Anda di halaman 1dari 10

Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang

PENGONTROLAN START UP GAS TURBI NE GENERATOR DENGAN


SPEEDTRONIC
TM
MARK V

Oleh :
Rizal Bayu Kurniawan (L2F 007 071)

-Abstrak-
PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SEMARANG dalam pengontrolan
Gas Turbine Generator di Pembangkit/Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) menggunakan pengontrol
SPEEDTRONIC
TM
MARK V. Sistem Kontrol SPEEDTRONIC
TM
MARK V yang dikembangkan oleh General
Electric (GE) Industrial System adalah sistem kontrol yang dapat diprogram dan dirancang untuk
memenuhi kebutuhan industri listrik dalam kendali turbin gas dan uap yang semakin komplek.
SPEEDTRONIC
TM
MARK V dapat melakukan kontrol, proteksi dan monitoring sekaligus terhadap kerja
turbin.
Pengendalian START UP dengan menggunakan sistem kontrol SPEEDTRONIC
TM
MARK V
berfungsi untuk mengatur nilai FSR yang selanjutnya mempengaruhi jumlah bahan bakar yang dialirkan
ke 14 ruang pembakaran. Besar kecilnya bahan bakar yang dialirkan ke ruang pembakaran akan
menentukan cepat atau lambatnya kecepatan putar turbin pada Gas Turbin Generator (GTG) yang
berbeda-beda pada fase start up Unit.

Kata Kunci : Speedtronic
TM
Mark V,Start Up, Gas Turbin Generator (GTG)



I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia industri, semakin
cepatnya perkembangan teknologi peralatan
yang di gunakan pada proses produksi juga
semakin berkembang. Sistem kontrol untuk
turbin yang tadinya hanya menggunakan
governor dikembangkan oleh General
Electric (GE) menjadi sistem kontrol yang
lebih modern yang dinamakan
SPEEDTRONIC
TM
. Dengan semakin
kompleksnya pengontrolan untuk turbin,
SPEEDTRONIC
TM
pun terus berkembang
mulai dari SPEEDTRONIC
TM
Mark I hingga
yang terakhir SPEEDTRONIC
TM
Mark VI.
PT. INDONESIA POWER UBP
SEMARANG dalam proses produksinya di
Pembangkit/Pusat Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU) menggunakan SPEEDTRONIC
TM

Mark V sebagai kontroler pada Gas Turbin
Generator (GTG).
Pengendalian START UP dengan
menggunakan sistem kontrol
SPEEDTRONIC
TM
MARK V berfungsi
untuk mengatur nilai FSR yang selanjutnya
mempengaruhi jumlah bahan bakar yang
dialirkan ke 14 ruang pembakaran. Besar
kecilnya bahan bajar yang dialirkan ke ruang
pembakaran akan menentukan cepat atau
lambatnya kecepatan putar turbin pada Gas
Turbin Generator (GTG) yang berbeda-beda
pada fase start up Unit.


1.2 Maksud dan Tujuan
Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan
laporan Kerja Praktek ini adalah:
1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja
di PT. Indonesia Power UBP Semarang.
2. Mengetahui sistem kerja Pembangkit
Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
3. Memberikan gambaran mengenai sistem
kontrol SPEEDTRONIC
TM
MARK V
secara umum.
4. Menjelaskan sistem kontrol
SPEEDTRONIC
TM
MARK V untuk
mengendalikan Sequence Start Up pada
Gas Turbin Generator (GTG) di
PLTGU.

1.3 Pembatasan Masalah
Pada laporan Kerja Praktek ini
permasalahan dibatasi pada Start Up
dengan sistem kontrol SPEEDTRONIC
TM

MARK V pada Gas Turbin Generator
(GTG).

Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang
II. PROSES PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA GAS UAP (PLTGU)

PLTGU yaitu pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga gas dan uap dalam
menghasilkan energi listrik.
Pembakaran bahan bakar pada PLTG
akan menghasilkan gas untuk memutar
turbin gas di PLTU. Gas buang dari turbin
gas ini akan dialirkan ke HRSG untuk
memanaskan air pada HRSG sehingga
menghasilkan uap yang akan digunakan
untuk memutar turbin uap.
Secara umum sistem produksi tenaga
listrik pada PLTGU dibagi menjadi dua
siklus, yaitu :
1. Open Cycle
Biasanya disebut proses turbin gas
(PLTG), yaitu gas buang atau uap dari
GTG (Gas Turbin Generator) langsung
dibuang ke udara melalui stack.
2. Close Cycle
Biasanya disebut proses turbin uap
(PLTU), yaitu gas buang dari GTG (Gas
Turbin Generator) tidak langsung
dibuang ke udara tetapi digunakan untuk
memanaskan air yang ada di HRSG
(Heat Recovery Steam Generator). Uap
yang dihasilkan dari HRSG digunakan
untuk memutar turbin uap.
Proses Pembangkit Listrik Tenaga
Gas Uap dapat dibagi menjadi dua proses,
yaitu :
1. Proses Turbin Gas
Bahan bakar minyak yang dipasok dari
kapal atau tongkang ditampung di dalam
tangki. Penyaluran bahan bakar
dilakukan dengan transportasi laut
dengan tujuan memungkinkan bahan
bakar yang diangkut lebih banyak
daripada melalui transportasi darat.
Selain itu lokasi pembangkit yang dekat
dengan pelabuhan semakin memperkecil
biaya transportasi.
Bahan bakar dipompa dari tangki ke
combustion chamber (ruang
pembakaran) bersama-sama udara dari
compressor setelah terlebih dahulu
melalui air filter. Campuran ini dibakar
dan menghasilkan gas panas yang
selanjutnya digunakan untuk memutar
turbin gas. Gas buang dari turbin gas
akan langsung dibuang melalui
cerobong apabila dioperasikan open
cycle dan akan dilewatkan HRSG
apabila dioperasikan close cycle.
2. Proses Turbin Uap
Air pengisi dari deaerator dipompa
melalui Low Pressure and High
Pressure Water dimasukkan ke HRSG
untuk diubah menjadi uap. Hasil uap
dari HRSG dimasukkan ke High
Pressure Turbine kemudian masuk ke
Low Pressure Turbine untuk mengubah
energi panas uap menjadi energi putar
rotor. Uap bekas setelah dipakai di Low
Pressure Turbine dialirkan ke condenser
untuk dikondensasikan oleh air
pendingin atau air laut yang dipompa
melalui Circulating Water Pump
(CWP). Air condensate dipompakan
oleh condensate pump untuk selanjutnya
dimasukkan ke deaerator.


III. DASAR TEORI
3.1 Gambaran Speedtronic
TM
Mark V
Speedtronic
TM
Mark V adalah suatu
sistem kontrol, proteksi dan monitoring pada
turbin yang telah dikembangkan oleh GE
dan mewakili kesuksesan dari seri-seri
Speedtronic
TM
dalam sistem pengaturan.
Tujuan sistem kontrol dan proteksi ini
adalah menghasilkan output yang maksimal
untuk melindungi turbin gas dari kerusakan
saat turbin dalam kondisi operasi sehingga
lifetimenya dapat lebih lama.

3.2 Konfigurasi kendali Speedtronic
TM
Mark V
SPEEDTRONIC
TM
Mark V adalah
sistem kendali turbin yang bersifat
programmable yang didesain sesuai dengan
kebutuhan industri tenaga modern untuk
sistem turbin yang bersifat kompleks dan
dinamis. Keunggulan sistem ini pada fitur-
fiturnya antara lain:
1. Implementasi software dengan teknologi
fault tolerance (SIFT), yang
memungkinkan turbin tetap beroperasi
Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang
meskipun terjadi kesalahan tunggal
dengan mempertahankan status on-line.
2. Operator interface yang user-friendly
3. Interface dengan sensor direct yang
memungkinkan kendali dan monitoring
secara real time
4. Kemampuan diagnosa yang built-in
menyatu dengan sistem
5. Arsitektur berbasis TMR (Triple
Modular Redundant)
SPEEDTRONIC
TM
Mark V
menggunakan tiga buah modul kontrol,
masing-masing <R>, <S>, dan <T> yang
identik untuk menjalankan keseluruhan
algoritma kendali yang vital, proses sinyal
proteksi, dan proses sekuensial. Konfigurasi
inilah yang disebut TMR (Triple Modular
Redundant). Untuk fungsi proteksi
dijalankan oleh tiga prosessor proteksi
<X>,<Y> dan <Z> pada core <P>. Untuk
konfigurasi secara umum dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Seperti terlihat pada gambar di atas,
untuk bisa bekerja dengan baik, informasi
dikomunikasikan, dibagi dan diputuskan
pada sistem proteksi tersebut melalui tiga
jaringan yang berbeda. Yang pertama adalah
jaringan eksternal (Stage Link) yaitu alat
utama komunikasi antara Operator
Interface (<I>) dan Common Data
Processor (<C>) dari panel kontrol. Link ini
adalah bagian konfigurasi ARCNET.
Kedua adalah Data Exchange
Network (DENET) yang merupakan jenis
ARCNET yang termasuk bagian dalam
jaringan komunikasi Speedtronic
TM
Mark V
kontrol panel. Adapun fungsi dari DENET
itu sendiri adalah untuk menyediakan link
atau hubungan komunikasi antara prossesor
internal dari kontrol panel. Panel TMR
merupakan bagian dasar untuk memvoting
proses yang terjadi pada sinyal kontrol.
Untuk jaringan internal yang ketiga
yaitu jaringan I/O (IONET). IONET adalah
jaringan komunikasi serial yang terhubung
dalam konfigurasi berantai. Fungsinya
adalah untuk mengkomunikasikan sinyal I/O
antara prosesor kontrol (DCCA), Protection
Core (<P>) atau TCEA dan Digital I/O core
(<QD1>).















Gambar 2 Konfigurasi kontrol TMR Mark V

Pada konfigurasi TMR sendiri
terdapat tiga buah modul kontrol <R>, <S>,
dan <T> yang berfungsi sebagai redundant.
Sinyal kontrol yang diberikan merupakan
hasil voting dari ketiga modul tersebut.

3.3 Operator I nterface Mark V
Interface Mark V berfungsi sebagai
upload, download, monitoring maupun
pengontrolan sehingga dengan interface ini
seluruh aktifitas dari Mark V kontrol panel
bias terwakili. Work Station Interface < I >,
terdiri dari serangkaian alat alat, antara
lain: sebuah PC (Personal Computer) layar
monitor berwarna, Cursor Positioning
Device (Mouse, atau Trackball), Keyboard
<I>
<C> <R>
Protection
<P>
Digital I/O
<QD1>
<S>
Protection
<P>
Digital I/O
<QD1>
<T>
Protection
<P>
Digital I/O
<QD1>
Digital I/O
<QD1>
R
Gambar 1 Dasar sistem TMR pada SPEEDTRONIC
TM
MARK V
Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang
(QWERTY Keyboard) dan Printer.
Peralatan-peralatan tersebut dapat
menghubungkan antara operator dengan
keadaan mesin atau sebagai work station
pemeliharaan lokal, baik itu pengamatan
peralatan turbin, pengontrolan turbin,
pengamanan turbin maupun pemasukan data
baru ke kontrol panel.

3.4 Hardware I nput-Output
Mark V di desain untuk berhubungan
langsung dengan peralatan turbin dan
generator seperti :
magnetic speed pickups
servos dan LVDT/Rs
sensor vibrasi
thermocouples
Resistive Temperature Devices (RTDs)

IV. PENGENDALIAN START UP
4.1 Sistem Kontrol SPEEDTRONIC
TM

MARK V
4.1.1 Desain Dasar Sistem Kontrol
SPEEDTRONIC
TM
MARK V
Kontrol turbin gas dilakukan dengan
kontrol start-up, kontrol percepatan, kontrol
kecepatan, kontrol temperatur dan fungsi
kontrol yang lain seperti tampak pada
gambar 3, sensor dari kecepatan turbin,
temperatur gas buang, dan parameter yang
lain menetukan kondisi operasi dari unit.
Saat diperlukan perubahan pada kondisi
operasi turbin karena perubahan beban atau
kondisi yang membahayakan turbin, maka
kontrol akan mengatur aliran bahan bakar ke
turbin. Misalnya bila temperatur gas buang
cenderung melebihi nilai yang referensi
yang diberikan untuk operasi turbin, maka
kontrol temperatur akan mengurangi suplai
bahan bakar ke turbin.


Gambar 3 Skema kontrol sederhana

Kondisi operasi turbin disensor dan
digunakan sebagai sinyal feedback ke sistem
kontrol Speedtronic. Ada tiga kontrol loop
utama, start-up, kontrol kecepatan, dan
kontrol temperatur yang di kontrol selama
turbin beroperasi. Mode kontrol yang lain
adalah kontrol kecepatan, manual FSR, dan
kontrol shutdown yang dioperasikan dengan
cara yang sama.

4.2 Start Up Control
4.2.1 Sistem Starting
Seperti pada mesin-mesin yang ber
ruang bakar internal lainnya, Gas Turbine
tidak bisa berputar atau tidak menghasilkan
tenaga putaran awalan sendiri pada saat
putarannya 0 ( zero speed ) oleh sebab itu
dibutuhkan sebuah sistem start untuk
melakukan perubahan keadaan Gas Turbine,
sebagai pemutar awal sampai mencapai
kecepatan putaran untuk pembakaran dan
membantu untuk mencapai kecepatan
putaran tertentu, sehingga Gas Turbine yang
sudah dalam keadaan start pembakaran
tersebut mampu berputar dan berakselerasi
sendiri menuju ke kecepatan putaran
nominalnya.
Hal tersebut terselesaikan dengan
bantuan peralatan sebuah motor induksi
sebagai Motor Starter, dan dibantu dengan
Torque Converter yang dioperasikan dimana
ia berfungsi sebuah kopling penyambung
dengan accessory gear.










MINIMUM
VALUE
SELECT
LOGIC
MANUAL
SHUR DOWN
START UP
TO CRT DISPLAY
TO CRT DISPLAY
TO CRT DISPLAY
TEMPERATURE

SPEED
ACCELERATION
RATE

FUEL
SYSTEM
FUEL
TO TURBIN
FSR
Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang

Gambar 4 Skema Turbin

4.2.1.1 Motor Starter
Motor Starter atau Motor Cranking
ini adalah produk dari GE Co, Custom
8000, motor induksi dengan jenis
Horisontal Motor dilengkapi dengan
bantalan-bantalan antifriction, 3 phase,
6000 Volt, dengan daya 1250 HP, pada
putaran 3000 rpm.

4.2.1.2 Torque Coverter
Torque converter merupakan suatu
peralatan dengan menggunakan media
hydruaulic dalam hal ini minyak lube oil.
Peralatan utama didalam torque converter
adalah pompa impeler yang digerakan oleh
input shaft atau sisi pemutar, sedangkan
disisi output atau yang diputar adalah bagian
turbin wheel. Prinsip kerja dari torque ini
adalah dengan hydrodinamik transmision,
diantara kedua peralatan tersebut terdapat
minyak penghubung dan pada statornya
terdapat guide vane atau sudu-sudu
pengarah yang digerakan oleh penggerak
mekanis (Guide vane adjusment mechanis)
yang akan mengarahkan minyak tersebut
dari pompa impeler menuju turbin wheel
dengan cara mengatur sudut pengarahan
yang sesuai untuk menghasilakan torsi yang
dibutuhkan disisi outputannya
Adapun fungsi dari minyak pada
Torque Converter adalah :
Sebagai media kerja penggerak daya
hydrodinamik.
Sebagai media control system torque
Converter.
Sebagai pelumas dan pendingin system.
Sebagai pemutar pada waktu on cool
down.
Fungsi utama dari torque converter adalah :
Untuk meneruskan putaran motor
cranking ke turbine dengan
menggunakan flexible coupling pada
waktu start up.
Untuk memutar turbine pada waktu on
cooldown dengan media lube oil.

4.2.1.2 Accessory Gear.
Fungsi Accessory Gear pada sistem
ini adalah sebagai penggerak untuk beberapa
peralatan bantu lainnya, seperti Pompa
Utama Minyak Pelumas, Pompa Utama
Minyak Hydraulik, Kompressor Utama
Atomizing Air maupun Pompa Utama
Bahan Bakar. Utamanya ia berfungsi
sebagai penghubung antara Motor Cranking
dengan Kompressor Turbine Gas.
Di dalam Accessory Gear terdapat
beberapa susunan roda gigi - roda gigi yang
berfungsi memperbesar Torsi ( daya puntir )
yang dibutuhkan oleh motor starter untuk
memutarkan poros Turbine.

