segala sesuatu berjalan benar dan baik, tetapi kepemimpinan adalah tentang melakukan hal yang baik dan benar."
Dari beberapa tes psikologi yang saya ikuti, jujur ... nilai kepemimpinan saya rendah. Saya bukanlah tipe orang yang memimpin, saya terbiasa untuk dipimpin. Terkadang saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan sebagai pemimpin.
Menjadi pemimpin adalah sebuah kata yang berat dan besar untuk saya. Saya menghormati benar atasan saya di kantor, saya menghormati ketua cel-grup dan juga para pendeta senior di gereja, saya menghormati orang tua saya, ayah saya sebagai pemimpin, saya menghormati benar para orang yang memiliki posisi sebagai pemimpin.
Meskipun nilai kepimpinan saya rendah, saya mengerti dan belajar di gereja bahwa kita semua adalah pemimpin, karena kita setidaknya masih memimpin satu hal, yakni diri kita sendiri.
Kita harus mampu memimpin diri kita sendiri ke arah yang lebih baik. Mungkin kita bisa mulai dari hal yang mudah terlebih dahulu seperti tepat waktu, bisa bangun pagi (Yeaah.. saya tahu hal ini adalah sulit untuk sebagian orang termasuk saya), belajar untuk memuji pasangan, mencoba lebih banyak mendengar ketimbang berbicara, dan hal sepele lainnya, tapi bukankah pepatah mengatakan practice makes perfect? Berikut adalah 10 hal yang saya coba tanyakan kepada diri saya sendiri dalam hal kepemimpinan baik dalam pelayanan maupun dalam hal pekerjaan. Semoga membantu Anda.
1. Apakah saya marah/kesal terhadap sesuatu atau seseorang Wajar rasanya untuk siapa pun untuk kesal atau marah. Tuhan pun bisa marah, bukan? Pertanyaannya adalah apakah saya atau Anda telah membiarkan rasa kesal / marah itu mempengaruhi cara saya bekerja atau cara saya memimpin dalam hidup ini? Saya pernah marah ke teman saya sehingga terkadang kekesalan saya mengakibatkan saya susah berkonsentrasi, raut muka saya seperti dilipat sepuluh hingga orang pun takut menyapa saya, pandangan mata saya buas seperti siap menerkam siapa saja yang men-toel saya. Namun pada akhirnya saya ingat bahwa hidup dalam kemarahan tidak pernah membawa kebaikan dalam hidup kita. Jadi, perhatikan emosi dan amarah Anda, karena yang rugi Anda juga.
2. Apakah saya memimpin hidup seseorang ke arah yang lebih baik atau malahan mengendarai hidup mereka? Saya suka memberi saran terlepas dari apakah orang tersebut menjalankan saran saya atau tidak. Kenapa saya suka memberikan saran? Bisa dikatakan saya ingin agar saya dapat membantu orang lain berhasil. Nah, salah satu cara yang cepat untuk mengetahui jawabannya adalah dengan melihat apakah orang-orang merasa terbantu dengan kepemimpinan Anda atau malahan kepimpinan Anda membuat mereka merasa hancur karena kepemimpinan Anda? Jadi, yang perlu diperhatikan adalah, berhati-hatilah dalam memberikan saran. Hidup seseorang bisa jadi ada di beban Anda karena saran Anda.
3. Apakah saya selalu menemukan diri saya sendiri membagikan opini saya? Apakah Anda suka mengkritisi tentang segala sesuatu dan sepertinya adalah tugas Anda untuk meng-koreksi setiap orang yang bekerja dengan Anda dibanding Anda belajar sesuatu dari mereka? Apabila jawabannya adalah iya, bisa jadi ada masalah dengan harga diri Anda
4. Apakah saya terobsesi dengan dosa-dosa dan kabar miring? Mari kita kecilkan sedikit kata dosa menjadi gosip, misalnya. Apakah Anda ingin mengetahui dosa-dosa orang lain untuk menjadi bahan gosipan? Atau Anda tertarik akan apa yang dilakukan oleh orang lain ATAU dosa-dosa Anda sendiri? Ingatlah bahwa menjadi terobsesi dengan dosa- dosa orang lain dan menjadi orang yang kritikus terhadap dosa orang lain terkadang adalah cara untuk menjauh dari fakta bahwa Tuhan sebenarnya sedang memanggil kita untuk mengakui dosa kita sendiri.
