Anda di halaman 1dari 28

0.5 30 % 0.

25 % 4 4 5 13
0.5 30 % 0.50 % 4 4 5 13
0.5 30 % 0.75 % 4 4 5 13
0.5 30% 1 .0% 4 4 5 13
65

1.6 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini kiranya dapat kita jadikan suatu acuan bahwa
penggunaan fly ash, serat poly ethylene terephtalate sebagai komponen
pembentuk paving yang merupakan suatu pilhan yang patut
dipertimbangkan untuk mengubah sifat paving sesuai yang diinginkan.
Penggunaan serat poly ethylene terephtalate pada paving dapat menjadi
solusi dalam meningkatkan kuat kejut, kuat tekan.
Mengurangi volume dan efek pencemaran lingkungan yang diakibatkan
oleh limbah plastik khususnya botol minuman ringan berlogo PET.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan
berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian
tentang Pemanfaatan Limbah Botol Plastik sebagai Bahan Eco plafie (economic
Universitas Sumatera Utara
plastic fiber) yang berkonsep Ramah Lingkungan dengan Uji tekan ,Uji kejut dan
Serapan air. Materi yang dibahas antara lain :
Bahan bangunan berbasis semen dan teori tentang paving block.
Material paving block, Serat plastik ( Polyethylene Terepthalate ) dan
Bahan tambah ( admixture ), Perawatan paving block
Metode pembuatan paving block di masyarakat.
Pengujian kuat tekan , kuat kejut, serapan air
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan

2.2 Teori Tentang Bahan Bangunan Berbasis Semen
Bahan bangunan berbasis semen di antaranya adalah :
Mortar, yaitu didefenisikan sebagai bahan yang diperoleh dari
mencampurkan agregat halus, semen portland dan air (SNI 03-0691-1996)
Beton, yaitu didefenisiskan sebagai bahan yang diperoleh dengan
mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air ( PBI,
1971).
Paving block, yaitu didefenisikan sebagai suatu komposisi bahan
bangunan yang terbuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat
hidrolis sejenisnya, air, dan agregat (abu batu/ pasir) dengan atau tanpa
bahan tambahan lainnya ( SNI 03-0691-1996). Paving block digunakan
pada perkerasan jalan.

2.3 Teori Tentang Paving Block
Universitas Sumatera Utara
Bata beton (paving block) merupakan salah satu jenis beton non structural
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan jalan, pelataran parkir, trotoar, taman,
dan keperluan lainnya. Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia
terhitung sejak tahun 1997/1998, dimulai dengan pemasangan trotoar di J alan
Thamrin dan untuk terminal bis Pulogadung, keduanya di J akarta. Paving block
dapat berwarna seperti aslinya atau diberi zat warna pada komposisinya dan
digunakan untuk lantai baik didalam maupun diluar bangunan.
2.3.1 Kegunaan dan Keuntungan Paving Block
Keberadaan paving block bisa menggantikan aspal dan pelat beton, dengan
banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak kegunaan
diantaranya sebagai lapisan perkerasan lapangan terbang, terminal bis, parkir
mobil , pejalan kaki, taman kota dan tempat bermain.
Penggunaan paving block memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
Dapat diproduksi secara manual
Dapat diaplikasikan pada pembangunan jalan dengan tanpa memerlukan
keahlian khusus.
Pada kondisi pembebanan yang normal paving block dapat digunakan
selama masa-masa pelayanan dan paving block tidak mudah rusak
Paving block lebih mudah dihamparkan dan langsung bisa digunakan
tanpa harus menunggu pengerasan seperti pada beton.
Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat
pengerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
Paving block menghasilkan sampah konstruksi lebih sedikit dibandingkan
penggunaan pelat beton.
Adanya pori-pori pada paving block meminimalisasi aliran permukaan dan
memperbanyak infiltrasi dalam tanah.
Perkerasan dengan paving block mampu menurunkan hidrokarbon dan
menahan logam berat.
Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain
dengan pola dan warna yang indah .
Perbandingan harganya lebih rendah dibanding dengan jenis perkerasan
konvensional yang lain.
Pemasangannya cukup mudah dan biaya perawatannya pun murah.

