diperlukan adanya sinergisitas dan kerja sama yang erat antara orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Peran orang tua dalam menyukseskan pendidikan budi pekerti sangat besar. Hal ini dikarenakan pada dasarnya sikap, perilaku, dan budi pekerti anak itu dimulai dari keluarga (orang tua). Orang tualah yang mengajarkan kepada anak tentang budi pekerti melalui keteladanan dan penerapan aturan yang berlaku di lingkungan keluarga. Namun demikian, adakalanya tidak semua keluarga mempunyai anak yang memiliki budi pekerti luhur, bahkan sekarang banyak anak yang mempunyai hudi pekerti kurang baik. Terhadap anak yang mempunyai budi pekerti kurang baik, diharapkan orang tua memberitahu pihak sekolah agar dapat diberikan pembinaan. Sedangkan peran masyarakat dalam pendidikan budi pekerti juga tidak kalah penting. Kehidupan sekolah tidak lepas dari kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dalam banyak kasus, banyak pula para siswa yang berbudi pekerti kurang baik mengganggu ketenangan hidup masyarakat, dengan melakukan hal-hal yang tidak terpuji, misalnya suka mencuri, suka berkelahi, suka menyalahgunakan obat-obatan terlarang, suka minum-minurnan keras, narkoba, suka tawuran, serta bikin onar lingkungan. Kepada anggota masyarakat yang melihat siswa melakukan perbuatan negatif tersebut, agar segera melapor ke pihak sekolah atau yang berwajib untuk pembinaan selanjutnya. Kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaaan penanaman budi pekerti atau perannya sebagai Social Control sangat diharapkan. Sebagian masyarakat kita tidak menaruh kepedulian terhadap hal-hal semacam ini,[ bahkan ada yang masa bodoh. Hal ini mengakibatkan prilaku buruk/prilakul menyimpang tenis berkembang di masyarakat. Sifat Pembinaan Untuk mengetahui apakah seorang anak didik telah berbudi pekerti luhv dapat dinilai dari kecenderungan tingkah laku atau perilaku yang ditunjukkannyaj dalam kehidupan sehari-hari. Sifat- sifat yang mengandung budi pekerti luhur antara lain sebagai berikut. 1) Bekerja keras 2) Berdisiplin Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib clan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan: a. penuh kesadaran; b. ketekunan; c. tanpa paksaan dan siapa pun atau ikhlas. 3) Beriman 4) Bersyukur 5) Bertanggung jawab 6) Bertenggang rasa 7) Cermat 8) Hemat 9) Jujur 10) Menghargai Karya Orang Lain 11) Menghargai Waktu 12) Pengendalian Diri 13) Rela berkorban 14) Rendah Hati 15) Sabar 16) Setia 17) Sikap Tertib 18) Sopan Santun 19) Sportif 20) Susila 21) Tegas 22) Tekun 23) Tangguh 24) Tepat janji 25) Ulet
BAB IV METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI A. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu menguasai metode dan model pembelajaran pendidikan budi pekerti 3. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu : 1. Memahami berbagai model yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti 2. Memahami berbagai metode pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti C. Indikator Mahasiswa dapat 1. Menjelaskan model-model yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti 2. Memilih model yang tepat untuk topik tertentu 3. Menjelaskan metode yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti 4. Memilih metode yang tepat untuk topik tertentu D. Materi L Model pendidikan budi pekerti II. Metode pendidikan budi pekerti METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI Pendidikan budi pekerti merupakan spesifikasi pendidikan nilai di sekolah. Oleh karena itu, pendidikan budi pekerti di sekolah harus mampu melatih dan mengarahkan perkembangan siswa agar pekerti mereka merupakan manifestasi dan nilai-nilai yang dikenal dan diyakininya. Pemanifestasian nilai dalam diri manusia membutuhkan proses yang panjang dan terus-menerus. Demikian pula penanaman nilai dalam dunia pendidikan formal di sekolah haruslah terus-menerus diberikan, ditawarkan, dan diulang-ulang agar terinternalisasi dan dapat diwujudkan dalam tindakan nyata, dalam budi pekerti yang konkret. Dengan kata lain nilai budi pekerti yang baik diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mempunyai budi pekerti yang baik dan benar, manusia