5. Apakah saya baik-baik saja ketika orang lain memiliki masa kejayaannya sendiri, ataukah itu harus selalu tentang saya? Untuk Anda yang suka iri terhadap orang lain, silahkan angkat tangan! Banyak dari kita iri ketika kita mendengar orang lain meraih sukses. "Wah, si A beli mobil baru. Si B beli rumah di Kompleks X, si C sukses jadi pengusaha batik" Dan Anda merasa Anda masih saja berada di titik yang sama seperti dahulu kala. Pernah merasa seperti itu? Saya sering. Permasalahannya adalah permasalahannya bukan ada di mereka, tetapi di diri kita sendiri. Mereka sukses karena usaha, rencana, aksi, support, pemikiran yang matang dan lainnya. Bagaimana dengan Anda? Apa yang Anda siapkan untuk meraih masa kejayaan Anda?
6. Apabila saya berdiri di hadapan Tuhan sekarang dan membagikan mimpi saya denganNya, akankah ia berkata bahwa mimpi saya terlalu kecil? Anda punya mimpi yang besar? (Semoga jawabannya iya) Menurut saya, tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk Tuhan karena Dia tahu kita bisa meraih mimpi kita. Wong, Dia yang memimpin kita toh? Yang biasanya terjadi adalah manusia memiliki nyali yang kecil untuk mewujudkan mimpi 'besar' tersebut. Bagaimana dengan Anda? Seberapa besarkah nyali Anda untuk mewujudkan impian Anda yang kecil tersebut?
7. Apakah saya benar-benar percaya bahwa Tuhan memanggil saya, memberikan saya berkat dan memberdayakan para pemimpin lainnya yang bekerjasama dengan saya? Kebanyakan dari kita mementingkan diri kita sendiri. Dan juga banyak dari kita yang tidak percaya bahwa kita hadir di dunia untuk sebuah alasan. Orang cenderung tidak peduli akan apa yang menjadi purpose atau tujuan hidup mereka. Terlepas dari Anda percaya atau tidak, kenyataannya adalah Tuhan memberikan Anda sumber daya, kemampuan, bakat, potensi dan semua yang Anda perlukan untuk memimpin diri Anda sendiri. Tidak lupa, Tuhan juga memberikan pemimpin-pemimpin lainnya untuk berkolaborasi dengan Anda untuk membantu Anda mencapai tujuan Anda. Coba tanyakan pertanyaan diatas kepada diri Anda sendiri. Apabila jawabannya adalah iya ... Apakah orang lain mengetahui hal tersebut dari cara Anda memimpin?
8. Apakah saya bersedia untuk berdebat untuk sesuatu yang saya percayai? Apabila Anda takut melakukannya karena Anda takut melukai perasaan orang lain, maka Anda harus sadar dan ingat bahwa Tuhan ingin Anda memanggil Anda untuk memimpin ... dan dengan tidak melakukan hal ini, Anda sebenarnya sedang merendahkan kepimpinan Tuhan atas hidup Anda.
9. Apakah saya bersedia dikritik atau menerima masukan dari orang-orang yang mungkin telah bekerja lebih lama dari saya dalam bidang apa pun Baik dalam soal pekerjaan, pelayanan, dsb. Pekerja sukarela dan staff member bukanlah hanya sebuah perkumpulan yang penuh dengan informasi, tetapi adalah rekan kerja yang telah diberikan kepada Anda oleh Tuhan dan Anda harus bekerja sama dengan mereka.
10. Apakah saya setia kepada orang-orang yang telah bekerja sama dengan saya SAMA seperti saya mengharapkan mereka loyal kepada saya? Kebanyakan dari kita menginginkan orang lain loyal kepada kita. Apabila Anda sudah berumah tangga, tentu Anda menginginkan pembantu rumah tangga yang loyal dan Anda akan sangat pusing mencari penggantinya saat mereka tidak lagi loyal kepada Anda. Permasalahannya adalah ketika mereka loyal kepada kita, apakah kita memperlakukan mereka dengan baik? Apakah kita juga loyal kepada mereka? Atau kita malah cenderung menyalahgunakan ke-loyal-an mereka kepada kita? Posted by Tre Haushinka at 11:59 AM