Kelemahan Paving Block :
Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman
dengan kendaraan yang berkecepatan tinggi. Sehingga perkerasan paving
block hanya cocok untuk mengendalikan kecepatan kendaraan di
lingkungan pemukiman dan perkotaan yang padat.

2.3.2 Klasifikasi Paving Block
Berdasarkan SK SNI T 04 1990 F , klasifikasi paving block (blok beton)
didasarkan atas bentuk, tebal, kekuatan, dan warna. Klasifikasi tersebut antara
lain :
1. Klasifikasi berdasarkan bentuk
Universitas Sumatera Utara
Bentuk paving block secara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu :
a. Paving block bentuk segi empat
b. Paving block bentuk segi banyak







Gambar 2.1 Bentuk Paving Block
Pola pemasangan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan penggunaanya. Pola
yang umum dipergunakan ialah susun bata ( stretcher ), anyaman tikar ( basket
weave ), dan tulang ikan ( herring bone ). Untuk perkerasan jalan diutamakan pola
tulang ikan karena mempunyai kuncian yang baik. Dalam proses pemasangannya,
paving block harus berpinggul dan pada tepi susunan paving block biasanya
ditutup dengan pasak yang berbentuk topi uskup.



Universitas Sumatera Utara
Pola Anyaman Tikar Penguncian Sedang



Pola Tulang Ikan 45 Penguncian Paling Baik



Pola Tulang Ikan 90 Penguncian Paling Baik


Pola Susun Bata Penguncian Paling Rendah
Gambar 2.2 Pola Pemasangan Paving Block
2. Klasifikasi berdasarkan ketebalan
Ketebalan paving block ada tiga macam, yaitu :
a. Paving block dengan ketebalan 60 mm
b. Paving block dengan ketebalan 80 mm
c. Paving block dengan ketebalan 100 mm
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan bentuk dan ketebalan dalam pemakaian harus disesuaikan dengan
rencana penggunaanya dan kuat tekan paving block tersebut juga harus
diperhatikan.
3. Klasifikasi berdasarkan kekuatan
a. Paving block dengan mutu beton fc 37,35 MPA
b. Paving block dengan mutu beton fc 27,0 MPA
4. Klasifikasi berdasarkan warna
Warna yang tersedia dipasaran antara lain abu-abu, hitam, dan merah.
Paving block yang berwarna kecuali untuk menambah keindahan juga
dapat digunakan untuk member batas pada perkerasan seperti tempat
parkir, tali air, dan lain-lain.

2.3.3 Standar Mutu Paving Block
Standar mutu yang harus dipenuhi paving block untuk lantai menurut SNI
03 0691 1996 adalah sebagai berikut :
1. Sifat tampak paving block untuk lantai harus mempunyai bentuk
yang sempurna, tidak terdapat retak retak dan cacat, bagian sudut
dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.
2. Bentuk dan ukuran paving block untuk lantai tergantung dari
persetujuan antara pemakai dan produsen. Setiap produsen
memberikan penjelasan tertulis dalam leaflet mengenai bentuk,
ukuran, dan konstruksi pemasangan paving block untuk lantai.
Universitas Sumatera Utara
3. Penyimpangan tebal paving block untuk lantai diperkenankan
kurang lebih 3 mm.
4. Paving block untuk lantai harus mempunyai kekuatan fisik sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Kekuataan Fisik Paving Block

Mutu

Kegunaan
Kuat Tekan
( kg / cm
2
)
Ketahanan Aus
( mm/ menit)
Penyerapan
Air Rata-
rata Maks
(%)

Rata 2

Min

Rata 2

Min
A Perkerasan jalan 400 350 0,0090 0,103 3
B Tempat parkir
mobil
200 170 0,1300 1,149 6
C Pejalan kaki 150 125 0,1600 1,184 8
D Taman Kota 100 85 0,2190 0,251 10
Sumber : SNI 03 - 0691 1996
5. Paving block untuk lantai apabila diuji dengan natrium sulfat tidak boleh
cacat, dan kehilangan berat yang diperbolehkan maksimum 1 %.

2.3.4 Metode pembuatan Paving Block di masyarakat
Cara pembuatan paving block yang biasanya digunakan dalam masyarakat
dapat diklasifikasikan menjadi dua metode, yaitu :
1. Metode Konvensional
Universitas Sumatera Utara
Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
kita dan lebih dikenal dengan metode gablokan. Pembuatan paving block cara
konvensional dilakukan dengan menggunakan alat gablokan dengan beban
pemadatan yang berpengaruh terhadap tenaga orang yang mengerjakan.
Metode ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai industry rumah tangga
karena selain alat yang digunakan sederhana, juga mudah dalam proses
pembuatannya sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Proses produksi ini
menghasilkan paving block K-50 s/d K-100.Selain itu tingkat abrasi paving
manual masih cukup tinggi baik karena goresan, hujan dan tempaan panas.




Gambar 2.3 Alat Cetak Paving Manual
2. Metode Mekanis
Metode mekanis didalam masyarakat biasa disebut metode press. Metode
ini masih jarang digunakan karena untuk pembuatan paving block dengan
metode mekanis membutuhkan alat yang harganya relatif mahal. Metode
mekanis ini biasanya digunakan oleh pabrik dengan skala industry sedang atau
besar. Metode mekanis ada dua yakni :
Metode Vibrator
Universitas Sumatera Utara
Proses produksi dengan cara ini biasanya menghasilkan paving dengan
mutu K-150 s/d K-225. Adapun penggunaanya sebaiknya untuk pedestrian dan
lahan parkir yang tidak terlalu luas dengan beban yang terlalu berat.






Gambar 2.4 Mesin Press Vibrasi Paving
Metode Hidrolik
Proses produksi dengan mesin hidrolik menghasilkan paving block dengan
mutu K-225 ke atas.Adapun penggunaanya dapat diaplikasikan pada semua
tempat, baik untuk pedestrian maupun parkiran yang luas dengan beban yang
cukup berat. Untuk hasil akhir dan penggunaan jangka panjang disarankan
menggunakan paving press hidrolik. Karakter paving block tidak sama dengan
keramik. Paving block lebih kasar, adakalanya bentuknya tidak terlalu mirip satu
sama lainnya, sedangkan keramik lebih halus dan bentuknya hampir mulus semua.
J angan melihat bentuk fisiknya saja tetapi lihatlah setelah terpasang.
Universitas Sumatera Utara
Gunakan paving block pada area-area strategis seperti pedestrian/jogging
track, jalan lingkungan perumahan, area parkir gedung/ruko/rumas sakit, halaman
rumah dan lain-lain. Dengan menggunakan paving block sebagai penutup
permukaan bumi berarti memberikan celah air untuk masuk sehingga kadar air
dibawahnya masih bagus. Selain itu dengan paving block kita bisa membuat
berbagai macam variasi pemasangan yang dapat disesuaikan dengan keinginan
kita, dan tentunya dengan perawatan yang lebih mudah dan lebih murah.