4.2.1.3 Fungsi Fungsi Kerja Sistem
Start
Torque Converter dan Motor Starter
( Motor Cranking ), keduanya sebagai
supply tenaga kepada Gas Turbine
Generator ketika siklus start-up dan ketika
siklus sesudah shutdown ( cool down ).
Ketika siklus Start-up, peralatan
peralatan pada sistem starting mempunyai
tiga macam fungsi, antara lain :
1. Sebagai pemutar awal, ketika Gas
Turbine masih diam belum
berputar.
2. Mengakselerasi putaran Gas
Turbine sampai pada putaran
pengapian.
3. Membantu akselerasi putaran
Gas Turbine yang sudah terjadi
pengapiannya sampai dengan
tercapainya kemampuan Gas
Turbine untuk berakselerasi
sendiri menuju putaran
nominalnya. Atau yang mana
Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang
sampai dengan kecepatan
putaran Gas Turbine lebih besar
dari pada kecepatan putaran
peralatan sistem startingnya.


4.2.1.4 State dan Ladder Start Up
Turbine Gas

L3STCK L3RS
L4SX
ON,L3STCK0,1,2,3
L3RS2
L86MP
START
STOP
L14HR
L4Y
L14HM
L4T &
L94T
Trip
ALARM
L2F
L5
L4S
(PURGING)
Warming
Up
ACC
FSNL
Synchcron
L14HM
COUNT 2
LO OUT
Gambar 5 State Chart Start Up Turbine Gas



Gambar 6 Ladder Start Up Turbine Gas


Keterangan :

L3STCK : Start Check
L2FZ : Multiple Start
Permissive
(Auto/manual) - - - >
pemilihan mode start
L3ACS : Auxiliary Check
(Servos)
L3VOTE_Q : Voter Combined
Status of
L86MP : Master Protective
Start Up Log out
L52QA : Auxiliary Lube Oil
Pump Running
L52QS : Generator Seal Oil
Pump Running
L1X : Master Control Start
Up Permissive
L3WCL : Turbine Water
Cooling Pressure Low
Signal
L30LTC : Lube Oil Cooling
Permissive Status
L4SX : Master Protective Set
Auxiliary Logic
L14HM : Minimum Speed
Signal
L4Y : Loss of Master
Protective
L4S : Master Protective Set
L4T : Master Protective Trip
L94T : Fired Shutdown - - - >
penghentian
pembakaran
L4 : Master Protective
Signal
L2F : Firing Timer 1
minutes
L28FDX : Flame Detection
Control
L28FDTX : Flame Memory
Retention
L30FD_ALM : Failure to Ignite
L2MC : Cranking Motor
Control Signal
L52CR : Cranking Motor
Control Logic
L14HR : HP Zero Speed Signal
Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang
L14HM : HP Minimum Speed
Signal
L14HS : HP Optimum Speed
Signal
L63QT : Auxiliary to
L63QT2A
(Emergency Manual
Trip Signal)
L1Z : Master Control Relay
Turbine Auxiliary
L2MC : Motor Crancking
L7VF : Valve FSR
L7BN : Ignite
L0MS : Servo Position
L0 : Valve Lube Oil

