NIM/Off
Drive
Stimulus
Respons
Reinforcement
perampatan
stimulus, yaitu
kecenderungan untuk
NS = bel dibunyikan
Selama pengkondisian
NS = bel dibunyikan
+
Contoh Kasus
Begitu ada masalah sedikit atau sepele saja, perkelahian pun terjadi. Itu tidak
serta-merta menunjukkan bahwa film kekerasan yang kerap diputar di televisi
menjadi penyebabnya.
Hal itu dikemukakan peneliti media dari Universitas Gadjah Mada, Fauzan Heru
Santhoso, dalam penelitiannya bertajuk "Minat dan Pengaruh Film Kekerasan
terhadap Perilaku Agresif Remaja" yang dipresentasikan dalam Konferensi
Linguistik Tahunan Atma Jaya di Jakarta, baru-baru ini.
"Dari segi kualitas, saya mencatat perkelahian remaja menunjukkan gejala
semakin meningkat. Korban yang jatuh tidak sekadar mengalami luka, tetapi juga
menelan korban jiwa. Hal itu tentu menimbulkan keprihatinan semua pihak, baik
keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Tidak sedikit fasilitas dan
sarana publik yang rusak akibat tawuran," ujarnya.
Melihat kondisi demikian, beberapa ahli dari berbagai disiplin ilmu melakukan
penelitian dan menganalisis sebab-sebab perilaku agresif tersebut. Sejumlah
peneliti seperti Rakhmad dari Universitas Indonesia pada tahun 1989, Jester dan
Stein dalam jurnal ilmiah Pikunas tahun 1976, dan Berkowits dalam jurnal
Worchel and Cooper tahun 1984 menyimpulkan bahwa pengaruh film kekerasan
di televisi sangat besar dalam membentuk karakter seorang anak untuk menyukai
kekerasan.
Namun, sebagian ahli dan peneliti lain menyatakan bukan tema-tema kekerasan di
televisi yang menyebabkan perilaku anak dan remaja menjadi agresif, melainkan
faktor lain. Mereka berpandangan bahwa justru dengan melihat tayangan
kekerasan di film, perilaku agresif dapat ditekan. Pandangan itu didasarkan pada
teori frustrasi agresi.
"Dengan demikian, tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui hubungan
antara minat terhadap film kekerasan di televisi dan perilaku agresif remaja," ujar
Fauzan.
Menurut dia, beberapa penelitian memang demikian, seperti dilakukan oleh
Fiedrich Jester dan Stein dalam penelitian terhadap murid taman kanak-kanak
lelaki dan perempuan yang melihat tayangan televisi yang ber-temakan kekerasan,
netral, dan proporsional.
Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang melihat film bertema netral dan
proporsional dapat menurun agresivitasnya, sedangkan emosi anak yang
menonton film kekerasan meningkat.
Sedangkan penelitian yang dipublikasi di Worchel and Cooper dilakukan dengan
mengambil objek penelitian dari panti anak nakal di Amerika Serikat dan Belgia.
Anak-anak yang melihat tayangan film kekerasan menunjukkan perilaku yang
lebih agresif dibanding dengan anak-anak yang melihat film bertema netral.
Penelitian Martani dan Adiyanti dari UGM dengan objek penelitian anak