Gambar 2.5 Mesin Hidrolik Paving Block
Dari metode pembuatan paving block diatas, terdapat kelebihan dan
kekurangan dari tiap metode yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3 Keuntungan Dan Kerugian Metode Mekanis Dan Metode
Konvensional
Metode Keuntungan Kerugian
Universitas Sumatera Utara
Konvensional Dapat dilakukan oleh pemodal kecil
Alat cetak relative murah
Dapat dilakukan dimana dan oleh
siapa saja ( home industry)
Kuat tekan umumnya
rendah dan tidak stabil
Dalam sekali cetak
hanya satu buah paving
Tidak dapat diproduksi
secara massal
Mekanis Kuat tekan yang dihasilkan relative
stabil sesuai mix design
Dalam sekali cetak, lebih dari satu
paving tergantung jumlah alat cetak
Dapat diproduksi secara massal
Hanya bisa dilakukan
oleh pemodal besar
Alat cetak relative
mahal
Tidak dapat dilakukan
disembarang tempat (
home industry)
Sumber : Studi lapangan, 2012 di Home Industry Paving Block Hery
2.4 Bahan Tambah (Admixture)
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar
sebaiknya tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena
penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau subsitusi dari
dalam campuran beton itu sendiri sehingga kecenderungan perubahan komposisi
dalam berat atau volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan
komposisi awal beton tanpa bahan tambah (Tri Mulyono, 2004). Secara umum
bahan tambah yang digunakan dalam beton / mortar, dapat dibedakan menjadi dua
yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi ( chemical admixture ) dan bahan
Universitas Sumatera Utara
tambah yang bersifat mineral (additive). Bahan tambah admixture ditambahkan
saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran ( placing), sedangkan
bahan tambah additive ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan. Bahan
tambah additive merupakan bahan tambah yang lebih banyak bersifat penyemenan
jadi bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja
kekuatannya.
Abu terbang batu bara ( fly ash)
Penelitian ini menggunakan abu terbang batu bara ( fly ash ) sebagai bahan
tambah dalam meningkatkan kuat tekan paving block. Fly ash yang digunakan
untuk penelitian ini adalah fly ash dari PT ADHI KARYA. Menurut ASTM C.618
( ASTM, 1995: 304) abu terbang (fly ash) didefenisikan sebagai butiran halus
hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran
batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan
dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan
mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya.Abu terbang sendiri tidak
memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tapi dengan kehadiran air
dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silica yang dikandung oleh abu terbang
akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses
hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat.
Tabel 2.4 Kandungan Kimia Fly Ash Berdasarkan ASTM C. 618 -95 : 305
Senyawa Kimia Jenis F Jenis C
Universitas Sumatera Utara
OksidaSilika(SiO
2
) + Oksida Alumina (Al
2
O
3
) +
Oksida Besi (Fe
2
O
3
), minimum%
70 50
Trioksida Sulfur ( SO
3
), maksimum % 5.0 5.0
Kadar Air, maksimum % 3.0 3.0
Kehilangan Panas, maksimum % 6.0 6.0
Penggunaan sampai dengan 12% masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja atau
hasil test laboratorium menunjukkan demikian

2.5 Material Paving Block
Material penyusun pada paving block yang akan digunakan antara lain semen
Portland ( PC), agregat halus dan air.
2.5.1 Semen Portland ( PC )
Semen merupakan bahan hidrolik campuran yang kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan penting dalam reaksi
kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi yang dapat mencegah
perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki
keawetan beton yang dihasilkan.
Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur ( CaO), silica ( SiO
3
),
alumina ( Al
2
O
3
), sedikit magnesia ( MgO), dan terkadang sedikit alkali ( Tri
Mulyono 2003). Bahan-bahan ini membentuk senyawa-senyawa kimia utama
yang menyusun semen Portland yaitu :
a. Trikalsium Silikat ( C
3
S )
Universitas Sumatera Utara
Senyawa ini cepat bereaksi dan menghasilkan panas jika terkena air. Panas
tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke 14.
b. Dikalsium Silikat ( C
2
S)
Senyawa ini lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh
terhadap semen setelah umur 7 hari.
c. Trikalsium Aluminat ( C
3
A)
Senyawa ini bereaksi secara cepat, memberikan kekuatan awal yang
sangat cepat pada 24 jam pertama.
d. Tetrakalsium Aluminoferrit ( C
4
AF)
Senyawa ini kurang berpengaruh terhadap kekerasan semen atau beton
sehingga konntribusinya dalam peningkatan kekuatan beton kecil.






Tabel 2.5 Persentase Komposisi Semen Portland
Komposisi dalam persen ( % ) Karakteristik
Umum
C
3
S C
2
S C
3
A C
4
AF CaSO
4
C
a
O M
g
O
Universitas Sumatera Utara
Tipe I, Normal
49 25 12 8 2,9 0,8 2,4 Semen untuk
semua tujuan
Tipe II,
Modifikasi
46 29 6 12 2,8 0,6 3 Relatif sedikit
pelepasan
panas,
digunakan
untuk struktur
besar
Tipe III,
Kekuatan Awal
Tinggi
56 15 12 8 3,9 1,4 2,6 Mencapai
kekuatan awal
yang tinggi
pada umur 3
hari
Tipe IV, Panas
Hidrasi Rendah
30 46 5 13 2,9 0,3 2,7 Dipakai pada
bendungan
beton
Tipe V, Tahan
Sulfat
43 36 4 12 2,7 0,4 1,6 Dipakai pada
struktur yang
diekspose
terhadap sulfat
Sumber : ( Nawyi, 1985 : 11 )
2.5.2 Agregat Halus
Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi
antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan standar amerika. Agregat halus yang
Universitas Sumatera Utara
baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan
No. 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton.
Adapun syarat-syarat untuk agregat halus berdasarkan ASTM C. 33 adalah
1. Modulus Kehalusan butiran 2,3 sampai 3,1
2. Susunan gradasi harus memenuhi syarat seperti table berikut :
Tabel 2.6 Susunan Gradasi Untuk Agregat halus
Ukuran lubang ayakan Persen lolos Kumulatif
3/8 in ( 9,5 mm) 100
No. 4 ( 4,75 mm) 95-10
No.8 ( 2,36 mm) 80-100
No.16 ( 1,18 mm) 50-85
No.30 ( 0,6 mm) 25-60
No. 50 ( 0,3 mm) 10-30
No.100 ( 0,15 mm) 2-10
Sumber : (Nawy, Edward G,1985: 15)
3. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron ( 0,074 mm atau
No. 200) dalam persen berat maksimum,
Untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3,0 %
Untuk beton jenis lainnya sebesar 5 %
4. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum
3 %
5. Kadar arang dan lignit
Universitas Sumatera Utara
Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan
diekspos) maksimum 0,5 %
Beton jenis lainnya, maksimum 1,0 %
6. Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO
4
) 3 %, tidak menghasilkan warna
yang lebih tua dibanding warna standard. J Ika warnanya lebih tua maka
ditolak kecuali
Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau
yang sejenis lainnya
Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standard silica hasilnya menunjukkan nilai lebih besar
dari 95 %.
7. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan
bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan
semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6 %
8. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
10 % dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15 %.



2.5.3 Air
Universitas Sumatera Utara
Fungsi air pada campuran paving block adalah untuk membantu reaksi kimia
yang menyebakan berlangsungnya proses pengikatan. Persyaratan air menurut
British Standard ( BS.3148-80) adalah sebagai berikut :
a. Gabungan ion-ion yang terdapat dalam air yaitu kalsium, magnesium,
natrium, kalium, bikarbonta, sulfat, klorida, dan kadang-kadang karbonat
tidak melebihi 2000 mg per liter.
b. Konsentrasi NaCl atau garam dapur dalam air harus lebih kecil dari 2000
ppm ( part per million) dan kandungan sulfat dalam air harus lebih kecil
dari 1250 ppm
c. Air campuran asam tidak boleh melebihi pH 3,00
d. Konsentrasi air dengan kandungan basa ( Natrium hidroksida) harus lebih
rendah dari 0,5 % dari berat semen.
e. Kadar gula dalam air tidak boleh melebihi 0,2 % dari berat semen.
f. Air yang mengandung minyak tidak boleh melebihi 2 % dari berat semen.(
Nugraha, 2007)
Pemakaian air pada pembuatan campuran harus pas karena pemakaian air
yang terlalu berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai dan hal tersebut akan mengurangi kekuatan pving block
yang akan dihasilkan. Sedangkan terlalu sedikit air akan menyebabkan proses
hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga dapat mengurangi kekuatan paving
block yang akan dihasilkan.