4.2.1.5 Control Start Up
Bagian yang penting dalam tahap
control start-up dan shutdown Turbin Gas
(TG) adalah penginderaan/pembacaan
kecepatan yang tepat. Kecepatan turbin
diukur dengan magnetic pickup. Detector
kecepatan dan relay kecepatan ini pada
dasarnya digunakan untuk :
L14HR Kecepatan Nol (kira-kira 0%
kecepatan)
L14HM Kecepatan Minimum (kira-kira
16% kecepatan)
L14HA Kecepatan Akselerasi (kira-kira
50% kecepatan)
L14HS Kecepatan Operasi (kira-kira
95% kecepatan)
Detector kecepatan nol, L14HR
memberikan sinyal ketika poros turbin start
atau stop berputar. Ketika kecepatan poros
dibawah 14HR, atau pada kecepatan nol,
L14HR bekerja (fail safe) dan permissive
logic memerintahkan ratchet atau operasi
slow roll selama sequence start-up/cooldown
turbin otomatis.
Detector kecepatan minimum
L14HM mengindikasikan turbin sudah
mencapai kecepatan minimum pembakaran
dan mengawali (initiates) siklus pembilasan
(purging) sebelum bahan bakar dimasukkan
dan sebelum pembakaran. Lepasnya relay
kecepatan minimum L14HM menyediakan
beberapa fungsi permissive dalam start
ulang TG setelah shutdown.
Relay kecepatan Akselerasi L14HA
memberikan indikasi ketika turbin sudah
mencapai kira-kira 50% kecepatan
(putaran), hal ini menandakan start-up turbin
sedang berlangsungd an kunci fitur proteksi
(protective feature).
Sensor kecepatan tinggi L14HS
memberikan indikasi ketika turbin pada
kecepatannya dan sequence akselerasi
(percepatan) hamper selesai. Sinyal ini
menyediakan control logic untuk berbagai
sequence control seperti menyetop pompa
auxiliary lube oil dan menstart blower
turbine shell/exhaust frame.
Apabila turbin dan generator
melambat selama situasi frekuensi rendah,
L14HS akan lepas pada setting kecepatan
under frequency. Setelah L14HS lepas
breaker generator akan trip (open) dan
referensi kecepatan turbin TNR akan diset
kembali menjadi 100,3%. Saat turbin
menaikkan kecepatan, L14HS kembali
bekerja kemudian turbin akan membutuhkan
kembali sinyal start sebelum mencoba
mensinkron automatis generator dengan
jaringan lagi.
Control start-up beroperasi dengan
menggunakan level dari sinyal perintah FSR
yang sudah diset. Levelnya adalah ZERO,
FIRE, WARM-UP, ACCELERATE
dan MAX. Spesifikasi control
menyediakan setting perhitungan bahan
bakar yang tepat dibutuhkan di setiap
levelnya. Tingkatan (level) FSR
diset/ditentukan sebagai control yang tetap
pada start-up control Speedtronic MK V.
Sinyal control FSR start-up
dioperasikan melalui penghubung nilai
minimum (minimum value gate) untuk
memastikan fungsi control lain dapat
membatasi FSR sesuai dengan yang
dibutuhkan.
Sinyal perintah untuk bahan bakar
digerakkan oleh software speedtronic start-
up control. Sebagai tambahan kepada tiga
tingkatan aktif start-up, software
menentukan FSR min. dan max. dan
menyediakan control FSR manual.
Ketika turbin tidak beroperasi yang
diketehui oleh pengecekan secara elektronik
akan menghentikan system bahan bakar,
Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang
control valve, accessories dan suplai
tegangan. Pada keadaan ini SHUTDOWN
STATUS akan ditampilkan pada layer
computer. Untuk mengembalikan proses
start up maka akan dilakukan pengaktifkan
switch master operasi/master operation
switch (L43) dari kondisi OFF menjadi
mode operasi ready dan akan mengaktifkan
sirkuit yang sudah siap. Jika semua sirkuit
proteksi dan trip latches direset, pesan
START UP STATUS dan READY TO
START akan ditampilkan,hal ini
mengindikasikan turbin dapat menerima
sinyal start. Menekan target switch master
control (LIS) START dan EXECUTE
akan memberikan sinyal start ke tahapan
logic (logic sequence).
Sinyal start menghidupkan
(energizes) master control dan sirkuit
proteksi (L4 Circuit) dan menyetart
peralatan Bantu (auxiliary) yang dibutuhkan.
Sirkuit L4 mengijinkan memberikan tekanan
pada system trip oil dan mengugaskan
kopling penyetart untuk start jika tersedia.
Dengan permissive sirkuit L4 dan kopling
start terpasang, peralatan start (start device)
mulai berputar. Tampilan satus start-up
STARTING kan muncul dilayar computer
MK V. Lihat pada titik A pada gambar di
bawah ini, typical Start-Up Curve.
Gambar 5 kurva start up

