Anda di halaman 1dari 38

BAB I

HAKEKAT PENDIDIKAN BUDI PEKERTI



A. Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu menguasai hakekat pendidikan budi pekerti.
B. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu
1. Memahami arti dan pentingnya pendidikan budi pekerti
2. Memahami ruang lingkup dan unsur-unsur pendidikan budi pekerti
C. Indikator
Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat
1. Menjelaskan latar belakang pendidikan budi pekerti
2. Menjelaskan pengertian pendidikan budi pekerti
3. Membedakan pendidikan budi pekerti dengan pendidikan afektif, pendidikan
nilai, pendidikan moral dan pendidikan karakter.
4. Mendeskripsikan ruang lingkup pendidikan budi pekerti
5. Mendeskripsikan unsur-unsur pendidikan budi pekerti
D. Maters
I. Latar belakang pendidikan budi pekerti
II. Pengertian pendidikan budi pekerti, pendidikan afektif, pendidikan nilai,
pendidikan moral dan pendidikan karakter
III. Ruang lingkup pendidikan budi pekerti
IV. Unsur-unsur pendidikan budi pekerti

I. Latar belakang pendidikan budi pekerti
Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya
pendidikan moral atau penddikan budi pekerti atau pendidikan karakter dibangkitkan
kembali. Hal ini bukan hanya dirasakan oleh bangsa dan masyarakat Indonesia, tetapi
juga oleh negara-negara maju. Bahkan, di negara-negara Industri di mana ikatan
moral menjadi semakin longgar, masyarakatnya mulai merasakan perlunya
reviitalisasi pendidikan moral yang pada akhir-akhir ini mulai
dilupakankan.Pendidikan moral harus ada di sekolah dengan merevisi materi maupun
strategi pembelajarannya sesuai dengan perkembangan yang ada di masyarakat.
Munculnya tuntutan untuk menyelenggarakan pendidikan budi pekerti
ataupun pendidikan nilai terutama didasarkan pertimbangan 3 (tiga) hal sebagai
berikut :
1. Melemahnya ikatan keluarga. Keluarga yang secara tradisional merupakan guru
pertama dari setiap anak, mulai kehilangan fungsinya. Kesibukan kedua orangtua
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga menyebabkan mereka
lebih banyak menggunakan waktunya di luar rumah. Dengan demikian, terjadi
sejenis kekosongan (vacuum) moral di dalam perkembangan hidup anak.
Hancurnya keluarga menyebabkan hidup anak-anak menjadi terlantar. Perceraian
menjadi sesuatu yang biasa dan akan sangat memukul kehidupan emosional anak
serta menjadi perangsang bagi kelainan kelakuan seperti berbagai jenis kenakalan
dan tawuran di kalangan remaja. Sudah terjadi sejenis disintegrasi keluarga yang
menuntut sudah waktunya untuk menghidupkan kembali pendidikan watak atau
pendidikan budi pekerti dan pendidikan nilai-nilai di lembaga pendidikan sejak
taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Dengan demikian, sekolah
telah berganti peran menjadi pengganti keluarga di dalam memperkenalkan nilai-
nilai moral yang tidak Iagi diperoleh oleh anak dalam keluarga. Dalam hal ini,
sekolah telah mempunyai tugas ganda selain tugas pokoknya mengaj ar, tetapi
juga mendidik. Dalam kehidupan keluarga yang tidak tenteram, anak sukar untuk
belajar. Oleh sebab itu, sekolah perlu memperhatikan atau mewujudkan suatu
masyarakat moral dalam kehidupan sekolah yang membantu anak-anak, yang
tidak memperolehnya lagi dalam lingkungan keluarganya.
2. Kecenderungan negatif di dalam kehidupan remaja dewasa ini, temtama di kota-
kota besar sering terjadi perkelahian, tawuran di kalangan anak-anak SMA,
perkelahian di kalangan mahasiswa bahkan telah merembet menjadi tawuran
antar kampung. Kita dapat menyaksikan hal ini melalui siaran televisi atau mdia
masa lainnya bagaimana maraknya tawuran antar warga di Jakarta pada bulan
Juni 2011 yang lalu. Hal ini baru merupakan sebagian, dan perilaku menyimpang
di kalangan remaja, pemuda, serta masyarakat yang sedang sakit, yang menurut
hasil penelitian merupakan akibat dari disintegrasi keluarga seperti poor-
parenting. Para generasi muda telah kehilangan pegangan dan keteladanan dalam
meniru perilaku yang etis.
Mereka kehilangan model orang dewasa yang dapat digugu dan ditiru. Gejala
kehidupan pemimpin masyarakat yang diistilahkan di dalam gaya hidup KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) menunjukkan bahwa masyarakat itu sendiri
juga telah kehilangan pegangan nilai-nilai moralnya. Tidak mengherankan apabila
generasi muda yang kehilangan pegangan di dalam Iliigkuiigan primernya, yaitu
keluarga dan menghadapi keadaan yang lebih parah di dalam masyarakat
sekitarnya. Dengan demikian semakin terlihat fenomena meningkatnya tingkah
laku kekerasan dari para remaja dan pemuda, ketidakjujuran, pencurian, krisis
kewibawaan, kehidupan hura-hura , menurunnya etos dan etika kerja,
penyelewengan seksual, meningkatnya egoisme dan menurunnya tanggung jawab
warga negara (civil responsibzlity). Dengan singkat para remaja pemuda
cenderung kepada tingkah laku yang self destructive dan kebutaan etika (ethical
ilileracy). Kecenderungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba),
penyelewengan seksual para remaja dan pemuda di sekitar kita, sangat
mengkhawatirkan dan diambang kritis yang sangat meresahkan kalangan
pendidik dan orang tua. Apalagi pada saat ini ( tahun 2009/2010) telah pula
beredar rekaman prilaku asusila dari penyanyi terkenal yang digandrungi remaja
dengan bintang film terkenal pula merupakan venomena baru yang muncul di
masyarakat remaja. Dengan sifat ingin tahu yang sangat tinggi pasti mereka
mencari rekaman itu, meskipun banyak remaja yang mengecam perbuatan
itu.Perselingkuhan antar artis yang telah menikah yang disiarkan pada acara
tertentu oleh Televisi swasta demikian juga dengan berita kawin cerai para artis
seakan jadi hal yang wajar dan boleh dilakukan siapa saja. jika hal ini dianggap
oleh masyarakat sebagai hal yang wajar apalagi oleh anak-anak yang tergolong
remaja, apakah kita tidak perlu mencemaskannya.
3. Suatu kebangkitan kembali dan perlunya nilai-nilai etik, moral, dan budi pekerti
dewasa ini telah timbul suatu kecenderungan masyarakat yang mulai menyadari
bahwa dalam masyarakat terdapat suatu kearifan mengenai adanya suatu
moralitas dasar yang sangat esensial dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.
Oleh karena itu, para orang tua dan pendidik yang lebih dewasa harus mendorong
tumbuhnya moralitas dasar tersebut dengan jalan mengajar kepada generasi muda
secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka menghormati nilai-nilai
tersebut. Generasi muda perlu disadarkan akan tanggung jawabnya untuk hidup
bersama dengan menghormati nilai-nilai dasar tersebut seperti saling
mempercayai, kejujuran, rasa solidaritas sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan
lainnya. Nilai-nilai tersebut bukanla nilai-nilai subjektif, tetapi nilai-nilai objektif
yang merupakan dasar perekat dan pengikat dari nilai hidup bersama. Nilai-nilai
tersebut adalah nilai-nilai hakikat kemanusiaan (hukum dignity) untuk
meningkatkan kemakmuran hidup bersama.

II. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Afektif, Pendidikan Nilai
Dan Pendidikan Karakter
Pengertian pendidikan budi pekerti, pendidikan afektif pendidikan nilai,
pendidikan moral dan pendidikan karakter seringkali mernbingungkan dan
mengaburkan satu sama lain. Untuk itu, perlu dibahas secara rinci mengenai
perbandingannya.
Pengertian budi pekerti mengacu kepada pengertian dalam bahasa Inggris,
yang diterjemahkan sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian
aotara lain: (a) adat istiadat, (h) sopan santun, dan (c) perilaku. Namun, pengertian
Budi Pekerti secara hakiki adalah perilaku.
Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis kata
etika sangat dekat dengan moral. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, jamak: ta
etha) yang berarti adat kebiasaan. Adapun Moral berasal dari babasa latin mos
(jamak: mores) yang juga mengandung arti adat kebiasaan.
Etika ialah srudi tentang cara penerapan hal yang baik bagi hidup manusia,
yang menurut Solomon (1984: 2) mencakup dua aspek, yaitu
(1) Disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya;
(2) Nilai-nilai hidup nyata dan hukum tingkah laku manusia yang menopang nilai-
nilai tersebut,
Bertens (1993;4) mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari adat
kebiasaan, termasuk didalamnya moral yang mengandung nilai dan norma yang
menjadi pegangan sekelompok orang bagi pengaturan tingkah lakunya. Dalam
kaitannya dengan budi pekerti, etika membahasnya sebagai kesadaran seseorang
untuk membuat pertimbangan moral yang rasional mengenai kewajiban memutuskan
pilihan yang terbaik dalam menghadapi masalah nyata. Keputusan yang diambil
seseorang wajib dapat dipertanggungjawabkan secara moral terhadap diri dan 1
ingkunganny a.
Berdasarkan deskripsi bagian di atas, dapat diuraikan konsep utama budi
pekerti sehingga dapat dikemukakan batasan pengertian masing-masing dilihat dari 3
(tiga) pendekatan utama, yaitu sebagai berikut.
Program Sarjana (S-l) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan UNIMED 2012
a. Pendekatan Etika (Filsafat Moral)
Budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan
dan menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya.
Sedangkan watak itu merupakan keseluruhan dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan,
dan nilai moral seseorang yang baik, yang dicakup dalam satu istilah sebagai
kebajikan.

b. Pendekatan Psikologi
Budi pekerti mengandung watak moral yang baku dan melibatkan keputusan
berdasarkan nilai-niiai hidup. Watak seseorang dapat dilihat pada perilakunya yang
diatur oleh usaha dan kehendak berdasarkan hati nurani sebagai pengendali bagi
penyesuaian diri dalam hidup bermasyarakat (Hurlock, 1978: 8).

c. Pendekatan Pendidikan
Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang
bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-
nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui
kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama (Banks, 1990: 429; Jarolimek,
1990: 53).
Selanjutnya dalam Taksonomi Bloom, pendidikan budi pekerti menekan ranah afektif
(perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikii rasional) dan ranah
skill psikomotorik (kerampilan, terampil mengolah data mengemukakan pendapat,
dan kerja sama).
Menurut Jarolimek (1990: 53-57) untuk mcnghindari kcrancuan pendidikai budi
pekerti dengan jenis pendidikan afektif, pendidikan nilai, pendidikan moral, dai
pendidikan karakter maka perlu dikemukakan pengertian masing-masing sebaga
berikut. 1. Pendidikan Afektif
Pendidikan ini berusaha mengembangkan aspek emosi atau perasaan yz umumnya
terdapat dalam pendidikan humaniora dan seni, namun juga dihubungka dengan
sistem nilai-nilai hidup, sikap, dan keyakinan untuk mengembangkan moral dan
watak seseorang
2. Pendidikan Nilai-Nilai
Pengembangan pribadi siswa tentang pola keyakinan yang terdapat dalam sistem
keyakinan suatu masyarakat tentang haJ baik yang hams dilakukan dan hal buruk
yang harus dihindari. Dalam nilai-nilai ini terdapat pembakuan tentang hal baik dan
hal buruk serta pengaturan perilaku. Nilai-nilai hidup dalam masyarakat sangat
banyak jumlahnya sehingga pendidikan berusaha membantu untuk mengenali,
memilih, dan menetapkan nilai-nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai
landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara konsisten dan menjadi
kebiasaan dalam hidup bermasyarakat.
3. Pendidikan Moral
Berusaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan kehendak
masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi nilai-
nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat. Karena menyangkut dua aspek
milah, yaitu (a) nilai-nilai, dan b) kehidupan nyata, maka pendidikan moral lebih
banyak membahas masalah dilema (sepcrti makan buah simalakama) yang berguna
untuk mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri dan masyarakatnya.
4. Pendidikan Karakter
Sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Seseorang dapat dikatakan
berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya.Sa,at ini Pendidikan Karakter merupakan prioritas utama departemen
pendidikan nasional yang dituangkan dalam Rencana aksi Nasional Pendidikan
Karakter 2010.Pendidikan Karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk menberikan keputusan baik-buruk, memelihara
apayang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari deng
scpenuh hati.
5. Pendidikan Budi Pekerti
Pendldikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah ya bertujuaii
aiengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-ni dan
keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melal kejujuran, dapat
dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afek (perasaan dari sikap)
tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional) dan ran skill/psikomotorik
(keterampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendap; dan kerja sama).
Sementara itu, pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulu berbasis
kompetensi dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional. a Pengertian
Pendidikan Budi Pekerti secara konsepsional mencakup hal-hal sebag berikut. s
(1) Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yai
berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang ak; datang.
(2) Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perilal
peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupn; secara
selaras, serasi, seimbang (lahir batin, material spiritual, dan individu sosial).
(3) Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhn^ yang
berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajan dan latihan
serta keteladanan.
b, Pengertian Pendidikan Budi Pekerti secara Operasional adalah upaya unti
membekali para peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan selama
pertumhuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya, agar memili]
hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalai

roela^ r^anakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian,
lerbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berapa ucapan,
perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai
agama serta norma dan moral luhur bangsa.
ID. Ruang Lingkup Materi Dan Substansi Pendidikan Budi Pekerti
Ruang lingkup materi budi pekerti menurut Milan Rianlo, (2001: 4 10) secara garis
besar dapat dikelompokkan dalam tiga hal nilal akhlak yaitu sebagai berikut. (1).
Akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa (2) Akhlak terhadap manusia (3) Akhlak
texhadap Iingkungan; yang masing-masing terdiri pula dari beberapa bagian.
Selanjutnya dijelaskan bagian dari luang lingkup pendidikan budi pekerti di bawah
ini.
(1) Akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa a. Mengenal Tuhan
1) Tuhan Sebagai Pencipta
Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan semua benda yang ada d sekeliling kita
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang Mahakuasa. Kita harus percaya kepada Tuhan
yang rnencfptakan alam semesta ini, artinya kita wajib mengakui dan meyakini
bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu memang ada. Kita harus beriman dan bertakwa
kepada-Nya dengan yakin dan patuh serta taat dalam menjalankan segala perintahNya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Semua agama mempunyai pengertian tentang
ketakwaan, secara umum takwa berarti taat melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Jadi, kita harus ingat dan waspada serta hati-hati jangan sampai
melanggar perintah-Nya.
2) Tuhan sebagai Pemberi (pengasih, penyayang)
Tuhan Yang Maha Esa adalah maha pemberi. pengasih, dan penyayang. Asalkan kita
meyakini akan keberadaannya dan akan kekuasaan dan kebesaranNya maka Tuhan
akan memberikan apa pun yang kita minta. Dalam ajaran agama disebutkan
"Mintalah kepada-Ku, Niscaya aku akan memberinya". Oleh karena itu, janganlah
kita merasa bosan untuk berdoa dan memohon, jangan pula cepat menyerah, tetapi
harus tetap berusaha dengan sekuat tenaga. Setiap akan melakukan suatu pekerjaan
jangan lupa membaca doa agar mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan serta
selamat. Setelah selesai sampaikan rasa syukur kita, misalnya dengan mcngucapkan
alhamdulillah, terimakasih Tuhan. 3) Tuhan sebagai Pemberi Balasan (baik dan
buruk) Selain Tuhan maha pemberi, juga akan selalu memberi balasan terhadap apa
yang kita kerjakan di manapun dan kapanpun. Jika kita berbuat baik, pasti Tuhan
akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala yang berlipat ganda; tetapi
sebaliknya jika berbuat buruk/jahat, Tuhan pun akan membalasnya dengan siksa dan
dosa. Menurut norma agama, jika kita melanggar perintah Tuhan maka kita akan
mendapatkan hukuman dari Tuhan karena kita berdosa. Oleh karena itu, marilah kita
berbuat baik dan beribadah sesuai dengan ajaran agama kita masing-masing. Sikap ini
sangat baik bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keadaan
kehidupan bermasyarakat akan lebih baik apabila semua umat beragama
melaksanakan ajaran agamanya dengan penuh kesadaran, ketakwaan dan keikhlasan.
b. Hubungan Akhlak kepada Tuhan Yang Maha Esa
1) Ibadah/Menyembah
a) Umum
Kita mengenal pencipta dan yang diciptakan (AI-Khalik dan makhluk). Manusia
sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban terhadap Sang Pencipta dan kewajiban
terhadap sesama manusia: Kewajiban terhadap Tuhan ialah melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Perbuatan yang dilakukan karena perintah-
Nya disebut ibadah. Semua perbuatan baik yang kita lakukan merupakan ibadah,
tentu, saja yang berada dalam bingkai perintah-Nya. Perintah dan larangan-Nya ada
dalam kitab suci yang diturunkan-Nya, selain itu juga contoh perbuatan yang
diberikan oleh para Nabi dan Rasul. Banyak perbuatan baik yang merupakan ibadah
yang bersifat umum yang diajarkan oleh agama yang ada di dunia ini, seperti tolong-
menolong dalam kebaikan, kasih sayang, bersikap ramah dan sopan, bekerja keras
dalam mencari nafkah, dan tolong-menolong dalam kebaikan. b) Khusus
Selain dari ibadah umum, ada juga ibadah yang bersifat khusus. lbadah yang bersifat
khusus adalah ibadah yang pelaksanaannya mempunyai tata cara tertentu. Dalam
ajaran Islam, misalnya ajaran shalat, puasa, zakat dan haji ibadah ini. Ada petunjuk
khusus dalam pelaksanaannya bila tidak diikuti maka ibadahnya tidak sah.
2) Meminta Tolong kepada Tuhan
a) Usaha atau Upaya
Tuhan tidak akan menurunkan sesuatu kepada manusia, seperti itu yang memberikan
makanan kepada anaknya. Tuhan tidak akan menjatuhkan uang berkarung-karung
dari langit karena kita dituntut berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Ajaran agama
menyebutkan Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak
mengubahnya. Ini menunjukkan bahwa kita harus berusaha untuk memperbaiki
keadaan kita. Jika Bangsa Indonesia ingin sejahtera, adjl dan makmur maka bangsa
Indonesia sendirilah yang harus mengubahnya. Melaksanakan perubahan harus sesuai
dengan cara-cara yang benar, tidak korup, jujur, ikhlas dalam bekerja, serta berdoa
dengan keras.
Setiap agama mengajarkan kepada umatnya untuk berdoa "mintalah kepadaKu maka
aku akan mengabulkan "Ingatlah padaku maka aku akan ingat padamu.
(2). Akhlak terhadap Sesama Manusia
a. Terhadap Diri Sendiri
Setiap manusia harus mempunyai jati diri. Dengan jati diri, seeorang mampu
menghargai dirinya sendiri; mengetahui kemampuannya, kelebihan dan
kckurangannya; serta dapat menjawab beberapa pertanyaan: Siapakah saya ini?
Apakah saya berguna atau tidak bagi orang lain? Mengapa saya harus berbuat lebih
baik? Bagaimana caranya dapat berguna bagi diri sendiri atau orang lain dan
masyarakat serta bangsa dan negara? Di mana saya harus berbuat baik, dan
sebagainya.
Jika kita dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan baik dan benar, kita
akan mempunyai konsep diri yang positif. Kita harus berkelakuan dan berbuat baik
setiap hari di mana saja. Kita pun harus berkarya demi kegunaan kita sendiri,
keluarga dan masyarakat bahkan bangsa dan negara. b. Terhadap orang tua
Orang tua adalah pribadi yang ditugasi Tuhan untuk melahirkan, membesarkan,
memelihara, dan mendidik kita, maka sudah sepatutnya seorang anak menghormati
dan mencintai orang tua serta taat dan patuh kepadanya. Beberapa sikap yang perlu
kita perhatikan dan lakukan kepada orang tua adalah sebagai berikut.
(1) Memohon izin, memberi salam pada waktu mau pergi dan pulang dari sekolah,
lebih baik lagi jika mencium tangannya.
(2) Memberitahukan jika kita mau pergi ke mana dan berapa lamanya.
(3) Gunakan dan peliharalah perabot atau barang-barang yang ada di rumah b'ta yang
menjadi milik orang tua kita.
(4) Tidak meminta uang yang berlebihan dan jangan bersifat boros.
(5) Harus membantu pekerjaan yang ada di rumah, misalnya mcmbersihkan rumah,
memasak dan mengurus tanaman.
(6) Kalau ada pembantu di rumah, kita harus memperlakukannya sebagai sesarna
manusia yang sederajat dengan kita. Dan segi martabat kemanusiaan pembantu perlu
diperlakukan sebagai bagian anggota keluarga yang perlu dijamin hak azasinya
Bersikaplah hormat, menghargai, dan mintalah saran, pendapat, petunjuk, dan
bimbingannya. Karena orang yang lebih tua dari kita, pengetahuannya,
pengalamannya, dan kemampuannya lebih dari kita. Manapun kita berjumpa berikan
salam dan datanglah ke tempat orang yang lebih tua dari kita. Jika kita mempunyai
saran dan pendapat maka sampaikanlah dengan tenang, tertib, dan tidak menyinggung
perasaannya. Lebih baik kita merendah daripada
sombong. d. Terhadap sesama
Melakukan tata krama dengan teman sebaya memang agak sulit karena mereka
merupakan teman sederajat dan sehari-hari berjumpa dengan kita sehingga sering
lupa memperlakukan mereka menurut tata cara dan sopan santun yang baik. Sikap
yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
(1) menyapa jika bertemu;
(2) tidak mengolok-olok sampai melewati batas;
(3) tidak berprasangka buruk;
(4) tidak menyinggung perasaannya;
(5) tidak memfitnah tanpa bukti;
(6) selalu menjaga nama baiknya;
(7) menolongnya jika mendapat kesulitan.
Selain itu, kita pun hams bergaul dengan semua teman tanpa memandang asal-usul
keturunan, suku bangsa, agama, maupun status sosial. Janganlah membentuk
kelompok the beauties yang terdiri dari orang-orang yang merasa dirinya cantik atau
kelompok file handsome yang terdiri atas orang-orang yang merasa diriny tampan
atau ganteng atau kelompok anak-anak pejabat.Masuklah ke kelompok bisa
membimbing diri kita ke arah yang lebih baik seperti kelompok keagamaan,
kelompok olah raga, atau kelompok yang bersifat sosial, atau bentuk kelompok
lainnya yang dapat mengembangkan pribadi ke arah yang lebih baik atau dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan.. c Terhadap orang yang lebih muda
Yang lehih tua seharusnya melindungi, menjaga, dan membimbing yang lebih muda.
Berilah mereka petunjuk, nasihat atau saran/pendapat yang baik sehingga akan
berguna bagi kehidupannya yang akan datang. Perangai kita yang buruk atau jelek
janganlah diperlihatkan kepada orang yang lebih muda dari kita, sebab khawatir
mereka mencontoh dan mengikutinya..
(3) Akhlak terhadap Lingkungan a. Alam
(1) Flora
Manusia tidak mungkin bertahan hidup tanpa adanya dukungan lingkungan alam
yang sesuai, serasi seperti yang dibutuhkan, Untuk itulah kita harus mematuhi aturan
dan norma demi menjaga kelestarian dan keserasian hubungan antara manusia dengan
alam sekitaniya. Tumbuh-tumbuhan (flora) sangat berguna bagi kehidupan manusia,
misalnya sayuran, buah-buahan, dan padi. Bahkan tidak sedikit tumbuh-tumbuhan
yang dapat digunakan untuk obat. Hutan harus dapat dilestarikan sebab dari hutan
pun banyak hasil yang didapatkan misalnya kayu, rotan, dan Iain-lain. Tidak sedikit
pula perkebunan menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan penduduk, misalnya
perkebunan teh, kopi, kelapa sawit, cokelat, dan Iain-lain. Oleh karena itu, jagalah
dan peliharalah lingkungan kita dengan baik.
(2) Fauna
Bumi Indonesia dikaruniai Tuhan berbagai fauna. Hal ini memperkaya keindahan dan
kemakmuran penduduk. Hewan-hewan ada yang dipelihara, diternakkan, ada juga
yang masih liar. Peternakan yang banyak menghasilkan dan menguntungkan
misalnya sapi, kerbau, kambing, sedangkan yang dipelihara untuk kunjungan wisata
misahiya harimau, banteng, buaya, gajah, dan sebagainya. Flora dan fauna adalah
ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, wajib kita lestarikan.
b. Sosial-Masyarakat-Kelompok
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Bagaimanapun keadaannya atau kemampuannya pasti memerlukan bantuan orang
Iain, misalnya peristiwa melahirkan, khitanan, perkawinan, dan kematian. Hubungan
antara manusia dengan manusia dalam masyarakat ataupun kelompok harus selaras,
serasi, dan seirnbang. Kita harus saling menghormati, menghargai, dan tolong-
menolong untuk mencapai kebaikan. Jika mampu bantulah orang miskin dan yatim
piatu sesuai dengan ajaran agama kita. Jika masyarakat membangun nimah ibadah
atau sarana keagamaan ikutlah berpartiaipasi. Jika ada tertangga yang inengalami
musibah usahakan untuk mengunjunginya menyatakan turut berdukacita atau
belasungkawa.
IV. Unsur-Unsur Pendidikan Budi Pekerti
Penekanan pendidikan budi pekerti dan pengetahuan di sekolah harus diseimbangkan.
Pengertian keseimbangan di sini lebih menekankan pada kebutuhan dari aspek
perkembangan manusia. Untuk membantu melihat hal tersebut kiranya reriu dilihat
perkembangan kognitif, dan perkembangan moral. Dengan melihat abapan-tahapan
perkembangan moral dan perkembangan kognitif, bisa dilihat faeseimbangan
penekanan pendidikan budi pekerti dan pengetahuan. Pendidikan dasar fcaus
ditekankan dan diprioritaskan pada penanaman nilai dibandingkan dengan Kogajaran
nilai-nilai dasar penghargaan terhadap orang lain, religiusitas, sosialitas, gender,
keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang. tanggung jawab,
penghargaan terhadap lingkungan, harus diberikan sesuai dengan tingkat pemahaman
mak.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal, pengajaran akademik, semakin besar
porsinya. Pada taraf pendidikan rendah nilai-nilai dasar dikenalkan dan proses
penanamannya diulang terus-menerus sampai ke jenjang sekolah menengah. Tahap
demi tahap ditingkatkan dan harus mampu mengantar anak pada proses kesadaran
peaghayatan dan pembentukan nilai hidup. Semakin banyak guru memperkenalkan
nilai-nilai (value) dan kesadaran ilmiahnva tinggi, akan semakin yakin bahwa apa
yang dianut dan diyakini guru adalah sesuatu yang baik, berharga, dan pantas selalu
cfiperjuangkan. Nilai-nilai tersebut baik berupa nilai kehidupan maupun nilai-nilai
yang bersifat akademis (ilmiah).
Selain memperhatikan perkembangan kognitif dan moral anak, perlu juga
tfiperhatikan segi empati dan kecerdasan ernosional anak. Secara terperinci keempat
unsur tersebut, yaitu perkembangan kognitif anak, perkembangan moral anak, empati,
dan kecerdasan emosional dijelaskan sebagai berikut.
1. Perkembangan Kognitif menurut Piaget
Piaget membagi perkembangan kognitif seseorang dalam empat tahap, yaitu sensori
motor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Tahap sensori
motor terjadi pada umur sekitar 0-2 tahun. Pada tahap ini anak dicirikan dengan
tindakannya yang suka meniru dan bertindak secara refleks. Anak dalam tahap ini
hanya memikirkan apa yang terjadi sekarang. Anak akan meniru apa yang diperbuat
orang dewasa. Oleh karena itu, model penanaman nilai dilakukan dengan cara
menirukan, dan orang dewasa sebagai teladan yang ditirukan. f k ) Pada tahap
praoperasional yang terjadi pada umur 2-7 tahun, anak mulai
\jy
menggunakan simbol dan bahasa. Dengan penggunaan bahasa, anak mulai dapat
memikirkan yang tidak terjadi sekarang, tetapi yang sudah lalu. Dengan adanya
bahasa maka ia dapat mengungkapkan sesuatu hal lebih luas daripada yang dapat
dijamah, yang sekarang dilihatnya. Dalam hal sikap pribadi, anak pada tahap ini
bersikap egoentris, berpikir pada diri sendiri. Penanaman nilai mulai dapat
menggunakan bahasa, dengan bicara dari sedikit penjelasan.
Pada tahap operasional konkrit (7-11 tahun) anak sudah berpikir 'transformasi
reversible (dapat dipertukarkan) dan kekelan. Dia dapat mengerti perpindahan benda,
mulai dapat mmbuat klasifikasi, namun dasarnya masih pada hal yang konkrit. Anak
sudah mulai dapat mengerti persoalan sebab akibat. Oleh sebab itupun dalam
penanaman nilai sudah dapat dikenalkan suatu tindakan dengan akibat yang baik dan
yang tidak baik. Misalnya perbuatan berbohong tidak ada baiknya demikian juga
dengan mengambil milik orang lain tanpa ijin apa akibat tidak baiknya
Pada tahap operasional formal (umur 11 tahun ke atas ) anak sudah dapal berpikir
formal , abstrak. Ia juga sudah dapat berpikir secara deduktif induktif dan hipotesis.
Ini berarti ia sudah dapat berpikir tentang apa yang datang ; sesuatu yanj diandaikan.
Anak sudah dapat menyadari alasan dari suatu perbuatannya. Anak sudal dapat
memahami rasional dari suatu perbuatannya. Dalam penanaman nilai anal sudah
dapat diajak berdiskusi. Anak telah dapat memikirkan nilai yang baik. Justru
penanaman nilai dengan paksaan orang tua atau guru pada saat ini da menimbulkan
konflik. Hal ini menunjukkan tanda bahaya bagi perkembangan nilai pada diri anak
untuk waktu berikutnya. Orangtua, guru, atau orang yang dianggap tua san gat perlu
memahami keadaan anak pada sa'at ini..
Secara sederhana dalam perkembangan tahap pemikiran itu dapat dilihat beberapa hal
yang dapat mempengaruhi pendidikan nilai, yaitu sebagai berikut.
1. Perkembangan anak dari tahap meniru dan refleks, ke berbuat sendiri secara sadar.
2. Perkembangan dan pemikiran konkret ke abstrak.
3. Perkembangan dan pemikiran egosentris ke sosial.
Dari sini dapat dimengerti bahwa dalam penanaman nilai budi pekerti pada anak
perlu dimulai dan suatu yang konkret, nyata, baru pada pengertian yang abstrak. Pada
usia yang Iehih dini, lebih ditekankan praktik dan pengalaman nyata, sedangkan pada
usia selanjutnya dengan penyadaran kognitif dan pengertian. Pada anak kecil hams
diberi banyak latihan, praktik, dan dihadapkan pada kenyataan konkret. Misalnya,
melatih penghargaan terhadap orang lain melalui latihan memberikan pujian,
memberikan hadiah, dan Iain-lain. Sedangkan pada umur yang lebih tua akan
dijelaskan apa maksud memberikan pujian, hadiah dan penghargaan. Pada anak yang
semakin besar, semakin ditanamkan nilai sosialitas.
2, Taraf Perkembangan Moral Kohlberg
Lawrence Kohlberg seorang pakar dan praktisi dalam pendidikan moral mendasarkan
pandangannya dan penelitian yang dilakukan bertahap terhadap sekelompok anak
selama 12 tahun. Dan penelitian ini dapat dikatakan secara singkat bahwa
perkembangan moral manusia tcrjadi dalam tahapan yang bergerak maju dan tarafhya
semakin meningkat. KohJberg membagi perkembangan moral seseorang dalam tiga
tingkat, yaitu tingkat prakonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat
pascakonvensional. Dari ketiga tingkat tersebut Kohlberg membagi menjadi enam
yailu sebagai berikut.
a. Orientasi pada hukuman dan ketaatan
Tahap ini penekanannya pada akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik
buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dan akibat tersebut. Anak
menghindari hukuman lebih dikarenakan rasa takut, bukan karena rasa hormat atau
kesadaran akan sesuatu yang salah. Kita bisa melihat contoh pada anak. Mereka patuh
bukan karena ia menyadari bahwa ia patuh karena itu benar, tetapi karena la takut
hukuman yang akan diterimanya bila tidak patuh ; terutama pada hukuman fisik.
b. Tahap orientasi hedonis (kepuasan individu)
Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang memuaskan kebutuhan individu sendiri,
tetapi juga kadang mulai memerhatikan kebutuhan orang lain. Hubungan lebih
menekankan unsur timbal balik dan kewajaran.
c. Orientasi anak manis
Pada tahap ini anak memenuhi harapan keluarga dan lingkungan sosialnye yang
dianggap bemilai pada dirinya sendiri, sudah ada loyalitas. Unsur pujiai menjadi
penting dalam tahap ini karena yang ditangkap anak adalah orang dipuj karena
berlaku baik. Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atai yang
membantu orang lain, dan yang disetujui oleh mereka.
d. Orientasi terhadap hukum dan ketertiban s
Menjalankan tugas dan rasa hormat terhadap otoritas adalah tindakan yan benar.
Orang mendapatkan rasa hormat dengan berperilaku menurut kewajiban.
e. Orientasi kontak sosial legalitas
Perbuatan yang benar cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama d: ukuran-
ukuran yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh masyarak; Terdapat
suatu kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai dan pendapat pribz serta suatu
tekanan pada prosedur yang sesuai untuk mencapai kesepakatan. Terlep dari apa yang
disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal ni dan pendapat
pribadi.
f. Orientasi suara hati
Orientasi pada keputusan suara hati dan prinsip etis yang telah dipilih send yang
mengacu pada pemahaman logis menyeluruh, universal, dan konsiste: Sebaiknya
prinsip-prinsip itu universal mengenai keadilan, timbal balik, persamaan hak asasi
manusia, serta mengenai rasa hormat terhadap marts manusia.



BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
A. Standart Kompetensi
Menguasai konsep pendidikan budi pekerti
B. Kemampuan Dasar
- Mampu meraahami visi, misi, tujuan dan sasaran pendidikan budi pekerti
C. Indikator
Setelah mempelajari materi perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan visi dan misi pendidikan budi pekerti
2. Menjelaskan tujuan dan sasaran pendidikan budi pekerti
D. Materi
I. Visi dan misi pendidikan budi pekerti
II. Tujuan dan sasaran pendidikan budi pekerti
Budi pekerti yang baik menurut pandangan masyarakat Indonesia adalah perilaku
seseorang dalam kehidupan sehari - hari sesuai dengan norma - norma, aturan - aturan
dan hukum yang berlaku di masyarakat, disamping taat menjalankan ajaran agama.
Pendidikan budi pekerti sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia, karena dengan
budi pekerti yang baik segala aspek kehidupan di masyarakat akan terasa aman,
tenang, tentram dan damai.
L Visi dan Misi Pendidikan Budi Pekerti
Budi pekerti yang baik sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Perilaku
hidup baik, tertib sopan santun, ramah tamah dan teladan sudah terangkum dalam
pendidikan budi pekerti yang baik. Visi Pendidikan Budi Pekerti telah ifitetapkan
pemerintah melalui Departmen Pendidikan Nasional adalah :
Program Sarjana (S-I) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan UNIMED 2012
"mewujudkan pendidikan budi pekerti sebagai bentuk pendidikan nilai, moral, etil
yang berfungsi menumbuh kembangkan individu warga negara Indonesia yan
berakhlak mulia dalam pikir, sikap, dan perbuatannya sehari-hari, yang secara bena
benar menjiwai dan memahami semua mata pelajaran yang relevan serta sistei sosial-
kultural dunia pendidikan sehingga dan dalam diri setiap lulusan setiap jeni jalur, dan
jenjang pendidikan terpancar akhlak mulia".
Adapun misi adalah harapan pendidikan budi pekerti untuk mencapai tuju<
pembelajaran. Berdasarkan pemahaman ini, antara visi dan misi merupakan kesatu;
yang berurutan langkahnya. Lebih lanjut misi pendidikan budi pekerti menur Cahyato
2002 ( dalam Nurul Zuriah, 2007) adalah sebagai berikut:
1. Membantu siswa memahami kecenderungan masyarakat yang terbuka dalam e
globalisasi, tuntutan kualitas dalam segala bidang, dan kehidupan yai demokratis
dengan tetap berlandaskan norma budi pekerti warga nega Indonesia.
2. Membantu siswa memahami disiplin ilmu yang berperan mengembangkan bu
pekerti sehingga diperoleh wawasan keilmuan yang berguna unt mengembangkan
penggunaan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
3. Membantu siswa memahami arti demokrasi dengan cara belajar dalam suasa
demokratis bagi upaya mewujudkan masyarakat yang lebih demokratis.
Bertolak dari visi yang ada dalam pendidikan budi pekerti menurut Buki Pedoman
Umum dan Nilai Budi Pekerti untuk Pendidikan Dasar dan Meneng (2000: 4) maka
misi pendidikan budi pekerti adalah sebagai berikut.
1. Mengoptimalkan substansi dan praksis mata pelajaran yang relevan, khususn
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), serta mata pelajai lainya
yang relevan sebagai wahana pendidikan budi pekerti sehingga p; peserta didik bukan
hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas sec; emosional, sosial, dan spiritual.
2. Mewujudkan tatanan dan ildim sosial budaya dunia pendidikan yang seng
dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang memancarkan akhlak me luhur
sebagai wahana bagi siswa, tenaga kependidikan, dan manajer pendidikan untuk
membangun interaksi edukatif dan budaya sekolah yang juga memancarkan akhJak
mulia, yang demokratis dengan tetap berlandaskan norma budi pekerti warga negara
Indonesia.
3. Memanfaatkan media massa dan lingkungari masyarakat secara selektif dan adaptif
guna mendukung keseluruhan upaya penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai budi
pekerti luhur baik yang melalui mata pelajaran yang relevan maupun yang melalui
pengembangan budaya pendidikan di sekolah.
d. Membangun kerjasama antar keluarga, sekolah dan masyarakat dalam penerapan
pendidikan budi pekerti.
Melihat uraian visi dan misi pendidikan budi pekerti sebagaimana ditentukan
Departernen Pendidikan Nasional diatas, maka pendidikan budi pekerti penting untuk
dflaksanakan.
Pentingnya pendidikan budi pekerti diselenggarakan baik disekolah, keluarga,
maupun masyarakat diantaranya dalarn rangka:
L Membantu meningkatkan kemampuan kita supaya berbudi pekerti baik dan
mengembangkan lingkungan yang berbudi pekerti agar dalam kehidupan sehari-hari
kepribadian kita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
2. Mengajak kita dan keluarga serta masyarakat mengembangkan pola hidup dengan
perilaku yang baik yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan lingkungan.
3. Berusaha membantu kita, keluarga, dan masyarakat beradaptasi yang efektif
dengan pola hidup yang sesuai dengan norma, kaidah, dan aturan masyarakat.
4. Membantu kita, keluarga dan masyakarat untuk hidup secara teratur. bertatakrama
dan menjauhi segala perbuatan tercela serta melakukan perbuatan terpuji.

II. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Budi Pekerti
Menyadari pendidikan budi pekerti merupakan faktor utama dalam kesinambungan
hubungan dalam kehidupan, maka derajat kita tergantung pada budi pekertinya.
Kekayaan yang melimpah bagi kita tanpa dibarengi budi pekerti yang baik akan
hilang maknanya dan bukan kebaikan yang akan terwujud, tetapi kebaHkannya
seperti sikap merendahkan orang lain, sombong, bersikap sewenang-wenang,
mengukur sesuatu berdasaikan uang, kekejaman, kebengisan terhadap yang pemah
(seperti penculikan, pemerkosaan dan berbagai pelanggaran HAM lainnya)
Kepandaian yang tinggi tanpa dibarengi budi pekerti yaug baik akan melahirkan
kehancuran, karenanya dengan kepandaian itu akan lahirlah dari tangannya kejahatan
yang canggih yang akan menyengsarakan kehidupan manusia seperti Bom Atom,
atau di jaman sekarang yang sering kita dengar kejahatan di dunia maya. Internet
yang seharusnya mempennudah kita dalam beberapa hal justru digunakan untuk
kejahatan. Penguasaan teknologi tanpa dibarengi budi pekerti yang baik juga
menambah kejahatan seperti pencurian uang melalui ATM dan kejahatan lainnya.
Membangun budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari - hari berarti menegakan
fitrah manusia yang berkedudukan tinggi. jika tidak berupaya menegakan budi
pekerti yang baik, berarti kita menentang fitrah manusia sendiri. Kita sebagai
manusia secara fitrah berkecendrungan untuk berbuat kebajikan dan mengakui
adanya kekuasaan yang lebih tinggi dan kita. yattu Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan berbudi pekerti yang baik dapat menciptakan manusia menjadi mahluk yang
mulia dan sempurna serta membedakan dan mahluk - mahluk lain. Jadi bukan
sekedar mempelajari pendidikan budi pekerti yang baik dan mana budi pekerti yang
buruk, akan tetapi yang terpenting adalah mengamalkan dan memperaktekkan budi
pekerti yang luhur yang sesuai dengan tuntutan agama dan norma dan budaya yang
ada di masyarakat. Maka dan itu pendidikan budi pekerti sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari - hari yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahan dan teknologi.
Kita bisa bayangkan apa jadinya jika ilmu pengetahan dan teknologi yang
berkembang begitu pesat tanpa dibarengi dengan budi pekerti. Tujuan Pendidikan
budi pekerti adalah seabagai berikut:
1. Tujuan Umum
a. Memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai, mengembangkan keterampilan
sosial yang rnemungkinkan turnbuh dan berkembangnva dalam perilaku sehari -hari
dalam berbagai konteks sosial budaya yang bhineka.
b. Siswa mampu menggunakan pengetahuan, nilai, keterampilan mata pelajaran itu
sebagai wahana yang rnemungkinkan tumbuh dan berkembangnya serta terwujudnya
sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan ahlak mulia yang dipersyaratkan bagi
manusia Indonesia seutuhnva.
c. Membangun tatanan dan iklim sosial buadaya dunia persekolahan yang
berwawasan dan memancarkan akhlak mulia sehingga lrngkungan dan budaya
sekolah menjadi teladan atau model pendidikan budi pekerti secara utuh (Dep Dik
Nas2001:6)
2. Tujuan Khusus
Perbuatan yang kita lakukan dapat mengangkat derajat kita atau menjatuhkan derajat
kita, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Karena itu kita
harus mengetabui batas - batas dari budi pekerti yang baik dan mana budi pekerti
yang buruk, mana terpuji dan mana yang tercela. Dengan demikian tujuan pendidikan
budi pekerti adalah sebagai berikut I. Agar kita mampu menjalankan sifat - sifat
terpuji, yakni
a. Pribadi yang selalu menjaga harga diri dan perbuatan buruk, kotor dan keji
b. Pribadi yang selalu menjaga kesucian diri dan perbuatan yang dilarang oleh agama
c. Pribadi yang selalu rajin dalam belajar dan bekerja, tidak menjadi orang pemalas
A Pribadi yang selalu jujur dan terbuka, jauh dan prilaku yang berpura-pura atau
bersandiwara e. Pribadi yang selalu sabar, tawakal, tidak cepat emosi dan frustasi bila
mendapat suatu masalah
Pribadi yang selalu berani menentang kemungkianan dan membela kebenaran g.
Pribadi yang selalu sopan santun dalam pergaulan sehari - hari, baik di
lingkungan sekolah, keluarga maupun dilingkungan masyarakat
h. Pribadi yang selalu cepat mempunyai rasa bersalah dan rasa malu jika berbua
dosa dan kesalahan i. Pribadi yang selalu taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agamj
masing masing j. Pribadi yang mensyukuri hikmat Tuhan Yang Maha atas karunia
yang telal
diberikan
k. Pribadi yang selalu menghormati antar sesama, antarkawan, maupun lawan 1.
Pribadi yang selalu teliti dalam mengerjakan sesuatu, agar tidak menyesa
dikemudian hari
m. Pribadi yang selalu hemat untuk kesejahteraan hidup n. Pribadi yang selalu ikhlas
o. Pribadi yang selalu bertanggung jawab dalam berbagai hal, baik dalam bidanj
pekerjaan maupun kegiatan - kegiatan lain yang menjadi tugas dan bebannya p.
Pribadi yang mandiri dan tidak selalu menggantungkan pada orang lain dalan
menjalankan kehidupan sehari - hari
q. Pribadi yang tawakal tabah mengahadapi berbagai cobaan dan Tuhan r. Pribadi
yang giat, tidak menjadi orang pemalas s. Pribadi yang berdisiplin, selalu tertib,
teratur, dan tepat waktu t. Pribadi yang berbakti untuk nusa, bangsa dan agamna u.
Pribadi yang suka silaturahmi, tidak memutuskan tali persaudaraan v. Pribadi yang
suka bersedekah w. Pribadi yang teladan, menjadi contoh masyarakat x. Pribadi yang
selalu kerjasama, tidak ingin menang sendini y. Pribadi yang selalu mawas diri z.
Pribadi yang ramah tarnah terhadap sesama
2. Agar kita mampu menjauhkan sifat-sifat tercela dalam kehidupan sehari-hari
yakni:
a. Pribadi yang tidak pernah menghujat orang lain
b. Pribadi yang tidak pernah berkata kotor, jorok dan menyakiti orang lain dengan
perkataannya
c. Pribadi yang tidak pemah mengumpat, karena mengumpat itu perbuatan yang tidak
baik
d. Pribadi yang tidak pernah berbuat yang tidak baik
e. Pribadi yang tidak suka rnemfitnah, karena memfitnah itu adalah perbuatan yang
sangat keji
f. Pribadi yang tidak pernah berbuat baik, atau berkelakuan buruk dan menyekutukan
Tuhan
g. Pribadi yang tidak pemalas
h. Pribadi yang tidak penakut, tapi pernberani dalain memperjuangkan segala
kebenaran i. Pribadi yang tidak pernah berputus asa, walaupun ujian dan cobaan
selalu
menderu j. Pribadi yang tidak pernah ujub, riya, takabur, besar kepala, dan angkuh
walaupun serba ada
k. Pribadi yang tidak suka bohong dan selalu berkata berbuat benar 1. Pribadi yang
selalu tidak ingin kesohor walaupun pintar dan tinggi ilmu m. Pribadi yang tidak
pernah melakukan kedzaliman n. Pribadi yang tidak pernah itihad, atau dengki
walaupun orang lain berhasil
dan kita sendiri tertinggal
o. Pribadi yang tidak pernah berkhianat walaupun kita terdesak p. Pribadi yang tidak
tamak atau serakah walaupun hidup miskin q. Pribadi yang tidak pernah memutuskan
talisilaturahmi walaupun hidup kita
jauh r. Pribadi yang tidak pernah mengadu domba orang demi kepentingan pribadi
atau golongan
s. Pribadi yang tidak suka tergesa - gesa dalam berbuat t Pribadi yang tidak pernah
berburuk sangka walaupun mencelakai kita.