2.6 Penambahan Serat (fiber) Terhadap Beton
Universitas Sumatera Utara
Tujuan penambahan serat kedalam beton untuk memperbaiki beberapa
perilaku mekanik beton sehingga beton menjadi lebih andal penggunaanya
sebagai bahan konstruksi. Umumnya serat yang dimasukkan kedalam beton
berupa batang-batang dengan ukuran 5-500 m dengan panjang sekitar 25 mm.
Terminologi serat (fiber) menurut ASTM adalah material yang tipis dan panjang
dalam bentuk menggumpul (bundles), jaringan atau standart yang merupakan
bahan alam atau hasil fabrikasi dan dicampurkan dalam beton segar.
Beberapa macam bahan serat (fiber) yang dapat dipakai untuk
memperbaiki sifat- sifat beton telah dilaporkan oleh ACI Committee 544 (1984).
Pada dasarnya serat dibagi atas serat baja, serat plastik, serat kaca, serat kawat dan
serat alami. Berdasarkan penelitian sebelumnya, penambahan serat dapat
meningkatkan perilaku mekanik beton seperti :
Peningkatan kuat tarik dan kuat tekan
Peningkatan kedaktalitasan beton
Peningkatan Ketahanan kejut
Peningkatan ketahanan lentur dan abrasi
Untuk serat plastik terdiri dari nylon dan rayon. Serat nylon terdiri dari
polypropylene, polyethylene, polyester. Masing-masing serat (fiber) tersebut
memiliki sifat dan kekuatan yang berbeda-beda, seperti yang disajikan dalam
tabel. Serat nylon (poliamida) adalah serat yang dibuat dari polimer sintetik
berantai panjang yang memiliki gugus-gugus amida.
Tabel 2.7 Karakteristik Serat Nylon
Universitas Sumatera Utara
Jenis serat
Kuat tarik
(Ksi)
Modulus
Young
(10ksi)
Batas Ulur
(%)
Berat Jenis
Acrylic 30-60 0.3 25-45 1.1
Asbes
(Asbestos)
80-140 12-20 0.6 3.2
Cotton 60-100 0.7 3-10 1.5
Kaca (glass) 150-550 10 1.5-3.5 2.5
Nylon (high
tenacity)
110-120 0.6 16-20 1.1
Polyester (high
tenacity)
105-125 1.2 11-13 1.4
Polyethylene 100 0.02-0.06 10 0.95
Polypropylene 80-100 0.5 25 0.90
Rayon (high
tenacity)
60-90 1.0 10-25 1.5
Rock wool
(Scandinavian)
70-110 10-17 0.6 2.7
Baja (steel) 40-400 29 0.5-3.5 7.8
1ksi =6.9 Mpa. (Sumber : ACI Committee 5444,1984)
Pengadukan beton (fiber) harus mengikuti SK.SNI.T-28-1991-03 atau
ASTM C.684. Pengadukan dalam pembuatan campuran beton dengan bahan
tambah serat nylon mengikuti tahapan tertentu. Mula-mula air dimasukkan
kedalam semen dan diaduk sampai merata. Kemudian kerikil, pasir dan terakhir
Universitas Sumatera Utara
serat nylon dimasukkan. Setelah bahan tercampur semua, aduk kembali selama
minimal 1.5 menit. Konsentrasi penelitian ini adalah menggunakan serat plastik
atau serat nylon (polyethylene) pada paving block.
2.7 PET ( Polyethylene Terephthalate)
Polyethylene Terephthalate (plastik PET atau PETE) adalah polimer jernih
dan kuat dengan sifat-sifat penahan gas dan kelembaban. Kemampuan plastik
PET untuk menampung karbon dioksida (karbonasi) membuatnya sangat ideal
untuk digunakan sebagai botol-botol minuman ringan (bersoda / terkarbonasi).

Gambar 2.6 Rumus Molekul PET
Selain itu plastik PET juga sering digunakan sebagai botol air minum kemasan.
Pada kemasan botol air minum terdapat symbol (logo) di bagian bawah botol
seperti dibawah ini:



Gambar 2.7 Logo PET
Tanda ini merupakan logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya terus
ada tulisan PETE atau PET (Polyethylene Terephtalate) di bawah segitiga.
Universitas Sumatera Utara
Dipakai untuk botol plastik, berwarna jenih / transparan / tembus pandang
contohnya botol air mineral, botol jus dan hampir semua botol minuman lainnya.
Perlu ditekankan untuk botol jenis PET atau PETE dipakai HANYA SEKALI
SAJ A, karena bila terlalu sering dipakai terlebih sering digunakan untuk
menyimpan air hangat maupun panas dapat mengakibatkan lapisan polimer pada
botol akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kanker.
Bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan PET ataupun
daur ulang plastik PET harus waspada karena didalam membuat PET terdapat
bahan yang disebutantimoni tiroksida, bahan Antimoni Tiroksida yang dapat
masuk kedalam tubuh melalui system pernafasan yaitu akibat menghirup debu
yang mengandung senyawa ini. Dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan
iritasi kulit dan saluran pernafasan.. Di dunia mayoritas bahan plastik PET untuk
serat sintesis (sekitar 60%), di tekstil PET biasa digunakan dengan polyester,
bahan dasar botol kemasan 30 %.





2.8 Ketahanan Kejut ( Impact Resistance )
Universitas Sumatera Utara
Ada berbagai tipe pembebanan yang terjadi pada struktur bangunan.
Pembebanan dapat dibagi kedalam dua kategori yakni : beban mati dan aplikasi
beban secara tiba tiba. Atau secara umum dikelompokkan kedalam beban statis
dan beban dinamis. Untuk beban statis sejauh ini tidak ada masalah dalam
menentukan beban tekannya, akan tetapi beban dinamis tergantung terhadap
waktu.
Beban dinamis dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yakni : siklus
tunggal (single cycle) dan banyak siklus ( multicycle ).Siklus tunggal beban
dinamis contohnya beban kejut terhadap elemen struktur. Sedangkan, banyak
siklus tepatnya pada gempa bumi. Siklus tunggal ( single cycle ) beban dinamis
dapat dikatakan beban impak ( impact loading ).
Untuk lebih lanjutnya, beban impak terbagi dua yakni : beban impak pada satu
titik dan beban impact merata. Sebuah struktur yang terkena benda rudal akan
mengalami beban impak titik tunggal sedangkan, struktur yang terkena ledakan
akan mengalami beban impak merata.
Meningkakan ketahanan kejut atau kemampuan menyerap energy dari beban
dinamis merupakan salah satu test untuk mengukur perkuatan beton berserat. Ada
beberapa test yang digunakan untuk mengukur ketahanan kejut beton fiber.Test
ini tergantung terhadap mekanisme beban kejut dan parameter yang digunakan
selama test kejut.