tidak cukup sekadar telah melakukan tindakan yang dapat dinilai baik dan benar. Orang dapat dikatakan sungguh-sungguh berbudi pekerti yang baik apabila tindakannya disertai dengan keyakinan dan pemahaman akan kebaikan yang tertanam dalam tindakan tersebut. Untuk dapat memahami dan meyakininya, orang perlu mengalami proses pengolahan atas penstiwa dan pengalaman hidup yang berkaitan dengan dirinya maupun orang lain. Peristiwa dan pengalaman hidup yang diolah, didalami dan dimaknai inilah yang akan menjadikan orang berbudi pekerti baik secara sejati dan hakiki. la berbuat baik karena tahu dan yakin akan apa yang ia lakukan. Orang dapat berbudi pekerti yang baik karena menemukan nilai hidup melalui pembelajaran dan pengalaman hidupnya. Pembelajaran untuk memaknai pengalaman dan peristiwa kehidupan manusia. Dalam pendidikan formal, hal ini dapat dilalui dengan proses pengenalan dan pemberian informasi akan nilai-nilai baik yang dapat dipetik dari tindakan yang baik. Pengintemalisasian nilai yang diolah di sekolah merupakan proses pergulatan bersama antara pendidik dengan murid dan antarmurid. Proses pergulatan pengintemalisasian nilai-nilai hidup yang membawa orang berbudi pekerti ini akan semakin tajam dan dalam apabila diperoleh melalui refleksi, baik pribadi maupun bersama atas suatu pengalaman dan peristiwa hidup. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pendidikan nilai aatu I pendidikan budi pekerti inl akan disampaikan kepada para siswa? Model yang bagaimana yang akan dipilih dan digunakan? Apabila model sudah dapat ditentukan, metode penyampaian macam apa yang dapat digunakan untuk proses penanaman nilal tersebut? I. Model Penyampaian Keberhasilan untuk menawarkan dan menanamkan nilai-nilai hidup melalui pendidikan budi pekerti dipengaruhi juga oleh cara penyampaiannya. Menurut Paul Supamo, dkk ada empat cara penyampaian yang disebut dengan model penyampaian pendidikan budi pekerti di sekolah. a. Model sebagai Mata Pelajaran Tersendiri Pendidikan budi pekerti disampaikan sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi yang lain. Dalam hal ini guru bidang studi budi pekerti harus membuat Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP), Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), metodologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu,Budi Pekerti sebagai mata pelajaran harus masuk daiam jadwal yang terstruktur. Keunggulan pendidikan budi pekerti sebagai mata pelajaran adalah materi lebih terfokus dan terencana dengan matang. Dengan demikian, pelajaran lebih terstruktur dan terukur sebagai informasi. Ada jam yang sudah ditentukan sebagai kesempatan untuk memberikan informasi secara pasti. Guru dapat membuat perencanaan dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. Kelemahan dari model ini adalah tuntutan yang ketat sehingga budi pekerti lebih banyak menyentuh aspek kognitif belaka, tidak sampai pada kesadaran dan internalisasi nilai hidupnya. Selain proses internalisasinya kurang menonjol, aspek afektithya pun kurang mendapat kesempatan untuk dikembangkan. Hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan model ini adalah bahwa penanaman nilai seolah-olah hanya ditumpukan pada satu orang guru bidang studi budi pekerti. Keterlibatan guru bidang studi lain dapat lepas sama sekali.Hal seperti ini dapat mengakibatkan bidang studi budi pekerti hanya sebatas pengetahuan yang dangkal dan ini berarti pendidikan budi pekerti menjadi gagaLsiswa hanya menguasai budi pekerti secara kognitif tanpa penerapan dalam kehidupan sehari-hari. b. Model Terintegrasi delam Semua Bidang Studi Penanaman nilai dalarn pendidikan budi pekerti juga dapat disampaikan secara terintegrasi dalam semua bidang studi. Guru dapat mremilih nilai-nilai yang akan ditanamkan melalui beberapa pokok atau subpokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup. Dengan model seperti ini, semua guru adalah pengajar budi pekerti tanpa kecuali. Dan ini memudahkan penyerapan dan penguasaan nilai budi pekerti oleh seluruh siswa, karena setiap guru terlibat dalam penyampaiannya kepada seluruh siswa; dengan demikian siswa akan merasa semua prilakunya dipantau oleh semua guru. , Model di Luar Pengajaran Penanaman nihai-nilai hidup yang membentuk budi pekerti juga dapat ditanamkan melalui kegiatan di luar pengajaran. Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan dikupas nilai-nilai hidupnya. Model kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh guru sekolah yang bersangkutan yang mendapat sampiran tugas tersebut atau dipercayakan pada lembaga di luar sekolah untuk melaksanakannya. Keunggulan metode mi adalah bahwa anak mendapat nilai melalui pengalaman konkret. Pengalaman akan lebih tertanam dibanding sekadar informasi apalagi informasi yang bersifat monolog. Keterlibatan anak dalam menggali nilai-nilai hidup melalui model kegiatan ini lebih mendalam dan menggembirakan anak. Kelemahan metode ini adalah tidak ada dalam struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dengan demikian, membutuhkan waktu Iebih banyak bagi guru maupun anak untuk meluangkan waktu agar mendapatkan nilai-nilai hidup tersebut. Model ini menuntut kreativitas dan pemahaman akan kebutuhan anak secara mendalam, tidak hanya sekadar ada acara bersama belaka. Oleh karena itu, dibutuhkan pendamping yang kompak dan mempunyai persepsi yang sama. Padahal tidak semua guru mempunyai kemampuan untuk mengamati apalagi mendalami kebutuhan anak secara mendalam.Pelaksanaan kegiatan semacam ini tidak bisa hanya diadakan setahun sekali atau dua kali, tetapi harus berulang kali. Sa'at ini banyak sekolah yang mencoba model ini. Diakhie semester pada sa'at libur sekolah siswa diajak ke suatu tempat . Disana mereka melakukan berbagai kegiatan di bawah bimbingan guru, misalnya membantu petani yang sedang membersihkan sawah, ikut serta dalam gotong royong yang dilakukan oleh suatu desa atau ikut membantu pelaksanaan sunatan massal yang dilaksanankan sdisuatu desa bekerja sama dengan Puskesmas dan dokter sekolah. d. Model Gabungan Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan model di luar pelajaran. Penanaman nilai dilakukan melalui pengakaran formal terintegrasi bersamaan dengan kegiatan di luar pelajaran. Model ini dapat dilaksanakan, baik dalam kerja sama dengan tim oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah. Keunggulan model ini adalah bahwa semua guru terlibat dan bahkan dapat dan harus mau belajar dari pihak luar untuk mcngembangkan diri dan siswa. Anak mengenal nilai-nilai hidup untuk membentuk pekerti mereka dapat secara informatif dan diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik. Kelemahan model ini adalah menuntut keterlibatan banyak pihak, banyak waktu untuk koordinasi, banyak biaya dan kesepahaman yang mendalam, terlebih apabila melibatkan pihak luar sekolah. Selain itu, tidak semua guru mempunyai kompetensi dan keterampilan untuk penanaman nilai ini. Hal ini harus diakui dan diterima sebagai kenyataan. 2. Metode Penyampaian Apabila model penyampaian sudah dilihat dan disesuaikan dengan realitas dalam sekolah, metode penyampaian perlu mendapat perhatian. Metode ini juga penting karena apabila tidak tepat maka tujuan yang akan dicapai sulit untuk diperoleh. Metode mcnyangkut cara pendekatan dan penyampaian nilai-nilai hidup yang akan ditawarkan dan ditanamkan dalam diri anak. Ada bebernpa metode yang dapat ditawarkan atau digunakan untuk pendidikan budi pekerti ini antara lain sebagai berikut. a. Metode Demokratis Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilalan torhadap nilal- nilal yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya dalain menemukan nilai-nilai hidup yang dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai di antaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati, dan toleransi. Melalui metode pendekatan ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaannya. lahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai hidup secara benar dan jujur. Sebagai contoh guru dapat menunjukkan gambar anak yang sedang berkelahi , kemudian guru menanyakan apa yang mereka lihat, bagaimana pendapat mereka. Contoh berikutnya adalah gambar pertandingan sepak bola, kemudian ditanyakan pada mereka sikap yang harus ada pada pemain sepak bola agar permainan dapat berjalan dengan tertip.
b. Metode Pencarian Bersama Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, di mana proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentatif untuk dapat mengambil nilai- nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritis dan mengolahnya, anak diharapkan dapat mengambil nilai- nailai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka Dengan demikian, anak aktif sejak dalam proses pencarian tema atau permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru. Selain menemukan nilai-nilai dan permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk secara kritis analitis mengolah sebab akihat dan permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajak untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak untuk melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya kemungkinan reaslita abu-abu.Contoh setelah beberapa hari hujan deras , guru dapat bertanya pada anak kemungkinan apa yang terjadi akibat dari hujan tersebut. Sebagian besar anak akan menjawab "banjir". Guru melanjutkan lagi pertanyaan jika banjir terjadi bagaimana keadaan masyarakat , dan apa yang harus mereka lakukan.Contoh berikutnya guru membagikan photo copy dari klipping koran; berita tentang kebakaran rumah penduduk. Siswa diberi diberi tugas untuk mencari sebab dari kebakaran tersebut dan apa yang harus mereka lakukan kebakaran tersebut telah memusnahkan rumah seluruhnya sehingga penghuninya tinggal di tenda penampungan sementara. c. Metode Siswa Aktif Metode siswa aktif menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai pada proses penyimpulan atas kegjatan mereka.Misalnya anak diminta untuk menyampaikan beberapa contoh prilaku yang yang tidak sesuai dengan aspek kedisiplinan yang ada di kelas mereka. Kemudian mereka menganalisisnya mengapa ini terjadi, mereka boleh mewawancarai siswa yang melanggar disiplin dan merekapun menyimpulkan dan mencari bagaimana cara mengatasinya. Mereka bisa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan prilaku pelanggaran disiplin, seperti Terlambat, Bolos dan Iainnya. d. Metode Keteladanan Ada pepatah yang mengatakan 'guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Apa yang dilakukan oleh guru atau orang tua akan ditiru oleh anak-anak. Tingkah laku orang muda dimulai dengan meniru (imitation), dan ini berlaku sejak anak masih kecil. Apa yang dikatakan orang yang lebih tua akan terekam dan dimunculkan kembali oleh anak. Anak belajar dan lingkungan terdekat dan mempunyai intensitas rasional yang tinggi. Demikian juga dalam dunia pendidikan. Apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak, bisa jadi tanpa disaring akan langsung dilakukan. Proses pembentukan pekerti pada anak akan dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi anak. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dan guru akan amat berarti bagi seorang anak, demikian pula apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku anak juga akan tidak benar. Oleh karena itu, dituntut ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hidup seorang guru. Budi pekenti ada.'ah sikap hidup yang disadari, diyakini, dan dihayati dalam tingkah laku kehidupan. Kesatuan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Untuk itu guru sangat perlu menyadari bahwa dia adalah sosok yang setiap kali diamati dan ditiru anak didik. Banyak anekdot yang kita dengar seperti : yang tidaj boleh merokok itu siswa, tapi bapak boleh karena tidak ada peraturan tatat tertib yang melarang bapak merokok. Lagi pula bapak kan sudah bisa beli sendiri rokoknya. e. Metode Live In Ada ungkapan yang menyatakan bahwa "pengalaman guru yang terbaik ". Ungkapan ini kiranya tepat, terlebih apabila pengalainan ini sungguh menyentuh hati dapat mengubah sikap dan pandangan hidup orang secara mendalam. Pengalaman yang mendalam lebih sulit terlupakan dalam hidup manusia. Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dalam situasi yang sangat berbeda dan kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Live in tidak hams berhari-hari secara berturut-turut dilaksanakan. Kegiatan ini dapat juga dilaksanakan secara periodik. Misalnya anak diajak berkunjung dan membantu di suatu panti asuhan anak-anak cacat. Anak diajak terlibat untuk melaksanakan tugas- tugas harian yang mungkin dijalankannya, tidak membutuhkan keahlian khusus, dan tidak berbahaya bagi kedua belah pihak. Membantu dan melayani anggota panti asuhan yang tergantung pada orang lain akan memberi pengataman yang tidak hanya sekadar lewat. Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lehih baik dan orang yang dilayani. Lebih baik dari segi fisik maupun kemampuan sehingga tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Anak perlu mcndapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman tersebut, baik secara rasional intelektual maupun dan segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai anak menanggapi pengalaman ini berlebihan tetapi haruslah secara wajar dan seimbang. Siswa dapat membantu polisi lalulintas dalam mengatur lalu lintas di jalan raya; ini untuk menumbuhkan sikap disiplin berlalu lintas pada diri siswa. f. Metode Penjernihan Nilai Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat membuat bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap dengan baik dan tidak mendapat
BABV PENILAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI A. Standart Kompetensi Mahasiswa mampu melaksanakan penilaian pendidikan budi pekerti B. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami aspek penilaian, model penilaian dan problem penilaian pendidikan budi pekerti. Indikator Setelah mempelajari materi kuliah, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan aspek-aspek penilaian pendidikan budi pekerti 2. Menjelaskan model penilaian pendidikan budi pekerti 3. Mendeskripsikan problem penilaian pendidikan budi pekerti 4. Membuat format penilaian pendidikan budi pekerti C. Materi I. Aspek penilaian pendidikan budi pekerti II. Model penilaian pendidikan budi pekerti III. Problem penilaian pendidikan budi pekerti I. Aspek Penilaian Pendidikan Budi Pekerti Penilaian budi pekerti dilakukan untuk mengukur sebarapa jauh nilai-nilai budi pekerti telah dipahami, dihayati, dan diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari, sekurang-kurangnya dapat terlihat di Hngkungan sekolah. Penilaian budi pekerti dapat berbentuk penilaian perilaku, baik individu maupun kelompok. Penilaian dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang penghayatan budi pekerti yang tercermin dalam kualitas hidup sehari-hari. II. Model Penilaian Pendidikan Budi Pekerti a. Penilaian kuantitatif Penyajian hasil penilaian dengan angka dan berpegang pada rentangan angka I (satu) sampai 10 (sepuluh). Cara yang sering digunakan dalam kegiatan penilaian dan penyajian rapor adalah cara kuantitatif/Penyajian pada rapor secara kuantitatif menggunakan bilangan bulat. Ada keterbatasan pada model peniliaian ini untuk pendidikan budi pekerti. hasil pendidikan budi pekerti langsung menyentuh kecerdasan moralitas siswa sehingga pada akhirnya penilaian kuantitatif tidak akan membangun kesadaran moral siswa berkembang dari dalam. bahkan, bisa jadi akan menyuburkan suasana ketidakjujuran dan subjektivitas guru sebagai penilai, serta pendangkalan budi pekerti siswa. b. Penilaian Kualitatif Penyajian hasil penilaian dengan menggunakan bentuk pcmyataan verbal, misalnya baik sekali, baik, sedang, kurang, atau kurang sekali. Jika budi pekerti yang dinilai adalah tingkat atau taraf kemajuan siswa dalam penguasaannya yang menyentuh kecerdasan moral, tingkat kcmajuannya pun secara konkret dapat dilihat atau dirasakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan budi pekerti. III. Problem Penilalan Pendidikan Budi Pekerti Penilaian terhadap pendidikan budi pekerti nengandung sejumlah problem yang menjadi tantangan untuk disikapi. Tantangan tersebut antara lain sebagai berikut. Tidak mudah raenyiapkan seorang guru yang: a. dapat diterima dan dipercaya serta menjadi contoh/teladan/panutan hidup dan budi pekerti yang diajarkan; b. memiliki wawasan dan kemampuan profesional pendidikan budi pekerti yang terintegrasikan dalam setiap mata pelajaran/bidang satu, yang telah menjadi miliknya atau telah mendarah daging dalam kehidupannya; c. mampu mengukur dan menilai budi pekerti dengan alat ukur yang dilakukan secara bertanggung jawab, efektif, optimal, sehingga dapat mewakili hasil kemajuan siswa dalam berperilaku budi pekerti. 2. Tidak mudah menciptakan kerja sama dalam kebersamaan antarguru kelas/bidang studi, kepala sekolah, administrator pendidikan, pengembangan kurikulum, orang tua, serta masyarakat. 3. Belum tersedianya rambu-rambu pelaksanaan dan penilainn pendidikan budi pekerti secara nasional.
BAB VI PENDIDIKAN BUDIPEKERTI DI SEKOLAH DASAR A. Standar Kompetensi Mahasiswa mampu merencanakan pembelajaran budi pekerti di sekolah dasar B. Kompeteni Dasar Mahasiswa memahami bagaimana cara membuat penjabaran dan penerapan nilai-nilai budi pekerti di sekolah dasar dan membuat rencana pembelajarannya. C. Indikator. 1. Menjelaskan nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran budi pekerti dalam kurikulum sekolah dasar. 2. Membuat matriks penjabaran penerapan nilai-nilai budi pekerti di SD 3. Membuat rencana pembelajaran pendidikan budi pekerti D. Materi I. Nilai-nilai budi pekerti dalam kurikulum sekolah dasar II. Matriks penjabaran dan penerapan nilai-nilai budi pekerti A, Nilai Pendidikan Budi Pekerti Dalam Kurikulum Skolah Dasar Pendidikan budi pekerti adalah upaya untuk membekali peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bakal masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersih,berperangai baik, serta mejaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk sehingga terbentuk pribadi seutuhnya yang tercermin pada prilaku yang berupa ucapan , sikap, pikiran, perasaan,kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa.