Green Architecture dan Pemberdayaan Warga Sekolah sebagai
Upaya Penghematan Energi di SMAK Mater Dei
Erwin Chandra Christiawan SMAK Mater Dei Probolinggo
Pemanasan global telah menjadi isu terhangat di dunia saat ini, berbagai lembaga lingkungan hidup bekerja keras untuk mengurangi dampak pemanasan global yang bila dibiarkan menjadi bencana alam. Dampak dari pemanasan global yang paling terasa oleh seluruh masyarakat dunia adalah temperatur bumi yang terus meningkat sehingga menimbulkan cuaca yang tidak menentu, badai, dan kebakaran hutan. Pemanasan global juga berdampak pada bidang kesehatan, berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), hingga pada tahun 2008 telah tercatat bahwa ada 30 jenis penyakit baru yang muncul sebagai akibat dari perubahan iklim. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu pendorong munculnya pemanasan global. Hubungan antara peningkatan jumlah penduduk berdampak pada perilaku eksploitatif terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Data dari Kementrian Kehutanan (2009) Indonesia menunjukan bahwa kerusakan hutan hingga tahun 2009 mencapai lebih dari 1, 08 juta hektar per tahun. Menurun dari data kerusakan hutan tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 2 juta hektar pertahun. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan hutan itu adalah pembangunan yang tidak berdasakan ramah lingkungan. Salah seorang desainer interior Wendy Djuhara, memaparkan bahwa ada tujuh kriteria sebuah bangunan agar dikatakan hijau. Tujuh kriteria itu adalah efisiensi ruang, material yang mudah diperbaharui, menggunakan energi solar, menghemat air, menggunakan produk lokal yang berkualitas, dan menghemat listrik dan menggunakan bahan bangunan yang tahan lama. Ketujuh kriteria ini merupakan solusi menjaga kelestarian alam yang patut kita jalani. Bangunan yang dihasilkan dari konsep green architecture akan dapat mengkonservasi energi karena hemat energi dan ramah lingkungan. Pengunaan energi dalam pembangunan merupakan hal utama yang harus diawasi karena semakin besar energi yang digunakan dapat mempercepat pemanasan global. Peran
www.ebtke.esdm.go.id www.meti.or.id The 3 rd Indonesia EBTKE-ConEx, Jakarta, June 4 th 6 th , 2014 New, Renewable Energy and Energy Conservation Conference and Exhibition seorang perkerja juga penting untuk diedukasi tentang masalah lingkungan. Semakin meningkatnya kesadaran lingkungan pada seseoarang dapat mengakibatkan kecenderungan orang itu juga melakukan hal ramah lingkungan. Suatu bangunan termasuk sekolah berhubungan dengan jejak karbon (carbon footprint). Pada saat pembangunan, pemilihan material baik dari segi jenis maupun lokasi pembangunan memiliki jejak karbon yang dihasilkan, sedangkan pada saat sekolah beroperasi, penggunaan energi, kertas, transportasi para penghuni gedung, pemeliharaan, sampai pada limbah yang dihasilkan juga berdampak pada jejak karbon. Jejak karbon didefinisikan sebagai jumlah emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh suatu produk atau individu yang dinyatakan dalam satuan ton karbon atau ton karbon dioksida ekuivalen. Penggunaan energi terbesar di gedung adalah untuk pendingin ruangan, penerangan, dan peralatan sekolah lainnya. Beberapa contoh sederhana tentang jejak karbon antara lain : setiap lampu berdaya 10 watt yang dinyalakan 1 jam akan menghasilkan CO2 sebesar 9,51 gram, komputer atau perangkat elektronik lainnya yang menyala selama 24 jam jejak karbonnya = 14.000 gr CO2 ekuivalen, (sumber : IESR-Indonesia). SMAK Mater Dei Probolinggo berdiri pada tanggal 1 Agustus 1957 merupakan sekolah menengah atas pertama yang ada di Kota Probolinggo. SMAK Mater Dei Probolinggo telah membangun dan berpindah tempat dua kali. Letak dari SMAK Mater Dei Probolinggo dekat dengan laut sehingga angin di sekitar sekolah sangat kencang dan basah. Cuaca yang ada cenderung panas dengan curah hujan rendah, namun angin gending yang merupakan angin khas daerah Probolinggo cukup kering untuk menetralkan angin laut. Dengan keadaan angin yang cukup keras pihak sekolah membangun sekolah dengan tingkat tiap lantai cukup tinggi dan membuat bannyak jendela-jendela di kelas. Tujuan dari pembuatan bangunan ini adalah memaksimalkan angin laut dan gending untuk menyejukan kelas untuk mensubtitusi penggunan air conditioner (ac) di kelas ataupun ruangan lainnya yang ada disekolah. Penggunaan ac menyerap 37% penggunaan listrik disekolah dengan pemanfaatan angin ini dapat mengurangi 10% penggunaan listrik yang berati menghemat energi dan meminimalisir penggunaan freon. Pembangunan sekolah memanfaatkan lahan yang agak sempit dengan cara membuat lahan kosong dibagian tengah sebagai lapangan upacara dan taman. Bangunan berdiri dipinggir agar cahaya dapat masuk dengan mudah dan dapat mengurangi penggunaan lampu. Lahan kosong disekolah kami juga dimanfaatkan sebagai green house yang berisi tanaman- tanaman yang berguna bagi manusia dan dapat dijual untuk menghasilkan dana bagi pembangunan green house itu sendiri. Selain menghasilkan secara ekonomis siswa di sekolah kami juga mendapat ilmu bagaimana mengolah lahan kosong agar lebih berguna dan menyejukan lingkungan sekitar karena semakin banyaknya tanaman. Pembangunan atap sekolahpun tidak menjadi luput dari perhatian, misalnya atap dibangun lebih tinggi agar memudah sirkulasi angin sehingga meminimalisir penggunaan ac. Pembangunan sekolah kami juga memperhatikan tempat tinggal pengajar, hampir 50% pengajar disekolah kami memiliki rumah dibelakang sekolah. Jarak yang dekat dari sekolah membuat beberapa guru menggunakan sepeda bahkan jalan kaki untuk kesekolah. Dampak dari pemilihan lahan sekolah ini dapat mengurangi energi yang digunakan untuk transportasi sekaligus mengurangi polusi. Penghematan sumberdaya air juga menjadi salah satu prioritas sekolah kami, air yang dihasilkan disekolah kami berasal dari air tanah yang diambil dengan bantuan pompa bertenaga listik. Dengan adanya penghematan air maka penggunaan energi listirk di sekolah kami juga dapat dihemat.Jenis green architecture yang diterapkan adalah High performance building yang berati memanfaatkan energi dari alam. Pembuatan tempat cuci tangan juga memanfatkan konsep green architecture saluran air sisa bekas cuci tangan dialirkan langsung ketaman di dekat tempat cuci tangan. Pengaliran air ini dapat mengurangi listirk dan air yang digunakan dalam menghasilkan air untuk menyirami taman sekolah. Kolam ikan yang ada disekolah kami juga digunakan sebagai penampung hujan. Saat musim kemarau air yang ada dikolam akan dialirkan ke taman sekolah, sehingga penggunaan listrik untuk penyiraman taman dapat dikurangi, selain itu air yang berasal dari kolam lebih menyuburkan taman karena kandungan kotoran ikannya. Selain bangunan yang didesain dengan konsep green architecture sekolah juga mengadakan suatu tata tertib yang menjadi jati diri di sekolah kami tentang melindungi lingkungan. Setiap pagi Kepala Sekolah SMAK Mater Dei yang bernama Suster Stefina Endang mengadakan inspeksi keliling sekolah. Tujuan dari inspeksi ini adalah untuk melihat kinerja cleaning service dalam menjaga kebersihan dan lingkungan sekolah. Hal pertama yang dilihat adalah penggunaan listrik di sekolah, misalnya penyalaan lampu yang dinyalakan saat para siswa masuk sekolah. Kebiasaan ini telah menjadi kebiasaan dari para petugas kebersihan hingga pergantian kepala sekolah. Guru pengajarpun juga termotivasi dengan gerakan penghematan energi yang dilakukan kepala sekolah kami. Beberapa guru hanya menggunakan ruang kerja guru yang ber ac saat siang hari saja. Diruang guru hanya menggunakan kipas angin hal ini dilakukan karena di ruangan ini sudah banyak jendela dan pintu, kebiasaan ini dapat menghemat penggunaan dua buah ac. Guru-guru sudah menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dan kesehatan terkait dengan hal penggunaan kipas angin sebagai pengganti ac ini. Peraturan yang dibuat sekolah terkait jadwal penggunaan ac di sekolah kami awalnya juga cukup berat karena banyak siswa yang kepanasan dan merasa rugi karena telah membayar uang prasarana sekolah, tetapi gencarnya sosialisasi kegiatan go green membuat siswa sadar dan memulai kegiatan ini. Masih banyak lagi yang dapat dilakukan untuk mengkonservasi energi disekolah kami, terutama dalam penggunaan ac dan lampu yang dibutuhkan dalam operasional sekolah.