Yang paling sederhana pada uji kejut adalah drop weight test atau uji jatuh
beban secara bebas dan berulang. ACI 544 dan ASTM D 1557 sudah
Universitas Sumatera Utara
merekomendasikan bahwa uji kejut ini dengan menjatukan palu (hammer) seberat
4,5 kg secara bebas dari ketinggian 18 inch (46 cm) pada bola baja pejal
berdiameter 2,5 inch ( 6,3 cm), yang diletakkan pada benda uji silinder diameter
15 cm. Palu dijatuhkan berulang kali dan diamati kondisi retak pertama kali
sampai failure.
Uji kejut ini menghasilkan jumlah pukulan yang diperlukan untuk
menyebabkan benda uji failure. J umlah ini berfungsi sebagai perkiraan kualitatif
dari energy yang diserap oleh benda uji hingga hancur (failure). Metode ini dapat
digunakan untuk membandingkan manfaat relative dari campuran serat beton
yang berbeda dan untuk menunjukkan peningkatan kinerja dari beton fiber
dibandingkan dengan beton konvensional. Hal ini juga dapat diadaptasi untuk
menunjukkan resistansi dampak relative dari ketebalan material yang berbeda.
J umlah pukulan yang merupakan ketahanan kejutnya dapat dikonversikan
terhadap jumlah energy atau, berapa total energy yang diserap hingga benda uji
tersebut hancur. Ketika palu dengan massa m
h
dinaikkan ke ketinggian h diatas
benda uji, palu tersebut memiliki energy potensial ( Ep ). Energy potensial adalah
energy yang dimiliki oleh benda yang akan bergerak atau karena kedudukannya
yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Oleh karena palu dijatuhkan berulang maka
jumlah energy potensial yang diterima oleh benda uji tersebut :
EP =m
h
x g x h ( 2.1 )
Dimana : EP =energy potensial ( joule )
m
h
=berat palu ( kg )
g =percepatan gravitasi ( m/s
2
)
Universitas Sumatera Utara
h =ketinggian (m)
ketika palu dijatuhkan dari ketinggian h terhadap benda uji, energy
potensial palu tersebut berubah menjadi energy kinetik ( EK ) dengan kecepatan
v. Energy kinetik adalah enery yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak.
Energy kinetik dinyatakan dengan :
EK = x m
h
x v
2
..(2.2)
Dimana :
EK =energy kinetik ( joule )
m
h
=berat palu (kg)
v = kecepatan palu ( m/s )
Sebelum palu menyentuh benda uji kecepatannya dapat dihitung dengan konsep
gerak jatuh bebas yakni :
.(2.3)
Dimana : v =kecepatan ( m/s )
g =gravitasi ( m/s
2
)
h =ketinggian ( m )
Perubahan energy potensial menjadi energy kinetik disebut energy
mekanik (EM ).
EM =EP +EK(2.4)
Universitas Sumatera Utara
(2.5)

(2.6)
.( 2.7 )
Ketika palu memukul benda uji, perpindahan momentum secara tiba tiba
terjadi dari palu ke benda uji. Hasilnya momentum palu berkurang dan
mengakibatkan energy kinetik palu hilang. J adi dapat disimpulkan benda uji
tersebut menerima dua kali energy potensial hingga pecah dan energy mekanik (
EM ) merupakan ketahanan kejut dari paving block.











2.9 Penelitian Sejenis Yang Pernah Dilakukan
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebagai bahan tambahan referensi adalah
Universitas Sumatera Utara
1. Penelitian tentang Eco Plafie Paving ( Economic Plastic Fiber ) Sebagai
Produk Perkerasan Jalan Berkonsep Ramah Lingkungan, (Arum dwi
cahyani dkk, 2012). Beberapa hal yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah :
Penelitian menunjukkan bahwa serat plastik polyethylene
terephtalate dan abu batu ( fly ash ) dapat secara efektif digunakan
sebagai komponen paving block
Paving block dengan adanya penambahan serat plastik 5% volume
dan tambahan fly ash 10 % volume dapat meningkatkan kuat kejut
paving sebesar 3,5 kali lipat dari paving normal atau memiliki kuat
kejut 270 joule dan paving normal 945 joule.
Penggunaan serat plastik dan abu batu member dampak positif
terhadap lingkungan khususnya pencemaran sekaligus dampak
ekonomis.
2. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Berbagai Variasi Panjang
Serat Polyethylene Konsentrasi 1,6 % Pada Paving Block Dengan
Penambahan Abu Batu Dan Silica Fume Terhadap Sifat Sifat Paving
Block ( El Gahrif H. A, Sudarmoko, Djoko Sulistyo, 2011 ).
Penelitian ini menunjukkan bahwa abu batu dan silica fume
meningkatkan kuat tekan 43 % selama 28 hari, ketahanan aus 31
%, ketahanan impact 53 % di 56 hari dan serapan air 7 %.
Disis lain serat polyethylene terepthalate dengan panjang 2 cm
mengurangi kuat tekan 57 % pada umur 56 hari, dan ketahanan
retak pertama impact 77 % pada serat polyethylene 3 cm di umur
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai