Anda di halaman 1dari 6

GEOMORFOLOGI PULAU JAWA

Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta menjabarkan


bentuk lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya lahan tersebut, serta mencari
hubungan antara proses-proses dalam susunan keruangan. Geormofologi juga berhubungan dengan
bentuk lahan tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan
batuan, dan terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup. Surface atau permukaan
harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah
batugamping sangat penting karena sistem gua terbentuk juga merupakan bagian dari geomorfologi.
Cakupan kajian geomorfologi ada dua, yaitu cakupan geomorfologi makro dan geomorfologi mikro.
Morfologi makro
Geomorfologi makro contohnya adalah kajian tentang segala sesuatu yang ada di permukaan bumi,
seperti pegunungan, perbukitan, kawah, ngarai, dan masih banyak lagi (lebih mengarah pada
fenomena alam). Beberapa bentuk morfologi permukaan karst :
Pulau Jawa memiliki kawasan karst yaitu karst Gunung Sewu, bentuk bukit-bukitnya seperti cawan
terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill).
Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst. Mata air (spring) karst ini ada beberapa
jenis:
Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat terjadi pelebaran bidang lapisan,
Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi pelebaran bidang rekahan,
Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu gamping dan batu lain
yang impermiabel.
secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah permukaan air laut disebut dengan vrulja.
Morfologi mikro
Geomorfologi mikro contohnya adalah kajian tentang perubahan aliran di permukaan bumi
(mengarah pada fenomena yang lebih luas baik yang disebut fenomena alam ataupun fenomena
sosial, seperti pembangunan kota, dimana bangunan yang ada mengubah arah aliran dan dapat
mengakibatkan gangguan pada proses alami. Ada suatu kawasan karst dengan sudut dip yang kecil
dan permukaannya licin. Area ini dipisah dalam bentuk blok-blok oleh joint terbuka, disebut dengan
grike). permukaan blok itu terpotong menjadi sebuah pola dendritic dari runnel dengan deretan
dasar dan dipisahkan oleh deretan punggungan yang mengeringkannya kedalam grike terlebih
dahulu. Kadang-kadang memiliki profil panjang yang hampir mulus disebut Rundkarren.
Tipe lain yaitu Rillenkarren memiliki saluran yang tajam, ujung punggungan dibatasi oleh deretan
saluran berbentuk V. terlihat pada permukaan yang lebih curam daripada rundkarren.
Microrillenkarren merupakan bentuk gabungan tetapi hanya memiliki panjang beberapa centimeter
dan lebarnya 10-20 mm. Pseudo karren, memiliki bentuk sama dengan rundkarren dan rinnenkarren.
Tetapi hanya terjadi pada granit di daerah tropik yang lembab.
Pulau Jawa memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Gunung Sewu, dimana bentukan
bukit-bukit seperti cawan terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill) begitu sempurna dengan
lembah-lembahnya. Bukit merupakan residu erosi dan lembahnya adalah merupakan daerah diaman
terjadi erosi aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian depresi atau cekungan merupakan titik
terendah dan menghilangnya air permukaan ke bawah permukaan. Erosi memperlebar struktur
(lihat geologi gua dan teori terbentuknya gua), kekar, sesar, dan bidang lapisan, dan membentuk
gua-gua, baik vertikal maupun horisontal. Secara fisiografis Pulau Jawadapat dibedakan menjadai
tiga zona yang membujur barat-timur (Pannekoek, 1949) yaitu Zona Selatan, Zona Tengah dan Zona
Utara.
Pulau jawa dihubungkan dengan laut dangkalan Sunda, sehingga secara fisiografis termasuk tanah
tengah sunda (Tanah Sunda Tengah).tetapi secara geologis ini termasuk dalam sistem pegunungan
muda tertier disekeliling tanah sunda pretertier yang membentuk bagian dari sitem pegunungan
Sunda seperti Sumatra. Jawa memiliki luas 127.000 km persegi dengan panjang 1000 km.Elemen
struktur pokok dari pulau jawa yakni geantiklinal Jawa selatan yang memebentang sepanjang
separuh selatan pulau ini dan geosinklinal jawa utara yang meliputi seluruh bagian utaranya. Dari
Semarang ke timur n basin geosinklinal ini menjadi bertambah basar serta bercabang. Cabang utara
yaitu merupakan bukit rembang dan Madura. Sedangkan cabang selatannya yaitu pegunungan
kendeng dan selatan Madura. Sayap geantiklinal jawa dibentuk oleh pegunungan selatan yang
merupakan blok pengerutan yang miring kea rah samudra hindia. Bagian puncak dari geantiklinal
jawa telah hancur atau rusak serta di jawa tengah bagian selatan pegunungan selatan telah lenyap
akibat depresi menengah yang dibatasi ole samudera Indonesia. Secara fisiografis Pulau Jawa dapat
dibedakan menjadai tiga zona yang membujur barat-timur (Pannekoek, 1949) yaitu Zona Selatan,
Zona Tengah dan Zona Utara
JAWA BARAT
Disebelah selatan daerah ini tampak dataran pantai yang berbukit, ditengah bergunung-gunung dan
bagian utaranya dataran. Topografi tersebut menandakan provinsi ini masih labil karena daerah ini
terletak dijalan sirkum mediteran dan sirkum pasifik. Di provinsi ini masih terdapat aktifitas gunun
berapi sehingga gempa bumi masih kerap terjadi.
Jawa barat dibagi menjadi 4 zone geomorfologis, yaitu:
1. Zone Jakarta
Melajur sejajar dengan laut jawa dengan lebar kira-kira 40 km dan panjangnya mulai
dari serang, kerrawang hingga cirebon. Dataran sebagian besar terbentuk dari endapan alluvial yang
terangkat oleh sungai. Disamping ditemukan rawa-rawa di zone ini ada kemungkinan bahwa dataran
di kawasan Indramayu bergeser kira-kira 108 km setiap tahun ke arah laut.
2. Zone bogor
Terbentang dari Rangkasbitung Subang sampai merupakan daerah petakan lipatan
dibeberapa tempat yang kemungkinannya terjadi pada pliosan. Kini zone ini tampak sebagai daerah
bukit rendah yang di selingi oleh bukit-bukit yang berbatu keras.
3. Zone bandung
Merupakan kawasan yang bergunung api sekaligus merupakan zone depresi. Jika
dibandingkan dengan zone bogor yang mengapitnya disebelah utara dan zone pegunungan selatan
di sebelah selatannya yang masing masing mengalami proses pelipatan pada zaman tertier. Zone
ini terbagi menjadi 4 :
a. Depresi Ciancur
Depresi Ciancur terletak pada ketinggian 70-459 meter di sebelah barat menjulang gunung
salak (2211 meter) yang merupakan gunung berapi termuda. Ada pula daerah yang tertutup bahan
vulkanis dari gunung Gede (2958 meter) dan gunung Payrango (3019 meter), misalnya kota
Sukabumi.
b. Depresi Bandung
Di provinsi Bandung adalah dataran alluvial yang subur, lebarnya mencapai 25 meter dengan
ketinggian 650-675 meter. Dan dialiri oleh sungai Citarum dua deretan gunung berapi mengapit
depresi ini yaitu gunung Burangrang (2064 meter), gunung Tangkuban Perahu (2076 meter) dan
gunung Bukit Unggul (2203 meter) yang menjadi batas zone Bogor sedangkan dengan zone selatan
dibatasi oleh gunung Malabor (23231 meter), gunung Patuha (2434 meter) dan gunung Kencana
(2182 meter).
c. Depresi Garut
Depresi Garut memiliki lebar kurang lebih 50 km dengan ketinggian 717 meter. Merupakan
daerah yang dikelilingi gunung berapi : gunung Kerosak (1630 meter) dan gunung Cikuray (2821
meter) terletak disebelah selatan. Disebelah timur terletak gunung Telaga Bodas (2201 meter) dan
gunung Galunggung (2108 meter).
d. Depresi Lembah Citanday
Depresi lembah Citanday merupakan daerah yang ditutpi endapan alluvial dan tempat bukit-
bukit yang terlipat gunung Sawol (1764 m) yang endapannya tesebar menutupi plato Rancab yang
menurun ke selatan.
4. Zone pegunungan selatan
Lebarnya kurang lebih 50 km, kian menyempit dibagian timur yang terbentang dari
teluk pelabuhan ratu sampai kepulauan Nusa Kambangan. Zone ini mengalami pelipatan medan
karena pada kaiameosin dan pengangkatan pada kala olestosin. Ini merupakan pegunungan memiliki
kemiringan yang lemah ke arah selatan/samudera Hindia. Zone ini menjadi tiga (plato) yaitu :
- Plato karang nunggal (timur) yang dialiri sungai Cibulin bermuara di samudra Hindia
- Plato pangelengan (tengah)
- Plato jampang (barat) : memiliki bentuk khas karena adanya tebing curam yang menjadi batas di
sebelah utara. Gunung malay merupakan puncak tertinggi di kawasan plato ini.
JAWA TENGAH
Berdasarkan pada aspek geomorfologi regional jawa tengah dan stratigrafi, Antiklinorium
Rembang ini dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu ; Lekuk Randublatung, Antiklinorium Cepu,
Lekuk Lusi-Kening-Solo bagian bawah, Antiklinorium Rembang bagian utara dan Lekuk Semarang-
Rembang-Laut Jawa.
Bagian tengah dari pulau jawa jauh lebih sempit daripada Jabar dan Jatim lebernya hanya 100-200
km. Hal ini disebabkan karena laut Jawa terbentang masuk kepedalaman dengan teluk yang lebar
antara Cirebon dan Semarang sehingga tanah rendah utara lebih terbatas dan pegunungan Selatan
sebagian besar tenggelam diantara Nusa Kambangan dan Pegunungan Selatan Jatim.
- Dataran pantai utara Jateng lebar maksimum 20 km di sebelah selatan Brebes, dimana
lembah Punali memisahkan rangkaian Bogor di Jabar dan Pegunungan Selatan jateng.
- Lebar jarak ke timur dataran itu menyempit sampai 20 km di sebelah selatan Tegal dan
Pekalongan untuk selanjutnya menghilang seluruhnya disebelah Timur pekalongan, dimana bagian
utama pegunungan mencapai pantai.
Tanah pegunungan Jawa Tengah dibentuk oleh dua cembungan geantiklinal, yaitu :
- Rangkaian Pegunungan Serayu Utara
Merupakan rantai penghubungan antara rangkaiian Bogor di Jabar dan pegunungan Kendeng Jateng
sedangkan pegunungan Serayu Selatan merupakan sebuah elemen baru yang muncul dari depresi
Bandung yang memanjang dari Jabar.
- Rangkaian Pegunungan Serayu Utara
Tertutup oleh Vulkom Slamet dan sebelah timurnya tertutup oleh Vulkanis muda seperti kelompok
Dieng.
Diantara pegunungan Serayu Selatan dan Utara terdapat sebuah depresi memenjang yaitu
zone serayu dimana terletak kota-kota, Majenang, Purwokerto, Banjarnegera, Wonosobo.Di sebelah
selatan pegunungan serayu selatan terdapat dataran pantai yang lebarnya antara 10-20 km.
Keadaaan daerah ini sangat jelas berbeda dengan daerah selatan jabar dan Jatim yang terletak tidak
lebih dari 10 m di atas muka laut.
Tiga pegunungan pantai (shore bars) dengan gunung-gunung pasir (dunes) setinggi 5-15 m
dan lebar 100-500 jajar pantai. Bagian tengahnya terpotong Oleh pegunungan Karang Bolong yang
strukturnya sama dengan pegunungan Selatan disini telah merosot dibawah permukaan laut antara
Pulau Nusa Kambangan dan muara sungai Opak (yogyakarta).
JAWA TIMUR
Zone selatannya merupakan kelanjutan dari zone-zone selatan di Jabar dan Jateng sedangkan
yang di utara yang merupakan elemen baru, baik fisiografis maupun strukturnya. Di utara Muria
yang berbatuan leusit dan vulkan Lasem yang andisitis mencerminkan tidak semuanya dengan seri-
seri utara vulkom Jawa. Muria dulunya sebuah pulau.
Di sebelah selatannya terdapat sejumlah pegunungan yang arahnya kurang lebih timur, barat
tiap-tiap pegunungan tersebut diselingi oleh dataran aluvial . antiklimak rembang lebarnya rata-rata
50 km dan kebanyakan mencapai pantai utara dan dari sana dipisahkan oleh posisi sempit dengan
bukit pasir.
Bukit-bukit rembang ini dipisahkan oleh lembah synklinal dengan pegunungan disebut zone
rontablatung dan letaknya membujur dari Semarang- Wonokromo di Surabaya. Pegunungan
kendang atau anti klonorium kendang ialah lanjutan dari Serayu utara di Jateng. Di sebelah selatan
Semarang pegunungan ini lebarnya 40 km dan makin ke timur makin menyempit. Tingginya kurang
lebih 500 m. Dekat Ngawi pegunungan ini secara melintang terpotong oleh sungai solo sehingga
terbagi menjadi bagian barat dan bagian timur.
Diantara pegunungan kendang dan pegunungan selatan Jatim terjadilah zone depresi yang
keadaan fisiografisnya dan tektonisnya sama dengan zone Bandung.Depresi yang memanjang ini
sebagian terisi dan tertutup oleh sederetan gunung-gunung api muda dan dapat dibagi lagi menjadi
3 jalur yang sejajar, yaitu :
- Sub zone ngawi
Adalah depresi synklinal yang membatasi pegunungan kendang disisi selatannya dan dianggap
sebagai lanjutan zone serayu di Jateng. Strukturil zone ngawi memanjang ke timur sampai pantai
utara Jazirah Jatim.
- Zone solo
Dibentuk oleh sederetan besar vulkanik-vulkanik kwarter dengan dataran-dataran pegunungan yang
dimulai dengan Sundoro dan Sumbing Jawa Tengah sampai di timur.
- Sub zone blitar
Terletak di sebelah selatan zone solo. Sub zone Blitar ini di bagian selatanya dibatasi oleh
pegunungan selatan dan Jatim. Seperti halnya Jabar pegunungan Selatan Jatim pada umumnya
merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah Selatan (samudra hindia). Batas utaranya
dibatasi oleh escarpment yang ruwet
Pegunungan selatan Jatim yaitu antara sungai opak dan pacitan sebagian besar terdiri dari
kapur dengan tipe keras yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu. Bagian utara
pegunungan ini terdiri dari endapan vulkanis tua dan juga menunjukkan adanya sisa (bekas)
peneplain kwarter. Sedangkan bagian selatannya dibatasi oleh eliff-eliff abrasi yang terjal sepanjang
samudra Hindia.
CONTOH AKIBAT GEOMORFOLOGI BAGI KEHIDUPAN
Pada cekungan ini terisi berbagai material batuan lepas (sedimen) yang umumnya berasal dari
daratan Jawa Timur dan Madura. Berdasarkan peta sebaran sedimen permukaan dasar laut di
cekungan ini, memperlihatkan bahwa sedimen lempung dan lumpur menempati sebagian besar laut
ini, dan lanau sampai lanau pasiran umumnya menempati sebagian kecil dan hanya pada wilayah
pesisir. Kecuali lanau dan lanau pasiran di perairan Gresik sampai Surabaya yang membentuk pola
sebaran yang menunjukkan sumber sedimen berasal dari selat Gresik-Madura dan laut jawa.
Adanya fenomena alam Lumpur LAPINDO di Sidoarjo,sangat merugikan warga yang ada di
sekitarnya.Selain menenggelamkan rumah penduduk juga menimbulkan bau yang tidak sedap yang
menyebabkan polusi udara. Masyarakat disekitar lumpur LAPINDO pun terpaksa mengungsi segala
aktifitas pun menjadi terhambat.lumpur Porong Sidoarjo menjadi Kawasan Rawan Bencana, dan
tidak ada pilihan lain Tempat Penempatan Akhir (TPA) lumpur adalah ke laut Selat Madura.
Cekungan laut Selat Madura bagian selatan secara administratif terletak di Provinsi Jawa Timur dan
secara geografis cekungan ini terletak pada posisi 11401025BT -11401358BT , 8018LS
80328LS (gambar 1). Di sebelah barat cekungan ini berbatasan dengan daratan Jawa Timur (Kota
Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan) yang dibatasi oleh garis pantai Surabaya di
utara, pantai Sidoarjo sampai kawasan pantai Pasuruan di selatan. Pada kawasan pantai-pantai ini
bermuara Kali Surabaya, Kali Porong, dan Sungai Brantas. Di sebelah Selatan, cekungan ini
berbatasan juga dengan daratan Jawa Timur (Kabupaten Probolinggo), dibatasi oleh kawasan garis
pantai Pasuruan di barat, pantai Probolinggo, sampai pantai Besuki di timur, dimana pada kawasan
pantai ini dicirikan oleh kehadiran tinggian Gunung Argopuro di Kecamatan Besuki. Di sebelah Timur
cekungan ini berbatasan dengan Laut Bali yang dicirikan oleh perubahan kontras kedalaman yaitu
mulai dari -150 m. Adapun batas bagian utara cekungan ini adalah kawasan pantai selatan pulau
Madura yang termasuk ke dalam Kebupaten Sampang dan Pamekasan.


Cekungan Selat Madura
Pada kajian ini dibahas tentang adanya perubahan geomorfologi dasar laut Madura sebagai
Cekungan Moderen dan cenderung terus menurun dari hasil penelitian-penelitian terdahulu.
Kajian dilakukan secara terintegrasi yang bersumber dari laporan hasil penelitian di Selat Madura
oleh Puslitbang Geologi Kelautan (1995) dan peta publikasi Indonesia Hydrographic Chart 1951 US
Army Maps yang menyangkut aspek perubahan geomorfologi dasar laut.
Rencana penempatan lumpur Porong ke laut perairan Selat Madura merupakan pilihan yang
dianggap paling aman, dan penempatan lumpur diupayakan berada pada kondisi dasar laut yang
stabil dimana fenomena alam lebih kecil pengaruhnya. Idealnya penempatan lumpur porong di dasar
laut ini harus memenuhi kriteria kondisi geomorfologi dan oseanografi disekitar perairan Selat
Madura, hal ini bertujuan untuk menekan dampak sekecil mungkin dari akibat penempatan lumpur
ke laut Selat Madura.

Anda mungkin juga menyukai