Ketika turbin mulai berputar sinyal
L14HR memberhentikan (de-energizes)
kopling start solenoid 20CS dan mematikan
hydraulic ratchet. Kemudian kopling
membutuhkan torsi dari starting device agar
dapat tetap bekerja. Relay kecepatan turbin
L14HM mengindikasikan bahwa turbin
berputar pada kecepatan yang tepat yang
dibutuhkan untuk purging (pembilasan) dan
penyalaan pada alat pembakaran. Unit yang
menggunakan bahan bakar gas yang
mempunyai susunan/konstruksi exhaust
yang dapat menjebak kebocoran gas
memiliki purge timer, L2TV dengan awalan
perintah sinyal L14HM. Waktu pembilasan
diset untuk memungkinkan 3 s/d 4 kali
perubahan udara yang melalui unit untuk
meyakinkan bahawa setiap campuran yang
dapat terbakar sudah dibilas dari system.
Kondisi start akan menahan kecepatan
sampai L2TV telah menyelesaikan
siklusnya. Unit yang tidak memiliki system
extensive exhaust bias tidak memiliki
purging timer, tetapi mengandalkan siklus
start dan aliran udara alami untuk membilas
system.
Sinyal L14HM atau selesainya
siklus pembilasan L2TVX membolehkan
flow bahan bakar, penyalaan, pengesetan
level FSR pembakaran dan inisiasi timer
pembakaran L2F. Lihat titik B pada gambar.
Ketika flame detector (L28FD)
mengeluarkan sinyal yang
mengidentifikasikan api sudah ada di ruang
bakar, timer Warm-Up L2W bekerja dan
sinyal perintah bahan bakar mengurangi
level FSR bahan bakar ke level WARM-
UP. Waktu warm-up meminimalkan
thermal stress bagian-bagian yang dilalui
gas panas (hot gas path) selama awal proses
start-up.
Jika tidak ada nyala api sampai
dengan waktu warm-up (timer L2F) selesai,
selama 60 detik, flow bahan bakar
dihentikan. Unit dapat diberikan sinyal start
lagi, tetapi pembakaran akan ditunda oleh
timer L2TV untuk mencegah akumulasi
bahan bakar dalam pelaksanaan start yang
berulang kali. Tahapan ini terjadi walaupun
unit tidak memerlukan inisiasi terhadap
pembilasan L2TV.
Pada saat periode warm-up selesai
(L2WX), control start-up mengatur ramps
FSR pada laju yang sudah ditentukan
sebelumnya diset untuk ACCELERATE
LIMIT. Siklus start0up dirancang untuk
menghasilkan temperature pembakaran
tertinggi yang sedang selama akselerasi. Ini
Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang
dilakukan melalui program kenaikan
perlahan-lahan FSR. Lihat titik C pada
gambar. Dengan meningkatnya bahan bakar,
turbin memulai fase akselerasi start-up.
Kopling ditahan selama starting device
(cranking) memberikan torsi ke TG (turbin
gas). Ketika kecepatan turbin melebihi
putaran motor cranking kopling kaan lepas,
kemudian cranking akan berhenti. Relay
kecepatan L14HA menandakan turbin
sedang akselerasi.
Akhir fase start-up ketika unit
mencapai Full Speed No Load (FSNL). FSR
akan dikontrol speed loop dan auxiliary
system automatis di shutdown.
Software control start membuat
level maksimum sinyal FSR yang diberikan
selama start-up. Seperti yang telah
ditentukan sebelumnya, control sirkuit yang
lain dapat dikurangi dan mengatur FSR
melakukan fungsi control mereka. Pada fase
akselerasi, dengan mengamati laju akselerasi
rotor. Ini mungkin terjadi tetapi tidak
normal, untuk mencapai limit control
temperature, layer CRT (computer) akan
menunjukkan parameter mana yang
membatasi atau mengontrol FSR.

4.2.1.6 Sinkronisasi
Sinkronisasi automatis
disempurnakan dengan menggunakan
program algoritma sinkronisasi ke software
R, S, T dan P. Sinyal tegangan Bus dan
generator dimasukkan ke core P dengan
berisikan transformer isolasi (transformer
isolation), dan diparalelkan dengan core
(RST). Software (RST) menggerakkan
pemeriksa sinkron (synch check) dan relay
permissive sinkron, sementara core P
menyediakan perintah actual menutup
breaker.
Ada tiga model dasar sinkronisasi.
Mode ini dapat dipilih dari kontak eksternal
contohnya selector switch panel generator,
atau dari layer CRT Speedtronic Mk V.
OFF-Breaker tidak akan closed melalui
control speedtronic MK V.
MANUAL-Operator menginisiasi
penutupan breaker ketika permissive
synch check relay memenuhi.
AUTO-Sistem secara automatis
mencocokkan tegangan dan frekuensi
dan kemudian menutup breaker pada
waktu yang tepat untuk mengenai titik
mati atas pada synchronoscope.
Untuk sinkronisasi, unit dibawa
kecepatan 100,3% untuk menjaga generator
lebih cepat dari jaringan, menjamin beban
bias masuk ketika breaker close. Jika
frekuensi di system cukup bervariasi yang
dapat menyebabkan melesetnya frekuensi
(perbedaan frekuensi antara jaringan dengan
generator), sirkuit pengaman kecepatan
mengatur TNR untuk menjaga kecepatan
turbin lebih besar 0,2% s/d 0,4%
dibandingkan dengan kecepatan jaringan
untuk menjamin tidak melesetnya frekuensi
dan permissive sinkronisasi.
Untuk proteksi tambahan relai check
sinkronisasi disediakan di panel generator.
Ini digunakan pada kedua series dengan auto
relay sinkronisasi dan switch close breaker
secara manual untuk mencegah besarnya
fase/waktu penutupan breaker


V. KESIMPULAN
1. SPEEDTRONIC
TM
MARK V
menggunakan sistem TMR yang terdiri
dari tiga buah processor control <R>,
<S>, dan <T> pada core <R>, <S>, dan
<T> dan tiga prosessor proteksi
<X>,<Y> dan <Z> pada core proteksi
<P>.
2. Sistem kontrol SPEEDTRONIC
TM

MARK V merupakan sistem kontrol
digital yang berisi logic-logic kontrol,
proteksi dan sequence pada operasi
turbin gas
3. Sistem kontrol SPEEDTRONIC
TM

MARK V secara garis besar terdiri dari
tiga loop kontrol utama yaitu loop
kontrol temperatur, kontrol kecepatan,
dan kontrol start up.
4. Kontrol Start-Up mengatur perubahan
keadaan gas turbin, dari pemutar awal
sampai mencapai kecepatan putaran
tertentu sehingga gas turbine tersebut
mampu berputar dan berakselerasi
Makalah Kerja Praktek IP UBP Semarang
sendiri sampai ke kecapatan putaran
nominalnya.
5. Pendeteksian kecepatan putar Turbin
menggunakan magnetik pick up
menjadi faktor yang penting dalam
tahap kontrol Start Up.



V. DAFTAR PUSTAKA
Marsudi, Djiteng. Pembangkitan Energi
Listrik. Erlangga: Jakarta. 2002
Santoso, Junaidi. Laporan Kerja Praktek
Sistem Kontrol SpeedtronicTM
Mark V Sebagai Pengendali Turbin
Pada Generator Turbin Gas (GTG).
Jurusan Teknik Elektro Universitas
Diponegoro: Semarang. 2006
Subroto, Samsu Haryo.SpeedtronicTM
Mark V. 2007
MS-9000 Service Manual:Turbine,
Accessories and Generator Volume
I. PT.PLN (Persero) Tambak Lorok
MS-9000 Service Manual:Turbine,
Accessories and Generator Volume
IA. PT.PLN (Persero) Tambak
Lorok
SpeedtronicTM Mark V Control
Description and
Application.Volume I. 1993




















BIODATA

Rizal Bayu Kurniawan
(L2F007071), Lahir di
Kulon Progo ini adalah
mahasiswa Teknik Elektro
Universitas Diponegoro
angkatan 2007 dengan
mengambil konsentrasi
Kontrol.




Semarang, Juni 2011


Mengetahui,
Dosen Pembimbing




Iwan Setiawan,ST, MT
NIP. 197309262000121001

Anda mungkin juga menyukai