BAB III
PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
A. Standart Kompetensi
Mahasiswa mampu menguasai pendekatan dan strategi pendidikan budi pekerti
B. Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu memahami pendekatan yang dapat digunakan dalam
pendidikan budi pekerti
2. Mahasiswa mampu memahami strategi yang dapat digunakan dalam pendidikan
budi pekerti
C. Indikator
Setelah mempelajari mated perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti
2. Menjelaskan strategi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pendidikan budi
pekerti
D. Materi
I. Pendekatan pendidikan budi pekerti II. Strategi pendidikan budi pekerti
I. Pendekatan pendidikan budi pekerti
Budi pekerti berisi nilai-nilai prilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan
dan keburukannya melalui ukuran norma yang berlaku di masyarakat. Norma-norma
tersebut adalah norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan saetun, serta
norma budaya atau adat istiadat. Untuk dapat memiliki budi pekerti yang baak
tidaklah mudah tetapi melalui berbagai proses, setiap individu menjalani proses-
leeebut dan proses yang paling efektif adalah proses pendidikan.
Pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi
manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenapnya sekarang dan masa
yang akan datang. Untuk dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam
menguasai materi pendidikan budi pekerti dan menerapkannya pada kehidupan
sehari-hari, perlu dipertimbangkan pendekatan yang digunakan.
Pendekatan tersebut adalah:
a. Pendekatan penanaman nilai (inclucation approach)
b. Pendekatan perkembangan moral kognitif (Cognitive moral development
epproach)
c. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)
d. Pendekatan klarifikasi nilai (Values clarification approach)
e. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)
1. Pendekatan penanaman nilai
Pendekatan ini mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab melalui tahapan mengenal pilihan,
menilai pilihan, menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan
diri.
Cara yang digunakan pada pendekatan ini antara lain keteladanan, penguatan positif
dan negatif, simulasi dan bermain peran.
Adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu ditanamkan pada
jenjang Sekolah Dasar menurut Paul Supamo, dkk., 2002, adalah sebagai berikut.
I) Religiusitas
Dalam menanamkan nilai-nilai religiusitas pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar,
kebiasaan berdoa yang telah ditanamkan mulai TK harus tetap dijaga. Selain itu,
anak-anak mulai diperkenalkan dengan hari-hari besar agama, dan diajak untuk
menjalankannya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan ajaran agamanya masing-
masing. Melalui kegiatan mendongeng dan bercerita dapat diperkenalkan nilai-nilai
agama yang ada di negara Indonesia tercinta ini. Anak anak diajak untuk mengenal
bermacam-macam agama dan ditumbuhkan sikap saling menghormati satu sama lain
antar pemeluk agama yang berbeda-beda.
Melalui kegiatan berdoa, sebelum melaksanakan suatu kegiatan, anak-anak
dibiasakan dan diperkenalkan akan adanya kekuatan dan kekuasaan yang melebihi
manusia dan ini semua ada pada Tuhan Yang Mahakuasa yaitu Allah SWT. Di
samping iru, juga perlu ditanamkan pada anak didik, keyakinan dan kepercayaan
bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya, karena segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk hidup ada dalam alam semesta dan itu berasal dari Tuhan.
Tersedianya segala kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan, tanah yang subur dan
indah, kekayaan alam yang melimpah ruah, dan berguna bagi kehidupan ini harus
selalu dijaga dengan baik, dan semua berasal dari Tuhan Yang Maha kuasa, Tuhan
Yang Maha pengasih dan Tuhan Yang Maha pemurah, 2) Sosialilas
Nilal sosialitas dapat ditanamkan pada anak-anak SD melalui kegiatan baris-berbaris
untuk masuk kelas. Ada beberapa anak yang tidak tertib, tidak mau berbaris, dan
tidak mau masuk sesuai urutan, tetapi nyelonong masuk begitu saja. Hal ini akan
membuat suasana gaduh karena teman-teman Iain yang terlewati berteriak dan
berkomentar macam-macam. Begitu juga dalam kehidupan bersama ada aturan,
tatanan yang perlu untuk diperhatikan dan ditaati bersama agar semua dapat berjalan
dengan tertib dan baik. Melalui kegiatan ini, anak-anak sudah dibiasakan untuk hidup
bersama sccara benar, baik, dan tertib.
Untuk membantu membiasakan hidup bersama dengan baik dapat dipilih berbagai
macam kegiatan yang dapat dilaksanakan bersama. Misalnya dengan tugas kdompok
bersama, olahraga bersama dan tugas-tugas kelompok yang menjunjung nnggi nilai-
nilai kerja sama dan sosialitas yang tinggi, Dengan aktivitas dan kegiatan kelompok
semacam ini anak dapat diperkenalkan pada sikap saling menghargai, saling
membantu, saling memerhatikan, dan saling menghormati satu sama lain. Melalui
seniangat kerja sama, komitmen yang dibutuhkan dalam hidup bersama dapat
semakin ditingkatkan.

3) Gender
Pendidikan jasmani dan kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan olahraga] di
Sekolah Dasar, pada umumnya masih berupa olahraga dasar. Hal ini merupakan
peluang dan kesempatan terbuka untuk memberi kesempatan kepada anak perempuan
untuk mengikuti setiap kegiatan olahraga yang dilaksanakan di sekolah. Selain untuk
pembentukan fisik, olahraga dapat digunakan untuk membentuk gambaran hahwa
perempuan pun dapat mengikuti berbagai macam kegiatan olahraga, termasuk
kegiatan sepak bola sekalipun.
Anak perempuan bermain sepak bola bukanlah sebuah pantangan atau kendala yang
perlu ditabukan keberadaannya. Melalui olahraga anak perempuan dibentuk untuk
tidak mengkristalkan pandangan bahwa perempuan adalah makhluk lemah, lembek,
dan hanya bisa melakukan kegiatan yang ringan-ringan belaka. Pandangan yang
berkembang dalam masyarakat dapat diubah dengan menanamkan nilai-nilai
kesetaraan gender dengan baik dan benar sejak dini. Laki-laki dan pereinpuan
memang beda dalam hal jenis kelamin (seks), tetapi dalam hal peran gender jangan
dibeda-bedakan, yang membedakan satu sama lain adalah soal kemampuan saja. Oleh
karena itu, semangat kesetaraan gender harus dilakukan sejak dini dan dimulai dari
lingkungan yang paling kecil, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat secara terus-
menerus dan berkesinambungan.
4) Keadilan
Pada kelas bawah (kelas I, 2, dan 3) jenjang sekolah dasar (SD), pengertian keadilan
sebaiknya Iebih ditekankan pada hal-hal yang sifatnya fisik lahiriah dan kasat mata
(konkret), belum pada konsep yang luas dan mendalam. Dorongan dan pemberian
kesempatan untuk maju berpartisipasi di depan kelas, menjawab soal, menjalankan
tugas merupakan bagian dari keadilan awal yang perlu ditanamkan pada diri siswa
pada jenjang ini. Keadilan dalam kondisi dan konteks seperti ini perlu dipertegas
dengan sikap guru yang menjauhkan diri dari sikap dan penilaian senang (like) dan
tidak senang (dislike) atau pilih kasih terhadap seseorang atau sekelompok siswa.
Pada kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) jenjang sekolah dasar (SD), pengertian keadilan
sudah mulai pada perbedaan hakiki antara laki-laki dan perempuan. Budaya dan
kebiasaan berpakaian dan berperilaku yang "pantas dan baik" bagi laki-laki dan
perempuan yang mempunyai perbedaan fisik dan fungsi fisik yang berbeda mulai
ditanamkan dalam konsep yang agak luas dan rinci, Perbedaan fisik antara laki-laki
dan pcrempuan yang menyebabkan perlakuan lahiriah yang berbeda dipahamkan
pada anak didik di jenjang kelas ini. Narnun demikian, juga perlu diimbangi pada
sikap dasar dan prinsip hidup bahwa keadilan tetap bcrlaku pada semua orang tanpa
membedakan jenis kelamin.
Perlakuan dan pemberian kesempatan serta hak dan kewajiban yang sama bagi laki-
laki dan perempuan secara wajar merupakan bagian dari pendidikan keadilan pada
anak. Pada jenjang sekolah dasar ini anak belum diajak untuk mengkaji konsep
keadilan secara mendalam, namun lebih rinci dibanding konsep pada kelas rendah.
5) Demokrasi
Melalui pendidikan IPS dan PKn, nilai-nilai demokrasi dapat ditanamkan secara tepat
dan akurat. Melalui wahana bidang studi sosial tersebut penanaman jiwa dan nilai
demokrasi dapat ditumbuhkan sejak dini pada anak didik. Sikap menghargai adanya
perbedaan pendapat secara wajar, jujur, dan terbuka merupakan dasar sikap
demokratis yang perlu ditanamkan pada anak didik di jenjang pendidikan dasar. Di
samping itu, anak didik juga perlu diajak dan dididik untuk membuat kesepahaman
dan kesepakatan bersama secara terbuka dan saling menghormati.
Sikap demokratis berarti juga mengakui keberagaman dan perbedaan satu sama lain.
Melalui sikap demokratis anak didik diajak untuk terbuka dan berani menerima dan
mengakui bahwa pendapatnya belum tentu atau tidak dapat digunakan pada saat itu,
atau dengan kata lain anak didik dalam demokrasi tidak dapat memaksakan kehendak
satu sama lain. Masing-masing pihak hams menjalin komunikasi yang baik dan
mencari win-win solution serta kesepakatan bersama demi tujuan bersama yang telah
dicita-citakan. Kesepakatan dalam konteks ini bukan
berarti jumlah yang besar (pihak mayoritas) yang menang atau yang kuat bersuara
yang menang, tetapi juga menghargai suara minoritas dan lebih menjunjung tinggi
prinsip kebenaran dan keadilan serta kebaikan bersama.
Prinsip-prinsip di atas dapat diterapkan pada saat pemilihan pengurus kelas.
pemilihan regu pramuka, atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Pemilihan yang
digelar bukan berdasar senang atau tidak senang, namun berdasar pada prinsip mam
yang terbaik untuk perkembangan kelas dari kelompok-kelompok di masa depan
Dalam alam demokrasi berarti juga masyarakat mempunyai tujuan bersama, harapai
bersama, dan keprihatinan bersama, Prinsip dari siswa, oleh siswa, dan untuk sisw<
perlu dijunjung tinggi dan ditegakkan dalam kelas-kelas yang demokratis,
6) Kejujuran
Nilai dan prinsip kejujuran dapat ditanamkan pada diri siswa di jenjanj pendidikan
dasar melalui kegiatan mengoreksi hasil ulangan secara silang dalan kelas. Dalam
konteks ini peranan guru sangat penting dalam mencerrnati prose koneksi tersebut.
Cara koreksi ini bukan semata-mata untuk meringankan tugas gun atau
memanfaatkan anak untuk membantu tugas guru, melainkan bertujuan secan
sungguh-sungguh untuk menanamkan kejujuran dan tanggungjawab pada diri siswa
Setelah kegiatan koreksi yang dilakukan oleh siswa selesai, guru perlu melakukai
koreksi ulang pekerjaan siswa satu per satu. Bendasarkan coretan dan hasil tulisai
yang tertera dalam lembarjawaban anak, akan terlihat kejujuran dari anak. Setelah it
berdasarkan basil pengamatannya guru dapat menyampaikan nilai kejujuran dai
tanggungjawab pada anak dan dampaknya bagi kehidupannya kelak.
7) Kemandirian
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana dan wadah yang tepat unni melatih
kemandirian siswa. Melalui kegiatan ini anak dilatih dan diberi kesempata untuk
mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan mengembangkannya seoptima
mungkin. Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu proses pengembangan in Untuk
anak yang berbakat diberi kesempatan untuk mengembangkannya, baik dari sisi
akademis maupun nonakademis. Kegiatan nonakademis yang cukup menarik dan
dikenal secara universal adalah melalui kegiatan pramuka atau gerakan kepanduan
Iainnya seperti Palang Merah Indonesia atau Palang Merah Remaja.
Kegiatan pramuka yang terencana akan membuat anak senang dan terlatih untuk
dapat menyelesaikan persoalan, baik secara pribadi maupun kelompok. Anak juga
diberi kesempatan yang luas untuk dapat mengambil keputusan pribadi maupun
bersama. Kemandirian bukan berarti tidak butuh orang lain, namun justru di dalam
kebersamaan dengan orang lain.
8) Daya Juang
Melalui kegiatan olahraga, nilai daya juang anak dapat ditumbuhkan secara konkret.
Pertumbuhan fisik merupakan perkembangan proses tahap demi tahap dan ontuk
mencapai perkembangan yang optimal dibutuhkan daya dan semangat juang. Selain
menumbuhkan semangat dan daya juang yang tinggi, kegiatau oiahraga juga
merupakan wahana untuk mengembangkan sikap sportivitas (kejujuran) yang tinggi
pada anak. Berani bersaing secara wajar, namun juga berani untuk menerima
kekalahan dan mengakui kemenangan orang lain dengan setulus hati.
9) Tanggung Jawab
Pembagian tugas piket kelas secara bergiliran merupakan wahana penanaman nilai
akan tanggung jawab di lingkungan kelas atau persekolahan. Kebersihan dan
kenyamanan kelas bukan hanya tugas karyawan kebersihan sekolah, tetapi juga
menjadi tanggung jawab bersama. Untuk keperluan kelas maka keterlibatan anggota
kelas sangat penting. Dalam proses pengembangan tanggung jawab ini perhatian dan
pendampingan guru sangat penting agar apabila anak yang tidak mau bertugas segera
oiendapat perhatian. Demikian juga apabila ada anak yang selalu menjadi korban
kemalasan temannya dapat dilindungi sehingga tanggung jawab dan kebersamaan
dalam kelas dapat tejalin dengan baik. 10) Penghargaan terhadap Lingkungan Alam
Pelaksanaan tugas kerja bakti mengandung kegiatan proses pembelajaran jang sangat
baik di lingkungan persekolahan. Melalui kegiatan kerja bakti terkandung proses
penanaman nilai yang berkaitan dengan semangat kerja sama ai gotong royong dan
penghargaan terhadap lingkungan alam. Dalam kerja bakti tic hanya berbicara
tentang menyapu dan mernbersihkan halaman, tetapi juga menja tanaman dan
tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah agar tetap asri d terjag dengan
baik. Lingkungan alam yang hijau dan asri sangat membantu kesehal dan
kenyamanan hidup manusia, membuat seluruh siswa kerasan dan nyaman bera dan
belajar di sekolah.
Pelaksanaan kerja bakti membutuhkan pcrencanaan yang baik karena a unsur
penanaman nilai yang akan disampaikan terutama berkaitan dengan tanggu jawab,
kerja sama, gotong-royong, kecintaan, serta penghargaan terhadap lingkung alam.
Selain perencanaan yang baik, juga dibutuhkan pengamatan dalam pros
pelaksanaannya yang akan menjadi titik pijak pendampingan selanjutnya, baik sec<
personal, kelompok, maupun klasikal di lingkungan sekolah dasar.
2. Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive Moral Development
Approach)
Pendekatan ini mengkajikan pada berbagai ungkapan dan pemikiran mor Guru dapat
mengarahkan anak dalam menerapkan proses pemikiran moral mela diskusi masalah
moral sehingga peserta didik dapat membuat keputusan tenta pendapat moralnya.
Mereka akan menggambarkan tingkat yang lebih tinggi dak pemikiran moral, yaitu
takut hukuman, melayani kehendak sendiri, menuruti peran yang harapkan, menuruti
dan menta'ati otoritas, berbuat untuk kebaikan orai banyak, bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip etika yang universal. Cara yang dar, digunakan dalam penerapan budi
pekerti dengan pendekatan ini antara la melakukan diskusi kelompok dengan topik
dilema moral, baik yang faktual maupi yang abstrak (hipotetikal).
Banyak topik yang dapat dipilih guru seperti topik "hukuman terhadap sis\ terlambat"
mengapa siswa yang terlambat harus dihukum, apa yang terlambat har dihukum, apa
hukuman yang pantas untuk siswa yang terlambat dst.
Topik berikutnya mengapa siswa tidak boleh melawan guru? Bagaimana kalau siswa tidak mau
mengerjakan PR? Jika guru marah dan memukul siswa, apa yang harus dilakukan siswa? Jika siswa
tidak membayar uang buku sampai pada batas waktu yang telah ditentukan, apakah boleh guru tidak
mengijinkan siswa belajar di kelas?
3 Pendekatan Analisis Nilai
Pendekatan ini menekankan agar peserta didik dapat menggunakan kemampuan berpikir logis dan
ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu. Selain itu, peserta
didik dalam menggunakan proses berpikir rasional dan analitik dapat menghuhung-hubungkan dan
merumuskan konsep tentang nilai mereka sendiri. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini,
anlara lain diskusi terarah yang menuntut argumentasi, penegasan bukti, penegasan prinsip, analisis
terhadap kasus, debat, dan penelitian.
Guru dapat menjadi pemimpin diskusi kelas untuk membahas topik tentang berbagai masalah
pelanggaran nilai yang ada di masyarakat. Misalnya masalah tentang yang ditemukakannya heroin
yang diseludupkan disalah satu bandara di Indonesia. Heroin tersebut dimasukkan dalam perut bayi
. Petugas bandara curiga ketika melihat bayi yang sangat pucat digendong oleh seorang v/anita. Dan
ketika diperiksa bayi tersebut adalah mayat. Pemeriksaan selanjuiiya ditemukan heroin didalam perut
bayi tersebut.
Betapa kejamnya pelaku tersebut untuk memperoleh uang yang banyak dia rela menghilangkan nyawa
seorang bayi. Siswa dapat diminta tanggapannya dari berbagai sudut pandang.
4. Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendekatan ini bertujuan untuk rnenumbuhkan kesadaran dan aaengembangkan kemampuan peserta
didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain. Selain itu pendekatan
ini juga membantu peserta adik untuk mampu mengomunikasakan secara jujur dan terbuka tentang
nilai-nilai ereka sendiri kepada orang lain dan membantu peserta didik dalam menggunakan
kemampuan berpikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka
sendiri. Cara yang dapat dimanfaatkan dalam pendekatan ini, antara lain bermain peran., simulasi,
analisis mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang mengembang Sensitivitas, kegiatan di luar
kelas, dan diskusi kelompok.
Bermain peran dapat meningkatkan kemampuan anak didik dalam mengkomunikasikan secara jujur
dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain. Disamping mereka mendapat
kesempatan untuk mengekspresikan nilai yang mereka yakini, merekapun dapat mengembangkan
kemampuan bepikir secara rasional dalam menilai perasaan, nilai dan perilaku mereka. Guru dapat
membuat skenario sederhana tentang topik tertentu, yang menyangkut kehidupan di rumah maupun di
sekolah. Kemudian membuat kartu peran yang harus dilakoni oleh siswa. Siapa yang mendapat kartu
peran harus memainkan skenario yang telah dibuat guru. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi
terhadap peranan dan dialog dari masing-masing pemeran, Mereka diminta menanggapi perannya dan
dialognya se.telah ditanggapi terlebih dahulu oleh teman-teman mereka.
5. Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach)
Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti pada pendekatan
analisis dan klarifikasi nilai. Selain itu, pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial serta mendorong peserta didik untuk
melihat diri sendiri sebagai makhluk yang senantiasa berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat.
Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini, selain cara-cara pada pendekatan analisis dan
klarifikasi nilai, adalah metode proyek kegiatan di sekolah, hubungan antarpribadi, praktik hidup
bermasyarakat dan berorganisasi.
Alangkah baiknya jika setiap anak dapat berpartisipasi pada kegiatan di sekolah. Menghias kelas untuk
memperingati hari kemerdekaan merupakan penerapan metode proyek yang pasti terlaksana yang di
sekolah. Namun demikian perlu direncanakan kegiatan seperti itu untuk dapat dilakukan dengan
frekuensi yang lebih banyak agar anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya.
Mengunjungi panti asuhan dengan melakukan berbagai kegiatan merupakan kegiatan yang baik
dilaksanakan. Demikian juga untuk berbagai kegiatan amal lainnya atau kegiatan sosial lainnya seperti
gotong royong membersihkan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Mereka juga dapat merencanakan
dan merayakan hari ulang tahun di sekolah dengan panitia pelaksana teman-teman mereka sekelas.
Perayaan Ulang tahun tersebut dapat dirayakan secara bersama , misalnya acara perayaan ulang tahun
bersama untuk anak-anak yang lahir di bulan Maret atau bulan lainnya.
II. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti
a. Upaya Pembinaan
Untuk menjadikan seorang anak didik memiliki budi pekerti luhur atau akhlaqul karimah (akhlak
mulia) diperlukan pembinaan terus-menerus dan berkesinambungan di sekolah. Untuk mewujudkan
budi pekerti luhur pada diri anak didik tidaklah mudah karena menyangkut kebiasaan hidup.
Pembinaan akan berhasil hanya dengan usaha keras dan penuh kesabaran dan para guru, selain itu
harus didukung oleh peran serta dan orang tua murid dan masyarakat. Dalam pembinaan atau
penanaman budi pekerti luhur terhadap para siswa di sekolah diperlukan upaya ^er?s dari semua guru
secara bersama-sama, secara konsisten dan berkesinambungan dengan pendekatan yang tepat, yaitu
sebagai berikut. 1) Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau yang mendukung terwujudnya
budi pekerti luhur pada diri siswa. Situasi yang kondusif tersebut dapat terwujud
dengan pendekatan:
(a) Dialogis, antara guru dengan siswa, antara orang tua dan guru, dialog dapat dilakukan secara
pribadi, kelompok, atau dengan seluruh siswa dalam kegiatan upacara bendera.
(b) Komunikatif, apa saja yang ingin kita laksanakan, dan kalau ada hal- hal penting yang perlu
disampaikan, maka sampaikanlah kcpada para siswa dengan kelompok kelas oleh wali kelas, dan
seluruh siswa oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah. Demikian juga komunikasi antara guru
dan siswa,
dapat pula dilakukan dengan guru pembina kegiatan ekstrakurikuler dalam berbagai kesempatan.
(c) Keterbukaan, dialog ataupun komunikasi yang dilakukan harus terbuka, para siswa diberi
keserapatan untuk mengembangkan pendapatnya. Situasi kondusif antara lain dapat tercermin dengan
adanya suasana damai, sejuk, penuh kekeluargaan, dan kebersamaan. Situasi yang kondusif ini, akan
dapat tercipta apabila situasi sekolah tertib, aman, dan teratur. Para siswa disiplin dalam melaksanakan
tata tertib sekolah, para guru melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. Sementara itu
kepala sekolah selalu memberi petunjuk dan pembinaan kepada guru maupun para siswa untuk dapat
melaksanakan tugas masing-masing.
2) Mengoptimalkan Pendidikan Budi Pekerti pada mata pelajaran agama dan mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegamaan (PKn). Guru agama diharapkan mampu memilih materi
pendidikan agama yang mengandung materi yang berkaitan dengan budi pekerti. Contohnya adalah :
(a) materi yang berkaitan dengan akhaqul karimah (akhlak mulia)berkaitan pula dengan materi budi
pekerti luhur.
(b) materi yang berkaitan dengan rasa syukur atas hikmat di dalam pelajaran agama dapat dikaitkan
dengan materi pandai bersyukur dalam materi budi j pekerti luhur.
Materi PendidikanKewarganegaraan (PKn) yang mengandung materi budi pekerti j luhur harus
dikaitkan antara keduanya. Semua pokok bahasan PKn mengandung materi budi pekerti. hanya saja
dalam penyampaiannya guru PKn harus dengan cermat melihat materi PKn untuk menyampaikan
materi tersebut kepada para siswa.
3) Mengintegrasikan budi pekerti ke dalam mata pelajaran lainnya. Pada dasarnya
semua mata pelajaran mengandung unsur yang berkaitan dengan budi pekerti. Kejelian para guru mata
pelajaran sangat diharapkan dalam mengintegmasikan budi pekerti ke dalam mata pelajaran yang
diajarkannya. Oleh karena itu, perlu diadakan pelatihan dan sosialisasi serta penataran agar guru benar-
benar memahami cara mengintegrasikannya. 4) Peningkatan kerja sama dengan orang tua murid dan
masyarakat
Pada dasarnya tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab Tri pusat pendidikan, yaitu
- orang tua;
- sekolah/pemerintah;
- masyarakat.
Oleh karena iru, guna mendukung terwujudnya pelaksanaan budi pekerti di sekolah diperlukan adanya
sinergisitas dan kerja sama yang erat antara orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
Peran orang tua dalam menyukseskan pendidikan budi pekerti sangat besar. Hal ini dikarenakan pada
dasarnya sikap, perilaku, dan budi pekerti anak itu dimulai dari keluarga (orang tua). Orang tualah
yang mengajarkan kepada anak tentang budi pekerti melalui keteladanan dan penerapan aturan yang
berlaku di lingkungan keluarga. Namun demikian, adakalanya tidak semua keluarga mempunyai anak
yang memiliki budi pekerti luhur, bahkan sekarang banyak anak yang mempunyai hudi pekerti kurang
baik. Terhadap anak yang mempunyai budi pekerti kurang baik, diharapkan orang tua memberitahu
pihak sekolah agar dapat diberikan pembinaan.
Sedangkan peran masyarakat dalam pendidikan budi pekerti juga tidak kalah penting. Kehidupan
sekolah tidak lepas dari kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dalam banyak kasus, banyak pula para
siswa yang berbudi pekerti kurang baik mengganggu ketenangan hidup masyarakat, dengan melakukan
hal-hal yang tidak terpuji, misalnya suka mencuri, suka berkelahi, suka menyalahgunakan obat-obatan
terlarang, suka minum-minurnan keras, narkoba, suka tawuran, serta bikin onar lingkungan.
Kepada anggota masyarakat yang melihat siswa melakukan perbuatan negatif tersebut, agar segera
melapor ke pihak sekolah atau yang berwajib untuk pembinaan selanjutnya. Kepedulian masyarakat
terhadap pelaksanaaan penanaman budi pekerti atau perannya sebagai Social Control sangat
diharapkan.
Sebagian masyarakat kita tidak menaruh kepedulian terhadap hal-hal semacam ini,[ bahkan ada yang
masa bodoh. Hal ini mengakibatkan prilaku buruk/prilakul menyimpang tenis berkembang di
masyarakat.
Sifat Pembinaan
Untuk mengetahui apakah seorang anak didik telah berbudi pekerti luhv dapat dinilai dari
kecenderungan tingkah laku atau perilaku yang ditunjukkannyaj dalam kehidupan sehari-hari. Sifat-
sifat yang mengandung budi pekerti luhur antara lain sebagai berikut.
1) Bekerja keras
2) Berdisiplin
Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib clan teratur sesuai dengan
waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan:
a. penuh kesadaran;
b. ketekunan;
c. tanpa paksaan dan siapa pun atau ikhlas.
3) Beriman
4) Bersyukur
5) Bertanggung jawab
6) Bertenggang rasa
7) Cermat
8) Hemat
9) Jujur
10) Menghargai Karya Orang Lain
11) Menghargai Waktu
12) Pengendalian Diri
13) Rela berkorban
14) Rendah Hati
15) Sabar
16) Setia
17) Sikap Tertib
18) Sopan Santun
19) Sportif
20) Susila
21) Tegas
22) Tekun
23) Tangguh
24) Tepat janji
25) Ulet

BAB IV METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
A. Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu menguasai metode dan model pembelajaran pendidikan budi pekerti
3. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu :
1. Memahami berbagai model yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti
2. Memahami berbagai metode pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti
C. Indikator
Mahasiswa dapat
1. Menjelaskan model-model yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti
2. Memilih model yang tepat untuk topik tertentu
3. Menjelaskan metode yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti
4. Memilih metode yang tepat untuk topik tertentu
D. Materi
L Model pendidikan budi pekerti II. Metode pendidikan budi pekerti
METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Pendidikan budi pekerti merupakan spesifikasi pendidikan nilai di sekolah. Oleh karena itu,
pendidikan budi pekerti di sekolah harus mampu melatih dan mengarahkan perkembangan siswa agar
pekerti mereka merupakan manifestasi dan nilai-nilai yang dikenal dan diyakininya.
Pemanifestasian nilai dalam diri manusia membutuhkan proses yang panjang dan terus-menerus.
Demikian pula penanaman nilai dalam dunia pendidikan formal di sekolah haruslah terus-menerus
diberikan, ditawarkan,
dan diulang-ulang agar terinternalisasi dan dapat diwujudkan dalam tindakan nyata, dalam budi pekerti
yang konkret. Dengan kata lain nilai budi pekerti yang baik diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat mempunyai budi pekerti yang baik dan benar, manusia tidak cukup sekadar telah
melakukan tindakan yang dapat dinilai baik dan benar. Orang dapat dikatakan sungguh-sungguh
berbudi pekerti yang baik apabila tindakannya disertai dengan keyakinan dan pemahaman akan
kebaikan yang tertanam dalam tindakan tersebut. Untuk dapat memahami dan meyakininya, orang
perlu mengalami proses pengolahan atas penstiwa dan pengalaman hidup yang berkaitan dengan
dirinya maupun orang lain. Peristiwa dan pengalaman hidup yang diolah, didalami dan dimaknai inilah
yang akan menjadikan orang berbudi pekerti baik secara sejati dan hakiki. la berbuat baik karena tahu
dan yakin akan apa yang ia lakukan. Orang dapat berbudi pekerti yang baik karena menemukan nilai
hidup melalui pembelajaran dan pengalaman hidupnya. Pembelajaran untuk memaknai pengalaman
dan peristiwa kehidupan manusia.
Dalam pendidikan formal, hal ini dapat dilalui dengan proses pengenalan dan pemberian informasi
akan nilai-nilai baik yang dapat dipetik dari tindakan yang baik. Pengintemalisasian nilai yang diolah
di sekolah merupakan proses pergulatan bersama antara pendidik dengan murid dan antarmurid. Proses
pergulatan pengintemalisasian nilai-nilai hidup yang membawa orang berbudi pekerti ini akan semakin
tajam dan dalam apabila diperoleh melalui refleksi, baik pribadi maupun bersama atas suatu
pengalaman dan peristiwa hidup.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pendidikan nilai aatu I pendidikan budi pekerti
inl akan disampaikan kepada para siswa? Model yang bagaimana yang akan dipilih dan digunakan?
Apabila model sudah dapat ditentukan, metode penyampaian macam apa yang dapat digunakan untuk
proses penanaman nilal tersebut?
I. Model Penyampaian
Keberhasilan untuk menawarkan dan menanamkan nilai-nilai hidup melalui pendidikan budi pekerti
dipengaruhi juga oleh cara penyampaiannya. Menurut Paul Supamo, dkk ada empat cara penyampaian
yang disebut dengan model penyampaian pendidikan budi pekerti di sekolah. a. Model sebagai Mata
Pelajaran Tersendiri
Pendidikan budi pekerti disampaikan sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi yang lain.
Dalam hal ini guru bidang studi budi pekerti harus membuat Garis Besar Pedoman Pengajaran
(GBPP), Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), metodologi pengajaran, dan evaluasi
pengajaran.
Selain itu,Budi Pekerti sebagai mata pelajaran harus masuk daiam jadwal yang terstruktur.
Keunggulan pendidikan budi pekerti sebagai mata pelajaran adalah materi lebih terfokus dan terencana
dengan matang. Dengan demikian, pelajaran lebih terstruktur dan terukur sebagai informasi. Ada jam
yang sudah ditentukan sebagai kesempatan untuk memberikan informasi secara pasti. Guru dapat
membuat perencanaan dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Kelemahan dari model ini adalah tuntutan yang ketat sehingga budi pekerti lebih banyak menyentuh
aspek kognitif belaka, tidak sampai pada kesadaran dan internalisasi nilai hidupnya. Selain proses
internalisasinya kurang menonjol, aspek afektithya pun kurang mendapat kesempatan untuk
dikembangkan. Hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan model ini adalah bahwa penanaman
nilai seolah-olah hanya ditumpukan pada satu orang guru bidang studi budi pekerti. Keterlibatan guru
bidang studi lain dapat lepas sama sekali.Hal seperti ini dapat mengakibatkan bidang studi budi pekerti
hanya sebatas pengetahuan yang dangkal dan ini berarti pendidikan budi pekerti menjadi gagaLsiswa
hanya menguasai budi pekerti secara kognitif tanpa penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Model Terintegrasi delam Semua Bidang Studi
Penanaman nilai dalarn pendidikan budi pekerti juga dapat disampaikan secara terintegrasi dalam
semua bidang studi. Guru dapat mremilih nilai-nilai yang akan ditanamkan melalui beberapa pokok
atau subpokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup. Dengan model seperti ini, semua guru
adalah pengajar budi pekerti tanpa kecuali. Dan ini memudahkan penyerapan dan penguasaan nilai
budi pekerti oleh seluruh siswa, karena setiap guru terlibat dalam penyampaiannya kepada seluruh
siswa; dengan demikian siswa akan merasa semua prilakunya dipantau oleh semua guru.
, Model di Luar Pengajaran
Penanaman nihai-nilai hidup yang membentuk budi pekerti juga dapat ditanamkan melalui kegiatan di
luar pengajaran. Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman
nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan dikupas nilai-nilai hidupnya. Model kegiatan ini dapat
dilaksanakan oleh guru sekolah yang bersangkutan yang mendapat sampiran tugas tersebut atau
dipercayakan pada lembaga di luar sekolah untuk melaksanakannya.
Keunggulan metode mi adalah bahwa anak mendapat nilai melalui pengalaman konkret. Pengalaman
akan lebih tertanam dibanding sekadar informasi apalagi informasi yang bersifat monolog.
Keterlibatan anak dalam menggali nilai-nilai hidup melalui model kegiatan ini lebih mendalam dan
menggembirakan anak.
Kelemahan metode ini adalah tidak ada dalam struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Dengan demikian, membutuhkan waktu Iebih banyak bagi guru maupun anak
untuk meluangkan waktu agar mendapatkan nilai-nilai hidup tersebut. Model ini menuntut kreativitas
dan pemahaman akan kebutuhan anak secara mendalam, tidak hanya sekadar ada acara bersama
belaka. Oleh karena itu, dibutuhkan pendamping yang kompak dan mempunyai persepsi yang sama.
Padahal tidak semua guru mempunyai kemampuan untuk mengamati apalagi mendalami kebutuhan
anak secara mendalam.Pelaksanaan kegiatan semacam ini tidak bisa hanya diadakan setahun sekali
atau dua kali, tetapi harus berulang kali. Sa'at ini banyak sekolah yang mencoba model ini. Diakhie
semester pada sa'at libur sekolah siswa diajak ke suatu tempat . Disana mereka melakukan berbagai
kegiatan di bawah bimbingan guru, misalnya membantu petani yang sedang membersihkan sawah, ikut
serta dalam gotong royong yang dilakukan oleh suatu desa atau ikut membantu pelaksanaan sunatan
massal yang dilaksanankan sdisuatu desa bekerja sama dengan Puskesmas dan dokter sekolah.
d. Model Gabungan
Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan model di luar pelajaran.
Penanaman nilai dilakukan melalui pengakaran formal terintegrasi bersamaan dengan kegiatan di luar
pelajaran. Model ini dapat dilaksanakan, baik dalam kerja sama dengan tim oleh guru maupun dalam
kerja sama dengan pihak luar sekolah.
Keunggulan model ini adalah bahwa semua guru terlibat dan bahkan dapat dan harus mau belajar dari
pihak luar untuk mcngembangkan diri dan siswa. Anak mengenal nilai-nilai hidup untuk membentuk
pekerti mereka dapat secara informatif dan diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan
yang terencana dengan baik.
Kelemahan model ini adalah menuntut keterlibatan banyak pihak, banyak waktu untuk koordinasi,
banyak biaya dan kesepahaman yang mendalam, terlebih apabila melibatkan pihak luar sekolah. Selain
itu, tidak semua guru mempunyai kompetensi dan keterampilan untuk penanaman nilai ini. Hal ini
harus diakui dan diterima sebagai kenyataan.
2. Metode Penyampaian
Apabila model penyampaian sudah dilihat dan disesuaikan dengan realitas dalam sekolah, metode
penyampaian perlu mendapat perhatian. Metode ini juga penting karena apabila tidak tepat maka
tujuan yang akan dicapai sulit untuk diperoleh. Metode mcnyangkut cara pendekatan dan penyampaian
nilai-nilai hidup yang akan ditawarkan dan ditanamkan dalam diri anak.
Ada bebernpa metode yang dapat ditawarkan atau digunakan untuk pendidikan budi pekerti ini antara
lain sebagai berikut.
a. Metode Demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan
langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan dan pengarahan
guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilalan torhadap nilal-
nilal yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya dalain menemukan
nilai-nilai hidup yang dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan
nilai hidup tersebut.
Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai di antaranya keterbukaan, kejujuran,
penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati, dan toleransi. Melalui metode
pendekatan ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun
perasaannya. lahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara berbicara, dan sikap
hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai hidup secara benar dan jujur.
Sebagai contoh guru dapat menunjukkan gambar anak yang sedang berkelahi , kemudian guru
menanyakan apa yang mereka lihat, bagaimana pendapat mereka. Contoh berikutnya adalah gambar
pertandingan sepak bola, kemudian ditanyakan pada mereka sikap yang harus ada pada pemain sepak
bola agar permainan dapat berjalan dengan tertip.


b. Metode Pencarian Bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama
lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, di mana proses ini
diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentatif untuk dapat
mengambil nilai- nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif
mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan
menemukan permasalahan, mengkritis dan mengolahnya, anak diharapkan dapat mengambil nilai-
nailai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka Dengan demikian, anak aktif sejak
dalam proses pencarian tema atau permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru.
Selain menemukan nilai-nilai dan permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk secara kritis
analitis mengolah sebab akihat dan permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajak untuk tidak cepat
menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan hati-hati melihat duduk
permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak untuk melihat realita tidak hanya
hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya kemungkinan reaslita abu-abu.Contoh setelah beberapa
hari hujan deras , guru dapat bertanya pada anak kemungkinan apa yang terjadi akibat dari hujan
tersebut. Sebagian besar anak akan menjawab "banjir". Guru melanjutkan lagi pertanyaan jika banjir
terjadi bagaimana keadaan masyarakat , dan apa yang harus mereka lakukan.Contoh berikutnya guru
membagikan photo copy dari klipping koran; berita tentang kebakaran rumah penduduk. Siswa diberi
diberi tugas untuk mencari sebab dari kebakaran tersebut dan apa yang harus mereka lakukan
kebakaran tersebut telah memusnahkan rumah seluruhnya sehingga penghuninya tinggal di tenda
penampungan sementara.
c. Metode Siswa Aktif
Metode siswa aktif menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru
memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses
selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai pada proses penyimpulan atas
kegjatan mereka.Misalnya anak diminta untuk menyampaikan beberapa contoh prilaku yang yang
tidak sesuai dengan aspek kedisiplinan yang ada di kelas mereka. Kemudian mereka menganalisisnya
mengapa ini terjadi, mereka boleh mewawancarai siswa yang melanggar disiplin dan merekapun
menyimpulkan dan mencari bagaimana cara mengatasinya. Mereka bisa dibagi dalam beberapa
kelompok sesuai dengan prilaku pelanggaran disiplin, seperti Terlambat, Bolos dan Iainnya.
d. Metode Keteladanan
Ada pepatah yang mengatakan 'guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Apa yang dilakukan oleh
guru atau orang tua akan ditiru oleh anak-anak. Tingkah laku orang muda dimulai dengan meniru
(imitation), dan ini berlaku sejak anak masih kecil. Apa yang dikatakan orang yang lebih tua akan
terekam dan dimunculkan kembali oleh anak. Anak belajar dan lingkungan terdekat dan mempunyai
intensitas rasional yang tinggi.
Demikian juga dalam dunia pendidikan. Apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak, bisa jadi tanpa
disaring akan langsung dilakukan. Proses pembentukan pekerti pada anak akan dimulai dengan melihat
orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi anak. Dengan
keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara
kata dan tindakan dan guru akan amat berarti bagi seorang anak, demikian pula apabila terjadi
ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku anak juga akan tidak benar. Oleh karena
itu, dituntut ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hidup seorang guru. Budi pekenti ada.'ah sikap hidup
yang disadari, diyakini, dan dihayati dalam tingkah laku kehidupan. Kesatuan antara pikiran,
perkataan, dan perbuatan. Untuk itu guru sangat perlu menyadari bahwa dia adalah sosok yang setiap
kali diamati dan ditiru anak didik. Banyak anekdot yang kita dengar seperti : yang tidaj boleh merokok
itu siswa, tapi bapak boleh karena tidak ada peraturan tatat tertib yang melarang bapak merokok. Lagi
pula bapak kan sudah bisa beli sendiri rokoknya.
e. Metode Live In
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa "pengalaman guru yang terbaik ". Ungkapan ini kiranya tepat,
terlebih apabila pengalainan ini sungguh menyentuh hati dapat mengubah sikap dan pandangan hidup
orang secara mendalam. Pengalaman yang mendalam lebih sulit terlupakan dalam hidup manusia.
Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung
dalam situasi yang sangat berbeda dan kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak
dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan,
termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Live in tidak hams berhari-hari secara berturut-turut
dilaksanakan. Kegiatan ini dapat juga dilaksanakan secara periodik. Misalnya anak diajak berkunjung
dan membantu di suatu panti asuhan anak-anak cacat. Anak diajak terlibat untuk melaksanakan tugas-
tugas harian yang mungkin dijalankannya, tidak membutuhkan keahlian khusus, dan tidak berbahaya
bagi kedua belah pihak. Membantu dan melayani anggota panti asuhan yang tergantung pada orang
lain akan memberi pengataman yang tidak hanya sekadar lewat.
Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lehih baik dan orang yang dilayani.
Lebih baik dari segi fisik maupun kemampuan sehingga tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih
tinggi pada kehidupan bersama. Anak perlu mcndapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman
tersebut, baik secara rasional intelektual maupun dan segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan
sampai anak menanggapi pengalaman ini berlebihan tetapi haruslah secara wajar dan seimbang. Siswa
dapat membantu polisi lalulintas dalam mengatur lalu lintas di jalan raya; ini untuk menumbuhkan
sikap disiplin berlalu lintas pada diri siswa.
f. Metode Penjernihan Nilai
Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman
dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat membuat
bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap dengan baik dan tidak
mendapat




BABV PENILAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
A. Standart Kompetensi
Mahasiswa mampu melaksanakan penilaian pendidikan budi pekerti
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami aspek penilaian, model penilaian dan problem penilaian pendidikan
budi pekerti.
Indikator
Setelah mempelajari materi kuliah, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan aspek-aspek penilaian pendidikan budi pekerti
2. Menjelaskan model penilaian pendidikan budi pekerti
3. Mendeskripsikan problem penilaian pendidikan budi pekerti
4. Membuat format penilaian pendidikan budi pekerti
C. Materi
I. Aspek penilaian pendidikan budi pekerti
II. Model penilaian pendidikan budi pekerti
III. Problem penilaian pendidikan budi pekerti
I. Aspek Penilaian Pendidikan Budi Pekerti
Penilaian budi pekerti dilakukan untuk mengukur sebarapa jauh nilai-nilai budi pekerti telah dipahami,
dihayati, dan diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari, sekurang-kurangnya dapat terlihat di
Hngkungan sekolah. Penilaian budi pekerti dapat berbentuk penilaian perilaku, baik individu maupun
kelompok. Penilaian dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang penghayatan
budi pekerti yang tercermin dalam kualitas hidup sehari-hari.
II. Model Penilaian Pendidikan Budi Pekerti
a. Penilaian kuantitatif
Penyajian hasil penilaian dengan angka dan berpegang pada rentangan angka I (satu) sampai 10
(sepuluh). Cara yang sering digunakan dalam kegiatan penilaian dan penyajian rapor adalah cara
kuantitatif/Penyajian pada rapor secara kuantitatif menggunakan bilangan bulat.
Ada keterbatasan pada model peniliaian ini untuk pendidikan budi pekerti. hasil pendidikan budi
pekerti langsung menyentuh kecerdasan moralitas siswa sehingga pada akhirnya penilaian kuantitatif
tidak akan membangun kesadaran moral siswa berkembang dari dalam. bahkan, bisa jadi akan
menyuburkan suasana ketidakjujuran dan subjektivitas guru sebagai penilai, serta pendangkalan budi
pekerti siswa.
b. Penilaian Kualitatif
Penyajian hasil penilaian dengan menggunakan bentuk pcmyataan verbal, misalnya baik sekali, baik,
sedang, kurang, atau kurang sekali. Jika budi pekerti yang dinilai adalah tingkat atau taraf kemajuan
siswa dalam penguasaannya yang menyentuh kecerdasan moral, tingkat kcmajuannya pun secara
konkret dapat dilihat atau dirasakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan budi pekerti.
III. Problem Penilalan Pendidikan Budi Pekerti
Penilaian terhadap pendidikan budi pekerti nengandung sejumlah problem yang menjadi tantangan
untuk disikapi. Tantangan tersebut antara lain sebagai berikut. Tidak mudah raenyiapkan seorang
guru yang:
a. dapat diterima dan dipercaya serta menjadi contoh/teladan/panutan hidup dan budi pekerti yang
diajarkan;
b. memiliki wawasan dan kemampuan profesional pendidikan budi pekerti yang terintegrasikan
dalam setiap mata pelajaran/bidang satu, yang telah menjadi miliknya atau telah mendarah daging
dalam kehidupannya;
c. mampu mengukur dan menilai budi pekerti dengan alat ukur yang dilakukan secara bertanggung
jawab, efektif, optimal, sehingga dapat mewakili hasil kemajuan siswa dalam berperilaku budi
pekerti.
2. Tidak mudah menciptakan kerja sama dalam kebersamaan antarguru kelas/bidang
studi, kepala sekolah, administrator pendidikan, pengembangan kurikulum, orang tua, serta
masyarakat.
3. Belum tersedianya rambu-rambu pelaksanaan dan penilainn pendidikan budi pekerti secara
nasional.

BAB VI
PENDIDIKAN BUDIPEKERTI DI SEKOLAH DASAR
A. Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu merencanakan pembelajaran budi pekerti di sekolah dasar
B. Kompeteni Dasar
Mahasiswa memahami bagaimana cara membuat penjabaran dan penerapan nilai-nilai budi pekerti di
sekolah dasar dan membuat rencana pembelajarannya.
C. Indikator.
1. Menjelaskan nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran budi pekerti dalam kurikulum sekolah
dasar.
2. Membuat matriks penjabaran penerapan nilai-nilai budi pekerti di SD
3. Membuat rencana pembelajaran pendidikan budi pekerti
D. Materi
I. Nilai-nilai budi pekerti dalam kurikulum sekolah dasar
II. Matriks penjabaran dan penerapan nilai-nilai budi pekerti
A, Nilai Pendidikan Budi Pekerti Dalam Kurikulum Skolah Dasar
Pendidikan budi pekerti adalah upaya untuk membekali peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bakal masa
depannya, agar memiliki hati nurani yang bersih,berperangai baik, serta mejaga kesusilaan
dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk sehingga terbentuk
pribadi seutuhnya yang tercermin pada prilaku yang berupa ucapan , sikap, pikiran, perasaan,kerja dan
hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa.

Anda mungkin juga menyukai